EpochTimesId – Presiden rezim sosialis Venezuela, Nicolas Maduro mengatakan pada 30 Januari 2019 bahwa Dia bersedia bernegosiasi dengan oposisi. Maduro mengeluarkan pernyataan itu setelah pemimpin oposisi yang juga Presiden Interim Venezuela, Juan Guaido menyerukan protes jalanan terbaru.
Pemimpin oposisi Juan Guaido sedang berusaha untuk menekan Presiden Nicolas Maduro dengan aksi mogok dan protes di seluruh Venezuela pada 30 Januari 2019. Rezim sosialis mencekal Guaido untuk meninggalkan negara itu, dan tengah diselidiki dalam kasus dugaan kegiatan anti-pemerintah.
Pria yang berseteru dengan Maduro, dalam jabatan kepresidenan yang sah atas negara itu menyerukan kepada warga Venezuela untuk keluar dari rumah dan tempat kerja mereka selama dua jam. Aksi mogok dan protes jalanan itu akan dimulai pada siang hari dalam mobilisasi massa pertama, sejak Dia mendeklarasikan dirinya sebagai pemimpin sah negara itu seminggu yang lalu dalam gelombang protes besar lainnya.
“Rakyat Venezuela bergerak menuju perubahan,” kata Guaido.
Lonjakan manuver politik di Venezuela telah menarik perhatian puluhan negara, termasuk Amerika Serikat dan beberapa negara besar Amerika Latin. Amerika Serikat pun menjatuhkan sanksi yang berpotensi membuat negara yang sudah tertekan itu kehilangan pemasukan miliaran dolar dari pendapatan minyak bumi mentah.
Namun, Maduro tetap teguh menolak untuk mundur. Dia mengawasi latihan militer dalam beberapa hari terakhir sambil berusaha untuk mengkonsolidasikan dukungan dari angkatan bersenjata. Dia juga menuduh Washington tengah melakukan kudeta.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita RIA Novosti milik pemerintah Rusia pada 30 Januari, Maduro mengatakan dia bersedia untuk duduk dan melakukan pembicaraan dengan oposisi demi perdamaian Venezuela dan masa depannya. Maduro mengatakan pembicaraan dapat dilakukan dengan mediasi dari negara lain. Dia menyebut Meksiko, Uruguay, Bolivia, Vatikan, dan Rusia.
Rusia telah menjadi salah satu pendukung setia Maduro, yang menyediakannya pinjaman uang dan senjata. Seorang pejabat tinggi Rusia mengatakan pada 29 Januari bahwa mereka mengharapkan ada masalah di depan mata, terkait pembayaran utang Venezuela yang akan jatuh tempo sebesar 100 juta dolar AS pada bulan Maret, lapor The Washington Times.
Pada 29 Januari, Mahkamah Agung melarang Guaido meninggalkan negara itu setelah kepala penuntut Tarek William Saab mengumumkan dibukanya penyelidikan kriminal atas serangan terhadap Maduro. Guaido memimpin Kongres yang dikendalikan oposisi. Saab adalah sekutu penting Maduro di lembaga tertinggi pengadilan yang penuh dengan loyalis Maduro.
“Sekali lagi kita akan keluar sebagai pemenang,” ujar Maduro, yang mengenakan topi dan kemeja hijau, pada 29 Januari sambil berdiri di depan barisan pasukan.
Langkah pengadilan datang setelah penasihat keamanan nasional AS, John Bolton memperingatkan bahwa pemerintah Maduro akan menghadapi konsekuensi serius jika Guaido ‘dilukai’.
Sejauh ini Guaido telah berhasil menghindari penangkapan dan Mahkamah Agung tidak mencabut haknya dari kekebalan legislatif. Meskipun penyelidikan baru dapat mengisyaratkan bahwa pemerintahan Maduro bergerak untuk mengambil pendekatan yang lebih menghukum.
Berbicara pada 29 Januari di luar Majelis Nasional, Guaido mengatakan dia sadar akan risiko bagi keselamatan pribadinya.
“Saya tidak meremehkan ancaman penganiayaan saat ini tetapi di sinilah kita sekarang,” kata politisi muda itu.
