Pertemuan Trump – Xi Konstruktif, Beijing Hindari Publikasikan Detail

Zhou Xiaohui

Pembicaraan Presiden AS Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping selama KTT G20 yang menjadi perhatian dunia telah berakhir pada malam tanggal 1 Desember 2018. Menurut pernyataan Gedung Putih yang dipublikasikan selanjutnya, ini merupakan “pembicaraan yang sangat sukses”.

Alasan untuk “sukses” adalah karena Xi Jinping telah membuat respons yang sangat jelas terhadap masalah-masalah yang sangat diperhatikan oleh AS yakni tentang perdagangan, narkoba, Korea Utara dan masalah-masalah yang lain.

Secara konkrit ada 5 poin :

  1. Tiongkok akan setuju membeli produk pertanian, energi, industri dan produk-produk lain dalam jumlah sangat besar namun masih belum ditetapkan dari Amerika Serikat, untuk mengurangi ketidakseimbangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Sedangkan Trump setuju mempertahankan tarif 10% dari produk senilai 200 miliar dolar AS pada tanggal 1 Januari 2019 bukan meningkatkan tarif menjadi 25% pada hari itu. Dengan kata lain, Tiongkok telah menyetujui segera membeli produk-produk pertanian dari petani Amerika Serikat.
  2. Amerika Serikat dan Tiongkok sepakat segera memulai perundingan tentang perubahan yang bersifat stuktural. Perubahan yang bersifat struktural tersebut melibatkan transfer teknologi wajib, perlindungan hak kepemilikan intelektual, hambatan non-tarif, intrusi jaringan dan pencurian cyber, industry pelayanan dan pertanian. Kedua belah pihak sepakat berusaha keras menyelesaikan perundingan dalam 90 hari mendatang. Jikalau kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan dalam batas waktu ini maka tarif 10% akn ditingkatkan menjadi 25%.
  3. Xi Jinping setuju memasukkan fentanyl sebagai “materi yang dikontrol”, ini berarti orang yang menjual fentanyl ke Amerika Serikat akan dikenakan hukuman paling berat menurut hukum di Tiongkok.
  4. Kedua belah pihak setuju bekerja bersama Korea Utara, berusaha keras mewujudkan semenanjung Korea Utara yang denuklirisasi.
  5. Xi Jinping mengatakan bahwa jika perjanjian Qualcomm-NXP yang sebelumnya tidak disetujui diserahkan kepadanya lagi maka dia akan memperahankan sikap terbuka terhadap persetujuan perjanjian.

Dilihat dari isi kesepakatan yang dicapai antara kedua belah pihak, dalam masalah perdagangan, Beijing tidak lagi arogan seperti sebelumnya yang mengatakan “akan melayani hingga akhir”, sebaliknya menunjukkan niat baik kepada Amerika Serikat.

Selain berjanji akan mengimpor produk pertanian, energi dan barang kebutuhan industri dalam jumlah besar juga bersedia melakukan perundingan tentang “transfer teknologi wajib, perlindungan hak milik intelektual, hambatan non-tarif, gangguan jaringan dan pencurian cyber” yang melibatkan perubahan secara struckural mendapatkan perhatian khusus oleh Amerika Serikat.

Serta memberikan tanggal penyelesaian negosiasi dan bahkan setuju jika tidak dapat mencapai kesepakatan dalam perundingan maka Amerika Serikat dapat meningkatkan tarif.

Aspek ini menunjukkan bahwa di bawah tekanan Amerika Serikat, Beijing khawatir ekonomi akan semakin merosot, kepercayaan pasar akan semakin berkurang, dan krisis domestik akan berat.

Tidak ada cara lain untuk menghadapi konsekuensi serius dari kenaikan tarif AS maka mau tidak mau melakukan pilihan demikian ini.

Di sisi lain, itu berarti bahwa dominasi perang perdagangan di masa depan masih berada di tangan Amerika Serikat.

Berdasarkan niat baik Amerika Serikat masih tetap memilih untuk mempercayai Beijing sekali lagi, bersedia memberikan jadwal tiga bulan untuk topik perundingan yang melibatkan perubahan struktural.

Begitu negosiasi gagal mencapai kesepakatan maka Amerika Serikat akan sekali lagi mulai memberlakukan tarif. Hal ini tidak diragukan lagi telah memberikan “Mantra pengencang” b agi Beijing dan hal ini juga sebagai alasan yang disetujui oleh faksi garis keras dari delegasi AS, seperti Navarro.

Dengan kata lain, rezim Beijing dengan mantera pengencang di atas kepalanya hanya akan memiliki dua opsi di masa depan, satu yakni menepati janjinya dan melakukan perubahan secara struktural dalam masalah perdagangan.

Opsi yang lain adalah menganggap kesepakatan yang dicapai ini sebagai siasat memperlambat pasukan, pada saat yang sama dengan bernegosiasi dengan Amerika Serikat berusaha keras mencari solusi yang lebih baik untuk menangani krisis di dalam dan luar negeri dalam waktu tiga bulan.

Oleh karena “rencana 100 hari” yang diusulkan oleh Xi Jinping sebelumnya selama pertemuan dengan Trump belum terwujud maka juga beralasan jika orang meragukan hasil negosiasi di masa depan.

Yang lebih mencurigakan lagi adalah pada tanggal 2 Desember ketika media resmi Beijing People’s Daily melaporkan tentangan kesepakatan yang telah dicapai dalam pertemuan Trump dan Xi, tidak sama seperti Gedung Putih yang mengumumkan isi konkrit, tetapi agak samar-samar, dibicarakan dari perspektif positif.

Laporan mengatakan : “Kedua kepala Negara mencapai Konsensus dan berhenti saling meningkatkan tarif baru”, Kedua tim akan meningkatkan konsultasi menuju arah penghapusan kenaikan tarif sesuai dengankonsensus berprinsip yang telah dicapai oleh dua kepala Negara.”

“Pihak Tiongkok bersedia memperbesar impor berdasarkan pasar lokal dan kebutuhan rakyat, termasuk pembelian barang yang bisa dipasarkan, secara bertahap mengurangi masalah ketidakseimbangan perdagangan.”

Keduanya jika diperbandingkan, tidak sulit menemukan bahwa seharusnya adalah pihak AS yang setuju berhenti sementara peningkatan tarif pada tanggal 1 Jan tahun depan, bukan seperti apa yang dikatakan media resmi PKT “Berhenti saling meningkatkan tarif baru.”

Seharusnya adalah “Tiongkok akan setuju membeli produk pertanian, energi, industri dan produk-produk lain dalam jumlah sangat besar. Namun belum ditetapkan dari Amerika Serikat untuk mengurangi ketidakseimbangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok” dan bukan seperti yang dikatakan media resmi “Pihak Tiongkok bersedia memperbesar impor berdasarkan pasar lokal dan kebutuhan rakyat, termasuk pembelian barang yang bisa dipasarkan dari Amerika Serikat.”

Yang lebih penting adalah, dalam laporan itu bukan hanya tidak membicarakan dalam waktu dekat kedua belah pihak akan melakukan negosiasi yang melibatkan perubahan secara struktural, tetapi mengungkapkan bahwa AS telah menetapkan batas waktu tiga bulan dan jika kesepakatan itu tidak tercapai, pihak AS akan terus memberlakukan tarif.

Jelas, Media resmi Beijing demikian menguraikan pasti karena khawatir akan arus gelap faksi keras terhadap perang perdagangan AS-Tiongkok dalam internal PKT melancarkan serangan dengan alasan ini. Ditambah kekhawatiran masyarakat bisa mengetahui sifat plin-plan dan kelemahan PKT dari hal tersebut.

Dan, ini pasti akan menanamkan bayangan bagi negosiasi di masa depan, yaitu apakah tingkat tinggi Beijing benar-benar dapat menghilangkan suara-suara gaduh ini.

Selain itu, hal yang sulit bagi Pemerintahan Trump menjadi optimis terhadap pencapaian kesepakatan masa depan. Soal ini telah disebutkan dalam analisa sebelumnya yakni beberapa kali pidato level atas Beijing sebelum kunjungan yang mengatakan bahwa mereka akan tetap mematuhi kepemimpinan PKT dan mengikuti jalan sosialisme sebagai karakteristik Tiongkok.

Jika benar-benar melakukan perubahan yang bersifat struktural dalam masalah perdagangan, itu berarti tidak bisa tidak menyentuh perubahan dalam sistem politik, apakah level atas Beijing mau?

Namun tak peduli mereka mau atau tidak, apakah itu adalah repon tulus kepada tuntutan Amerika Serikat, mungkin batas waktu 3 bulan yang diberikan oleh Amerika Serikat adalah kesempatan dia yang terakhir. (LIN/WHS/asr)

FOKUS DUNIA

NEWS