Film Dokumenter : Musim Gugur 2019 Institut Virologi Wuhan Membeli Insinerator dan Peralatan PCR

oleh Jing Zhongming

Masyarakat internasional menaruh kecurigaan bahwa penyebaran virus komunis Tiongkok (Covid-19) itu berasal dari laboratorium P4 Wuhan Institute Virology (WIV) atau Institut Virologi Wuhan. Sejumlah bukti tidak langsung terkait dengan dugaan tersebut terus bermunculan.

Sebuah film dokumenter yang dibuat di Australia mengungkapkan bahwa pada bulan September 2019, WIV tiba-tiba menghapus database virus, juga membeli insinerator (mesin penghancur limbah medis) dan peralatan PCR (untuk pengujian asam nukleat).

Menurut sebuah laporan dari  media Australia ‘Sky News’ pada 20 September, jurnalis Australia pemenang penghargaan ‘Walkley Awards’ Sharri Markson menghabiskan lebih dari satu tahun untuk melakukan penyelidikan mengenai dugaan kuat virus bocor dari laboratorium Wuhan dan membuat film dokumenter berjudul ‘What Happened in Wuhan ?’

Film dokumenter itu menyebutkan bahwa pada 12 September 2019, database virus WIV tiba-tiba offline, dan sekitar 22.000 sampel virus corona dihilangkan dari database.

Pada hari yang sama, institut memperkuat langkah-langkah keamanan dan mengumumkan tender untuk mengganti sistem pendingin udara. Kemudian komunikasi terputus, dan sinyal untuk peralatan komunikasi seperti telepon genggam pun hilang.

Selanjutnya, WIV juga membeli insinerator limbah medis dan peralatan PCR untuk mendeteksi virus corona dengan harga yang mahal.

Sebelumnya, laporan investigasi resmi AS berkali-kali menyebutkan bahwa setelah WIV mengklaim bahwa offline-nya database virus mereka pada 12 September 2019 itu, adalah akibat diretas orang, tetapi setelah itu database tersebut tidak pernah online lagi sampai sekarang. Bukti-bukti tersebut seakan menambahkan lebih banyak detail tentang kecurigaan masyarakat tentang penyebaran virus komunis Tiongkok itu berasal dari WIV, Tiongkok.

Jika rincian ini benar, atau di balik tujuan membuat database off line secara tiba-tiba, itu jelas menunjukkan telah terjadi suatu kecelakaan serius.

Menurut laporan sebelumnya dari media resmi komunis Tiongkok ‘Harian Hubei’, bahwa pada 18 September 2019, Komite Eksekutif Pertandingan Militer Wuhan mengadakan latihan tanggap darurat di Bandara Tianhe Wuhan untuk mensimulasikan proses penanganan kasus infeksi karena virus korona jenis baru yang ditemukan di bagian dari bandara.

Dari 18 Oktober hingga 27 Oktober 2019, Pertandingan Militer Dunia ke-7 diadakan di Kota Wuhan. Setelah virus korona jenis baru ini atau pneumonia Wuhan mewabah ke dunia, baik Eropa dan Amerika Utara melaporkan bahwa tentara yang berpartisipasi dalam pertandingan militer juga mengalami gejala yang sama seperti pasien yang dikonfirmasi tertular virus komunis Tiongkok (COVID-19) setelah pulang dari Kota Wuhan.

Dalam film dokumenter tersebut, David Asher, mantan penyelidik senior Kementerian Luar Negeri AS, menyatakan keprihatinan bahwa besar kemungkinan tentara AS tertular virus saat pertandingan militer di Wuhan. 

Wei Jingsheng, seorang aktivis pro-demokrasi di Amerika Serikat bahkan menyatakan bahwa dirinya percaya bahwa pemerintah komunis Tiongkok menggunakan kesempatan pertandingan militer ini untuk dengan sengaja menyebarkan virus。

Shi Zhengli, seorang peneliti di WIV, menjadi perhatian dunia karena mempelajari virus corona kelelawar. Dunia luar percaya bahwa tujuan utama dari komunis Tiongkok meminta penelitian terhadap berbagai virus mematikan ini adalah untuk mengembangkan senjata biologis.

Film dokumenter itu juga menyebutkan bahwa pada musim gugur tahun 2019, 3 orang peneliti dari Institut Toksikologi Wuhan dicurigai telah terinfeksi virus komunis Tiongkok. Salah satunya, Huang Yanling, menghilang dari situs web institut tersebut sejak awal tahun 2020

Sebelum ini, banyak orang percaya bahwa Huang Yanling sebagai “pasien nomor nol” yang terinfeksi virus komunis Tiongkok. Meskipun pihak berwenang Beijing terus membantahnya, tetapi Huang Yanling sendiri hingga saat ini pun tidak pernah secara terbuka membantah rumor tersebut.

The Wall Street Journal pernah mengutip sumber dari komunitas intelijen AS yang mengatakan bahwa pada bulan November 2019, 3 orang anggota WIV dikirim ke rumah sakit untuk perawatan gejala yang mirip dengan pasien terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19).

David Asher, penanggung jawab investigasi asal mula penyebaran virus kepada media mengatakan bahwa seorang staf WIV mengungkapkan kepada badan intelijen AS, bahwa istri dari seorang peneliti laboratorium di WIV meninggal dunia pada bulan Desember 2019 karena dikonfirmasi terinfeksi oleh “virus khusus”. (sin)