Frank Tian Xie
Pada akhir Juli lalu perundingan dagang tingkat tinggi putaran ke-12 antara Tiongkok dan AS dilangsungkan di Shanghai, Tiongkok.
Latar belakang lokasi perundingan saat perwakilan kedua negara bernegosiasi di Xijiao Convention Center, adalah karya penyair dinasti yuan bernama zhang yanghao yakni “shuang diao – yan er luo dai guo de sheng ling”.
Diperkirakan pada perwakilan Amerika Serikat, tidak ada yang memahami secara mendalam budaya Tiongkok. Jadi, mungkin menganggap karya sastra dinasti yuan itu melulu hanya sebagai hiasan semata.
Penulis mengungkapkan, sebenarnya syair tersebut memiliki makna yang mendalam. Sayangnya para pejabat AS benar-benar tidak begitu mampu memahaminya, sehingga tidak bisa memprediksi maksud komunis tiongkok.
Pada dinding latar tempat perundingan kedua pihak yang berunding itu, terlihat sejumlah aksara Tiongkok kuno yakni, aksara style Zhuan. Namun dari gambar hanya bisa terlihat 30 kata yang hanya mencakup sekitar setengah syair.
Teman di amerika sangat hebat, mereka menemukan naskah asli keseluruhan syair itu, yang ternyata adalah karya penyair dinasti yuan bernama zhang yanghao, yang berjudul “shuang diao – yan er luo dai guo de sheng ling”, di dalam ruang pertemuan di xijiao convention center ini, telah digunakan enam kalimat pertama.
Naskah aslinya adalah sebagai berikut:
“Awan datang gunung lebih indah,
awan pergi gunung ibarat lukisan,
gunung menjadi gelap-terang karena awan,
awan naik-turun menyesuaikan gunung.
Bertumpu pada tongkat di tengah lautan awan,
Menoleh terlihat rumah gunung.
Rusa liar tidur nyenyak di tengah rerumputan,
monyet gunung bermain di tengah bunga liar.
Awan senja, kucinta gunung tak ternilai.
Melihat sambil menapak, awan dan gunung pun mencintaiku.”
Zhang Yanghao yang hidup pada 1269-1329 adalah seorang penyair dari dinasti Yuan. Nama kecilnya Ximeng, julukannya yunzhuang. Ia adalah warga dari Jinan Provinsi Shandong.
Yang ditulis zhang yanghao adalah pemandangan gunung dan awan: di atas gunung, dikelilingi awan dan kabut, pemandangan gunung tidak menentu karena awan yang melayang, kadang terang kadang gelap, awan datang dan pergi, silih berganti indah dipandang.
Penguasa komunis Tiongkok yang sangat memperhatikan detil pada hubungan diplomatik, tentu tidak akan melewatkan sinyal dan kesempatan untuk mengelabui orang amerika. Makna dari syair ini, makna kiasannya terhadap perang dagang AS-Tiongkok, sebenarnya sangat jelas.
“Awan datang gunung lebih indah, awan pergi gunung ibarat lukisan”, tiongkok sebagai tuan rumah tentu sebagai gunung yang tidak bergerak dalam hal ini, amerika sebagai tamu tentu adalah sebagai awan yang terbang menghampiri.
Kedua kalimat ini memberitahu Amerika, kalian datang berunding, kami juga sangat baik, bahkan akan lebih baik. Tapi jika kita tidak sepakat, kalian akan pergi, kami pun tidak apa-apa, akan tetap indah ibarat lukisan.
Kemudian, “gunung menjadi gelap dan terang karena awan, awan naik dan turun menyesuaikan gunung.” Ini menjelaskan, jika tidak mencapai sepakat, kalian Amerika akan pergi, awan pun terbang menjauh, masa depan kami akan semakin cerah, karena awan gelap telah pergi.
Dan, “awan naik dan turun menyesuaikan gunung”, semakin menampakkan ambisi komunis tiongkok, ingin menandingi Amerika.
Gunung berniat bertanding “tinggi rendah” dengan awan, ini menjelaskan ambisi sombong komunis tiongkok yang tidak tahu diri itu.
Masyarakat masih ingat akan kata-kata sesumbar dedengkot komunis Tiongkok Mao Zedong yang mengatakan “ingin menandingi Tuhan”? Sampai sekarang kebiasaan buruk komunis tiongkok itu tidak berubah, bahkan menjadi semakin berbahaya, menjadi semakin kelam.
Dengan kata lain, sikap komunis tiongkok dalam perundingan telah disiapkan sejak awal, mereka sama sekali tidak berharap akan mencapai kesepakatan. Sejak awal Amerika telah diisyaratkan, datanglah jika mau, datang pun boleh, pergi pun tidak mengapa, kami pun tidak peduli, seperti inilah sikap komunis tiongkok yang tidak tulus dan tidak berpendirian.
Sungguh disayangkan, sepertinya AS kurang persiapan, tidak benar-benar memahami betapa dalamnya kebudayaan tiongkok. Juga tidak menduga komunis tiongkok akan mendistorsi syair indah dinasti yuan ini.
Pejabat AS datang ke shanghai dengan penuh semangat, menumpang pesawat jet milik pemerintah yang dibayar dengan uang wajib pajaknya. Tak hanya tidak berhasil mendapat order untuk kacang kedelai ataupun jagung dan sorgum, bahkan di belakang telah ditertawakan oleh komunis tiongkok.
Tahun 2019 memang ditakdirkan merupakan musim rontok yang penuh rintangan. Baru memasuki bulan agustus, situasi perang dagang AS-Tiongkok berubah drastis, sampai membuat orang kewalahan mengikutinya.
Setelah perundingan dagang di Shanghai menemui kegagalan dan perwakilan AS baru saja kembali ke negaranya, dikabarkan setelah perwakilan itu menyelesaikan laporannya kepada presiden trump di ruangan oval di gedung putih, presiden langsung bereaksi, “Tarif masuk!” Keputusan trump yang tegas itu kembali tampil dengan jelas di hadapan masyarakat.
Tak lama setelah tersebar berita diberlakukannya tarif 10% di awal september bagi produk impor dari Tiongkok senilai 300 milyar dolar AS, komunis Tiongkok tidak memberi tanggapan dalam 24 jam. Media massa komunis Tiongkok juga bungkam tak bersuara, tentu ini adalah kebiasaan komunis Tiongkok.
Dibandingkan dengan tindakan langsung dan keputusan tegas trump begitu mendapat laporan hasil perundingan di shanghai, kali ini sistem otoriter komunis tiongkok sepertinya tidak begitu “efektif”.
Masyarakat umumnya mengira efektivitas rezim otoriter, jauh lebih tinggi daripada demokrasi, pada saat-saat luar biasa dan kondisi tertentu, sepertinya tidak selalu seperti itu.
Jelas kebijakan tarif untuk 300 milyar dolar AS dari Trump itu telah mengguncang Zhongnanhai, membuat komunis tiongkok tidak sempat melawan, kembali terjerumus ke dalam kondisi tidak tahu apa yang harus diperbuat.
Sampai komunis Tiongkok kemudian agak pulih kembali. Dan, renminbi telah menembus angka 7 untuk kali pertama dalam 11 tahun terakhir. Perusahaan pusat mengumumkan berhenti membeli produk pertanian dari amerika. Masyarakat akan tahu, lagi-lagi Komunis Tiongkok salah menilai situasi dan salah memainkan kartunya!
Kementerian Keuangan AS di malam yang sama, mengumumkan telah menganggap Komunis Tiongkok sebagai negara manipulator mata uang. Cepatnya tindakan ini, memanfaatkan situasi, di saat yang paling tepat mematok komunis tiongkok di pilar aib sebagai manipulator mata uang.
Perang dagang pun seketika itu juga meningkat, menjadi pertempuran kecil yang mengawali perang mata uang, bursa efek seluruh dunia bergolak, risiko meletusnya krisis moneter yang lebih parah dibandingkan tiga tahun terakhir mungkin akan jatuh di atas kepala komunis tiongkok.
Hari itu penulis bercanda pada keluargan, nilai tukar renminbi telah menembus angka 7, dirinya juga “menembus 7”, karena dalam 36 jam ada liputan dalam bahasa inggris maupun mandarin dari sebanyak 7 media internasional maupun di AS, dan sebuah wawancara langsung.
Karena liputan umumnya dilakukan lewat komputer di ruang tamu, maka kondisi di rumah harus hening. Sedangkan keluarganya pun tidak menggunakan internet karena khawatir akan memengaruhi kecepatan koneksi, jadi hanya bisa meminta maaf kepada anggota keluarga.
