Counter Point
Partai Komunis Tiongkok mengatakan pihaknya mempunyai sebuah mimpi yang tidak hanya untuk Tiongkok, tetapi juga untuk seluruh dunia. Satu Dunia Satu Mimpi dari zaman mantan pemimpin Tiongkok, Hu Jintao hingga zaman mimpi Tiongkok ala pemimpin Tiongkok Xi Jinping, Partai Komunis Tiongkok terus-menerus memberitahu kita bahwa kita berperan dalam mimpi Partai Komunis Tiongkok.
Partai Komunis Tiongkok mengatakan itu adalah sebuah mimpi yang dibagikan ke seluruh dunia. Tetapi apa mimpi itu? Bagaimana Tiongkok mewujudkan mimpi tersebut? Dan apa peran yang dimainkan oleh Amerika Serikat dalam mimpi Tiongkok itu? Apa peran yang harus kita mainkan di masa mendatang?
Dalam 40 tahun pertama berdirinya Partai Komunis Tiongkok, kata-kata jarang diucapkan Amerika Serikat tanpa kebencian yang kuat dan tanpa memandang rendah dua generasi rakyat Tiongkok yang dibesarkan dengan film-film dan buku-buku anak-anak yang menggambarkan Amerika Serikat sebagai sebuah musuh bebuyutan Tiongkok. Pemimpin aliansi-aliansi jahat yang melawan Tiongkok, dinasti yang rakus yang iri pada prestasi-prestasi Tiongkok, serigala yang haus darah dengan tidak sabar menanti keruntuhan Tiongkok.
Setiap film dan cerita berakhir dengan keberhasilan mengalahkan Amerika Serikat yang berterima kasih kepada kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok. Perubahan-perubahan dalam narasi tersebut mulai terjadi saat Deng Xiaoping memutuskan untuk melakukan keterbukaan guna menyelamatkan ekonomi yang runtuh di bawah kepemimpinannya.
Selama puluhan tahun, kegilaan komunis telah menghancurkan pendidikan di Tiongkok. Teknologi Tiongkok yang kuno jauh tertinggal dari Barat. Kendali informasi yang ketat dan propaganda anti-Barat telah membuat rakyat Tiongkok menjadi bodoh mengenai dunia luar. Sejumlah pejabat Partai Komunis Tiongkok dan para cendekiawan Tiongkok yang pertama mengunjungi Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1980-an, mereka tidak percaya apa yang mereka saksikan. Kelaziman peralatan rumah tangga dan mobil-mobil pribadi, ukuran rata-rata penduduk Amerika Serikat, berbagai produk di supermarket, gaya dan warna pakaian orang-orang Amerika Serikat.
Negara tempat para pejabat dan cendekiawan Tiongkok dibesarkan dipercayai adalah jahat dan terbelakang, tempat di mana kelas pekerja dieksploitasi dengan kejam secara langsung. Hal tersebut mirip seperti utopia dan ini adalah untuk pertama kalinya Partai Komunis Tiongkok menyadari betapa pentingnya teknologi menjadi keberlanjutan Partai Komunis Tiongkok. Sejak itu Beijing menempatkan pertumbuhan ekonomi dan kecanggihan teknologi sebagai prioritas teratas.
Deng Xiaoping memerintahkan para pejabatnya untuk ‘tao guang yang hui’ yang artinya merahasiakan kekuatan seseorang dan menunggu kesempatan yang baik, dan itulah yang dilakukan Partai Komunis Tiongkok. Partai Komunis Tiongkok mengirim banyak pejabat dan mahasiswa ke Amerika Serikat untuk mempelajari semuanya semampu mereka. Teknologi menempati daftar teratas.
Amerika Serikat dengan gaya bersahabat yang murah hati dan bergaya mirip-bisnis membantu. Tragedi pembantaian para mahasiswa pro-demokrasi pada tahun 1989 di Lapangan Tiananmen memperlambat upaya-upaya Partai Komunis Tiongkok, namun tragedi tersebut tidak dapat menghentikan kemajuan upaya-upaya Partai Komunis Tiongkok. Hanya dalam waktu empat tahun setelah tragedi pembantaian tersebut, Presiden Amerika Serikat Bill Clinton meluncurkan sebuah kebijakan perjanjian yang berguna dengan Tiongkok.
Di bawah kebijakan ini, Amerika Serikat memusatkan perhatiannya pada kaitan-kaitan pembangunan ekonomi antara kedua negara. Dan topik-topik yang condong memicu konflik seperti hak-hak asasi manusia secara hati-hati diremehkan untuk membuka jalan bagi perdagangan dan negosiasi-negosiasi lainnya.
