The Epoch Times
Sebuah penerbangan baru-baru ini dari Seattle ke Shanghai dengan maskapai Delta Air Lines tiba-tiba putar balik di tengah jalan, sebagian besar penumpangnya adalah warga Tiongkok. Konsulat Tiongkok kemudian mengeluarkan pernyataan, langsung menyalahkan perusahaan penerbangan AS. Namun demikian, orang dalam mengungkapkan cerita yang berbeda kepada The Epoch Times
Pada 25 Desember, Kedutaan Besar Tiongkok di Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa beberapa penerbangan dari Amerika Serikat ke Tiongkok ditunda atau dibatalkan, dan sebuah perusahaan penerbangan bahkan berbalik di tengah jalan.
Penerbangan pulang yang disinggung oleh Kedutaan dan Konsulat Tiongkok adalah penerbangan Delta Air Lines DL287 yang semula direncanakan terbang ke Shanghai, Tiongkok pada 21 Desember.
Penerbangan yang membawa 168 penumpang itu, berkali-kali tertunda sebelum lepas landas karena berbagai alasan seperti kesehatan penumpang dan pengisian bahan bakar. Setelah lepas landas pada 22 desember, nomor penerbangan diubah dari DL287 menjadi DL9891.
Setelah terbang selama sekitar 6 jam dan tiba di perbatasan Rusia, pramugari menginformasikan bahwa karena perubahan mendadak dari kebijakan masuk dari Tiongkok, kode kesehatan semua orang di dalam pesawat tidak lagi berlaku dan pesawat harus kembali. Pesawat akhirnya mendarat di Bandara Seattle pada 23 Desember.
Sebagian besar penumpang dalam penerbangan ini adalah warga negara Tiongkok, banyak di antaranya adalah mahasiswa internasional, yang telah mengembalikan apartemen sewaan mereka untuk kembali ke rumah. Penerbangan pulang Delta membuat para penumpang Tiongkok ini terdampar di Amerika Serikat dalam dilema.
Banyak media di daratan Tiongkok telah melaporkan kejadian tersebut, namun tidak jelas alasan penerbangan kembali tersebut, kebanyakan mengutip berbagai rumor, termasuk tuduhan penerbangan AS oleh Kedutaan Besar Tiongkok di Amerika Serikat.
Menurut sebuah laporan oleh media jaringan industri penerbangan internasional “Paddle Your Own Kanoo” pada 26 Desember, juru bicara Delta Air Lines mengatakan bahwa membatalkan penerbangan tidak memiliki pilihan, karena pesawat hanya mengetahui bahwa Komunis Tiongkok telah mengubah peraturan bandara setelah pesawat lepas landas. Delta mengatakan dalam pernyataan selanjutnya bahwa prosedur baru di Bandara Pudong Shanghai mengharuskan pesawat untuk tinggal di darat lebih lama dari yang dapat diatur oleh Delta Air Lines.
Menurut media Partai Komunis Tiongkok “Global Times”, Bandara Pudong Shanghai telah membantah bertanggung jawab, dengan mengatakan bahwa penerbangan Delta tidak memasuki Bandara Pudong atau memasuki Tiongkok, dan tidak jelas apa kebijakan anti-epidemi domestik saat ini.
Orang dalam mengungkapkan kebenaran di balik putar baliknya maskapai Delta dan penumpang Tiongkok yang terperangkap
Namun, orang dalam Delta Air Lines mengatakan kepada wartawan bahwa pihak berwenang di Tiongkok tidak memberi tahu penumpang yang terjebak situasi sebenarnya, tetapi mengabaikan tanggung jawab.
Orang dalam Delta, yang meminta anonimitas karena dia tidak diberi wewenang oleh perusahaan, mengatakan, “Penerbangan itu baru diketahui setelah penerbangan lepas landas. Pramugari asing diharuskan menerapkan apa yang disebut periode karantina di Tiongkok.”
Orang dalam mengatakan bahwa Bandara Pudong untuk sementara telah memberitahukan penerapan langkah desinfeksi yang lebih ketat untuk pesawat yang masuk; dan persyaratan ini akan memungkinkan pesawat asing untuk tinggal di Bandara Pudong lebih lama dari waktu yang diizinkan oleh pihak bewenang di TIognkok untuk inspeksi dan karantina (biasanya 3 jam). Dengan kata lain, setelah pesawat mendarat, pramugari asing harus menjalani tes karantina di daratan Tiongkok setidaknya selama dua minggu, sama seperti penumpang.
“Kebijakan pencegahan epidemi yang sewenang-wenang dan tidak masuk akal ini tidak hanya menetapkan ambang batas yang tidak dapat diatasi bagi penumpang Tiongkok yang ingin pulang, tetapi juga tak tertahankan bagi maskapai asing,” kata orang dalam itu, “Ia percaya ini adalah  alasan Delta di balik ketidakberdayaan.”
Orang tersebut juga mengungkapkan insiden Konsulat Tiongkok di Bandara Internasional Seattle-Tacoma.
Dia mengatakan, setelah penumpang Delta yang terbang balik terdampar di Seattle, konsulat Tiongkok mengirim personel ke Bandara Internasional Seattle, tetapi tidak membantu mengkoordinasikan pemulangan penumpang tetapi mengorganisir para penumpang yang tidak tahu alasan yang jelas untuk membuat keributan di perusahaan Delta. Polisi setempat tiba untuk menjaga ketertiban di tempat kejadian.
Dia menambahkan, “Konsulat Tiongkok bahkan mengorganisir beberapa media Tiongkok dan Inggris untuk melakukan wawancara di Bandara Seattle pada 25 Desember, secara sepihak menuduh Delta Air Lines, tetapi tidak menyebutkan bahwa Beijing melanggar praktik internasional dan mengharuskan isolasi pramugari pada penerbangan internasional. Itulah alasan sebenarnya mengapa warga Tiongkok tidak bisa kembali ke Tiongkok.”
Dia juga mengungkapkan bahwa pelanggaran Tiongkok terhadap aturan internasional, telah memaksa Delta untuk menangguhkan semua penerbangan ke Tiongkok, dan oleh karena itu Delta tidak dapat mengatur penerbangan pengalihan untuk penumpang yang terjebak.
“Para penumpang Tiongkok masih terjebak di daerah itu dan sulit untuk kembali ke rumah. Delta dan penumpang Tiongkok yang terjebak semuanya adalah korban dari kebijakan anti-epidemi sewenang-wenang rezim Tiongkok.”
Menurut laporan media Taiwan, industri penerbangan Taiwan mengkonfirmasi pada 25 Desember bahwa sejak Bandara Shanghai Pudong mengumumkan peraturan desinfeksi pesawat yang lebih ketat pada 24 Desember, maskapai Eva Air dan Uni Air telah memutuskan untuk menangguh penerbangan keluar mulai dari 26 Desember hingga 3 Februari 2022, dari Songshan-Pudong, Kaohsiung -Pudong , dan perjalanan pulang akan dilanjutkan seperti biasa. Bandara Pudong Shanghai mengharuskan penerapan peraturan desinfeksi dan sterilisasi baru hingga 3 Februari tahun depan.
Reporter telah meminta Konsulat Jenderal Tiongkok di San Francisco untuk memberikan komentar, dan belum menerima tanggapan hingga berita ini diterbitkan.
Menurut data dari platform pelacakan penerbangan FlightAware, dalam tiga hari terakhir dari Jumat hingga Minggu, lebih dari 6.000 penerbangan di seluruh dunia dibatalkan, di antaranya bandara Tiongkok memiliki penerbangan yang paling banyak dibatalkan. (Hui)