Epochtimes.id- Sebagai rangka memperingati World Rhino Day 22 September 2018, lima organisasi konservasi internasional dunia membentuk aliansi untuk mencari langkah inovatif untuk menyelamatkan Badak Sumaetra dari kepunahan.
Melansir dari situs resmi wwf.or.id, upaya ini, merupakan dukungan terhadap program Pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh International Union for Conservation of Nature Species Survival Commission (IUCN-SSC), bekerjasama dengan Global Wildlife Conservation (GWC), International Rhino Foundation (IRF), National Geographic Society (NGS), dan WWF.
Kurang dari 80 individu Badak Sumatera tersisa di dunia, sehingga spesies ini dikatakan menghadapi kepunahan, bila tidak ada intervensi manusia untuk menyelamatkannya.
Setelah puluhan tahun diburu dan hutannya dirusak, ancaman terbesar yang dihadapi saat ini adalah jarak yang memisahkan populasi yang tinggal sedikit itu. Badak menghadapi risiko kemandulan bila tidak bisa bertemu pasangan untuk bereproduksi, akhirnya akan mati dengan sendirinya karena lama terisolasi.
Dengan populasi yang terfragmentasi dan tersebar dalam kantong-kantong berukuran kecil di dua pulau terbesar di Indonesia, harapan kelestarian mereka bergantung pada kemampuan para pelestari untuk menemukan dan memindahkan mereka dengan aman ke fasilitas yang dirancang khusus.
“Tantangan besar ini tidak dapat dijalani oleh satu organisasi saja. Kami IUCN-SSC, merasa bangga berada dalam aliansi yang kuat dan luar biasa ini, dan kami yakin bahwa kita akan melihat Badak Sumatera berkembang biak sekali lagi,” kata Jon Paul Rodríguez, ketua IUCN-SSC.
“Menyelamatkan Badak Sumatera dari kepunahan merupakan prioritas utama pemerintah Indonesia,” kata Wiratno, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
“Hadirnya ahli-ahli konservasi spesies, dan dengan dukungan pemerintah dan kesadaran masyarakat setempat, kami telah menyiapkan Rencana Aksi Darurat untuk badak yang menyerukan dibentuknya program pengembang biakan konservasi nasional. Proyek Penyelamatan Badak Sumatera akan menjadi sangat penting dalam upaya ini dan kami menyambut baik dan mendukung koalisi ini.”
Sejak awal gerakan konservasi, organisasi dan peneliti individu telah bekerja untuk menyelamatkan dan melindungi spesies di seluruh dunia. Namun, terkadang saling bersaing untuk pendanaan, sumber daya, keahlian, dan akses.
Dengan adanya Aliansi Penyelamatan Badak Sumatera ini akan membawa organisasi Internasional dan Indonesia, bersama-sama membuat dan menerapkan rencana kolaboratif untuk menyelamatkan spesies ini, dan bekerja bersama-sama dengan mitra pelaksana di lapangan dan berkoordinasi erat dengan para pemimpin di pemerintahan untuk demi menuju kesuksesan.
“Tujuan kami bersama untuk membangun program pembiakan badak dengan menyatukan badak yang tidak dapat berkembang biak di alam liar, akan membantu mencapai mimpi kami, yaitu melihat generasi badak Sumatera berikutnya,” Kata Barney Long, direktur senior konservasi spesies di Global Wildlife Conservation.
Penyelamatan Badak Sumatera akan memfasilitasi kegiatan di tiga area utama konservasi spesies:
● Peningkatan Kapasitas: Membangun dua suaka Badak Sumatera baru di Indonesia, satu di Kalimantan dan yang lain di Sumatra bagian utara, dan memperluas fasilitas yang ada di Taman Nasional Way Kambas;
● Penangkapan dan Penyelamatan: Melakukan operasi penangkapan dan penyelamatan untuk memindahkan badak Sumatera yang terisolasi ke fasilitas penangkaran konservasi yang dikelola; dan
● Perawatan dan Perlindungan: Memasukkan badak ke dalam program pembiakan dengan menggunakan teknologi canggih yang dirancang untuk memaksimalkan pertumbuhan populasi.
“Pengalaman puluhan tahun meneliti, melatih, dan mengkaji secara ilmiah, menjadikan aliansi ini bukan saja peluang terbaik bagi kelangsungan hidup Badak Sumatera, melainkan satu-satunya peluang yang yang ada,” kata Rizal Malik, CEO WWF-Indonesia.
“Kami menggunakan pengalaman kami selama lebih dari 22 tahun memelihara dan membiakkan Badak Sumatera dan menggunakan teknik terkini Cincinnati Zoo dan juga di Suaka Badak Sumatera (SRS) di Taman Nasional Way Kambas,” kata Susie Ellis, Direktur Eksekutif International Rhino Foundation.
Upaya yang ambisius ini akan membutuhkan investasi yang signifikan. Untuk memulai upaya penggalangan dana tiga tahun, masing-masing organisasi mitra telah berkomitmen 1 juta USD untuk mendukung dana aksi darurat yang membutuhkan 30 juta dollar.
“Ini adalah kesempatan terakhir kami untuk meningkatkan profil spesies badak yang kurang dikenal ini dan mempertahankan sejarah evolusi lebih dari 20 juta tahun,” kata Jonathan Baillie, wakil presiden eksekutif dan ilmuwan kepala di National Geographic Society. (asr)