Orang-orang Amerika Serikat dibimbing untuk mempercayai bahwa pengaruh ekonomi dan kebudayaan akan mengubah Tiongkok menjadi sebuah negara yang terbuka dan bersahabat. Tidak seorang pun yang memiliki secuil keprihatinan bahwa suatu hari Tiongkok akan menjadi pesaing utama teknologi Amerika Serikat.
Xi Jinping secara resmi menyatakan bahwa mimpi Tiongkok ala dirinya adalah untuk membangun sebuah masyarakat dengan masa depan yang berbagi untuk umat manusia. Dengan kata lain Xi Jinping ingin dinastinya menguasai dunia. Xi Jinping yakin bahwa teknologi adalah kunci utama untuk mewujudkan ambisinya.
Dalam visi Xi Jinping, Tiongkok akan menjadi pemimpin dunia di bidang teknologi-teknologi yang strategi dan canggih dalam waktu lima hingga sepuluh tahun kemudian. Sebuah peran yang dimainkan Amerika Serikat sejak berakhirnya Perang Dunia ke-2, Tiongkok tidak jauh dari tujuan tersebut.
Propaganda Tiongkok sering membual bahwa dalam waktu 30 tahun Tiongkok telah mencapai kecanggihan teknologi di mana Barat membutuhkan waktu seratus tahun untuk mencapainya. Namun, kecepatan yang tidak biasanya itu didapat melalui metode-metode yang haram. Pencurian kekayaan intelektual dimulai sejak awal hubungan perdagangan Amerika Serikat-Tiongkok.
Pernah suatu kali pasar-pasar Tiongkok dibanjiri dengan jean-jean, tas-tas, jam tangan palsu dan VCD bajakan. Ambisi Tiongkok jauh melampaui produk-produk konsumen tiruan, tetapi pendekatan yang mendasar adalah sama, yaitu mencuri gagasan-gagasan, bukannya memperbarui gagasan-gagasan tersebut. Pencurian kekayaan intelektual setiap tahun oleh Tiongkok menyebabkan kerugian sebesar usd 600 milyar bagi Amerika Serikat. Hal ini diterjemahkan sebagai sebuah kerugian tahunan sekitar usd 4.600 bagi setiap rumah tangga Amerika Serikat.
Bagaimana persisnya hal ini terjadi, Erping Zhang, seorang cendekiawan dan pengamat Tiongkok memiliki beberapa pandangan unik mengenai bagaimana persisnya proses tersebut bekerja.
Menurut Erping Zhang, bagi perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di Tiongkok, dan kemudian pemerintah Tiongkok akan memaksa perusahaan-perusahaan asing tersebut untuk mentransfer teknologi, blla tidak perusahaan-perusahaan asing tersebut tidak diizinkan beroperasi di Tiongkok.
Pertama, pemerintah Tiongkok akan memberikan semua kondisi yang sangat baik dan memberikan semua kenyamanan kepada perusahaan-perusahaan asing tersebut untuk mendapatkan investasi langsung dari pihak asing ke Tiongkok. Sekali anda mendirikan pabrik-pabrik, sekali anda memulai sebuah operasi yang besar, hal berikut yang dilakukan Tiongkok adalah memaksa anda untuk mentransfer teknologi, bila tidak maka anda akan mengalami masalah, anda tidak boleh memperoleh listrik atau air bulan depan, maka anda harus mentransfer teknologi anda.
Hal lainnya adalah kita harus sadar bahwa Tiongkok tidak hanya memaksa perusahaan-perusahaan asing untuk mentransfer teknologi, Tiongkok juga mengirim mata-matanya untuk bekerja di perusahaan-perusahaan asing, bank-bank dan bahkan konsulat-konsulat asing.
Tahun lalu ada sebuah dokumen yang bocor, yang menurut Sky News, ada 1,95 juta anggota Partai Komunis Tiongkok yang bekerja di perusahaan-perusahaan asing seperti Boeing dan IBM, bank-bank, HBS, dan konsulat-konsulat, jadi para anggota Partai Komunis Tiongkok menyusup dan berhasil mendapatkan informasi perusahaan Barat yang besar. Itulah yang terjadi. Jadi para anggota Partai Komunis Tiongkok dapat dengan mudah mencuri di perusahaan-perusahaan asing.
