Epochtimes.id- Kepala keuangan Huawei, Meng Wanzhou, yang menjalani 13 dakwaan dari Departemen Kehakiman AS, baru-baru ini mengirimkan sebuah artikel ke majalah Nikkei Asian Review.
Dalam rubrik opini, Meng berusaha menjelaskan mengapa Huawei yang akhir-akhir ini dituduh dalam kasus pencurian teknologi, menjalin kolaborasi dengan sejumlah universitas terkemuka di dunia.
Artikel yang ditulis Meng ini dipublikasikan dalam rentang waktu 2 minggu setelah Universitas Oxford memutuskan untuk menghentikan penerimaan dana penelitian dari raksasa telekomunikasi Tiongkok ini, terkait dengan masalah keamanan.
Menurut Meng, Huawei memprakarsai “Program Riset Inovasi Huawei” (HIRP) pada 2010 untuk mendorong kolaborasi dengan universitas. Program ini menyediakan “kedai kopi virtual” di mana karyawan Huawei “dapat bertukar gagasan dengan universitas dan lembaga penelitian di seluruh dunia,” tulisnya dalam artikel tersebut.
Sebagai perusahaan teknologi, Kepala Keuangan Huawei yang dikenal juga sebagai Sabrina Meng ini menyatakan bahwa keberhasilan dan kelangsungan hidup kita [Huawei] – tergantung pada seberapa akurat R&D kita memprediksi evolusi teknologi komunikasi masa depan.
BACA JUGA : Ternyata Ada Hubungan Antara Huawei dan Politik Faksi Rezim Komunis Tiongkok
Untuk memprediksi secara tepat, kami menumbuhkan budaya keterbukaan, mendorong karyawan untuk “menyerap energi alam semesta dari secangkir kopi.” Ini adalah cara untuk mengatakan bahwa mereka harus meluangkan waktu dari jam kerja untuk berkumpul dan bertukar pikiran.
Meng mengklaim bahwa “Huawei tidak mengejar paten atau hasil penelitian mitra kami.”
“Tujuan kami hanya untuk belajar dari keberhasilan dan kegagalan peneliti,” tulisnya.
Namun para pejabat AS baru-baru ini memperingatkan terhadap jenis-jenis “kemitraan” yang telah mengarah pada spionase akademik.
Sebagai contoh, Liu Ruopeng, yang datang ke Amerika Serikat untuk belajar untuk gelar doktoral di Universitas Duke, mencuri teknologi dan data utama dari lab “jubah tembus pandang” profesornya, kemudian kembali ke Tiongkok untuk mendirikan perusahaannya sendiri — menggunakan informasi dari Laboratorium Duke. Entitas pemerintah Tiongkok telah menginvestasikan jutaan dollar dalam perusahaan startup Tiongkok milik Liu.
National Institutes of Health baru-baru ini juga mengeluarkan laporan yang memperingatkan bagaimana program rekrutmen ekspat Tiongkok telah menargetkan ilmuwan etnis Tiongkok yang bekerja di Amerika Serikat — untuk mengarahkan mereka agar mencuri kekayaan intelektual dan memindahkannya ke Tiongkok.
BACA JUGA : Huawei Adalah Landasan dari Inisiatif Partai Komunis Tiongkok untuk Menyalip Amerika Serikat
Meng juga mengungkapkan ruang lingkup kemitraan Huawei dengan lembaga-lembaga akademik di bawah HIRP: “erat dengan sebagian besar dari 100 universitas top dunia dan dengan para sarjana di 50 laboratorium nasional di lebih dari 30 negara.”
“Hingga saat ini, program ini telah mendanai 1.200 proyek,” tulisnya.
Meng tidak menyebutkan kasus pengadilannya yang tertunda dalam artikel tersebut.
Meng ditangkap oleh otoritas Kanada pada Desember 2018 karena dituduh berbohong tentang hubungan Huawei dengan Skycom Tech, sebuah perusahaan yang menjual peralatan teknologi ke Iran yang melanggar sanksi A.S. Meng dibebaskan dengan jaminan dan sedang menunggu sidang ekstradisi. (Widnyana/asr)
Video Rekomendasi :
https://www.youtube.com/watch?v=fbGqerOlVZU