EpochTimesId – Keputusan Amerika Serikat untuk mengusir 60 mata-mata diperkirakan tidak akan melumpuhkan operasi spionase Rusia di Amerika Serikat. Sebab, agen mereka diperkirakan sudah disusupkan ke perusahaan-perusahaan Amerika, sekolah, dan bahkan lembaga pemerintah.
Dugaan tersebut disampaikan oleh pejabat dan mantan pejabat Amerika Serikat, seperti dikutip The Epoch Times dari Reuters.
Dinas mata-mata Moskow masih menggunakan kedutaan dan konsulat sebagai markas rahasia, seperti yang dilakukan oleh Washington. Tetapi mereka juga merekrut imigran Rusia, mendirikan perusahaan, dan mengirim wisatawan jangka pendek ke Amerika Serikat.
Selain itu, Rusia juga diduga merekrut orang Amerika, dan menembus jaringan komputer, menurut pejabat Amerika.
“Rusia dulu hanya punya satu cara untuk melakukan sesuatu. Sekarang, prinsip Putin adalah, biarkan seribu bunga bermekaran,” kata mantan pejabat senior AS dalam wawancara baru-baru ini.
Pejabat itu menggambarkan langkah Moskow dengan pendekatan yang lebih beraneka ragam di bawah Presiden Vladimir Putin. Presiden Putin sendiri adalah mantan agen mata-mata Uni Soviet.
Video Pilihan :
https://youtu.be/fTKcu82AtsA
Biro Penyidik Federal Amerika Serikat (FBI) selalu mengikuti gerakan dan memonitor komunikasi mata-mata asing yang dicurigai. Tetapi kehadiran Rusia yang meningkat dan munculnya komunikasi terenkripsi yang tersedia secara komersial, merupakan tantangan tambahan terhadap kekuatan kontra-spionase FBI.
Beberapa mata-mata diantaranya berbicara dengan syarat anonimitas untuk mendiskusikan topik sensitif.
Seperti yang dikatakan salah seorang pejabat AS, yang membenarkan ketika ditanya apakah mata-mata Rusia adalah sasaran yang lebih sulit.
“Ini lebih rumit sekarang. Kerumitan datang dalam teknik yang bisa digunakan,” ujarnya.
Dalam sistem Amerika, CIA bertugas melacak mata-mata asing di luar negeri, National Security Agency (NSA) memonitor komunikasi internasional, dan FBI bertanggung jawab untuk mengawasi operasi mata-mata asing di Amerika Serikat.
Gedung Putih pada hari Senin mengatakan akan mengusir 60 diplomat Rusia, 12 dari mereka bertugas di PBB. Amerika bahkan menutup konsulat Rusia di Seattle sebagai bagian dari respon multi-negara terhadap dugaan serangan racun saraf Kremlin pada mantan mata-mata Rusia di Inggris.
Briefing reporters, seorang pejabat senior AS mengatakan ada “lebih dari” 100 mata-mata Rusia yang berpose sebagai diplomat di Amerika Serikat sebelum perintah pengusiran.
Seorang pejabat veteran AS yang bertugas mengawasi operasi mata-mata Rusia mengatakan, pemerintah meremehkan jumlah mata-mata Rusia yang dicurigai bekerja di bawah perlindungan diplomatik.
“Jumlah sebenarnya bervariasi dari waktu ke waktu, tetapi rata-rata sekitar 150 orang atau lebih,” kata pejabat itu.
“Kami memiliki alat kontra-intelijen yang sangat, sangat, sangat bagus,” kata Robert Litt, mantan penasihat umum untuk Direktur Intelijen Nasional AS.
“Ada banyak orang di FBI yang tugasnya melacak orang-orang ini (mata-mata), dan mereka sangat pandai dalam hal itu.”
Namun, dibutuhkan 10 atau lebih agen FBI yang terlatih dan petugas penegak hukum AS untuk mengawasi satu mata-mata terlatih selama 24 jam. Pengawasan mencakup pintu belakang gedung-gedung dan banyak elevator, dan waspada terhadap perubahan pakaian, mobil, dan bahkan ‘hairpieces’.
“Satu taktik Rusia mengirim sejumlah besar orang, termasuk satu atau dua perwira intelijen. Mereka mengalir keluar dari misi diplomatik sekaligus, sehingga sulit bagi FBI untuk memutuskan siapa yang harus dicurigai dan diikuti,” kata seorang mantan perwira intelijen AS, yang juga berbicara dengan syarat anonim.
Microsoft Corp adalah salah satu target operasi spionase Rusia di Seattle, menurut pejabat AS yang akrab dengan pengusiran tersebut. Salah satu tujuannya adalah mengidentifikasi target untuk perekrutan dalam operasi pengkodean perusahaan karena produk perusahaan digunakan dalam banyak aplikasi.
Microsoft menolak berkomentar.
Pada tahun 2010, Alexey Karetnikov, seorang mata-mata Rusia berusia 23 tahun yang pernah bekerja untuk menguji kode komputer di kantor pusat Richmond, Washington, dideportasi oleh seorang hakim imigrasi.
Beberapa pejabat menelusuri bahwa operasi mata-mata Kremlin lebih agresif setelah Putin kembali menjadi presiden pada tahun 2012. Operasi Rusia juga lebih masif menyusul ketegangan di Krimea tahun 2014, serta intervensi Rusia di Ukraina timur.
“Kami mengamati peningkatan yang sepadan dalam intelijen Rusia dan aktivitas spionase di AS dan di seluruh Eropa, meskipun beberapa analis menghubungkan titik-titik itu,” kata Heather Conley, mantan pejabat Departemen Luar Negeri yang sekarang berada di pusat think tank for Strategic and International Studies.
Michael Rochford, mantan kepala FBI untuk spionase, mengatakan pengusiran massal mata-mata yang dicurigai sebagai diplomat akan mempengaruhi layanan keamanan Rusia dan menjatuhkan mental agen Rusia di markas pusat Moskow.
Setelah pengusiran di masa lalu, katanya, mata-mata Rusia telah menyerahkan operasi mereka kepada petugas ‘ilegal’. Mereka adalah agen jangka panjang tanpa koneksi (yang dapat dibuktikan) kepada pemerintah Rusia.
Risikonya adalah, bahwa ketika Moskow menggantikan personel yang diusir, tidak akan jelas siapa mata-mata baru itu.
“Terkadang lebih baik untuk mengetahui siapa mereka dan mengikuti mereka,” kata Rochford. (Reuters/The Epoch Times/waa)