Home Blog

33 Tahun Kemudian, Pembantaian di Lapangan Tiananmen Masih Penting bagi Dunia

Dorothy Li

Tanggal 3 Juni 1989, adalah malam berdarah bagi para pengunjuk rasa mahasiswa pro-demokrasi. Kala itu, tank-tank meluncur menuju ke Lapangan Tiananmen, Beijing untuk memusnahkan orang-orang dan apapun di jalanan. Gas air mata dan peluru tajam membanjiri alun-alun.

Para pengunjuk rasa yang panik menyandarkan tubuh-tubuh yang lemas ke sepeda, bus, dan ambulans untuk mengangkut mereka pergi. Ribuan pengunjuk rasa tak bersenjata diperkirakan tewas.

Pembunuhan massal tersebut mengejutkan dunia. Sebagai tanggapan, kala itu Presiden AS George H.W. Bush mengutuk pembantaian tersebut. Kemudian menangguhkan pengiriman senjata ke Tiongkok dan memberlakukan beberapa sanksi.

“Tapi mereka segera beralih,” kata Li Hengqing, mantan pemimpin mahasiswa 1989 yang sekarang tinggal di Washington. Li menunjukkan bahwa sebagian besar sanksi langsung dicabut dan hubungan ekonomi kembali dilanjutkan.

“Kebetulan saya percaya bahwa kontak komersial telah memimpin, pada esensinya adalah pencarian lebih banyak terhadap kebebasan ini,” kata Bush pada konferensi pers yang diadakan sehari setelah pembantaian Tiananmen. 

“Saya pikir karena orang memiliki insentif komersial, apakah itu di Tiongkok atau  sistem totaliter lainnya, langkah menuju demokrasi menjadi lebih tak terhindarkan,” katanya. 

Teori itu digambarkan  “sangat konyol,” kata Yuan Hongbing, seorang cendikiawan Tiongkok yang kemudian diskors dari tugasnya karena berpartisipasi dalam aksi protes Tiananmen. Ia mengatakan kebijakan keterlibatan Washington dengan Tiongkok menguntungkan PKT. Bahkan, membantu rezim komunis mengumpulkan kekuatan ekonomi selama tiga dekade. 

“[Respon] Barat menguatkan PKT,” kata Chen Weijian, seorang komentator Tiongkok yang meninggalkan daratan Tiongkok ke Selandia Baru dua tahun setelah tindakan keras Tiananmen.

Setelah 33 tahun, “pembangunan ekonomi tak mengarah ke Tiongkok yang bebas,” kata Chen, yang merupakan pendiri majalah pro-demokrasi Tiongkok dan diselidiki karena mendukung demonstrasi 1989. Sebaliknya, PKT berusaha menggunakan kekuatan ekonomi untuk “mengubah aturan komunitas internasional” dan mengekspor model kontrol penindasannya ke seluruh dunia.

Chen mengutip percakapan antara Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden.

Selama pidato baru-baru ini di kelas kelulusan Akademi Angkatan Laut, Biden mengatakan bahwa Xi mengatakan kepadanya bahwa demokrasi akan jatuh dan “otokrasi akan menjalankan dunia.”

“Ketika dia menelepon saya untuk memberi selamat kepada saya pada malam pemilihan, dia mengatakan kepada saya apa yang dia katakan berkali-kali sebelumnya,” kata Biden pada 27 Mei, merujuk pada Xi. 

“Dia berkata, ‘Demokrasi tidak dapat dipertahankan di abad ke-21. Otokrasi akan menjalankan dunia. Mengapa? Hal-hal berubah begitu cepat. Demokrasi membutuhkan konsensus, dan itu membutuhkan waktu, dan Anda tidak punya waktu.’

“Dia salah,” kata Biden.

Disensor di Tiongkok

Hong Kong, sebagai tempat terakhir untuk memperingati para korban pembantaian 1989 di pulau yang dikuasai PKT, melarang peringatan massal sejak tiga tahun lalu, dengan alasan pandemi, di tengah pengekangan kebebasan Hong Kong yang lebih luas di tangan rezim komunis.

Para pemimpin kelompok di balik acara nyala lilin tahunan  ditahan setelah didakwa melakukan subversi di bawah undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan PKT. Mereka termasuk di antara lebih dari 150 orang yang  didakwa atau dihukum berdasarkan Undang-Undang kejam yang telah digunakan untuk menghapus perbedaan pendapat di pusat demokrasi yang pernah berkembang pesat.

Pada peringatan tahun ini, puluhan polisi berpatroli di Victoria Park, tempat acara penyalaan lilin tahunan  yang pernah digelar sebelumnya.

Di daratan Tiongkok, aksi protes Lapangan Tiananmen, sebuah gerakan dipimpin oleh pemuda yang mengadvokasi reformasi demokrasi, masih merupakan topik yang tabu. Sampai hari ini, rezim partai komunis Tiongkok tidak akan mengungkapkan jumlah atau nama mereka yang terbunuh akibat kekejamannya. 

Rezim mencoba untuk menghapus semua kenangan pembantaian berdarah dengan menghapus setiap penyebutan peristiwa dari internet negara. Lebih parah lagi, kerap menekan para kerabat korban untuk memastikan agar mereka tetap bungkam. Akibatnya, generasi muda Tionghoa tidak menyadari apa yang terjadi pada malam itu.

Meskipun rezim terus menekan kenangan pada hari itu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat akan “terus berbicara dan mempromosikan akuntabilitas atas kekejaman rezim Tiongkok dan pelanggaran hak asasi manusianya termasuk yang terjadi di Hong Kong, Xinjiang, dan Tibet.”

“Kepada rakyat Tiongkok dan mereka yang terus menentang ketidakadilan dan mencari kebebasan, kami tidak akan melupakan 4 Juni,” katanya dalam pernyataan 3 Juni.

Pandemi

Tahun ini, Lapangan Tiananmen dilockdown beberapa minggu sebelum 4 Juni, sebagai  langkah pencegahan pandemi di bawah kebijakan “nol-COVID” rezim. 

Pendekatan kejam, yang dimaksudkan untuk menghilangkan setiap kasus infeksi dalam komunitas dengan memberlakukan lockdown dan karantina wajib, menyebabkan terjadinya kekurangan makanan dan penundaan perawatan medis bagi jutaan orang yang dilockdown di seluruh Tiongkok. 

“[PKT] ingin mengendalikan virus melalui pendekatan yang tidak menghormati hak asasi manusia, yang sama seperti yang dilakukan pada 4 Juni,” kata Chen.

Bagi Chen, kasus Li Wenliang, seorang dokter yang termasuk orang pertama memperingatkan tentang wabah COVID-19 awal di Wuhan, adalah alarm bagi dunia tentang bagaimana penindasan PKT dapat mempengaruhi mereka. Dokter tersebut ditegur oleh polisi pada Januari 2020 ketika pihak berwenang meremehkan tingkat keparahan wabah. Li kemudian meninggal dunia karena virus.

Chen mengatakan pandemi saat ini akan berbeda jika rezim tidak menyensor whistleblower dan pihak lain yang mencoba membunyikan alarm. “Akhirnya dunia mulai memahami PKT sekarang.”

Luo Ya dan Eva Fu berkontribusi pada laporan ini.

Penggunaan Tabir Surya Berlebihan Sebabkan Wanita Patah Tulang Akibat Berguling di Tempat Tidur

EtIndonesia. Seorang wanita di Tiongkok dengan kekurangan vitamin D parah akibat penggunaan tabir surya berlebihan menderita patah tulang hanya karena berguling di tempat tidurnya.

Dokter di Rumah Sakit Pengobatan Tradisional XinDu, di Chengdu, Tiongkok, baru-baru ini melaporkan kasus tidak biasa seorang wanita lokal berusia 48 tahun yang tampaknya menderita patah tulang hanya karena berguling-guling di tempat tidur. 

Menurut dr. Long Shuang, tes yang dilakukan di rumah sakit menunjukkan bahwa kadar vitamin D wanita yang tidak disebutkan namanya itu sangat rendah, yang telah mempercepat pengeroposan tulang dan menyebabkan timbulnya osteoporosis parah. 

Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa pasien tersebut telah menghindari sinar matahari sejak kecil, jarang mengenakan kemeja lengan pendek dan selalu menggunakan tabir surya saat keluar rumah. 

Kasusnya disajikan sebagai peringatan bagi penggemar tabir surya lainnya yang mungkin menggunakannya secara berlebihan dan dengan demikian memengaruhi kesehatan tulang mereka.

“Tidak jarang melihat orang menutupi seluruh tubuh mereka dari kepala hingga kaki untuk melindungi diri dari sinar matahari. Itu sungguh tidak sehat,” kata Jiang Xiaobing, direktur Departemen Bedah Tulang Belakang Ortopedi di Rumah Sakit Afiliasi Kedua Universitas Kedokteran Guangzhou. “Semua tulang di tubuh kita diperbarui setiap 10 tahun, tetapi sejak usia 30 tahun, kita mulai kehilangan massa tulang dengan laju 0,5 hingga 1% per tahun. Asupan kalsium yang rendah, kurangnya paparan sinar matahari, dan kekurangan vitamin D semuanya menghambat penyerapan kalsium.”