Tembusnya renminbi pada angka 7 menandakan apa? Tentu karena komunis tiongkok, sengaja memanipulasi nilai tukar mata uang, agar mendapatkan keunggulan harga persaingan, yang sebagian dapat menekan dampak dari tarif baru terhadap produk senilai 300 milyar dolar AS itu.
Namun demikian, pada saat yang sama juga merupakan reaksi dari komunis tiongkok yang telah sangat terpojok. Pasalnya, komunis tiongkok tidak memiliki banyak cadangan devisa yang dapat digunakan untuk mempertahankan nilai tukar renminbi.
Ada yang mengatakan melemahkan nilai tukar renminbi untuk menstimulasi ekspor, ibaratnya adalah tindakan membunuh musuh delapan ratus. Sementara komunis tiongkok mengalami kerugian tiga ribu, tidak sepenuhnya seperti itu juga. Karena sudah bisa dipastikan komunis tiongkok akan mengalami kerugian tiga ribu, tapi mampukan membunuh musuh sebanyak delapan ratus, ini masih suatu tanda tanya.
Karena tindakan berikutnya pemerintahan Trump, mungkin lebih awal memberlakukan tarif 10 persen terhadap 300 milyar dolar AS, mungkin juga tarif 300 milyar dolar AS dinaikkan sampai 25 persen.
Bahkan mungkin akan seperti yang dikatakan Trump sebelum kampanyenya, yakni tarif masuk 45% terhadap seluruh produk impor dari Tiongkok.
Frank Tian Xie menilai, pada dasarnya komunis tiongkok telah menghabiskan semua amunisi pada perang dagang ini, dan mulai bertindak gegabah.
Sebenarnya komunis tiongkok mungkin belum melihat tindakan washington berikutnya, yang sedang dalam proses peracikannya. AS sangat mungkin memberlakukan tarif permanen 25% terhadap produk tiongkok, untuk membuat AS terlepas dari perekonomian tiongkok yang disandera oleh Komunis Tiongkok.
Negeri Paman Sam itu menuntut WTO agar mengaudit kembali status komunis tiongkok. Mungkin memaksa WTO untuk memperlakukan komunis tiongkok sebagai negara makmur, komunis tiongkok mungkin akan “dinaikkan” tingkatannya.
Dan, jika tidak mau menerima perlakuan “naik tingkat”, maka akan sangat besar peluangnya komunis tiongkok akan “dikeluarkan”.
Jika komunis Tiongkok terus mengendalikan nilai tukar mata uang, tidak menyelesaikan masalahnya dalam setahun, tidak menghapus kebijakan mata uang yang memberikan keunggulan tidak adil bagi komunis Tiongkok, maka komunis tiongkok akan dihukum oleh IMF. Hukumannya akan sangat berat.
Dan, jika komunis tiongkok berani meningkatkan perang dagang dan perang mata uang ini menjadi perang finansial, rata-rata orang berpendapat, tinggal menghitung hari pecahnya pundi uang naga merah.
Kesengajaan komunis Tiongkok dalam memanipulasi nilai tukar renminbi, akan mengakibatkan tekanan tidak hanya terhadap Washington, tapi juga terhadap negara asia lainnya dan juga uni eropa.
Uni eropa tengah menyoroti masalah ini, karena pelemahan renminbi yang bersifat kompetitif, juga karena belakangan ini tiongkok yang terimbas di pasar AS. Tiongkok sedang berusaha masuk ke pasar eropa secara besar-besaran, renminbi yang murah dan ekspor tiongkok telah menjadi tantangan terhadap daya saing perusahaan eropa.
Mata uang Euro, yen Jepang, won Korea, dolar Kanada dan Australia telah merasakan semakin besarnya tekanan.
Jadi, setelah menembus angka 7 ini pertarungan AS dengan komunis Tiongkok akan semakin berbahaya. Akan meluas ke negara lain, suatu perang mata uang yang bersifat global akan segera tiba mungkin dikarenakan komunis Tiongkok yang bertindak gegabah. (SUD/WHS/asr)
Ketua Profesor bisnis dan profesor pemasaran John M. Olin Palmetto di University of South Carolina – Aiken, Amerika Serikat.