Amerika Serikat telah muncul sebagai sekutu Guaido yang paling kuat. Trump mengumumkan pada 29 Januari bahwa negara itu memberinya kendali atas rekening-rekening bank Venezuela di Amerika Serikat.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menyatakan bahwa Guaido memiliki wewenang untuk mengambil kendali atas rekening pemerintah Venezuela di Federal Reserve Bank of New York atau bank lain yang ada di bawah otoritas Amerika. Dia mengatakan ‘sertifikasi’ itu akan membantu pemerintah Venezuela melindungi aset-aset itu untuk kepentingan rakyat Venezuela.
Pada 28 Januari, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi pada perusahaan minyak milik negara Venezuela, Petroleos de Venezuela SA, yang berpotensi dapat merampas pendapatan ekspor ekspor pemerintah Maduro sebesar 11 miliar dolar AS selama satu tahun ke depan.
Ekonomi Venezuela telah dirusak oleh hiperinflasi dan meluasnya krisis pangan dan kekurangan obat-obatan yang telah mendorong jutaan orang meninggalkan negara itu.
Maduro menyebut sanksi itu ‘ulah penjahat’ dan bersumpah untuk melawan Amerika Serikat di pengadilan. “Dengan langkah-langkah ini, mereka bermaksud merampok kita,” kata Maduro.
Demonstrasi massa jalanan meletus minggu lalu setelah Guaido, selama demonstrasi besar-besaran oposisi di Caracas, menyatakan bahwa Dia telah mengambil alih kekuasaan presiden berdasar perintah konstitusi. Dia berencana mengadakan pemilihan umum baru untuk mengakhiri ‘kediktatoran Maduro’.
Di bawah konstitusi Venezuela, kepala Majelis Nasional diberi wewenang untuk melakukan tugas-tugas kepala eksekutif dalam berbagai keadaan. Pihak oposisi berpendapat pemilihan ulang yang digelar Maduro Mei lalu adalah ‘bohong’ (penuh kecurangan).
Guaido yang sebelumnya kurang dikenal telah menghidupkan kembali gerakan oposisi dengan mendorong tiga tujuan langsung: untuk mengakhiri ‘perampasan kekuasaan oleh Maduro’, membangun pemerintahan transisi, dan mengadakan pemilihan presiden baru.
Departemen Luar Negeri AS memberi tahu orang Amerika untuk tidak melakukan perjalanan ke Venezuela, memperingatkan ancaman ditangkap atau ditangkap secara sewenang-wenang dalam sebuah protes. Venezuela ditempatkan pada ‘peringkat peringatan perjalanan’ (travel advice) tingkat tertinggi AS, daftar yang juga mencakup Suriah, Afghanistan, dan Irak.
Kantor hak asasi manusia AS mengatakan pasukan keamanan di Venezuela menahan hampir 700 orang hanya dalam satu hari protes anti-pemerintah pekan lalu. Ini adalah jumlah tertinggi dalam satu hari di negara itu setidaknya dalam 20 tahun. Dikatakan lebih dari 40 orang diyakini telah terbunuh dalam gelombang aksi protes.
Sekutu Maduro menyalahkan oposisi atas kekerasan selama penangkapan yang dilakukan pada protes massa dan menyangkal tingginya angka kematian, serta laporan bahwa anak di bawah umur termasuk di antara mereka yang ditangkap. Para pemimpin partai sosialis telah mengorganisir protes-protes oleh ribuan pendukung Maduro di berbagai bagian negara.
Pada 29 Januari, Maduro mengumumkan bahwa Dia memperluas milisi bersenjata sipil Venezuela menjadi 2 juta anggota. Pasukan cadangan dibentuk oleh almarhum Hugo Chavez untuk melatih warga sipil dalam membantu angkatan bersenjata dan mempertahankan revolusi sosialis dari kegagalan. (THE ASSOCIATED PRESS/The Epoch Times/waa)
Video Pilihan :
https://youtu.be/fTKcu82AtsA
Simak Juga :
https://youtu.be/rvIS2eUnc7M