“Bukankah Anda Agen Kedutaan?” — Menteri Pertahanan Philipina Semprot Jurnalis CCTV di Forum Shangri-La

EtIndonesia. Menteri Pertahanan Philipina, Gilberto Teodoro, kembali menjadi sorotan tajam setelah menyebut seorang jurnalis dari media Pemerintah Tiongkok CCTV sebagai “agen kedutaan” dalam sebuah sesi konfrontatif di sela-sela forum Dialog Shangri-La yang digelar di Singapura.

Sebelumnya, pada sesi diskusi di forum tersebut, Teodoro sempat mengkritik keras perwakilan dari delegasi militer Tiongkok karena menurutnya telah “menyamarkan propaganda politik menjadi bentuk pertanyaan.”

Jurnalis CCTV Dicecar Saat Bertanya Soal Konflik Laut Cina Selatan

Insiden terbaru terjadi pada 1 Juni, ketika seorang reporter perempuan dari CCTV, dalam tayangan video yang diunggah oleh akun media baru milik CCTV “Yuyuan Tantian”, menghadang Teodoro di luar ruang sidang dan melempar pertanyaan yang menyinggung hubungan militer Philipina-AS dan dugaan keterlibatan mereka dalam konflik Laut China Selatan, khususnya dalam mendukung kelompok yang disebut “Aliansi Ayungin” (Atin Ito).

Namun, pertanyaan tersebut langsung dipotong tajam oleh Teodoro, yang menjawab: “Bukankah Anda agen dari kedutaan?”

Video tersebut kemudian ditayangkan dengan narasi oleh “Yuyuan Tantian” yang mengklaim bahwa sikap Teodoro menunjukkan bahwa pihak Philipina sudah “kehilangan kendali”. Mereka juga menuduh sang reporter hanya “bertanya” dan bahwa respons Teodoro menunjukkan bahwa dia “terpancing secara emosional”.

Perwakilan Militer Tiongkok Menekan, Teodoro Balik Menyerang

Selama sesi diskusi kelompok dalam forum tersebut, delegasi dari Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA), termasuk Zhang Chi, melontarkan pertanyaan kepada Teodoro tentang apakah peningkatan pembangunan pangkalan militer AS di Philipina bisa memicu konflik seperti perang Rusia-Ukraina, yang disebut sebagai bentuk perang proxy.

Perwakilan lainnya, Qi Dapeng, mempertanyakan mengapa Philipina tidak bisa menyelesaikan perselisihan Laut China Selatan secara “lebih damai”, seperti yang dilakukan oleh Vietnam dan Malaysia.

Namun, Teodoro memberikan balasan tajam dan menyindir:“Delegasi Tiongkok menyamar propaganda sebagai pertanyaan.”

Dia juga menegaskan bahwa tidak ada satu pun negara di dunia yang mendukung klaim sembilan garis putus-putus Tiongkok atas Laut China Selatan. Bahkan, lanjutnya, sedikitnya 50 negara telah mendukung Philipina dalam mengecam tindakan agresif Tiongkok di kawasan tersebut.

CCTV Pernah Gunakan Retorika Agresif di Taiwan, Kini Hadapi Balasan Diplomatik

Sebagai informasi, akun “Yuyuan Tantian” yang digunakan CCTV untuk menyebarkan propaganda daring, sebelumnya pada bulan April pernah memberitakan latihan militer Tiongkok di sekitar Taiwan. Dalam laporan tersebut, mereka memperkenalkan patroli kapal penjaga pantai Tiongkok yang mengelilingi Taiwan, bahkan membandingkan rutenya dengan senjata mitologis “Hun Tian Ling” milik Nezha, dan menyatakan misi itu sebagai “memenggal iblis dan membersihkan kejahatan”.

Ketegasan Teodoro Menggambarkan Ketegangan Regional yang Kian Memanas

Sikap Teodoro yang tegas, terbuka, dan tanpa kompromi ini menunjukkan penolakan Philipina terhadap taktik diplomasi agresif Beijing dan menandai meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Asia Tenggara. Penolakan keras terhadap propaganda terselubung Tiongkok oleh pejabat tinggi Philipina juga menandai pergeseran sikap negara tersebut yang semakin menjauh dari pengaruh Beijing dan semakin dekat dengan mitra baratnya, terutama Amerika Serikat. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS