Maskapai Ketiga Taiwan Segera Bersaing Di Langit Asia

EpochTimesId – Pemerintah Taiwan telah memberi lampu hijau untuk mengubah peraturan yang memungkinkan perusahaan startup, StarLux Airlines untuk menjadi maskapai komersial utama ketiga Taiwan. Jika jadi beroperasi, StarLux akan beroperasi menyusul EVA Air and China Airlines yang sudah malang melintang di langit Asia.

StarLux Airlines berdiri dan mendaftarkan diri di Taiwan sejak tahun lalu. Perusahaan itu didirikan oleh Chang Kuo-wei, putra bungsu Chang Yung-fa. Ayahnya adalah konglomerat bisnis yang malang melintang selama puluhan tahun pada bisnis transportasi Taiwan. Dia diantaranya mendirikan Evergreen Group yang mencakup Evergreen Marine, perusahaan pelayaran kontainer terbesar keempat di dunia, dan EVA Air, maskapai penerbangan Taiwan terbesar kedua.

Sebelum kematian Chang Yung-fa pada tahun 2016, Chang Kuo-wei adalah pewaris utama sekaligus Direktur Utama EVA Air. Dia bahkan menyelesaikan pelatihan pilot dan akhirnya berhasil menjadi kapten untuk armada Boeing 777 milik maskapai ini. Eksekutif berusia 47 tahun tersebut dilaporkan memiliki pengetahuan teknis yang mumpuni dalam industri dirgantara dan sangat menyukai perusahaan tersebut karena pendekatan manajemennya yang dikenal membumi.

Sebagai anak bungsu dan satu-satunya anak yang lahir dari istri kedua Chang Yung-fa, Chang Kuo-wei dikudeta oleh saudara laki-lakinya yang lebih tua, pada bulan Januari 2016. Saudaranya mengambil alih kendali perusahaan Grup Evergreen. Jabatannya di Eva Air kemudian dilucuti.

Perebutan warisan tersebut akhirnya malah mengangkat citra Chang Kuo-wei di mata publik Taiwan sebagai pengusaha muda energik. Pada bulan November tahun lalu, Chang secara resmi mendaftarkan ‘StarLux Airlines’ dan mulai mengurus dan melengkapi syarat perijinan agar bisa memasuki pasar penerbangan Taiwan yang dikenal memiliki syarat sangat ketat.

Menteri Perhubungan dan Komunikasi Taiwan Hochen Tan mengatakan bahwa dia telah menyetujui amandemen ‘Peraturan Perusahaan Transportasi Udara Sipil Taiwan’ seperti diberitakan oleh kantor berita Taiwan, CNA. Perubahan tersebut akan menghilangkan klausa yang mengharuskan perusahaan penerbangan memiliki ‘pengalaman operasional selama lima tahun dalam transportasi internasional untuk mendapatkan lisensi penerbangan internasional dari Pemerintah Taiwan. Perubahan tersebut telah diperjuangkan oleh Chang dan pendukungnya sejak tahun lalu.

Masyarakat Taiwan menyambut baik rencana ambisius Chang untuk melahirkan maskapai penerbangan ketiga. Masyarakat berharap dengan penambahan maskapai besar baru akan meningkatkan daya saing di pasar penerbangan Taiwan. Taiwan saat ini memiliki dua operator internasional utama: EVA Air milik pribadi dan China Airlines yang sebagian besar sahamnya milik negara dan operasionalnya dikendalikan oleh pemerintah Taiwan melalui kepemilikan mayoritas.

 

Chang baru-baru ini mengungkapkan bahwa StarLux menargetkan mengoperasikan 24 pesawat dengan merekrut 3.500 pegawai dalam enam tahun pertama. Sementara target dalam sepuluh tahun adalah pengoperasian sebanyak 50 pesawat dan mempekerjakan 7.000 sampai 8.000 staf. Jika terget itu tercapai, maka StarLux akan menjadi salah satu perusahaan penerbangan internasional utama di dunia sekaligus menjadi pesaing utama pasar Asia.

Dalam sebuah acara baru-baru ini, Chang berjanji untuk menjadikan StarLux sebagai “Emirates of Taiwan”. Dia akan meniru pesatnya pertumbuhan perusahaan penerbangan Dubai dalam dua dekade terakhir, yang telah tumbuh dari sebuah perusahaan kecil menjadi salah satu maskapai terbesar di dunia.

Seperti Uni Emirat Arab, Taiwan juga memiliki populasi yang relatif kecil dan permintaan domestik yang terbatas, terutama bila dibandingkan dengan Tiongkok. Namun, serupa dengan cerita Dubai di negara-negara Teluk, Taiwan berada di lokasi strategis di tengah ekonomi yang berkembang pesat di Asia, dan StarLux secara teoritis dapat menduplikat kesuksesan Emirates dengan mengubah Taiwan menjadi hub-koneksi untuk penerbangan lintas benua.

 

While some skeptics have expressed doubt that Chang has the ability to purchase such large number of new and expensive aircraft in a short timeframe, the NT$17 billion (US$560 million) inheritance Chang and his mother reportedly received from his father, combines with the NT$10 billion (US$330 million) worth in shares in Evergreen Group that Chang holds, would give him close to US$1 billion in starting capital. Chang also said that some investors have agreed to come on board his ambitious project.

StarLux recently moved in to a six-floor, 160,000 square foot office space in Taipei as its corporate headquarters, and has started a hiring spree of essential airline administration and technical crews. Chang is reportedly considering procuring short to medium range airliners such as Airbus A321, A350, and Boeing 787, and also the long-range Airbus A350-1000 and Boeing 777X.

Sebagian orang skeptis dan ragu atas kemampuan Chang untuk membeli pesawat baru dan mahal dalam jangka waktu yang singkat. Jumlah warisan Chang diperkirakan hanya 50 dolar AS jika digabungkan dengan Saham mereka senilai $ 330 juta dolar AS di Evergreen Group, maka ini akan memberi mereka modal awal sebesar 1 miliar dolar AS. Namun, Chang mengatakan bahwa beberapa investor telah sepakat untuk ikut berinvestasi dalam proyek ambisiusnya.

StarLux baru-baru ini pindah ke sebuah ruang kantor stinggi enam lantai seluas 160.000 kaki persegi di Taipei sebagai kantor pusat perusahaannya. Para pegawainya juga telah memulai pekerjaan administrasi, sekaligus melakukan penerimaan pegawai utama operasional penerbangan.
Chang dilaporkan tengah mengurus proses pembelian pesawat terbang ukuran kecil hingga menengah seperti Airbus A321, A350, dan Boeing 787. Dia juga berencana membeli Airbus A350-1000 dan Boeing 777X untuk penerbangan jarak jauh. (waa)