Meskipun tabir surya dan pelindung matahari secara umum memiliki manfaatnya sendiri, yaitu mengurangi risiko kanker kulit dan masalah kesehatan serius lainnya, beberapa orang melakukannya secara berlebihan dan dengan demikian membuka diri terhadap masalah lain. 

Karena sinar matahari sangat penting dalam membantu tubuh mensintesis vitamin D, yang pada gilirannya penting untuk kesehatan tulang dan penyerapan kalsium, menghindari paparan sinar matahari untuk jangka waktu yang lama dapat mengganggu kekebalan tubuh dan kesehatan tulang.

Kasus ekstrem yang disampaikan oleh dr. Long Shuang menjadi viral di media sosial Tiongkok, menyebabkan beberapa orang berspekulasi bahwa keinginan wanita Tiongkok untuk memiliki kulit cerah agar sesuai dengan norma sosial dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.(yn)

Sumber: odditycentral

Penggemar Memancing di Tiongkok Menggantung Hasil Tangkapan Besar di Mobil Saat Mengemudi, dan Didenda

EtIndonesia. Seorang pria di Tiongkok barat daya telah difilmkan dengan seekor ikan raksasa yang diikat di bagian belakang mobilnya sebagai piala, yang sangat menggembirakan para pengguna internet daratan.

Namun, polisi lalu lintas di Guigang, sebuah kota di wilayah otonomi Guangxi Zhuang, mengatakan mereka akan menghukumnya atas “perilaku buruknya”, situs web berita cqcb.com melaporkan.

Menurut klip video yang viral, pengemudi, yang identitasnya tidak dirilis dalam laporan tersebut, mengikat kepala dan ekor ikan ke bagian belakang mobilnya sebelum berkeliling kota pada tanggal 15 Mei.

“Ikan itu panjangnya sekitar satu meter dan diperkirakan beratnya lebih dari 30 kg,” seorang pria, bermarga Ji, yang menyaksikan kejadian tersebut, dikutip mengatakan.

“Dia mungkin menangkapnya di Waduk Pingtianshan di dekatnya,” tambah Ji.

Penggemar memancing itu kemudian mengatakan di media sosial bahwa tangkapannya beratnya 39,5 kg. Dia dan keluarganya memakannya di hari yang sama, dengan mengolah sebagian besar dagingnya menjadi bakso ikan, kata temannya kepada media.

Seorang petugas lalu lintas mengatakan mereka telah meminta pengemudi itu untuk datang ke kantor polisi guna menerima hukumannya.

“Perilaku buruknya pasti akan berdampak negatif kepada publik. Kami masih memutuskan apakah akan mengurangi poin dari SIM-nya atau mendendanya,” kata petugas itu.

Peraturan Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Tiongkok menetapkan bahwa pengemudi tidak boleh menggantung benda yang panjangnya lebih dari 0,5 meter di bagian luar kendaraan mereka demi kepentingan keselamatan.

Pengguna internet daratan dibuat geli oleh cerita itu.

“Pria itu pasti tersanjung. Bagaimanapun, itu adalah ikan yang sangat besar. Mengapa tidak memamerkannya?” kata seorang netizen.

“Semua orang di Guangxi membicarakan ikan besar ini hari ini,” kata orang lain, menambahkan: “Seseorang mengatakan pengemudi itu, untuk berparade di jalan-jalan dengan ikannya, telah menghabiskan dua kali lipat bahan bakar.”

Pengemudi itu bukan satu-satunya orang di Tiongkok yang melakukan aksi seperti itu.

Pada tahun 2023, seorang pria di Provinsi Shandong timur dihukum karena menggantung ikan seberat sekitar 10 kg di mobilnya untuk pamer.

Polisi menjatuhkan denda sebesar 200 yuan dan pengurangan sembilan poin dari SIM-nya karena ikan tersebut menutupi plat nomornya.

Ketika petugas bertanya kepada pria tersebut mengapa dia menggantung ikan di mobilnya, dia menjawab: “Saya sangat senang. Ini menyenangkan.” (yn)

Sumber: scmp

Enhanced Games alias ‘Olympics on Steroids’ Akan Diadakan Tahun Depan di Las Vegas

EtIndonesia. Enhanced Games, sebuah kompetisi olahraga yang tidak hanya mengizinkan tetapi juga menganjurkan penggunaan obat peningkat performa (doping), akan diadakan untuk pertama kalinya pada bulan Mei tahun depan di Las Vegas.

Pernahkah Anda bertanya-tanya seberapa hebat atlet manusia terbaik jika mereka diizinkan menggunakan zat peningkat performa (doping) dalam kompetisi? Nah, pada bulan Mei tahun depan, pertanyaan-pertanyaan ini akan terjawab, saat edisi pertama Enhanced Games dimulai.
Dipasarkan sebagai acara yang dirancang untuk menghilangkan stigma penggunaan PED dan untuk mendorong batas performa atletik manusia dengan aman, Enhanced Games telah dijuluki sebagai “Olympic Games on Steroids”.

Awalnya diumumkan sebagai sebuah konsep pada tahun 2023, Enhanced Games akan menyelenggarakan edisi pertamanya pada bulan Mei tahun depan, di Las Vegas, dengan delapan cabang olahraga berbeda dalam renang (perlombaan 50 dan 100 meter gaya bebas dan kupu-kupu), lintasan (lari cepat 100 meter dan lari gawang 100/110 meter) dan angkat beban (snatch, clean and jerk).

“Kami di sini untuk memajukan umat manusia, aturan lama tidak hanya menghambat atlet, tetapi juga menghambat umat manusia,” kata Aron D’Souza, presiden dan pendiri Enhanced Games, dalam sebuah presentasi mewah di panggung sebuah klub di Las Vegas Strip.

Namun, bagaimana acara olahraga kontroversial seperti ini dapat menarik bakat atletik yang benar-benar ingin dilihat orang? Bagaimanapun, mereka yang mengikuti kompetisi kemungkinan besar harus melepaskan aspirasi jangka pendek apa pun dalam acara olahraga internasional yang disetujui. Insentif finansial tampaknya menjadi jawaban yang paling logis, dengan ratusan ribu dolar yang ditawarkan untuk setiap acara, serta biaya penampilan dan bonus untuk memecahkan rekor dunia.

Enhanced Games telah menerima pendanaan jutaan dolar dari pemodal ventura seperti pendiri PayPal Peter Thiel, Christian Angermayer, dan Donald Trump Jr, sebagai salah satu pendiri 1789 Capital. Meskipun D’Souza belum mengungkapkan semua sumber pendanaannya, dia mengungkapkan bahwa perusahaannya berencana untuk menghasilkan uang dengan menjual peningkat performa langsung ke konsumen, dalam model yang mirip dengan Red Bull, yang mensponsori semua jenis acara olahraga ekstrem untuk memasarkan minuman energinya.

Meskipun badan antidoping melihat Enhanced Games sebagai “pertunjukan badut” yang mengutamakan keuntungan daripada prinsip, D’Souza mengklaim bahwa peraturan antidoping saat ini sudah ketinggalan zaman, dan idenya adalah alternatif yang lebih baik.

Nutrisi dan teknologi telah memainkan peran besar dalam semua olahraga utama, memberikan keuntungan tersendiri bagi atlet dan organisasi yang mampu berinvestasi di dalamnya, jadi mengapa PED harus berbeda? Daripada apa yang banyak orang sebut sebagai sistem antidoping yang rusak, menempatkan obat peningkat performa ini di depan dan di tengah untuk hiburan massa adalah ide yang jauh lebih baik.

Enhanced Games telah mengumumkan bahwa acara tahun depan tidak akan menjadi ajang bebas untuk semua orang terkait PED. Atlet yang berpartisipasi akan diizinkan untuk mengonsumsi zat-zat yang legal di Amerika Serikat dan diresepkan oleh dokter berlisensi, seperti testosteron, hormon pertumbuhan, dan berbagai steroid anabolik.(yn)

Sumber: odditycentral

Konsumsi Suplemen Minyak Ikan Segera untuk Memperoleh Manfaat Ini

EtIndonesia. Suplemen minyak ikan adalah produk makanan yang berasal dari jaringan ikan berminyak seperti salmon, makerel, sarden, dan ikan teri. Suplemen ini kaya akan asam lemak omega-3, terutama EPA (asam eikosapentaenoat) dan DHA (asam docosahexaenoat), yang merupakan lemak esensial yang tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh. Omega-3 ini memainkan peran penting dalam fungsi otak, kesehatan jantung, pengendalian peradangan, dan perbaikan sel.

Ya, suplemen minyak ikan dapat meningkatkan kesehatan secara signifikan jika dikonsumsi dalam dosis yang tepat, karena suplemen ini membantu menjaga berbagai fungsi tubuh, mendukung kesehatan mental dan fisik, serta mengurangi risiko penyakit kronis.

Dalam artikel ini, kami membagikan daftar cara mengonsumsi suplemen minyak ikan dapat meningkatkan kesehatan Anda.

10 Manfaat kesehatan dari mengonsumsi suplemen minyak ikan

  1. Mendukung kesehatan jantung

Minyak ikan membantu menurunkan kadar trigliserida, mengurangi tekanan darah, dan mencegah penumpukan plak di arteri. EPA dan DHA meningkatkan fungsi jantung secara keseluruhan, mengurangi risiko serangan jantung dan stroke, terutama pada orang dengan faktor risiko kardiovaskular.

