EpochTimesId – Kota London harus tetap didukung oleh Eropa guna menjadi pusat keuangan global setelah Inggris resmi keluar dari Uni Eropa (Brexit). Menteri Keuangan Luksemburg, Pierre Gramegna mengatakan dukungan untuk London guna menghindari layanan keuangan melayang ke bagian lain dunia di luar Eropa.
Pusat keuangan seperti Luxembourg, Paris dan Frankfurt saling bertarung untuk menarik perhatian bank. Perusahaan asuransi dan manajer aset di Inggris yang membutuhkan basis Uni Eropa (EU) setelah Inggris meninggalkan blok tersebut pada 2019.
Perusahaan dari seluruh Uni Eropa menggunakan London untuk perdagangan mata uang, derivatif dan mengelola dana investasi. Beberapa pembuat kebijakan EU menginginkan bagian dari aktivitas ini bergeser ke Eropa daratan setelah Brexit, demi menghindari bergantung pada kota yang akan segera menjadi pusat keuangan asing bagi EU.
“Ini lebih merupakan masalah mendesak daripada yang dipikirkan orang. Ini kunci bagi Eropa… bahwa pusat keuangan nomor satu di dunia tetap berada di Eropa (walau bukan di Uni Eropa),” kata Gramegna di London School of Economics, seperti dikutip dari TheEpochTimes, Rabu (25/10/2017).
Gramegna melanjutkan, ada kebutuhan untuk memanfaatkan Kota London bagi Eropa, guna memastikan bahwa London terus berkinerja baik. Menghukum London untuk tidak mendapatkan potongan kue adalah pemikiran yang pendek.
Tidak ada kesepakatan setelah Brexit tidak akan menguntungkan Uni Eropa. Tidak ada kerjasama pasca Brexit justru akan membuat jasa layanan keuangan Inggris pindah ke negara-negara di luar Eropa.
“Inggris kemudian, dalam arti tertentu, hanyut ke Atlantik. Saya menemukan bahwa kesepakatan akhir yang seimbang dengan Inggris, khususnya untuk layanan keuangan, adalah untuk kepentingan Eropa itu sendiri,” tambah Gramegna.
Inggris dan Uni Eropa telah mengadakan beberapa pertemuan untuk menyetujui penyelesaian perceraian. Hanya sedikit kemajuan yang diperoleh terkait pembicaraan mengenai hubungan perdagangan di masa depan.
Gramegna menolak menyebutkan angka pada rekening perceraian Inggris. Menurutnya itu adalah sebuah batu sandungan utama.
“Berapa nilai akses ke pasar tunggal EU? Bisakah kamu menempatkan sosok itu? Saya tidak bisa. Uang sebenarnya bukan yang terpenting,” katanya.
Mengenai hubungan dagang Inggris di masa depan dengan Uni Eropa, dia mengatakan bahwa Swiss telah menunjukkan bagaimana hal itu dapat bekerja ketika menyangkut pergerakan bebas orang-orang. Hal yang oleh rakyat Inggris ingin mengekangnya.
Dia mendesak politisi Inggris dan Uni Eropa untuk tidak mendramatisir perceraian dan menghindari diplomasi megafon. Mereka diminta untuk fokus pada masalah faktualnya.
“Kita harus tidak boleh berpuas diri, atau mencoba menghukum Inggris. Tidak memiliki kesepakatan perdagangan akan buruk bagi kedua belah pihak,” katanya.
Menurutnya masa transisi antara Brexit dan persyaratan perdagangan baru, diperlukan untuk meyakinkan pelaku bisnis. “Tekanan pada perusahaan jauh lebih tinggi daripada yang diantisipasi pemerintah,” katanya.
Perusahaan teknologi keuangan di London, misalnya, telah bertemu dengan Luksemburg, mengatakan bahwa mereka memerlukan akses ke pelanggan UE setelah Brexit. “Ini jauh lebih penting daripada yang dipikirkan orang,” kata Gramegna. (waa)