3 Langkah Strategi Maritim Komunis Tiongkok untuk Menggeser AS dari Asia Pasifik Terungkap

Laporan yang dikeluarkan Bagian Layanan Penelitian Kongres AS -Congressional Research Service (BRS) terbitan Juli yang telah diperbarui disebutkan, bahwa Angkatan Laut komunis Tiongkok merupakan tantangan besar bagi Amerika Serikat dan menjadi fokus perhatian dari perencanaan dan anggaran pertahanan AS. Berkaitan dengan masalah ini, Letnan Kolonel Yao Cheng, seorang mantan Komando Angkatan Laut komunis Tiongkok mengungkapkan pendapatnya 

oleh Luo Ya

Dalam laporan yang dikeluarkan CRS pada 1 Juli itu disebutkan bahwa modernisasi Angkatan Laut komunis Tiongkok, merupakan tantangan besar bagi Angkatan Laut AS untuk mengendalikan perairan dalam di Lautan Pasifik bagian barat saat berperang. Untuk pertama kalinya sejak berakhirnya Perang Dingin, Angkatan Laut AS menghadapi tantangan seperti ini, dan merupakan elemen kunci bagi pemerintah komunis Tiongkok untuk menantang posisi jangka panjang AS sebagai kekuatan militer terkemuka di Pasifik Barat.

Mantan Letnan Kolonel Komando Angkatan Laut komunis Tiongkok Yao Cheng mengatakan bahwa, pemerintah komunis Tiongkok di era Deng Xiaoping telah menetapkan strategi maritim tiga langkah : Tahun 2010 menerobos rantai pulau pertama, Tahun 2020 menerobos rantai pulau kedua dan tahun 2030 menerobos rantai pulau ketiga, yakni mengambil Hawaii sebagai perbatasan untuk membagi wilayah kekuasaan di perairan Lautan Pasifik dengan Amerika Serikat, dan menjadi kekuatan yang mendominasi kawasan Asia-Pasifik.

“Dari perspektif waktu, tampaknya penerapan strategi komunis Tiongkok itu tertunda karena berbagai alasan, tetapi langkah maritim mereka ini masih merupakan kebijakan yang belum dianggap usang. Oleh karena itu, untuk menerapkan tiga- langkah maritim tersebut, Beijing terus melakukan modernisasi Angkatan Laut. Saat ini jumlah kapal angkatan laut mereka telah mencapai lebih dari 360 kapal, sedangkan jumlah kapal AL-AS masih kurang dari 300 kapal”, kata Yao Cheng.

Meskipun total tonase dan berat benaman kapal perang Angkatan Laut komunis Tiongkok, masih sedikit lebih rendah dari kapal perang yang dimiliki Angkatan Laut AS, tetapi melalui modernisasi yang dilakukan komunis Tiongkok, kapal-kapal ini mampu berlayar ke perairan yang lebih jauh untuk beroperasi. 

Laporan itu menyebutkan bahwa tujuan komunis Tiongkok adalah menggunakan sarana militer selain untuk menghadapi Taiwan, juga untuk mengendalikan atau mendominasi situasi di perairan pesisir Tiongkok, terutama untuk menggantikan pengaruh AS di Pasifik Barat.

Yao Cheng mengatakan : “Militer AS baru menyadari hal ini sekarang, jadi mereka mencoba untuk memblokir komunis Tiongkok di rantai pulau pertama agar tidak keluar dari sana. Itulah sebabnya AS memiliki tekad untuk membantu mempertahankan Taiwan. Tujuan utama AS adalah untuk mempertahankan status quo di Selat Taiwan. Karena Taiwan merupakan inti dari rantai pulau pertama. Maka Jepang menjadi penanggung beban paling depan. Jika komunis Tiongkok mengambil pulau Taiwan, Jepang akan menghadapi bahaya. Jadi, Amerika Serikat dan Jepang sekarang berusaha sekuat tenaga untuk membantu pertahanan Taiwan”.

Menurut laporan ini, dalam beberapa tahun terakhir, Angkatan Laut AS telah mengambil serangkaian tindakan untuk menanggapi modernisasi angkatan laut komunis Tiongkok, termasuk mengerahkan armada dalam jumlah yang lebih besar, kapal perang paling canggih, pesawat terbang, dan talenta terbaik ke wilayah Pasifik. Bekerja sama dengan sekutu dan angkatan laut lainnya di kawasan Asia Pasifik, mengembangkan teknologi militer baru dan memperoleh peralatan dan senjata baru, mengembangkan konsep operasional baru untuk melawan kekuatan maritim komunis Tiongkok.

Yao Cheng percaya, bahwa meskipun membantu pertahanan Taiwan sangat baik, tetapi masih ada beberapa kesalahpahaman dalam strategi Barat melawan Taiwan.

Yao Cheng mengatakan : “Misalnya, sampai sekarang, Amerika Serikat masih mempertahankan kebijakan yang tidak jelas dan strategi yang tidak jelas mengenai perdamaian di Selat Taiwan. AS tidak secara tegas menyatakan niatnya untuk campur tangan di Taiwan. Sekarang ia hanya menjual senjata kepada Taiwan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Taiwan. AS tidak ingin campur tangan dalam perang di Selat Taiwan. Dalam hal ini ia harus memiliki kebijakan yang lebih tegas dan dengan jelas memberitahu komunis Tiongkok bahwa jika Anda menyerang Taiwan, maka AS akan memukul Anda. Tetapi sejauh ini, ucapan semacam ini belum terdengar”.

Dibandingkan dengan klarifikasi kebijakan AS, Yao Cheng berpendapat bahwa kebijakan Jepang yang tidak jelas terhadap Taiwan menimbulkan ancaman yang lebih besar bagi komunis Tiongkok.

Yao Cheng mengatakan : “Awalnya kami pikir itu adalah klarifikasi kebijakan AS. Kebijakan  Jepang terhadap Taiwan lebih baik dikaburkan, dan ambiguitas menimbulkan ancaman yang lebih besar bagi Beijing. Karena Jepang memiliki kekuatan yang cukup, termasuk 150 unit pesawat F35 dan pesawat komandonya. Pesawat siluman ini dapat menjadi jaminan keamanan bagi Selat Taiwan”.

Meskipun angkatan laut komunis Tiongkok sudah lebih tangguh setelah mengalami modernisasi selama 25 tahun terus-menerus, namun Yao Cheng mengungkapkan bahwa militer komunis Tiongkok memiliki suatu kelemahan yang fatal, oleh karena itu mereka tidak berani menyerang Taiwan. Ini akan dijelaskan Yao Cheng dalam tulisan selanjutnya. (sin)