Memang Tiongkok telah mengembangkan banyak siasat untuk mentransfer teknologi asing ke tangannya sendiri dan kisah kereta api berkecepatan-tinggi di Tiongkok adalah sebuah contoh utama. Saat ini, Tiongkok memiliki dua pertiga kereta api berkecepatan-tinggi di dalam negerinya di dunia dan meliputi 70 persen saham pasar di luar negeri, HSR Contruction. Sebelum tahun 2004, jumlah tersebut adalah nol. Pada saat itu, ada empat pemimpin kereta api berkecepatan-tinggi di seluruh dunia, yaitu Siemen Jerman, Alstom Prancis, Kawasaki Heavy Industries Jepang, Bombardier Kanada.
Pada tahun 2004, Tiongkok mengundang empat perusahaan kereta api berkecepatan-tinggi itu untuk lelang penawaran sebesar usd 2,4 miliar dolar. Hal tersebut hanyalah awal rencana jangka-panjang Tiongkok. Syarat-syarat lelang tersebut dirancang untuk memaksa perusahaan-perusahaan asing itu untuk mentransfer teknologi ke Tiongkok.
Pertama, perusahaan-perusahaan asing tidak diperbolehkan mengikuti lelang, kecuali bekerja melalui sebuah joint venture dengan sebuah perusahaan Tiongkok.
Kedua, perusahaan Tiongkok yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan asing itu harus menjadi salah satu perusahaan yang dimiliki kedua negara.
Ketiga, pembayaran hanya dapat diproses setelah mitra Tiongkok telah memiliki semua teknologi itu. Kemudian Tiongkok dengan sombong menunjukkan bagaimana Tiongkok mempermainkan empat perusahaan asing yang mengikuti lelang tersebut berkelahi satu sama lain dalam negosiasi yang memaksakan syarat-syarat yang berat.
Pada akhirnya, Tiongkok bekerja sama dengan empat perusahaan asing tersebut di tahun-tahun berikutnya dan dengan demikian Tiongkok menyerap teknologi dari para pemimpin industri di dunia.
Pada tahun 2011, Jepang sangat terkejut saat mempelajari bahwa mitranya di Tiongkok sedang bekerja untuk memperoleh hak-hak paten di Tiongkok dan lima negara lain untuk teknologi-teknologi yang didapat dari Jepang melalui kontrak pada tahun 2004. Jepang berupaya menuntut Tiongkok, tetapi pada akhirnya Jepang mundur.
Tetapi hal terburuk di hadapan mata adalah keseluruhan dipersenjatai dengan teknologi dari para pemimpin industri dunia, Tiongkok mulai secara agresif mempromosikan proyek-proyek HSR ke luar negeri sebagai sebuah pondasi untuk strategi Satu Sabuk Satu Jalan Tiongkok. Jepang dan negara-negara lain merasa berat untuk bersaing dengan Tiongkok karena biaya produksi Tiongkok yang rendah, banyak sekali pasokan tenaga kerja, dan kecepatan konstruksi Tiongkok.
Kini Tiongkok adalah eksportir HSR paling top di dunia di mana ada 70 persen saham dunia. Sekali lagi, pasar ini secara keseluruhan dibangun dengan cara mencuri teknologi selama sepuluh tahun. Tiongkok terus-menerus mengembangkan siasat-siasatnya. Kini Tiongkok mendorong garis depan masuk semakin dalam ke wilayah Amerika Serikat dengan cara memperoleh investasi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.
Mungkin anda tidak menyadari betapa uang Tiongkok sudah beredar di mana-mana dalam kehidupan sehari-hari rakyat Amerika Serikat. Saya akan bacakan kepada anda beberapa merek atau perusahaan-perusahaan yang telah diperoleh oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok atau yang dibiayai dengan kuat oleh uang Tiongkok. Coba hitung berapa banyak merek atau perusahaan yang anda kenal dan berapa banyak merek atau perusahaan yang anda gunakan atau lihat pada bulan-bulan lalu.
Peralatan rumah tangga merek General Electric, Chicago Stock Exchange CHX, teater-teater film AMC, Legendary Entertainment yang adalah produser film Batman, Jurassic World, Riot Games, Motorola Mobility, Smithfield Foods, Snap, Lyft Reddit, Tik Tok, Airbnb, Brooklyn Nets yang adalah pemilik Pusat Barclay, Ironman Triathlon, Univeral Music Group, Warner Music Group, IBM, hotel-hotel Hilton. Daftar ini terus bertambah. Ini baru merek-merek atau layanan-layanan yang dikenal konsumen.
