Frank Fang – The Epochtimes
Pemerintah Jepang baru-baru ini memperingatkan negara itu untuk waspada tinggi mengenai potensi penyebaran Flu babi Afrika. Penyakit itu sangat menular yang mematikan bagi babi. Akan tetapi tidak berbahaya bagi manusia, menurut media setempat.
Mengutip data dari Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang, Kyodo News melaporkan pada Senin 28 Oktober, bahwa telah ada lebih dari 77 kasus produk babi Afrika yang terinfeksi Flu babi. Produk itu termasuk sosis yang dibawa oleh pelancong dari negara-negara seperti Tiongkok, Vietnam, Kamboja, dan Filipina.
Produk daging babi itu juga disita dari bandara setempat di seluruh negeri sejak Oktober tahun lalu.
Jepang saat ini bebas dari Flu babi Afrika, tetapi setidaknya 10 negara Asia telah terkena penyakit itu, termasuk Tiongkok, Mongolia, Vietnam, Kamboja, Filipina, Laos, Myanmar, Korea Utara, dan Korea Selatan.
Flu Babi Afrika tidak ditemukan di benua Asia sebelum wabah itu muncul di Tiongkok pada Agustus tahun lalu. Flu babi Afrika kemudian mulai muncul di negara-negara tetangga.
Namun demikian, tidak satu pun dari pemerintahan negara-negara itu yang secara terbuka menghubungkan wabah Flu babi Afrika mereka dengan penyebaran virus dari Tiongkok.
Terpisah dari Flu Babi Afrika, peternakan babi Jepang saat ini berada di bawah ancaman Flu babi klasik. Kedua Flu babi serupa tetapi disebabkan oleh virus yang berbeda.
Menurut surat kabar harian berbahasa Jepang, Jepang Times, peternakan babi di kota Gifu di Jepang tengah pertama kali terdeteksi pada September 2018 dengan kasus Flu babi klasik. Sejak itu babi dan babi hutan di 11 prefektur telah dinyatakan positif.
Pemerintah Jepang telah memusnahkan lebih dari 145.000 ekor babi. Selain itu, memvaksinasi babi dalam skala luas. Sebaliknya, tidak ada vaksin yang efektif melawan Flu babi Afrika.
Adapun tetangga Jepang, Korea Selatan, terkena Flu babi Afrika pada akhir Agustus lalu, seperti dilaporkan oleh media lokal Yonhap News Agency pada 28 Oktober. Dilaporkan, bahwa telah ada 15 kasus babi hutan yang dikonfirmasi dan 14 kasus babi dari peternakan babi lokal. Yang mana, dinyatakan positif menderita virus itu.
Selain itu, Yonhap melaporkan bahwa sementara pihak berwenang Korea belum menyelidiki lebih lanjut apa yang menyebabkan wabah penyakit tersebut. Pihaknya menduga bahwa wabah itu berasal dari Korea Utara. Dikarenakan, semua kasus yang dikonfirmasi datang dari daerah yang berbatasan dengan Korea Utara.
Lebih dari 154.000 ekor babi telah dimusnahkan di Korea Selatan, karena pemerintah setempat berusaha menahan wabah itu, menurut laporan Yonhap.
Vietnam, yang melaporkan kasus Flu Babi Afrika pertamanya pada Februari lalu, telah memusnahkan lebih dari 5 juta ekor babi, atau sekitar 18 persen dari total kawanan babi. Laporan tersebut menurut artikel Reuters pada 17 Oktober lalu.
Penyakit tersebut telah menyerang seluruh 63 provinsi dan menaikkan harga babi hidup menjadi sekitar 60.000 dong atau sekitar 36 ribu rupiah per kilogram, meningkat 70 persen dari awal tahun ini.
Berkurangnya pasokan daging babi lokal telah memaksa Vietnam untuk mengimpor 10.802 ton daging babi senilai 21,3 juta dolar AS pada tahun ini. Jumlah itu meningkat 155 persen dari tahun lalu, menurut media Vietnam, mengutip data dari departemen bea cukai setempat.
Di antara impor daging babi, 52,5 persen berasal dari Brasil, diikuti oleh Polandia dengan 13,8 persen, dan Amerika Serikat sebesar 10,2 persen. Filipina juga sedang menghadapi wabah Flu Babi Afrika.
Menurut laporan 24 Oktober oleh media lokal Philippine Star, penduduk setempat telah memusnahkan lebih dari 62.000 ekor babi sejak awal wabah pada Agustus lalu. (asr)