Menurut sumber yang mengetahui situasinya, perusahaan ritel fesyen cepat asal Tiongkok, Shein, telah menyewa sebuah gudang besar di Vietnam guna mengurangi risiko tarif akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Sementara itu, Uni Eropa memperingatkan bahwa barang-barang murah asal Tiongkok dikhawatirkan akan membanjiri pasar Eropa, dan berpotensi mengancam industri manufaktur lokal.
EtIndonesia. Menurut laporan Reuters, dua orang sumber menyebutkan bahwa Shein telah mendirikan fasilitas pergudangan pertamanya di dekat Kota Ho Chi Minh, dengan luas mencapai 15 hektare. Lokasi ini dekat dengan bandara internasional dan pelabuhan laut yang melayani ekspor-impor barang dari dan ke Tiongkok, serta pelabuhan khusus ekspor ke Amerika Serikat.
Perusahaan ritel daring ini dikenal karena menjual pakaian dengan harga sangat murah, yang hampir seluruhnya dipasok oleh rantai pasok dari Tiongkok dan dijual ke pasar luar negeri seperti AS. Namun demikian, akibat perang tarif antara AS dan Tiongkok, Shein menghadapi peningkatan biaya operasional serta tekanan besar terhadap model bisnisnya yang sangat bergantung pada pengiriman langsung dari Tiongkok.
Sebagai langkah mitigasi, Shein mulai melakukan diversifikasi rantai pasok dan memindahkan pusat pergudangannya untuk mengurangi risiko tarif. Selain gudang besar tersebut, perusahaan juga sedang berupaya memperluas ruang penyimpanan lainnya di wilayah selatan Vietnam.
Faktanya, selama ini Amerika Serikat telah lama menuduh produk-produk Tiongkok masuk melalui Vietnam untuk menghindari tarif tinggi. Pemerintah Vietnam pun kini memperketat pengawasan terhadap barang impor asal Tiongkok.
Sementara itu, Eropa mulai menjadi pasar alternatif bagi produk murah asal Tiongkok. Data terbaru menunjukkan bahwa dalam empat bulan pertama tahun ini, surplus perdagangan Tiongkok terhadap Uni Eropa melonjak hingga 90 miliar dolar AS, mencetak rekor tertinggi dan memicu kewaspadaan tinggi di kalangan negara-negara Eropa.
Negara seperti Prancis dan Jerman mulai mengambil langkah-langkah protektif, termasuk memperketat pemeriksaan di perbatasan dan menyesuaikan kebijakan tarif guna melindungi industri domestik dari serbuan barang murah asal Tiongkok. Uni Eropa juga tengah merencanakan penerapan hambatan dagang terhadap sektor-sektor strategis yang masih dalam tahap pengembangan, seperti industri kendaraan listrik.
Selain itu, nilai tukar yuan terhadap euro yang baru-baru ini jatuh ke titik terendah dalam lebih dari satu dekade, semakin meningkatkan daya saing harga produk Tiongkok di pasar Eropa, dan memperburuk ketidakseimbangan perdagangan antara Eropa dan Tiongkok. (Hui)
Laporan dari Liu Jiajia, reporter NTD Television di Amerika Serikat