Tiongkok juga dengan kuat berinvestasi di perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang berteknologi-tinggi di bidang bioteknologi, kendaraan-kendaraan otomatis, realitas virtual, kecerdasan buatan dan komunikasi. Sebagian besar teknologi ini dapat menyediakan kemampuan ganda untuk militer maupun sipil. Bakat Amerika Serikat adalah sasaran lainnya dari strategi pengalihan teknologi oleh Tiongkok.
Pemerintah Tiongkok mengejar banyak program penerimaan bakat di tingkat pusat dan setempat. Sebagai contoh, satu program yang diluncurkan pada tahun 2006 untuk merekrut 100 universitas dan lembaga penelitian top dunia, per tahun 2009 Tiongkok telah merekrut 39 pemenang Hadiah Nobel dan 591 akademi yang terkemuka. Sebuah program yang serupa yang menjadi pokok berita dunia akhir-akhir ini, yang disebut Program Seribu Talenta. Didukung oleh Dewan Negara Tiongkok. Program Seribu Talenta merekrut para ahli dari universitas-universitas asing, institut-institut penelitian dan bisnis-bisnis. Sementara para ahli kelahiran Tiongkok adalah sasaran utama. Program Seribu Talenta juga merekrut warganegara-warganegara lain.
Pada tahun 2019, Badan Legislatif Amerika Serikat mengenali Program Seribu Talenta dan program-program lain yang serupa sebagai sebuah ancaman bagi keamanan nasional. Seorang anggota Program Seribu Talenta mencuri informasi pertahanan yang merupakan hak paten mengenai jet-jet militer Amerika Serikat. Banyak anggota Program Seribu Talenta ditemukan mendirikan laboratorium-laboratorium bayangan untuk mengulangi penelitian mereka di Amerika Serikat.
Pada bulan Juni 2020, Prof. Dr. Charles Lieber dari Universitas Harvard dituduh membuat pernyataan-pernyataan palsu mengenai partisipasinya dalam Program Seribu Talenta. Prof. Dr. Charles Lieber adalah mantan Kepala Departemen Kimia dan Biokimia Universitas Harvard. Kelompok penelitiannya didanai lebih dari 15 juta dolar, yaitu dana hibah penelitian pemerintahan Amerika Serikat.
Hibah-hibah ini membutuhkan pembukaan rahasia semua dukungan penelitian dan semua kolaborasi asing. Prof. Dr. Charles Lieber mulai bekerja untuk Universitas Teknologi Wuhan Tiongkok pada tahun 2011 dan setelah itu ia menjadi anggota Program Seribu Talenta. Universitas Teknologi Wuhan diduga membayar Prof. Dr. Charles Lieber hingga 50.000 dolar per bulan dan lebih dari 158.000 dolar untuk kebutuhan hidup. Prof. Dr. Charles Lieber diduga berbohong kepada pihak berwenang federal mengenai keterlibatannya dalam Program Seribu Talenta.
Di pertengahan tahun 2014, Program Seribu Talenta telah membawa lebih dari 4.000 para ahli asing yang top ke Tiongkok dan Program Seribu Talenta bukanlah satu-satunya program perekrutan. Teknologi dan perolehan bakat itu sendiri bukanlah suatu hal yang buruk, tetapi rakyat Amerika Serikat perlu memahami bahwa mimpi para pemimpin Partai Komunis Tiongkok pada kenyataannya adalah berbeda dengan mimpi kita.
Dalam setiap pidato dan setiap dokumen mengenai ambisi-ambisi Tiongkok, Xi Jinping memperjelas bahwa Partai Komunis Tiongkok adalah pusat segalanya. Diharapkan Tiongkok yang memikat hati mendambakan rakyat Tiongkok yang lebih kaya dan lebih bebas, tetapi buktinya adalah tegas bahwa kecanggihan ekonomi dan teknologi hanya membuat Tiongkok semakin agresif di setiap sektor.
Kini Tiongkok adalah jauh lebih efektif dalam menindas para pembangkang di dalam negerinya dan mengendalikan kritik-kritik dari luar negeri. Di tangan yang salah, teknologi yang terbaik akan semakin membahayakan. Tiongkok komunis adalah negara yang paling diawasi di dunia.
Berkat teknologi dan produk-produk Amerika Serikat, Partai Komunis Tiongkok membangun Golden Shield Project yang terkenal kejam, sebuah sistem pengawasan dan penyensoran yang masif, tidak ada benda atau orang yang lolos dari pandangan Partai Komunis Tiongkok, dan orang-orang yang dicurigai Partai Komunis Tiongkok akan menjalani pemeriksaan yang sangat teliti.
