EpochTimesId – Seorang veteran pilot pesawat tempur era Perang Dunia II, George Harvey, memiliki impian terbang dengan pesawat untuk terakhir kalinya pada usia senja. Pria berusia 96 itu, akhirnya mendapatkan keinginannya pada salah satu landasan terbang milik RAF.
Harvey bertugas di RAF dari tahun 1939. Dia pernah menerbangkan Beaufighter, Meteor, dan Mosquito selama Perang Dunia ke-2.
Pengasuhnya, Claire Nias, meminta sang veteran itu untuk menulis daftar keinginan di buku catatan ketika berobat ke sebuah rumah sakit. “Saya ingin terbang untuk terakhir kali sebelum dimasukkan dalam ‘mantel-kayu’ (peti mati),” tulis Harvey.
Jadi, Nias memutuskan untuk mencoba mewujudkan keinginan veteran tersebut, dengan menghubungi RAF Lossiemouth.
Perwira terbang Chloe McFarlane yang bekerja di pangkalan tersebut, menyadari bahwa tidak mungkin dia terbang dengan pesawat tempur canggih jenis Typhoons. Maka dia akhirnya menghubungi Moray Flying Club di barak Kinloss di Skotlandia.
Dalam sebuah posting Facebook, RAF Lossiemouth menjelaskan bagaimana Harvey tidak kehilangan humor militernya saat lepas landas menuju langit, dalam ‘penerbangan terakhirnya’.
“Ketika dia melihat Cessna, dia bercanda. Walau hanya ini yang bisa kita dapatkan, kita harus tetap melakukannya,” Tulis RAF Lossiemouth.
Letnan Penerbang Ian Bright, mendapat tugas menjadi pilot bagi Harvey. Dia mengaku bahwa ini adalah sebuah kehormatan besar bagi nya, karena dipercaya terbang bersama veteran Perang Dunia II.
“Dia benar-benar memiliki karakter yang fantastis yang membuat kita semua bahagia… dia masih memiliki sarkasme militer yang brutal,” kata Bright.
“Begitu mengudara, sangat jelas bahwa banyak kenangan menghampiri Mr. Harvey. Kurasa dia sempat minum air mata yang membasahi pipinya,” imbuh Bright.
Sang Veteran bahkan diberikan kesempatan untuk mengendalikan pesawat untuk beberapa saat, di bawah pengawasan Letnan Bright. Mereka pun mendarat dengan selamat, tanpa mengalami masalah kesehatan yang berarti.
Selesai terbang untuk yang terakhir kalinya, Harvey diajak makan siang bersama. Dia pun diminta menceritakan pengalamannya kepada tim pendukung pangkalan udara.
“Saya mengalami hari yang paling fantastis; Sangat menyenangkan bisa terbang lagi,” ujarnya.
Dia menceritakan pengalamannya mendaratkan pesawat bomber tanpa roda. Karena roda pesawat rusak selama bertempur. (waa)