Reuters
Pengembang properti raksasa Tiongkok, Evergrande tak hanya semata didatangi para investor di daratan Tiongkok yang menagih pembayaran, kini saham perusahaan besar itu turut anjlok terkait risko gagal bayar (Default).
Saham raksasa properti Tiongkok, Evergrande pada Senin (20/9/2021) anjlok 19 persen ke level terendah dalam kurun waktu lebih dari 11 tahun. Hal ini memperpanjang kerugian karena investor menyoroti meredupnya prospek bisnisnya dengan tenggat waktu semakin dekat wajib bayar pada minggu ini. Menjelang siang, saham telah menyentuh HK$ 2,06, level terlemah sejak Mei 2010.
Unit manajemen properti perusahaan turun lebih dari 12 persen, sementara unit mobil listriknya turun 8 persen. Perusahaan streaming film Hengten Net, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Evergrande, juga anjlok 14 persen.
Evergrande berjibaku mengumpulkan dana untuk membayar banyak pemberi pinjaman, pemasok, dan investor, dengan regulator memperingatkan tentang kewajiban USD 305 miliar atau sekitar Rp 4.361 triliun yang dapat memicu risiko lebih luas terhadap sistem keuangan Tiongkok, jika tidak stabil.
Pengembang mengatakan pada Minggu lalu, pihaknya telah mulai membayar investor dalam produk manajemen kekayaannya dengan real estate.
Regulator mengatakan kepada pemberi pinjaman utama Evergrande untuk memperpanjang pembayaran bunga atau pinjaman bergulir. Sedangkan pengamat pasar sebagian besar berpandangan bailout langsung dari pemerintah tidak mungkin.
Evergrande akan membayar bunga USD 83,5 juta pada 23 September untuk obligasi Maret 2022-nya. Perusahaan ini juga memiliki pembayaran bunga USD 47,5 juta lainnya yang jatuh tempo pada 29 September untuk catatan Maret 2024. Kedua obligasi akan default jika Evergrande gagal melunasi bunga dalam waktu 30 hari dari tanggal pembayaran yang dijadwalkan.
Dalam skenario gagal bayar, Evergrande perlu merestrukturisasi obligasi, tetapi analis memperkirakan rasio pemulihan yang rendah bagi investor. Perdagangan obligasi perusahaan menggarisbawahi betapa dramatisnya ekspektasi investor terhadap prospeknya yang memburuk tahun ini.
Obligasi dolar 8,25 persen Maret 2022 diperdagangkan pada 29,156 pada Senin sore, menghasilkan lebih dari 500 persen, dibandingkan dengan sekitar 13,7 persen pada awal tahun. Obligasi 9,5 persen Maret 2024 berada di 26,4, menghasilkan lebih dari 80 persen, dibandingkan dengan 14,6 persen pada awal 2021.
Goldman Sachs pada pekan lalu mengatakan karena Evergrande memiliki obligasi dolar yang diterbitkan oleh perusahaan induk dan kendaraan tujuan khusus, pemulihan restrukturisasi potensial dapat berbeda antara dua set obligasi, dan setiap proses restrukturisasi potensial dapat diperpanjang.
Kesulitan yang dialami Evergrande juga menekan sektor properti lebih luas serta mata uang yuan, yang jatuh ke level terendah tiga minggu di angka 6,4831 per dolar dalam perdagangan luar negeri.
Saham Sunac, pengembang properti No. 4 Tiongkok, juga turun lebih dari 10 persen, sementara Greentown China yang didukung negara merosot lebih dari 9 persen. Indeks Heng Seng Hong Kong turun lebih dari 4 persen. (asr)