Sebagai contoh, menggunakan sistem Golden Shield Project, polisi mampu memantau setiap orang di Provinsi Xinjiang dengan cara melacak telepon selulernya, kendaraan-kendaraannya dan kartu-kartu tanda pengenal. Polisi menggunakan sebuah aplikasi untuk mengumpulkan data pribadi yang mencakup golongan darah, bacaan meter yang berguna, agama, afiliasi politik. Polisi menemukan sasaran 36 orang yang berbeda untuk mengumpulkan data yang mencakup orang-orang yang berhenti menggunakan telepon pintar, orang-orang yang gagal bersosialisasi dengan para tetangga serta orang-orang yang mengumpulkan uang atau bahan-bahan dari masjid-masjid dengan antusias. Semua ini diselesaikan dengan menggunakan teknologi yang berasal dari Amerika Serikat.
Kini banyak orang-orang di Amerika Serikat maupun di seluruh dunia dan di Tiongkok bahkan tidak sadar akan kontribusi Amerika Serikat untuk pertumbuhan Tiongkok. Modernisasi Tiongkok mulai saat Amerika Serikat menyusun langkah untuk Tiongkok untuk bergabung dalam Organisasi Perdagangan Dunia, tetapi kini propaganda Tiongkok menggambarkan pertolongan dari Amerika Serikat pada saat itu sebagai sebuah upaya untuk mendapatkan manfaat dari Tiongkok.
Media Tiongkok menghubungkan masuknya Tiongkok ke Organisasi Perdagangan Dunia, berkat sistem komunis yang canggih. Kepemimpinan top dan para pejabat Partai Komunis Tiongkok bersifat licik dalam keterampilan negosiasi. Semua keluhan mengenai pencurian teknologi dan pelanggaran kekayaan intelektual dicemooh sebagai kecemburuan terhadap keberhasilan Tiongkok.
Di samping semua keberhasilan Tiongkok dalam mencuri dan mengadopsi teknologi, Tiongkok menghadapi sebuah masalah yang kritis yang terus berlangsung. Hal ini diangkat selama percakapan kami.
Erping Zhang menilai, “Di sisi lain, saya selalu berpikir mengenai bagaimana sebuah masyarakat yang tertutup dapat menjadi pemimpin teknologi karena inovasi membutuhkan masyarakat yang terbuka, dan kreativitas hanya muncul dari sebuah masyarakat yang terbuka, bukannya dari sebuah masyarakat yang tertutup yang menindas kebebasan bersuara. Maka secara historis, adalah mustahil bagi sebuah masyarakat yang tertutup untuk berlangsung lama. Memang memiliki teknologi sedemikian banyaknya dengan cara mencuri, Tiongkok telah gagal mengembangkan sebuah basis industri berdasarkan inovasinya sendiri, dengan kata lain, Tiongkok kekurangan bahan-bahan penting untuk menciptakan hal-hal baru dan setara dengan dunia. Jadi apakah Tiongkok harus terus-menerus mencuri teknologi untuk setara dengan masyarakat dunia bebas?”
Menurut Erping Zhang, hal tersebut tidak cenderung menjadi sebuah model yang berkelanjutan dan para pemimpin Tiongkok harus mengetahui hal ini. Kita mengetahui kepemimpinan komunis di Tiongkok adalah perencana-perencana jangka-panjang, maka tanpa kemampuan untuk melakukan inovasi dalam ketidakmungkinan melakukan pencurian teknologi tanpa batas, apa rencana lain komunis di Tiongkok mengingat tingkat pengaruh Tiongkok yang kini berupaya keras terhadap perusahaan-perusahaan teknologi, sektor-sektor pabrik, sekolah-sekolah, para cendekiawan, pasar saham, hiburan kita, dan lain-lain, dan bahkan upaya-upaya komunis Tiongkok yang terus berlangsung untuk menggunakan kekuatan yang semakin meningkat secara internasional.
“Kita hanya dapat bertanya-tanya jika rencana yang cukup sederhana itu adalah menguasai dunia, yang adalah mimpi Tiongkok yang sebenarnya. Maka untuk semua orang, kecuali para pemimpin Tiongkok, mimpi Tiongkok ini sebenarnya adalah malapetaka. Peran kita yang pertama dan terpenting adalah sadar diri,” pungkas Erping Zhang. (Vv)