  1. Mengurangi peradangan

Omega-3 dalam minyak ikan memiliki sifat antiperadangan yang kuat. Mengonsumsinya secara teratur dapat membantu mengurangi peradangan kronis, yang terkait dengan penyakit seperti radang sendi, diabetes, dan kanker tertentu.

  1. Meningkatkan fungsi otak

DHA merupakan komponen struktural utama otak. Minyak ikan mendukung daya ingat, pembelajaran, dan kesehatan kognitif secara keseluruhan. Minyak ikan juga dapat memperlambat penurunan kognitif terkait usia dan mendukung perkembangan otak pada bayi dan anak-anak.

  1. Meningkatkan suasana hati dan kesehatan mental

Minyak ikan telah terbukti bermanfaat dalam mengelola depresi, kecemasan, dan gangguan suasana hati lainnya. EPA, khususnya, memiliki efek menstabilkan suasana hati dan dapat meningkatkan efektivitas antidepresan jika dikonsumsi bersamaan.

  1. Meningkatkan kesehatan mata

DHA juga ditemukan dalam konsentrasi tinggi di retina. Suplementasi minyak ikan dapat membantu mencegah mata kering, meningkatkan penglihatan, dan mengurangi risiko degenerasi makula terkait usia.

  1. Mendukung kesehatan kulit

Omega-3 membantu menjaga hidrasi, elastisitas, dan tekstur kulit secara keseluruhan. Omega-3 juga dapat mengurangi jerawat, gejala eksim, dan kerusakan akibat sinar matahari dengan mendukung lapisan pelindung alami kulit.

  1. Meningkatkan kesehatan sendi

Minyak ikan dapat membantu meredakan gejala artritis reumatoid, termasuk kekakuan dan nyeri sendi. Efek antiperadangannya mendukung fleksibilitas sendi dan mengurangi pembengkakan.

  1. Meningkatkan fungsi kekebalan tubuh

Asupan minyak ikan secara teratur mendukung respons kekebalan tubuh yang seimbang dan dapat meningkatkan pertahanan tubuh terhadap infeksi. Minyak ikan juga dapat membantu memodulasi reaksi kekebalan tubuh yang terlalu aktif pada penyakit autoimun.

  1. Mendukung kehamilan dan perkembangan awal

DHA sangat penting untuk perkembangan otak, mata, dan sistem saraf bayi. Minyak ikan selama kehamilan dapat meningkatkan hasil kognitif pada anak-anak dan mengurangi risiko alergi.

  1. Membantu menjaga kadar kolesterol yang sehat

Meskipun minyak ikan tidak banyak menurunkan LDL (kolesterol jahat), minyak ikan meningkatkan HDL (kolesterol baik) dan menurunkan trigliserida, sehingga memperbaiki profil lipid secara keseluruhan dan mengurangi risiko kardiovaskular.

Penting untuk memilih suplemen berkualitas tinggi dan berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan sebelum mengonsumsinya secara teratur. (yn)

Sumber: doctor.ndtv

Peneliti Menemukan Alasan Aneh Mengapa Mumi yang ‘Tidak Biasa’ Ini Bertahan Selama Berabad-abad dengan Sangat Baik dan Terpelihara

EtIndonesia. Peneliti telah mengungkap alasan mengapa mumi abad ke-18 yang “tidak biasa” terpelihara dengan sangat baik di Austria – dan itu sangat tidak normal.

Sebuah studi tentang mumi tersebut baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Medicine. Yang disebut sebagai “pendeta yang dikeringkan dengan udara” tersebut ditempatkan di ruang bawah tanah gereja St. Thomas am Blasenstein di Austria Hulu.

Sejarawan percaya bahwa identitas mumi tersebut kemungkinan besar adalah Franz Xaver Sidler von Rosenegg, seorang vikaris yang telah didelegasikan sementara ke paroki St. Thomas pada saat kematiannya.

Dia berusia antara 35 dan 45 tahun ketika meninggal dan meninggal antara tahun 1730 dan 1780, menurut penanggalan karbon. Para ahli dapat memperoleh informasi terperinci tentang kehidupannya, termasuk pola makannya, dari studi tersebut.

“Dia memiliki pola makan berkualitas tinggi yang berbasis pada produk hewani terestrial [dan] tidak menunjukkan tanda-tanda beban kerja fisik yang besar,” catat penelitian tersebut.

Meskipun gaya hidupnya relatif sehat, para peneliti percaya bahwa dia meninggal karena pendarahan paru akut setelah menderita tuberkulosis.

“Dia kemungkinan besar adalah seorang perokok pipa dan menderita tuberkulosis paru kronis aktif dengan kalsifikasi perifer dan sentral (hilus) (kompleks tuberkulosis primer) dan rongga lobus kanan bawah dengan osifikasi heterotopik fokal dan potensi peradangan aktif,” penelitian tersebut merinci.

Namun para ahli tercengang ketika mereka menemukan bagian tengah mumi dan menemukannya penuh dengan bahan aneh – termasuk serpihan kayu, ranting, dan kain.

“Yang paling mengejutkan, kami mendeteksi, di rongga perut (dan panggul) yang sepenuhnya utuh, terdapat banyak bahan asing, yang diidentifikasi sebagai campuran serpihan kayu, ranting yang terfragmentasi, sejumlah besar kain dari berbagai jenis, termasuk linen bersulam yang rumit, dan bahkan potongan sutra,” kata artikel tersebut.

Para peneliti juga menemukan larutan yang terbuat dari seng, klorida, dan tembaga yang tampaknya membantu pengawetan mayat.

Larutan tersebut telah dimasukkan ke dalam rongga perut mumi.

“Metode pembalsaman ini tampaknya mencakup impregnasi larutan seng-ion tingkat tinggi (kemungkinan besar seng-klorida dengan sejumlah kecil arsenik) dan penambahan tembaga,” kata penelitian tersebut.

Para peneliti menambahkan: “Ini menghasilkan kondisi pengawetan [tubuh] yang sangat baik, sementara wajah (dan tengkorak) dan ekstremitas perifer kurang terawetkan dengan baik.”

Profesor Andreas Nerlich membahas temuan tersebut dalam email dengan Fox News Digital, dengan mencatat bahwa teknik pembalsaman sebelumnya tidak diketahui.

“Faktor yang paling signifikan untuk pembalsaman mumi ini adalah isian internal [dari] kain dan serpihan kayu serta larutan seng-klorida,” kata ahli tersebut.

Meskipun mumi tersebut diketahui memiliki pola makan yang sehat, Nerlich mengatakan bahwa faktor tersebut “jelas tidak berpengaruh.”

Profesor itu menambahkan: “Kami tidak tahu apakah teknik [pembalsem] ini sudah lebih sering diterapkan, tetapi ini adalah kasus pertama yang terverifikasi dari perawatan semacam itu. Kami tidak memiliki data tentang penggunaannya dalam kasus lain.”

Mumi itu adalah salah satu dari beberapa sisa-sisa yang terpelihara dengan baik yang telah dipelajari dan dilaporkan kepada publik dalam beberapa bulan terakhir.

Tahun lalu, para arkeolog membuka segel makam berusia 2.000 tahun di Italia dan menemukan mumi dalam “kondisi sangat baik.”

Pada bulan Maret, bayi mamut betina berusia 130.000 tahun dibedah di Rusia.(yn)

Sumber: nypost

Pameran Agrowisata Taiwan 2025 di Jakarta Menampilkan Pesona Keunikan Pariwisata Agro di Taiwan

0

EtIndonesia. Sebagai rangka memperluas promosi pariwisata tematik pertanian dan perkebunan Taiwan di pasar wisatawan asal Indonesia, Asosiasi Pengembangan Wisata Agro Taiwan dengan dibimbing oleh Direktorat Pengembangan Desa dan Pelestarian Tanah Kementerian Pertanian Taiwan, untuk pertama kalinya secara meriah mengadakan Pameran Agrowisata Taiwan 2025 pada  23-25 Mei 2025 di Emporium Mall, Jakarta Utara.

Deputi Kepala Perwakilan dari kantor Taipei Economic and Trade Office (TETO) di Indonesia Mr. Trust Lin diundang untuk menghadiri acara pembukaan pameran ini. Dalam kata sambutannya, beliau mengatakan bahwa para pengelola tempat wisata agro Taiwan telah berhasil membuka jendela kepada masyarakat luas untuk mengenal keberagaman jenis pariwisata di Taiwan yang mengkolaborasikan konsep ekologi, kebudayaan dan sistem pariwisata berkelanjutan. Beliau mengharapkan dengan diadakannya pameran ini hubungan kebudayaan dan pariwisata antara Indonesia dan Taiwan dapat lebih dipererat dan diperdalam.

Selanjutnya, Mr. Trust Ling mengatakan bahwa Indonesia merupakan sebuah badan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, struktur penduduk berusia lebih muda yang mana lebih mudah dapat menerima beragam jenis pariwisata tematik. Taiwan sendiri memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan bentuk pariwisata agro yang bervariasi, hal ini diyakinkan akan sangat mudah menarik minat dari generasi muda untuk mengejar inovasi dan pengalaman eksplorasi lebih mendalam. 

