Banyak negara sedang bersaing mempercepat peluncuran vaksin virus komunis Tiongkok, meski kemanjuran dan keamanan dari vaksin tetap menjadi perhatian tinggi masyarakat. Dalam situasi seperti ini, vaksin “Made in China” lebih sulit untuk mendapatkan kepercayaan karena pengalaman pengembangan vaksin buatan mereka di masa lalu yang amburadul.
Untuk alasan ini, media Partai Komunis Tiongkok dengan gencar membesar-besarkan adanya efek samping dari vaksin buatan asing. Baru-baru ini media corong partai ini secara sengaja menyimpangkan rekomendasi WHO tentang penggunaan vaksin “Moderna” menjadi tidak merekomendasikan penggunaannya
oleh Jing Zhongming
Pada 26 Januari 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pengumuman mengenai anjuran sementara menggunakan vaksin “Moderna”. Vaksin ini adalah hasil pengembangkan oleh perusahaan “Moderna” dengan National Institutes of Health (NIH) AS.
Namun, ketika media-media corong partai Komunis Tiongkok edisi luar negeri seperti ‘Huanqiu’, ‘Renmin Rebao’, serta ‘Guancha’, ‘tech.ifeng’, dan situs web lainnya dalam laporannya, justru seragam memberi judul “WHO tidak merekomendasikan vaksin Moderna, agar penerima vaksin terhindar dari terjadinya anafilaksis (alergi yang berpotensi mengancam nyawa).
Dalam pemberitaan mereka, konten mengenai anjuran WHO pada 26 Januari itu hanya dilaporkan secara pendek pada alinea pertama.
Namun, mulai alinea kedua dan seterusnya, mereka mulai memperkenalkan komentar WHO tentang kekurangan yang terdapat pada vaksin tersebut, termasuk perlu kehati-hatian terhadap efek vaksin berupa anafilaksis, dan vaksinasi terhadap wanita hamil dan lainnya.
Pemberitaan mereka juga mengutip laporan resmi AS, bahwa tercatat hingga bulan Januari ini, di antara dosis pertama vaksin Modena di Amerika Serikat, terdapat 1.266 kasus kejadian berupa efek samping yang muncul akibat penyuntikan batch pertama vaksin “Moderna”, termasuk 10 kasus reaksi alergi.
Sebelumnya, media corong partai juga terus memberikan laporan yang menyimpang mengenai efek samping vaksin asing. Tetapi, mereka tidak pernah menyebutkan tentang kesimpulan dari Brasil yang menemukan bahwa efektivitas vaksin “Sinovac” buatan perusahaan Tiongkok hanya 50,4%, dan para penerima vaksinasi “Made in China” wajib menandatangani “perjanjian kerahasiaan”, yang isinya tidak boleh mengungkapkan reaksi samping setelah vaksinasi.
Selain itu, para ahli di Kota Shanghai mengungkapkan bahwa vaksin buatan perusahaan Tiongkok “Sinopharm” memiliki 73 jenis efek samping, tetapi berita itu dengan cepat diblokir pihak berwenang.
Saat ini, negara-negara di seluruh dunia sedang berkonsentrasi penuh dalam proses pengembangan vaksin demi mempercepat peredarannya.
Namun, para pejabat terus mengeluarkan laporan tentang reaksi negatif dari vaksin, termasuk Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Norwegia, dan banyak negara lain. Memang kasus kematian karena vaksinasi memang terjadi.
Oleh karena itu, bahkan di AS pun, ada sebagian besar orang menolak untuk divaksinasi karena kekhawatiran mereka tentang keamanan vaksin. (sin)
Keterangan Foto : Vaksin COVID-19 buatan perusahaan Moderna. (Ronny Hartmann/AFP/Getty Images)