oleh Zhu Ying – NTD
Setahun yang lalu, National Institutes of Health (NIH) AS telah menghapus ratusan data ilmiah utama tentang urutan genetik virus komunis Tiongkok tahap awal (SARS-CoV-2) atas permintaan dari personel pihak komunis Tiongkok. Sekarang, seorang peneliti di Seattle telah berhasil memulihkan 13 dari urutan data yang pernah dihapus.
Media ‘Wall Street Journal’ (WSJ) melaporkan pada Kamis (24/6/2021) bahwa sekitar setahun yang lalu, atas permintaan dari para peneliti Tiongkok, National Institutes of Health (NIH) AS menghapus 241 basis data ilmiah utama tentang urutan genetik virus SARS-CoV-2 awal dari database.
Menurut laporan itu, langkah ini mungkin dimaksudkan untuk mempersulit para ilmuwan mendapatkan informasi penting tentang virus, sehingga lebih sulit dalam pelacakan sumber virus.
NIH kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengakui kebenaran hal ini, tetapi juga menjelaskan bahwa urutan gen ini diserahkan ke database NIH oleh peneliti Tiongkok pada Maret 2020, tetapi tiga bulan kemudian, personel tersebut mengajukan permintaan untuk menghapus urutan ini.
Menurut praktik industri, peneliti yang mengirimkan data memiliki hak atas data mereka dan dapat pula meminta penarikan data.
Baik laporan WSJ maupun pernyataan NIH, tidak menyebutkan nama peneliti dari Tiongkok, tetapi Jesse Bloom, seorang ahli virologi dari Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle dalam sebuah makalahnya yang baru diterbitkan pada Selasa (22/6/2021), selain ada menyinggung soal kasus penyerahan kemudian penghapusan database urutan genetik virus SARS-CoV-2 awal dari peneliti Tiongkok. Ia juga mengungkapkan bahwa, data urutan gen itu dikumpulkan dan diserahkan oleh seorang ilmuwan dari Rumah Sakit Rakyat Wuhan yang bernama Fu Aisi.
Menurut makalah Jesse Bloom, data yang dihapus termasuk urutan gen yang diekstraksi dari sampel virus pasien yang dirawat di rumah sakit atau dugaan kasus pneumonia komunis Tiongkok yang dikumpulkan di Kota Wuhan, Tiongkok antara Januari hingga Februari 2020.
Urutan genetik sampel virus dapat memberikan petunjuk kunci tentang bagaimana virus SARS-CoV-2 bertransmisi dari misalnya hewan lain (mungkin kelelawar) ke manusia, dan urutan genetik virus pada tahap awal pandemi dapat mempermudah para ilmuwan untuk melacak sumber virus.
Nah, jika personel Tiongkok menghapus urutan gen ini, tampaknya tidak salah lagi, komunis Tiongkok berusaha untuk menyembunyikan fakta.
Menurut narasi makalah ini, ketika Jesse Bloom meninjau data genetik virus yang dirilis oleh para peneliti dari berbagai negara setelah merebaknya wabah komunis Tiongkok, ia melihat bahwa sebuah penelitian pada Maret 2020 yang mencakup 241 data urutan gen virus yang dikumpulkan oleh para ilmuwan dari Universitas Wuhan.
Namun, ketika dia mencari urutan ini melalui database online ‘Sequence Read Archive’, ia menemukan bahwa informasi yang relevan telah dihapus.
Namun, Bloom tidak menyerah begitu saja, ia kemudian mencari dan mendapatkan sejumlah besar literatur medis, dari sana ia menemukan bahwa beberapa data yang dihapus masih dapat ditemukan dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal pendek.
Setelah dipelajari secara mendalam Bloom menemukan bahwa banyak urutan yang disimpan dalam bentuk file di Google Cloud, dan nama-nama file tersebut memiliki format dasar yang sama. Setelah ia mencoba mengganti kode urutan Wuhan yang hilang, ia berhasil memulihkan 13 urutan gen virus yang dihapus dari Google Cloud.
Selanjutnya, Bloom menggabungkan 13 sekuens ini dengan sekuens virus corona awal lainnya yang diterbitkan, berharap untuk membuat kemajuan dalam membangun pohon keluarga / silsilah virus SARS-CoV-2.
Hasilnya, ia menemukan bahwa urutan genetik beberapa sampel virus pada awal wabah di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan Wuhan pada Desember 2019 menunjukkan bahwa, virus di pasar ini memiliki tiga mutasi tambahan.
Tetapi, mutan tersebut hilang atau tidak dicantumkan dalam sampel SAR-CoV-2 yang dikumpulkan dari tempat lain pada beberapa pekan kemudian, termasuk urutan yang dihapus yang dia pulihkan dari Google Cloud, juga tidak terdapat mutasi tambahan itu.
“Mereka tiga kali lebih mirip dengan coronavirus kelelawar ketimbang coronavirus yang ditemukan pada Pasar Makanan
Situasi di atas mencerminkan bahwa virus SARS-CoV-2, mungkin telah menyebar di tempat lain di Kota Wuhan selama beberapa waktu sebelum masuk Pasar Grosir Makanan Laut Huanan.
Media ‘New York Times’ melaporkan bahwa sehubungan dengan penemuan Jesse Bloom di atas, Michael Worobey, seorang ahli biologi evolusioner di University of Arizona dalam mengatakan : “Ini tidak diragukan lagi merupakan pekerjaan investigasi yang hebat. Informasi ini sangat membantu para peneliti dalam upaya untuk menelusuri asal usul virus komunis Tiongkok (COVID-19)”. (sin)