Wakil Kepala TETO Trust Lin (kiri ke-2), Duta Pariwisata Taiwan Pertama di Indonesia Mikha Tambayong (kanan ke-2), Direktur Dinas Pariwisata Taiwan di Jakarta, Zhou Shi-bi (kanan ke-1), , Direktur Agency of Rural Development and Soil & Water Conservation, MOA Wu Ching-ching (kiri ke-1) berfoto bersama di acara Pameran Agrowisata Taiwan 2025, di Emporium Mall, Jakarta Utara (Dok TETO Indonesia)

Sambil menjelajahi seni dan budaya di Taiwan, mereka juga dapat berinteraksi dekat langsung dengan tanah dan alam. Pameran sekali ini mendatangkan 7 tempat rekreasi agro ternama di Taiwan, 3 maskapai penerbangan, dan 8 agen perjalanan lokal Indonesia. Secara bersama-sama para partisipan pameran ikut mempromosikan produk perjalanan eksplorasi, memperkenalkan karya tangan (DIY) interaktif, dan dengan penampilan visual tempat pameran yang bernuansa perkebunan memberikan kesan kreasi pariwisata Taiwan  yang inovatif, variatif, dan unik bagi pengujung Indonesia.

Deputi Kepala Perwakilan Trust Lin mengatakan Agrowisata di Taiwan yang memasukkan unsur kebudayaan, produk alami dan pengelolaan usaha pariwisata berkelanjutan, telah berhasil menjadikannya sebagai tren berwisata yang mempesona dunia internasional. Beliau juga menekankan bahwa keberhasilan pameran bukan saja berupa buah dari keberhasilan kerjasama antar pengusaha, tetapi juga menunjukkan ketulusan pemerintah mengundang lebih banyak wisatawan dari Indonesia untuk berkunjung ke Taiwan.

Para tamu undangan terhormat diajak bermain angklung di acara Pameran Agrowisata Taiwan 2025 Sabtu, 24 Mei di Emporium Mall Jakarta Utara

Pameran sekali ini didekorasi khusus dengan nuansa pedesaan Taiwan, memasukkan tema taman bunga, pondokan bambu dan unsur-unsur penghijauan untuk menampilkan lingkungan wisata agro yang asri dan alami. Di tempat pameran juga dirancang khusus area berkarya tangan (DIY), pengenalan produk-produk paket perjalanan agrowisata ke Taiwan, aktifitas pengumpulan stempel, undian Happy Hour setiap hari, berbagi pengalaman berwisata agro bersama KOL, duta pariwisata Taiwan, berfoto cantik di area swafoto dengan nuansa taman bunga dan berbagai program acara menarik lainnya.

Pameran Agrowisata Taiwan 2025 yang pertama ini merupakan sebuah tonggak penting bagi pemain usaha wisata agro di Taiwan untuk masuk ke pasar Indonesia. Mr. Trust Lin percaya bahwa dengan adanya pameran ini, pasar Indonesia akan lebih percaya dan memahami produk agrowisata Taiwan dan pengusaha pariwisata dapat saling menjalin hubungan kerjasama yang lebih erat. Masyarakat Indonesia diajak dengan tulus untuk dapat mencoba berwisata ke Taiwan dan mencari pengalaman sensasional sendiri, rasakan keunikan nuansa wisata tematik Taiwan yang berbeda. (asr)

Universitas Harvard Dituduh Memiliki Hubungan dekat dengan PKT,  Berikan pelatihan untuk Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang

Dikarenakan memiliki hubungan dekatnya dengan PKT, Universitas Harvard dulunya dianggap sebagai aset penting. Namun, sejak pemerintahan Trump menuduh Harvard telah disusupi oleh PKT, kini justru menjadi beban. Misalnya, Harvard dituduh memberikan pelatihan kesehatan masyarakat kepada pejabat Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang (XPCC) antara tahun 2020 hingga 2024, padahal korps ini merupakan target sanksi AS karena pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang.

Etindonesia. Menurut laporan Reuters, pada  22 Mei, pemerintahan Trump membatalkan kelayakan Universitas Harvard untuk menerima mahasiswa asing, dengan alasan memfasilitasi antisemitisme dan kerja sama dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT). Namun, keputusan ini saat ini telah dibatalkan oleh seorang hakim federal. Diketahui bahwa pada tahun 2024, mahasiswa asing di Harvard yang berasal dari Tiongkok mencapai 20% dari total.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa hubungan antara Harvard dan PKT sudah berlangsung lama, termasuk kerja sama penelitian dan pendirian pusat-pusat akademik yang berfokus pada studi Tiongkok. Hubungan ini memberikan pengaruh dalam urusan internasional, reputasi global, dan juga dana besar bagi universitas.

Namun, kekhawatiran kalangan politik AS terhadap pengaruh pemerintah PKT di Harvard juga sudah berlangsung cukup lama. Sejumlah anggota Kongres dari Partai Republik khawatir bahwa PKT memanipulasi Harvard untuk mendapatkan teknologi canggih AS, menghindari peraturan keamanan nasional, serta menekan kritik di dalam negeri terhadap isu ini.

Seorang pejabat Gedung Putih pada 23 Mei mengatakan kepada Reuters bahwa Universitas Harvard “selama ini telah dimanfaatkan oleh Partai Komunis Tiongkok,” dan bahwa universitas tersebut “menutup mata terhadap intimidasi yang dilakukan PKT di dalam kampus.” Pihak Harvard sendiri telah secara terbuka membantah tuduhan dari pemerintahan Trump tersebut.

Laporan juga menegaskan bahwa keberadaan mahasiswa Tiongkok di Harvard, serta hubungan antara universitas dengan Tiongkok, bukan berarti menjadi bukti langsung atas kesalahan. Namun, kompleksitas dan keterkaitan dari hubungan tersebut kurang transparan, sehingga menimbulkan perhatian dan kritik publik.

Laporan itu juga mengutip tuduhan dari Komite Khusus Urusan PKT  di Dewan Perwakilan Rakyat AS yang menyebut bahwa sejak 2020, Harvard telah memberikan pelatihan kesehatan masyarakat kepada pejabat XPCC. Departemen Keamanan Dalam Negeri AS juga menyatakan bahwa kerja sama Harvard dengan XPCC “setidaknya berlangsung hingga tahun 2024.”

Padahal pada Juli 2020, Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang, sebuah organisasi “semi-militer,” telah dijatuhi sanksi oleh AS karena pelanggaran hak asasi terhadap etnis Uighur dan kelompok Muslim lainnya di Xinjiang. Sementara itu, pemerintah Tiongkok dengan tegas membantah segala tuduhan pelanggaran HAM di wilayah tersebut.

Selain memberikan pelatihan kepada pejabat XPCC, perusahaan pemantau risiko “Strategy Risks” di AS juga pernah mengungkap bahwa pada tahun 2014, taipan properti asal Hong Kong, Ronnie Chan, menyumbangkan dana sebesar 350 juta dolar AS (sekitar 105 miliar dolar Taiwan) kepada Harvard. Hal ini menyebabkan Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard menambahkan nama ayahnya, T.H. Chan, dalam nama resmi sekolah tersebut.

Selain itu, anggota Kongres AS dari kedua partai juga menyuarakan keprihatinan atas kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh organisasi mahasiswa yang berafiliasi dengan Beijing di kampus-kampus Amerika. 

Pada April 2024, seorang mahasiswa Harvard dilaporkan dikeluarkan dari sebuah acara hanya karena menyela pidato Duta Besar PKT untuk AS, Xie Feng — dan tindakan itu dilakukan bukan oleh staf keamanan atau petugas kampus, melainkan oleh mahasiswa pertukaran asal Tiongkok.

Yang lebih menghebohkan lagi, mantan professor Harvard Charles Lieber, yang pada April 2023 dijatuhi hukuman denda dan dua tahun pembebasan bersyarat karena didakwa menyembunyikan keterlibatannya dalam “Program Seribu Talenta” milik pemerintah Tiongkok, justru pada 28 April tahun ini resmi bergabung secara penuh waktu di Kampus Pascasarjana Internasional Tsinghua University di Shenzhen, dan menjabat sebagai Profesor Tamu (Chair Professor). (Hui/asr)

Dikutip dari Central News Agency dari NTDTV.com 

Hubungan Universitas Harvard dengan Partai Komunis Tiongkok Jadi Sorotan, Sejarawan : Barat Harus Belajar dari Pengalaman Ini

Seiring dengan pengumuman pemerintah Amerika Serikat yang membatalkan kelayakan Universitas Harvard untuk menerima mahasiswa asing, hubungan antara Harvard dan Partai Komunis Tiongkok (PKT) semakin menjadi sorotan. Para pengamat berpendapat bahwa PKT telah mengubah banyak universitas ternama dunia menjadi basis untuk mencuri hasil riset teknologi dan menyebarkan pengaruh ideologi mereka. Barat diminta untuk mengambil pelajaran dari hal ini.

EtIndonesia. Pada 22 Mei, Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kristi Noem, memerintahkan penghentian sertifikasi Program Mahasiswa dan Pengunjung Pertukaran (SEVP) untuk Universitas Harvard.

Departemen Keamanan Dalam Negeri menuduh bahwa Harvard telah lama bekerja sama dengan PKT dan diduga melakukan pelanggaran.

Misalnya, organisasi paramiliter Tiongkok “Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang” (XPCC), yang terlibat dalam kejahatan genosida terhadap etnis Uighur, tetap mendapatkan pelatihan dari Harvard bahkan setelah dimasukkan ke dalam daftar sanksi Departemen Keuangan AS pada tahun 2020.

