Wabah COVID-19 di Tiongkok Kembali Meningkat, Banyak Orang “Tertular”

Pada Jumat (16 Mei), topik mengenai “peningkatan kembali infeksi COVID-19 di daratan Tiongkok ” menjadi trending dan memicu perbincangan hangat. Banyak warga mengatakan bahwa mereka telah tertular, dan mempertanyakan apakah virus COVID-19 (virus PKT) sebenarnya tidak pernah hilang, hanya saja pemerintah partai Komunis Tiongkok (PKT) menyebutnya sebagai flu biasa.

EtIndonesia. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC) pada 8 Mei merilis hasil pemantauan mingguan penyakit pernapasan akut nasional untuk bulan April 2025 (minggu ke-14 hingga ke-18, dari 31 Maret hingga 4 Mei).

Hasil pemantauan menunjukkan bahwa tingkat positif COVID-19 pada April mengalami tren peningkatan, dengan tingkat positif di provinsi selatan lebih tinggi daripada di utara. Baik di wilayah selatan maupun utara, virus COVID-19 menempati peringkat pertama dalam tingkat deteksi pada pasien rawat jalan dengan gejala mirip flu. 

Pada minggu ke-18, tingkat deteksi positif virus COVID-19 di kelompok usia 15 tahun ke atas menjadi yang tertinggi.

Pada 12 Mei, Pusat Pengendalian Penyakit Distrik Chaoyang, Beijing, mengumumkan bahwa saat ini aktivitas virus COVID-19 di wilayah tersebut sedang meningkat, dengan varian yang dominan adalah sub-linier NB.1 dari varian XDV.

Baru-baru ini, banyak warga melaporkan bahwa banyak orang di sekitar mereka mengalami demam, flu, sakit tenggorokan, batuk, dan jumlah pasien yang datang ke rumah sakit untuk memeriksakan COVID-19 meningkat tajam. Banyak yang melakukan tes PCR dan hasilnya menunjukkan positif COVID-19. Ada yang mengeluhkan sakit tenggorokan seperti tertusuk silet, kehilangan total indra penciuman dan perasa.

Topik tentang “peningkatan kembali infeksi COVID-19” ini menjadi perbincangan hangat.

Beberapa warganet mengatakan:

  • “Cucu saya yang baru berusia satu bulan lebih, demam setelah keluar rumah selama dua hari pada libur 1 Mei. Dokter bilang itu COVID-19.”
  • “Bayi saya yang berusia satu tahun tertular entah dari mana, demam dua hari dua malam. Awalnya dikira flu A atau B, setelah dites ternyata COVID-19, dan menular ke seluruh keluarga.”
  • “Benar, dua orang tua di sekitar saya kena flu berat, kakek rekan kerja saya meninggal, di sekitar tempat kerja bahkan terdengar musik duka. Semua terjadi dalam dua minggu terakhir.”
  • “Hampir kehilangan nyawa, sudah lebih dari sebulan tapi belum sepenuhnya sembuh.”
  • “Saya juga, batuk lebih dari sebulan, begitu bicara langsung batuk, tidak bisa berhenti.”
  • “Di utara juga ada, hanya saja kami tidak dites, batuk sudah setengah bulan.”
  • “Memang banyak yang kena COVID-19, saya sempat ke mal sebelum libur 1 Mei, langsung demam, sakit tenggorokan luar biasa, dicek ternyata positif.”
  • “Saya juga positif, tenggorokan sakit, demam, sekarang isolasi di rumah.”
  • “Suara batuk di kereta bawah tanah pagi hari bersahut-sahutan… Selesai sudah, gejala pasca-COVID akhir 2022 saja belum sembuh, ini datang lagi…”
  • “Saya juga, sakit tenggorokan seperti terbakar, sakit lima-enam hari baru sembuh, lalu kambuh lagi setelah lima-enam hari, hari ini harus infus, infus kedua tenggorokan pahit sampai mual, mulut penuh rasa obat.”

Ada pula yang mengatakan:

  • “Sudah disuntik tiga dosis vaksin Sinovac, tapi rumah sakit penuh pasien dengan nodul paru dan penyakit paru.”
  • “Sebenarnya virusnya tidak pernah hilang, hanya saja rumah sakit sekarang tidak akan bilang itu COVID, selalu dibilang flu.”
  • “Harus benar-benar waspada, satu kali kena COVID, saya tumbuh nodul paru, setelah operasi hasil patologi menunjukkan adenokarsinoma paru.”
  • “Efek samping vaksin COVID dan vaksin flu mengerikan! Menyebabkan banyak kasus miokarditis! Bahkan kematian!”

Akhir 2019, wabah virus PKT pertama kali muncul di Wuhan. Karena ditutupi oleh pemerintah PKT, wabah ini menyebar ke seluruh dunia dan menyebabkan banyak kematian. Pada akhir 2022, pemerintah mencabut kebijakan pembatasan COVID dan rumah sakit tidak lagi melakukan tes COVID. Meski warga mengalami infeksi berulang, pihak berwenang menyebutnya sebagai flu A, flu B, infeksi mikoplasma pneumonia, atau flu biasa.

Pada April 2025, warga di berbagai daerah memberi tahu NTD bahwa wabah baru telah muncul, hampir semua orang – dewasa maupun anak-anak – tertular, dan rumah sakit penuh sesak. Selain itu, semakin banyak kasus penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kejadian mendadak seperti kematian mendadak yang dialami oleh orang-orang dari berbagai usia.

Seorang warga dari Jiujiang, Jiangxi, bernama Tuan Wu, mengatakan bahwa banyak orang mengalami demam dan flu, anggota keluarganya juga demam tinggi hingga 39 derajat lebih. Di kampung halamannya banyak yang mengalami hal sama, demam dan butuh waktu lama untuk pulih.

 “Di desa kami ada lansia yang meninggal, mungkin karena komplikasi setelah terkena flu,” ujarnya. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS