oleh Liang Dong dan Han Fei
Beijing dan Shanghai yang baru saja melonggarkan langkah-langkah pengendalian penyebaran epidemi terpaksa harus memperketatnya kembali. Langkah itu sebagai akibat jumlah kasus penularan yang terus melonjak. Selain itu, demi mensukseskan tujuan politik Nol Kasus Infeksi yang merupakan instruksi Pusat yang tidak dapat ditawar-tawar. Banyak tempat hiburan ditutup paksa dan memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat di sejumlah komunitas warga di Beijing. Sementara itu di Shanghai pekan lalu, seluruh warga di 7 distrik di kota itu diwajibkan untuk melakukan pengujian asam nukleat.
Warga Beijing saat ini digelisahkan oleh kasus positif COVID-19 di banyak komunitas yang terus meningkat dalam beberapa hari terakhir. Khawatir kalau kebijakan Nol Kasus Infeksi tidak tercapai, berarti lockdown ketat akan mendekat.
Pemerintah Kota Beijing memberlakukan penutupan paksa tempat hiburan dan sejumlah komunitas warga. Karena percaya bahwa risiko tersembunyi penularan di masyarakat masih tinggi, apalagi kebijakan pencegahan epidemi pihak berwenang masih belum beralih dari tujuan politik Nol Kasus Infeksi.
Video online pada 9 Juni menunjukkan bahwa Yindingqiao Hutong di Distrik Xicheng, Beijing diblokir dengan pagar besi.
Pembuat video mengatakan : Celaka ! Yindingqiao sudah diblokir dari semalam. Warga rapat terkunci di dalamnya, tidak bisa lagi keluar masuk”.
Warga Tiantongyuan pada hari yang sama juga mengungkapkan bahwa, kasus epidemi juga terjadi di Distrik Changping, Beijing sekarang warganya juga menghadapi pembatasan kegiatan yang ketat.
Tiantong Yuanju Ms. Wang, warga Tiantong mengatakan : “Warga Changping ada yang terinfeksi. Baru-baru ini, kontrol warga sudah diperketat. Pada dasarnya semuanya sudah terblokir. Bahkan warga sudah diberitahu. Hotel di Changping tertutup untuk check in”.
Distrik Jinsong 6 juga diblokir sementara pada 9 Juni pagi karena ditemukan seorang warga yang positif terinfeksi melalui tes asam nukleat.
“Lihat saja Distrik Jinsong 6, mulai diblokir karena ada yang terinfeksi”, kata pembuat video.
Kota Shanghai yang baru 10-an hari dilonggarkan lockdown ketatnya, juga kembali memasuki “keadaan sepi-sunyi”.
Pemerintah Shanghai mengumumkan pemberlakuan tes asam nukleat bagi seluruh penduduk di 7 distrik pada 11 dan 12 Juni yang melibatkan sekitar 14 juta jiwa.
Di antara mereka, Distrik Minhang dan Distrik Changning telah mendapatkan pemberitahuan bahwa penutupan diberlakukan selama periode pelaksanaan tes asam nukleat, sehingga warga diminta untuk secara sukarela menjalani isolasi mandiri dalam rumah masing-masing, dan dihimbau untuk mendukung tes asam nukleat yang akan berlangsung selama 12 hari.
Warga Shanghai ada yang mengungkapkan bahwa situasi epidemi di Shanghai bisa jadi lebih buruk daripada yang dilaporkan secara resmi, karena banyak orang yang terinfeksi tidak tercermin dalam data pihak berwenang.
Di grup WeChat Shanghai, seseorang menyebutkan : Sebagian besar warga di Distrik Xuhui itu terinfeksi tapi hanya beberapa orang saja yang muncul dalam laporan resmi.
Ada yang menyebutkan : 9 unit gedung apartemen di Distrik Shajiabang telah diblokir.
Warga Distrik Xuhui, Shanghai bermarga Deng menyebutkan : “Beberapa komunitas telah diblokir sejak awal Maret hingga 1 Juni. Warga sudah tidak lagi mempercayai ucapan pemerintah. Seperti yang baru saja saya katakan, banyak tempat di Distrik Xuhui sudah terinfeksi, ini adalah fakta”.
Karena banyak distrik yang kembali diblokir, penduduk mulai bergegas untuk membeli makanan.
Warga Shanghai berkata : “Barang-barang untuk makanan sudah habis diborong orang, apakah lockdown kembali dilaksanakan ? Mudah-mudahan tidak”.
Warga Shanghai : “Bagaimana situasinya ? Beberapa supermarket yang saya temui hari ini semuanya seperti ini”.
Warga Shanghai : “Kota Shanghai jadi begini sekarang, semua orang berlomba membeli makanan”.
Lockdown ketat yang cukup panjang di Shanghai membuat sengsara banyak warganya, bahkan sebagian dari mereka kapok untuk berada di Shanghai, sehingga memilih mengungsi ke luar kota.