Selain itu, Harvard juga bekerja sama dalam proyek yang didanai oleh agen intelijen Iran, serta menjalin hubungan dengan universitas-universitas Tiongkok berlatar belakang militer. Beberapa proyek tersebut didanai oleh Departemen Pertahanan AS dan mencakup penelitian di bidang kedirgantaraan dan optik.

Harvard bahkan bekerja sama dengan individu terkait industri pertahanan Tiongkok dalam riset robotika yang berpotensi digunakan untuk keperluan militer.

“Tiongkok (PKT) ingin belajar teknologi dan ilmu pengetahuan paling maju dari Harvard atau universitas top AS lainnya. Di saat yang sama, mereka ingin menyusup dan memanfaatkan universitas-universitas ini, termasuk dengan cara-cara seperti donasi, agar bisa mengarahkan universitas-universitas tersebut sesuai kepentingan mereka,” kata peneliti di Institut Riset Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan, Shen Ming-shih.

Shen juga menilai kerja sama antara PKT dan universitas-universitas terkemuka dunia seperti Harvard bertujuan menjadikan lembaga-lembaga tersebut sebagai basis perang kognitif dan perang teknologi terhadap negara-negara Barat. Salah satu contoh nyata adalah “Program Seribu Talenta” PKT, yang dirancang untuk merekrut ilmuwan top dunia guna mentransfer hasil riset ke Tiongkok dan mendukung propaganda PKT.

“Mereka memanfaatkan pengaruh para profesor ini untuk mempromosikan Tiongkok, menampilkan citra positif negara tersebut. Dengan kata lain, profesor, program seribu talenta, dan universitas-universitas ini menjadi platform utama bagi propaganda luar negeri Tiongkok dan sarana utama bagi upaya ‘front persatuan’ mereka,” ujarnya.

Hubungan antara Harvard dan PKT telah berlangsung lama, mencakup banyak proyek penelitian dan pertukaran, menjadikannya hubungan yang sangat erat. Dalam pendaftaran mahasiswa internasional Harvard tahun 2024, mahasiswa asal Tiongkok mencakup sekitar 20% dari total jumlah mahasiswa.

“Tidak banyak orang yang benar-benar diizinkan oleh PKT untuk belajar di luar negeri. Pemilihan universitas dan bidang studi mereka sebenarnya sudah diatur oleh partai atau organisasi terkait, termasuk siapa profesor pembimbing mereka dan bidang teknologi apa yang harus mereka pelajari,” ujar Shen.

Karena itu, Harvard menerima dana donasi dalam jumlah besar dari pihak-pihak yang berhubungan dengan pemerintah PKT, yang memicu kekhawatiran dari berbagai kalangan di Amerika Serikat.

Sejarawan asal Tiongkok yang bermukim di Australia, Li Yuanhua, berkomentar: “Hubungan Harvard dengan Tiongkok pada dasarnya menunjukkan sejauh mana infiltrasi PKT ke seluruh dunia. Di bidang pendidikan, mereka menyamar dalam bentuk kerja sama dan donasi pribadi yang bermuatan politik, sehingga universitas-universitas ini menjadi basis bagi PKT untuk mencuri hasil riset negara maju, menyebarkan pandangan politiknya, dan memperluas pengaruh ideologinya di luar negeri.”

Pada tahun 2014, taipan properti asal Hong Kong, Ronnie Chan (Chen Qizong), membantu Harvard mendapatkan donasi sebesar 350 juta dolar AS. Ronnie Chan sendiri adalah anggota dari China-United States Exchange Foundation (CUSEF), sebuah organisasi berbasis di Hong Kong yang terdaftar sebagai agen asing oleh pemerintah AS.

“Seluruh dunia Barat harus belajar dari kasus infiltrasi PKT ke Universitas Harvard. Mereka tidak boleh hanya melihat dari sisi ekonomi atau kepentingan universitas semata, tetapi harus menaikkan tingkat kewaspadaan terhadap bahaya komunisme bagi umat manusia, khususnya terhadap masyarakat bebas dan keamanan nasional negara-negara demokratis,” katana. 

Pada 19 Mei, Ketua Komite Khusus DPR AS untuk Partai Komunis Tiongkok, John Moolenaar, bersama sejumlah anggota lainnya, mengirim surat terbuka kepada Rektor Harvard, Alan Garber. Mereka menuntut agar Harvard menyerahkan semua catatan dan rincian transaksi yang berkaitan dengan lembaga-lembaga yang memiliki hubungan dengan PKT.

Dalam surat tersebut juga disebutkan berbagai pelanggaran yang dilakukan Harvard, termasuk kerja sama riset transplantasi organ dengan Tiongkok, meskipun semakin banyak bukti menunjukkan adanya kejahatan pengambilan organ secara paksa oleh PKT. (Hui)

Sumber : NTDTV.com

Akan Terjadi Sesuatu Besar di Zhongnanhai? Analis: Titik Lemah Xi Jinping Mulai Terkuak

Situasi politik Partai Komunis Tiongkok (PKT) tengah menunjukkan gejala aneh, dengan beredarnya berbagai rumor dan informasi dari dalam. Baru-baru ini, santer terdengar kabar bahwa pemimpin PKT, Xi Jinping, sedang kehilangan kekuasaan. Sejumlah analis menilai bahwa jaringan loyalis Xi, yang dikenal sebagai “Pasukan Xi” (Xi Jinping faction), kini runtuh secara masif dan sistematis — mengungkap titik lemahnya dan memberikan pukulan telak terhadap Xi sendiri

EtIndonesia. Setelah Kongres Nasional ke-20 PKT, faksi “Pasukan Xi” terdiri dari kelompok Zhejiang, Fujian, Shaanxi, Tsinghua, serta kelompok Sekolah Partai, yang semuanya terdiri dari orang-orang dekat Xi.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak orang kepercayaan Xi dari kalangan partai, pemerintahan, dan militer jatuh dari jabatan. Termasuk di antaranya adalah mantan Menteri Pertahanan Li Shangfu dan Wei Fenghe, mantan Menteri Luar Negeri Qin Gang, serta Direktur Departemen Politik Komisi Militer Pusat, Miao Hua. Setidaknya belasan pejabat tinggi militer dan industri pertahanan juga telah ditangkap. Selain itu, banyak pejabat dikabarkan menghilang.

Contohnya, Wakil Ketua Komisi Militer Pusat, He Weidong, telah menghilang sejak Maret dan kini beredar kabar bahwa ia telah meninggal dunia. Seperti halnya Qin Gang, otoritas PKT tidak memberikan klarifikasi ataupun bantahan resmi.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di media Taiwan Shang Bao pada 26 Mei, komentator independen Du Zheng — yang mengaku pernah menjadi bagian dari sistem internal PKT — menulis bahwa meski mengesampingkan dampak negatif kebijakan Xi terhadap hubungan luar negeri dan situasi ekonomi serta sosial domestik, hanya dari sisi pengelolaan internal partai saja, Xi sudah menunjukkan kelemahan fatal yang bisa menggagalkan kekuasaannya.

Menurutnya, sejak naik kekuasaan, Xi melakukan reformasi besar-besaran di tubuh militer dan secara langsung mempromosikan banyak jenderal guna membeli loyalitas. Namun, kini jelas bahwa kebijakan itu gagal total. Hingga 20 Mei, dari 205 anggota Komite Sentral yang dipilih dalam Kongres ke-20, sebanyak 26 orang telah “bermasalah”. Dari 165 anggota alternatif, sudah tujuh orang yang dikonfirmasi “bermasalah”.

Berdasarkan penelusuran, dari 79 jenderal (setingkat jenderal penuh) yang dipromosikan Xi sejak menjabat, 10 telah resmi dipecat atau diselidiki, dan sedikitnya 11 lainnya dikaitkan dengan skandal. Totalnya mencapai 21 orang — hampir 30% — mayoritas merupakan anggota Komite Sentral saat ini.

Du Zheng menulis bahwa para pejabat ini direkomendasikan oleh Chen Xi — orang kepercayaan Xi yang menguasai Departemen Organisasi PKT — atau langsung dipilih Xi sendiri. Di militer, promosi dilakukan lewat rekomendasi Miao Hua, kepala personel militer di bawah kendali Xi.

Ia menyimpulkan bahwa runtuhnya faksi “Pasukan Xi” dalam skala sebesar ini, baik karena korupsi maupun ketidaksetiaan politik, secara langsung menghantam otoritas Xi Jinping. Media resmi PKT pun menyatakan bahwa seluruh anggota Komite Sentral saat ini telah disaring secara pribadi oleh Xi — menjadikan Xi sebagai penanggung jawab utama.

Informasi dari dalam menyebut bahwa Xi Jinping telah kehilangan kekuasaan sejak tahun lalu, dan kendali PKT telah beralih ke tangan Wakil Ketua Komisi Militer Zhang Youxia dan para tetua senior partai. Kini rumor tentang pengunduran diri Xi semakin meluas.

Pada 2 April 2025, PKT mengumumkan bahwa anggota Politbiro dan Menteri Departemen Urusan Persatuan, Shi Taifeng (68), dipindahkan menjadi Menteri Departemen Organisasi PKT. Sebaliknya, Li Ganjie (60), mantan Menteri Departemen Organisasi, diangkat menjadi Menteri Urusan Persatuan. Pergeseran ini dianggap tidak lazim dan mencerminkan pertarungan kekuasaan yang semakin intens di kalangan elit partai.

