ETIndonesia-Kami berkenalan dan jatuh cinta saat kuliah. Setelah lulus, aku pun memutuskan pergi ke kota tempatnya meniti karier dan bekerja di sana bersamanya.
Meskipun aku tahu dia adalah seorang wanita yang sangat serius, namun, aku baru tahu dia begitu keras dalam bekerja dan tanpa kenal lelah.
Ternyata, Mona, pacarku bekerja keras seperti itu, karena harus menanggung tiga adiknya dan seorang ibu yang harus dihidupi. Karena ayahnya telah meninggal, sementara ibunya juga kurang sehat, sehingga dia harus bekerja keras untuk menafkahi sekeluarganya, bahkan banting tulang untuk membiayai sekolah tiga adik laki-lakinya.
Sebenarnya, aku ingin membantunya, aku juga mengusulkan untuk memberikan gajiku kepadanya, tetapi dia tidak setuju. Aku pun tak berdaya terus memaksanya, jadi, aku hanya membantu melakukan hal-hal sepele setiap hari, berusaha meringakan sedikit bebannya.
Setelah bekerja bersama selama tiga tahun, aku pun berencana menikah dengannya, karena kupikir setelah menikah, aku wajib membantunya sebagai seorang kepala keluarga.
Atas rencana itu, aku mengajaknya menemui orangtuaku, namun, tak disangka, setelah mendengar calon istriku itu masih memiliki tiga adik laki-laki yang harus dihidupi, ibuku pun langsung menentang rencanaku untuk menikah dengannya.
Namun, aku tidak menyerah, aku berusaha meyakinkan ibuku dengan memuji-muji tentang kepribadian calon istriku, hingga akhirnya ibuku sedikit melunak, ia akan bertemu dulu dengan orangtua calon istriku.
Setiba di rumah pacarku, suasananya memang terlihat kurang begitu bagus, tapi sangat bersih dan rapi, banyak piagam penghargaan tergantung rapi di dinding. Sekilas, ketiga adik laki-laki Mona itu memang sangat membanggakan keluarga.
Ketika Mona, sedang pergi membeli makanan, ibuku langsung mengatakan kepada pihak keluarga Mona, bahwa dia tidak setuju dengan pernikahan itu, karena kondisi (ekonomi) keluarganya juga tidak begitu baik.
Setelah itu, ibu Mona sedikit menceritakan bahwa hidup Mona memang sudah menderita sejak kecil, bahkan dia membiayai kuliahnya sendiri, dan sekarang dia masih harus dibebani oleh ketiga adik laki-laki.
Jika Mona menikah, dia akan menjual rumahnya untuk membiayai studi ketiga anaknya, tidak akan lagi menyusahkan Mona untuk menanggung ekonomi keluarga.
Dia juga menceritakan kepada kami bahwa dia sebenarnya adalah ibu tiri Mona, sementara itu hanya yang terkecil dari ketiga adik laki-lakinya itu adalah adiknya dari satu ayah ibu yang tidak sama.
Sedangkan kedua adik laki-laki Mona lainnya tidak memiliki hubungan darah, meski demikian, Mona memperlakukan mereka seperti adik kandung sendiri, dan mereka juga anak-anak yang baik, sangat membanggakan Mona dan ibu tirinya.
Ibuku termangu sesaat setelah mendengar cerita ibu tiri Mona, kemudian dia berkata “Kenapa harus menjual rumah! Sebagai kakak, bagaimana pun juga Mona harus berusaha membiayai adik-adiknya sampai lulus, bukan? Lagipula sekarang bukankah ada mereka berdua ? Jadi, lebih baik dua orang yang saling menopang daripada sendirian, bukan !”kata ibuku menimpali.
Aku pun tersenyum bahagia setelah mendengar kata-kata ibuku
“Kita tidak bisa memilih nasib seseorang terlahir seperti apa, tetapi kedewasaan dan baktinya sebagai anak sangat mengesankan. Tidak banyak gadis seperti ini, jadi, kamu harus bersikap baik padanya juga sekeluarganya.”kata ibuku setelah pulang dari rumah Mona.
Akhirnya ibuku merestui hubunganku dengan Mona. Kami akhirnya menikah dengan restu dari kedua orangtua.
Aku pasti akan menyayangi dan memberikan yang terbaik untuk Mona dan keluarganya seperti yang dikatakan ibuku, meringankan bebannya dan menyambut indahnya masa depan !(jhn/yant)
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.