Video menunjukkan bahwa penduduk Jalan Changle, Shanghai memprotes petugas yang kembali akan melakukan pemblokiran. Sampai polisi didatangkan untuk menangkap yang bersangkutan. Ada warga komunitas yang nekat mendobrak gerbang besi agar bisa keluar, tetapi menghadap kepungan dari petugas keamanan dalam pencegahan dan pengendalian.
Pada 5 Juni, pagar besi untuk memblokir sebuah komunitas di Jalan Linfen, Distrik Jing’an dilas mati oleh pekerja yang memasang. Semua penduduk sebuah komunitas di Jalan Yongjia dibawa pergi untuk petugas untuk menjalani karantina. Selain itu, gang 186 dan 188 di Jalan South Shaanxi dan gang 339 di Jalan Changle juga diblokir, sehingga warga dan kendaraan tidak lagi bisa keluar masuk.
Sejumlah warga Jalan Hunan No. 7 di Distrik Xuhui memilih mengungsi dengan membawa serta kopor masing-masing.
Pria yang membuat video berkata : “Semua warga di distrik kabur dengan membawa serta kopor mereka”.
Namun, warga Shanghai yang memilih eksodus dari kotanya justru menghadapi diskriminasi dari petugas di tempat tujuan. Ada warga Shanghai yang tiba di Kota Shenzhen dengan mengendarai kendaraan pribadinya, kendaraannya dihadang oleh petugas berpakaian APD lalu ditempeli stiker. Dan sebagian warga Shanghai yang pergi ke Suzhou dipulangkan lewat jalur yang sama.
Kota Shanghai telah ditutup selama lebih dari dua bulan, dan bencana sekunder yang serius telah menyebabkan keluhan masyarakat. Namun, seorang warga yang memiliki informasi dalam lingkup pemerintahan menyampaikan berita bahwa pencegahan epidemi Shanghai sebenarnya “secara akurat” membedakan antara kelas istimewa dan warga biasa, dan kelas istimewa hampir tidak terpengaruh oleh penutupan kota.
Warga Shanghai bernama Liu Qing mengatakan : “Saya dapat memberitahu Anda bahwa lokasi tempat tinggal kami tidak pernah diblokir secara ketat, hampir setiap hari saya bisa keluar rumah”.
Jalan Kangping yang disebutkan oleh warga bernama Liu Qing itu sebagai jalan di Distrik Xuhui, Shanghai. Dikenal sebagai “Zhongnanhai”-nya Kota Shanghai, itu adalah pusat kekuatan politik sebenarnya di Shanghai. Selain itu, di sepanjang jalan tersebut terdapat pemukiman mewah yang didiami oleh sejumlah selebriti politik dan bisnis Shanghai.
Sebagai pusat keuangan terbesar di Tiongkok, Shanghai telah ditutup selama dua bulan, sehingga menyebabkan kemerosotan tajam ekonominya. Indeks Manajer Pembelian (PMI) untuk Mei ’22 yang dihimpun oleh media keuangan dan ekonomi adalah 48,1 yang menunjukkan bahwa sektor manufaktur telah mengalami resesi selama 3 bulan berturut-turut.
Ms. Zhang yang berbisnis penginapan di Shanghai mengatakan : “Bisa gulung tikar, sekarang okupasi kamar hotel nyaris mencapai nol, karena warga dari luar kota tidak bisa masuk kota, sehingga tidak ada bisnis. Saya sudah muak, pusing dengan menghadapi uang sewa yang setahunnya RMB. 200.000,- belum lagi listrik bulanan yang bisa mencapai RMB. 6.000 – 7.000,- Penyewa 2 hari lalu sudah mendesak saya untuk melakukan pembayaran. Saya terpaksa tidak membayarnya. Entahlah apa akibatnya”.
Reuters melaporkan bahwa lockdown ketat yang berlangsung selama 2 bulan lebih di Shanghai telah menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan asing di sana. Banyak perusahaan asing mengatakan mereka akan mempertimbangkan kembali rencana investasi mereka.
Para ahli percaya bahwa kebijakan politis yang Nol Kasus Infeksi telah membuat perusahaan asing merugi dan mempertimbangkan untuk tidak berinvestasi di Tiongkok.
Pakar keuangan Taiwan Edward Huang mengatakan : “Pada dasarnya, perusahaan dalam operasional akan lebih mementingkan soal stabilitas politik dan ekonomi. Misalnya sejauh mana kebijakan otoritas mampu mengendalikan situasi. Tetapi ketika tali-tali ini sudah jelas kehilangan daya pengendaliannya, maka saya pikir bahwa dari sudut pandang bisnis, mereka lebih memilih untuk meninggalkan pasar ini dan mencari pasar lain yang mungkin lebih stabil dan menguntungkan”. (sin)