Shi Taifeng dikenal sebagai orang kepercayaan mantan pemimpin PKT, Hu Jintao. Ia pernah dua kali menemani Hu saat berziarah ke leluhurnya di Jiangsu, menunjukkan hubungan pribadi yang erat. Shi juga adalah teman sekelas mendiang mantan Perdana Menteri Li Keqiang di Fakultas Hukum Universitas Peking.

Menurut Du Zheng, penempatan Shi Taifeng di Departemen Organisasi (yang mengatur penempatan pejabat) menunjukkan bahwa para tetua PKT tengah mengambil alih kembali kendali politik. Hal ini juga menunjukkan tanda-tanda kembalinya kekuatan “kelompok Tuanpai” (faksi Hu Jintao).

Di tengah santernya isu bahwa Xi kehilangan kekuasaan, pada 19 Mei, media resmi PKT seperti People’s Daily dan Xinhua menerbitkan artikel penting yang kembali menegaskan pernyataan Hu Jintao: “Harus mematuhi pengambilan keputusan ilmiah, demokratis, dan berdasarkan hukum.” Hal ini menimbulkan banyak spekulasi.

Komentator independen Cai Shenkun juga mengungkapkan di media sosial pada 6 Mei bahwa akan terjadi perubahan besar dalam Sidang Pleno Keempat PKT. Menghadapi tekanan internasional, ekonomi domestik yang lesu, serta rumor bahwa Xi sedang sakit, para tetua partai dikabarkan tidak bisa lagi menahan diri dan berencana melakukan kudeta terhadap Xi.

Du Zheng mengatakan bahwa sebagai rezim otoriter, pertarungan internal PKT selalu brutal. Dalam konteks tahun 2025, dua momen penting akan menentukan arah politik Tiongkok: Pertemuan Beidaihe dalam dua bulan ke depan dan Sidang Pleno Keempat yang menyusul. Ia yakin akan ada peristiwa besar di Beidaihe.

Ia menyimpulkan, jika kudeta dari para tetua benar-benar terjadi di Beidaihe, maka Sidang Pleno Keempat akan berubah menjadi forum pertanggungjawaban terhadap Xi Jinping. Jika Xi dilengserkan, sistem PKT akan runtuh bersamanya, dan pemerintahan akan bertransisi ke arah demokratis. Maka tidak akan ada lagi isu tentang siapa penerus kekuasaan.

Media luar negeri saat ini ramai membahas kemungkinan Xi mundur dalam Sidang Pleno Keempat dan siapa pemimpin baru serta arah kebijakan selanjutnya.

Mantan pejabat Komisi Disiplin PKT, Wang Youqun, juga menulis dalam Epoch Times pada 24 Mei bahwa “kanker korupsi PKT” tidak bisa lagi disembuhkan dengan cara lama. Jalan masa depan Tiongkok, menurutnya, bergantung pada perubahan pola pikir — yaitu “kembali ke akar budaya leluhur.” Jika pemimpin baru mampu kembali pada budaya tradisional Tiongkok yang berusia 5.000 tahun, maka akan tersedia segala kebijaksanaan, keberanian, dan kekuatan untuk menyelesaikan krisis. (Hui/asr)

Sumber : NTDTV.com

Anak Rusa yang Baru Lahir dan Menggemaskan Ditemukan di Luar Perpustakaan — Dan Foto-fotonya Sungguh Ajaib

EtIndonesia. Pengunjung perpustakaan di Michigan baru-baru ini mendapat kejutan yang sangat manis — seekor anak rusa yang baru lahir meringkuk tepat di luar pintu masuk utama!

Aubrey, seorang anggota staf di perpustakaan di Charlevoix, membagikan momen berharga itu di Reddit bersama dengan beberapa foto yang sangat lucu.

“Jadi ini terjadi kemarin!” tulisnya. “Ketika kami sampai di tempat kerja, ada seekor anak rusa yang baru lahir di trotoar menuju pintu masuk utama kami dan seekor rusa betina berkeliaran di sisi lain tempat parkir kami.”

Sepertinya induk rusa itu sempat meninggalkan bayinya di tempat yang agak berbahaya, jadi staf segera bertindak.

“Kami memasang kerucut dan tanda oranye, dan memastikannya terlindungi dari sinar matahari sepanjang hari,” jelas Aubrey.

Seiring berlalunya waktu, muncul kekhawatiran bahwa induk rusa itu mungkin tidak akan kembali.

Namun, sesaat sebelum matahari terbenam, hati meleleh lagi — induk rusa kembali untuk bersatu kembali dengan anaknya, dan keluarga yang manis itu pergi bersama-sama, dengan selamat dan sehat.

Sebagai puncaknya, klub fotografi lokal di perpustakaan mendengar tentang rusa muda itu dan bergegas datang.

Presiden klub, John Doskoch, mengambil beberapa foto luar biasa dari pengunjung mungil itu, menambahkan sentuhan ajaib pada hari yang sudah tak terlupakan. (yn)

Sumber: sunnyskyz

800 Pejabat Terseret! Bom Waktu yang Siap Meledakkan Kekuasaan Xi Jinping?

EtIndonesia. Dalam perkembangan terbaru yang mengguncang dunia politik Tiongkok, Komisi Disiplin Pusat Partai Komunis Tiongkok (PKT) resmi mengumumkan pemeriksaan terhadap Lan Tianli, Wakil Sekretaris PKT sekaligus Ketua Pemerintah Daerah Otonom Guangxi. Dia diduga terlibat dalam pelanggaran disiplin dan hukum berat. Kasus ini menandai kedua kalinya, sejak Kongres Nasional PKT ke-20, seorang pejabat sekelas pemimpin pemerintahan provinsi yang masih aktif dijerat skandal besar.

Laporan ini tidak hanya mengejutkan publik Tiongkok, tetapi juga mengundang sorotan dunia internasional. Sebab, penangkapan Lan Tianli diprediksi akan menyeret setidaknya 800 pejabat dan pengusaha lain, bahkan dikaitkan dengan nama besar Guo Shengkun—yang dikenal punya hubungan keluarga dengan mantan petinggi PKT, Zeng Qinghong.

Tak hanya itu, slogan yang digaungkan pimpinan Partai Guangxi, “Tak Ada Raja Bermahkota Besi”, telah memicu spekulasi mengenai tajamnya konflik internal di kalangan elite PKT dan kemungkinan adanya ‘pembersihan’ politik besar-besaran di belakang layar.

Pandangan Ahli: Analisis Mendalam Yuan Hongbing

Dalam rangka menggali dinamika di balik kasus ini, jurnalis Kan Zhongguo mewawancarai Profesor Yuan Hongbing, seorang pakar hukum dan pengamat politik Tiongkok yang kini tinggal di Australia. Yuan dikenal sering membongkar intrik di kalangan elite PKT.

Profesor Yuan menegaskan: “Sistem internal PKT saat ini tengah menghadapi krisis terbesar. Meskipun Xi Jinping telah menggencarkan kampanye anti-korupsi selama lebih dari 12 tahun, justru korupsi semakin merajalela. Setiap pejabat besar yang tumbang akan menyeret gelombang pejabat lainnya. Ini adalah pola sistemik yang mengakar.”

Menurut Yuan, Xi Jinping sebenarnya hanya ‘setengah melek’ dalam urusan ideologi, namun sangat licik dalam memperebutkan kekuasaan. Dia menggambarkan Xi sebagai sosok yang buruk dalam mengelola negara, namun, karena aturan ‘seleksi terbalik’ dalam sistem otoriter, justru menempati puncak piramida kekuasaan PKT.

 “Barangkali ini adalah ‘kutukan langit’ bagi rezim tirani,” sindirnya.

Di awal masa kekuasaan, Xi sempat menipu publik lewat slogan anti-korupsi, tapi kenyataannya, itu hanya digunakan untuk menyingkirkan lawan politik—sebuah pembersihan besar-besaran ala Stalin. Tujuan utama Xi bukan sekadar pemberantasan korupsi, melainkan memuluskan jalan menjadi ‘kaisar seumur hidup’, menyelamatkan PKT dari krisis eksistensial, dan membangkitkan komunisme internasional.

Yuan Hongbing mengingatkan: “Ren Zhiqiang, satu-satunya orang yang sangat berani, pernah berkata: ‘Xi Jinping adalah badut telanjang yang ingin menjadi kaisar.’ Ini konsensus langka di kalangan pejabat dan masyarakat.”

Ironisnya, Xi justru menjadi simbol puncak kehendak politik PKT, namun secara moral, kompetensi, dan kapasitas, dia sangat diragukan. 

“Inilah lonceng kematian bagi PKT,” lanjut Yuan. “Setiap kebijakan yang dikendalikan langsung oleh Xi hampir selalu berujung pada kegagalan dan kehancuran.”

Di kalangan birokrasi, Xi bahkan dijuluki “Kaisar Proyek Gagal” (Emperor of Abandoned Projects) karena banyak proyek besar yang mangkrak. Rakyat dan pejabat semakin marah, dan banyak pejabat kini memilih bermalas-malasan, korupsi masif, dan ‘menunggu kehancuran’. Mereka sudah kehilangan harapan terhadap masa depan PKT maupun Xi Jinping.

Krisis Internal PKT: Fenomena Faksi dan Persiapan Runtuhnya Sistem

Menurut Yuan, krisis paling mematikan bagi Xi adalah ketika para pejabat mulai kehilangan kepercayaan, bahkan saling menunjuk sebagai sumber masalah. Retorika tentang “Keemasan Zaman Baru Xi Jinping” dinilai hanya fatamorgana sebelum kehancuran.

Faktanya, para pejabat PKT paling tahu betapa gentingnya krisis yang sedang dihadapi. Ada kemungkinan besar, dalam beberapa tahun ke depan, sistem diktator Xi akan runtuh akibat perlawanan rakyat dan Tiongkok masuk ke era kekacauan serta perebutan kekuasaan. Yuan bahkan mengutip Mao Zedong yang pernah berkata: “Setelah aku tiada, akan ada hujan darah dan angin amis.”

Meski Xi masih bermimpi menjadi kaisar abadi dan menuntut loyalitas mutlak dari para pejabat, mayoritas pejabat PKT mulai mempersiapkan diri dengan mengumpulkan kekayaan dan membangun kekuatan ekonomi-politik pribadi untuk menyelamatkan diri jika sistem runtuh. Inilah salah satu penyebab utama mengapa korupsi semakin merajalela.

Sejak Kongres Nasional PKT ke-20, hampir semua pejabat yang dijerat Komisi Disiplin Pusat, termasuk Lan Tianli, dikenai tuduhan “membangun faksi/geng” —istilah yang kabur namun sarat makna psikologis. Intinya, mereka membentuk jejaring pribadi di luar struktur resmi partai, membangun ‘kerajaan kecil’ sebagai antisipasi jika PKT kolaps.

Laporan Rahasia: “Faksi dan Geng” Jadi Ancaman Eksistensial

Menteri Organisasi PKT, Shi Taifeng, dalam laporannya ke Komite Tetap Politbiro, menegaskan bahaya fenomena “aktivitas non-organisasi membangun faksi/geng di dalam partai”. Laporan ini, yang tersebar ke seluruh struktur partai, menyebut fenomena ini sebagai bentuk pengkhianatan dan korosi sistemik paling berbahaya bagi kelangsungan PKT.

Tiga Ciri Fenomena Faksi/Geng:

  1. Jejaring Hirarkis Pribadi: Loyal hanya pada atasan yang mengangkat mereka, bukan pada partai. Ini mengubah struktur partai menjadi ‘geng pribadi’.
  2. Jaringan Lintas Sektor: Menghubungkan pejabat partai, militer, BUMN, dan pengusaha swasta—membentuk jaringan kekuatan paralel.
  3. Berbasis Wilayah Tradisional: Para pejabat membangun kekuatan lokal di berbagai provinsi untuk bertahan dari kemungkinan kekacauan nasional, seperti di Delta Sungai Yangtze, Timur Laut, Guangxi, Hunan, Henan, Ningxia, Qinghai, dan lainnya.

Salah satu pejabat yang kini tengah diperiksa mengakui, membangun jaringan daerah adalah langkah antisipatif untuk melindungi diri dari kemungkinan amuk massa jika kekuasaan runtuh.

Selain itu, kasus pejabat tinggi militer seperti Miao Hua dan He Weidong yang awalnya sangat dipercaya Xi, kini justru terungkap bersekongkol dengan keluarga Jiang Zemin dan Zeng Qinghong—musuh utama Xi di wilayah Shanghai dan Delta Yangtze. Bahkan di Xinjiang, Korps Produksi dan Konstruksi ikut membangun jaringan dengan pejabat lokal, bersiap menghadapi segala skenario perubahan rezim.

Pepatah lama kembali terbukti: “Bebek di sungai lebih dulu tahu air menghangat.” Artinya, para pejabat PKT selalu lebih cepat merasakan tanda-tanda krisis.

Kampanye Anti-Korupsi, Intelijen, dan Ketakutan Sistemik

Fenomena jatuhnya banyak jenderal sejak 2012—sebagian besar diangkat Xi sendiri—dinilai sebagai bagian dari pilar utama kontrol kekuasaan PKT di era Xi.

Menurut Yuan, seluruh sistem kini dikendalikan oleh jaringan intelijen dan polisi rahasia yang sangat masif:

  • Komisi Disiplin Pusat dan Komisi Pengawasan Negara: Ratusan ribu agen mengawasi jutaan pejabat di berbagai tingkatan.
  • Komisi Disiplin Militer: Mengawasi langsung para jenderal.
  • Sekretariat Pusat (dipimpin Cai Qi): Menggabungkan jabatan sekretaris pemerintah provinsi dan partai, di bawah kendali langsung Sekretariat Pusat. Para sekretaris kini menjadi ‘polisi rahasia’ yang memata-matai pejabat tinggi lain.
  • Kementerian Keamanan Negara (MSS): Tidak hanya bertugas untuk intelijen eksternal, tetapi juga menjadi polisi rahasia internal partai, mengawasi semua level pejabat.
  • Kementerian Keamanan Publik: Ketat mengawasi kelompok masyarakat dan tokoh berpengaruh.
  • Komisi Militer Pusat: Setelah Kongres ke-20, didirikan satuan khusus beranggota 18 ribu orang yang bertugas menangkap dan menahan jenderal yang dicurigai tidak loyal.

Bahkan, setiap sekretaris pejabat tinggi militer kini diawasi langsung oleh kantor Xi Jinping, menjadi ‘polisi rahasia’ untuk atasannya sendiri.

Kesimpulan: “Lonceng Kematian” Bagi Rezim Xi dan PKT?

Sejarah menunjukkan, semua rezim diktator yang bertahan lewat jaringan polisi rahasia pada akhirnya tumbang. Metode pembersihan dan pemecatan besar-besaran terhadap pejabat yang dianggap tidak loyal hanya membuat mental birokrasi terguncang dan mempercepat kehancuran fondasi kekuasaan.

Pada akhirnya, para pejabat adalah pilar utama rezim. Ketika kepercayaan mereka ambruk dan mereka lebih sibuk mempersiapkan jalan selamat pribadi, saat itulah kekuasaan PKT benar-benar berada di ambang kehancuran.

Penutup:
Kasus Lan Tianli hanyalah puncak dari gunung es krisis elite PKT. Di balik layar, fenomena “tak ada raja bermahkota besi” menandai terjadinya perubahan besar yang, jika terus berlanjut, dapat mengguncang Tiongkok menuju babak sejarah yang belum pernah terjadi sebelumnya—sebuah babak yang berpotensi penuh kekacauan, pertarungan kekuatan, dan mungkin, berakhirnya era PKT di Tiongkok.

Dunia di Ujung Tanduk! 355 Drone Hujani Ukraina, Trump Ancam Rusia Hancur, Tiongkok Terseret Skandal Perang

EtIndonesia. Ukraina kembali menjadi pusat guncangan geopolitik dunia setelah mengalami serangan drone terbesar sepanjang sejarah konflik, dengan total 355 drone dikerahkan oleh Rusia dalam satu malam pada 25 Mei. Serangan ini memicu gelombang kecaman internasional dan memunculkan reaksi keras dari para pemimpin Barat, terutama Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Serangan Udara Massif: Ukraina Dihujani 355 Drone dalam Satu Malam

Pada malam 25 Mei, Rusia melancarkan serangan udara intensif dengan menggunakan ratusan drone ke berbagai wilayah strategis Ukraina. Ini menjadi serangan drone terbesar sejak invasi dimulai pada 2022. Menurut otoritas Ukraina, total 355 drone dan rudal diluncurkan ke berbagai kota besar, menyebabkan kerusakan infrastruktur vital dan menelan korban jiwa serta luka-luka.

Serangan yang berkelanjutan selama dua malam berturut-turut ini menandai babak baru dalam intensitas konflik. Pemerintah Kiev menyatakan bahwa pertahanan udara Ukraina berhasil menembak jatuh sebagian besar drone, namun masih ada puluhan yang lolos dan menghantam target sipil serta militer.

Trump Menyebut Putin “Gila”, Barat Kompak Cabut Pembatasan Senjata untuk Ukraina

Di tengah situasi genting tersebut, Presiden AS, Donald Trump menampilkan sikap yang jauh lebih keras terhadap Rusia. 

Melalui media sosialnya, Trump secara terbuka menyatakan: “Putin sudah benar-benar gila. Sejak awal saya sudah bilang, ia ingin seluruh Ukraina. Jika itu benar, dan dia nekat melakukannya, Rusia akan runtuh.”

Pernyataan Trump ini mendapat sorotan dari berbagai analis. Zhang Tianliang, seorang pengamat politik internasional, menilai bahwa Trump akhirnya menyadari bahwa Putin hanya mempermainkan pihak Barat, khususnya dirinya sendiri, tanpa niat tulus untuk mengakhiri perang. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio bahkan dianggap lebih tajam dalam mengecam Moskow, mendesak aksi nyata dari Washington dan sekutunya.

Sebagai respons konkret terhadap eskalasi ini, pada 26 Mei, Jerman, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat secara resmi mencabut seluruh batasan jangkauan penggunaan senjata yang dipasok ke Ukraina. Kini, militer Ukraina diperbolehkan menggunakan senjata jarak jauh untuk menyerang target militer di dalam wilayah Rusia, termasuk markas komando dan gudang senjata strategis.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron menambahkan: “Trump sekarang mulai sadar, pemimpin Rusia itu sudah berbohong kepadanya soal perang.” 

Macron juga menuntut agar Barat memberikan tenggat waktu jelas bagi Moskow untuk menerima gencatan senjata, dengan ancaman sanksi lebih keras jika Rusia tetap menolak.

Insiden Viral: Macron dan Istri di Vietnam, serta Upaya “Pemenggalan Kepala” Putin

Sementara itu, lawatan Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan istrinya Brigitte ke Vietnam menjadi sorotan tersendiri. Sebuah video viral menunjukkan Brigitte tiba-tiba menepuk wajah Macron saat turun dari pesawat, membuat momen tersebut ramai dibahas di media sosial. Istana Elysee awalnya membantah ada masalah, namun akhirnya mengakui bahwa insiden itu hanya candaan di antara suami istri.

Di sisi lain, pada 26 Mei, media Taiwan mengutip laporan Channel One Rusia yang menyebut pada 20 Mei lalu, militer Ukraina berusaha melakukan serangan “pemenggalan kepala” terhadap Presiden Putin. Dalam operasi tersebut, sebanyak 46 drone Ukraina diarahkan untuk menyerang rute pesawat kepresidenan saat Putin menuju Kursk. Meski begitu, semua drone berhasil dipatahkan oleh sistem pertahanan Rusia dan Putin dinyatakan selamat.

Pesawat  khusus Presiden Putin, IL96 300PU—yang dijuluki “Kremlin Bow in the Air”—dilengkapi teknologi pertahanan canggih, termasuk perlindungan infra merah, sistem anti-radar, pertahanan 360 derajat, komunikasi satelit terenkripsi, serta kemampuan komando nuklir. Demi keamanan ekstra, biasanya 3-5 pesawat pengiring beroperasi secara terbuka maupun rahasia, sehingga jalur dan identitas pesawat asli sangat sulit dilacak.

Tiongkok Terbongkar Pasok Material Militer ke Rusia, Ukraina Beri Sinyal Keras ke Barat

Di tengah memanasnya situasi, Kepala Intelijen Luar Negeri Ukraina, Yuriy Ivashchenko, mengungkap kepada Ukrinform bahwa Tiongkok secara sistematis memasok mesin industri, bahan kimia khusus, mesiu, suku cadang, dan komponen elektronik ke lebih dari 20 pabrik militer Rusia. Dari 2024 hingga 2025, tercatat sedikitnya lima kerja sama besar antara Beijing dan Moskow, termasuk pengiriman suku cadang dan dokumen pesawat tempur.

Lebih mengejutkan lagi, 80% perangkat elektronik yang digunakan pada drone militer Rusia saat ini berasal dari Tiongkok. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy sebelumnya secara terbuka menuduh Beijing memberikan dukungan militer langsung kepada Moskow, bahkan melibatkan warga negara Tiongkok dalam produksi senjata Rusia. Tuduhan ini segera dibantah oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, namun berbagai bukti terus bermunculan.

Motif Ukraina Bongkar Keterlibatan Tiongkok: Menggugah Barat untuk Bertindak

Cheng Chin-mu, Wakil Dekan Departemen Hubungan Internasional Universitas Tamkang, Taiwan, menilai bahwa pengungkapan Ukraina tentang peran Tiongkok di balik mesin perang Rusia bukan tanpa alasan. Menurutnya, tujuan utama Kiev adalah membangunkan Barat—terutama Amerika Serikat—bahwa konflik Ukraina bukan lagi sekadar “Ukraina versus Rusia”, melainkan pertempuran antara Ukraina dan poros Tiongkok-Rusia.

“Zelenskyy secara spesifik memberi pesan ke Trump, bahwa hambatan terbesar bagi perdamaian saat ini justru adalah Beijing, bukan hanya Moskow. Jika AS dan Barat tidak menindak langsung ke akar masalah, perang ini tidak akan pernah usai,” ungkap Cheng kepada Epoch Times.

Cheng menambahkan, bocoran ini dapat menimbulkan dua efek besar:

  • Mempersempit ruang gerak Tiongkok dalam menjalin hubungan strategis dengan Eropa, khususnya di tengah perang dagang dengan AS.
  • Meningkatkan kesadaran global, terutama di Washington, bahwa kunci untuk menekan Rusia bukan sekadar sanksi ekonomi, tetapi juga memutus rantai pasokan militer dari Tiongkok.

Kesimpulan: Perang Ukraina Memasuki Babak Baru, Peran Tiongkok Kian Disorot

Serangan drone masif Rusia ke Ukraina, perubahan sikap Trump, pencabutan pembatasan jangkauan senjata Barat, serta terbongkarnya peran Tiongkok sebagai pemasok utama industri militer Rusia menjadi sinyal bahwa konflik ini memasuki fase baru yang jauh lebih berbahaya dan kompleks. Tarik-menarik kekuatan antara Barat, Rusia, dan Tiongkok kini semakin terang-terangan, menempatkan dunia pada ambang eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Trump Berbalik Kecam Putin: “Sudah Gila” dan Bisa Bikin Rusia Runtuh — dan Sindir Zelenskyy: “Buka Mulut, Buat Masalah”

EtIndonesia. Di tengah berlangsungnya pertukaran tahanan terbesar antara Rusia dan Ukraina sejak perang dimulai, serangan udara besar-besaran juga dilancarkan secara bersamaan oleh Rusia terhadap berbagai kota di Ukraina. Menanggapi hal ini,Presiden AS, Donald Trump pada 25 Mei mengecam keras Presiden Rusia, Vladimir Putin dan menyebutnya telah “benar-benar gila”, bahkan mengisyaratkan bahwa tindakan Putin bisa membuat Rusia hancur.

Namun Trump juga tidak lupa menyindir Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, yang menurutnya “begitu buka mulut malah bikin masalah.” Dia menegaskan bahwa ini adalah “perangnya Zelenskyy, Putin, dan Biden”, sementara dirinya hanya mencoba memadamkan api akibat ketidakmampuan para pemimpin dunia.

Trump Meledak: Putin Gila, Zelenskyy Tak Membantu

Menurut laporan sejumlah media internasional, pada 25 Mei lalu, Rusia melancarkan serangan udara terbesar sejak invasi dimulai, menewaskan 13 orang dan melukai puluhan lainnya di berbagai kota Ukraina.

Di platform media sosial miliknya, Truth Social, Trump menulis: “Saya dulu punya hubungan baik dengan Putin, tetapi sekarang tampaknya ada sesuatu yang tidak beres dengannya. Dia sudah gila! Dia membunuh banyak orang tanpa alasan—dan saya tidak hanya bicara tentang tentara. Rudal dan drone menyerang kota-kota di Ukraina tanpa alasan apa pun.”

Trump mengatakan dirinya sangat terkejut dengan eskalasi terbaru ini. 

“Saya selalu bilang bahwa dia (Putin) menginginkan seluruh Ukraina, bukan hanya sebagian. Mungkin ternyata saya benar. Tapi kalau dia benar-benar mencobanya, itu bisa menghancurkan Rusia sendiri!” katanya.

Sindiran untuk Zelenskyy dan Kritikan terhadap Pemerintahan Biden

Trump juga melontarkan kritik terhadap Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. 

“Cara Zelenskyy berbicara sama sekali tidak menguntungkan bagi negaranya. Dia begitu buka mulut, langsung buat masalah. Saya tidak suka itu. Dia sebaiknya diam saja,” tulis Trump.

Trump kemudian menegaskan bahwa jika dirinya yang menjadi Presiden saat ini, perang Rusia-Ukraina tidak akan pernah terjadi. 

“Ini adalah perang antara Zelenskyy, Putin, dan Biden—bukan perang Trump. Saya hanya berusaha memadamkan api besar yang disebabkan oleh ketidakmampuan dan kebencian ekstrem,” ujarnya.

Zelenskyy Kritik Diamnya AS

Di sisi lain, Presiden Zelenskyy menyampaikan kekecewaannya atas sikap diam Amerika Serikat setelah Rusia kembali melancarkan serangan besar-besaran ke Ukraina. 

Dalam unggahan Telegram pada 25 Mei, dia menulis: “Setiap kali Rusia melakukan serangan teror seperti ini, itu seharusnya menjadi alasan yang sah bagi AS untuk menjatuhkan sanksi baru. Rusia sedang mengulur perang ini dan membunuh orang setiap hari.”

Zelenskyy menambahkan: “Orang-orang mungkin bisa berlibur ke tempat lain, tetapi perang ini terus berlangsung, baik akhir pekan maupun hari biasa. Diamnya Amerika dan negara-negara lain di dunia hanya akan menambah semangat Putin.”

Trump Pertimbangkan Tambahan Sanksi untuk Moskow

Trump juga mengatakan bahwa dirinya tidak puas dengan apa yang dilakukan Putin, dan mengindikasikan kemungkinan memperberat sanksi terhadap Rusia.

Saat dalam perjalanan pulang ke Washington menggunakan Air Force One dari New Jersey, Trump kepada awak media mengatakan: “Saya benar-benar tidak mengerti apa yang sedang Putin lakukan. Dia sedang membunuh banyak orang, dan saya sama sekali tidak menyetujui itu.”

Di tengah berlangsungnya negosiasi gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, Trump mengatakan: “Kita sedang berbicara tentang perdamaian, tetapi pada saat yang sama, Putin justru menembakkan rudal ke Kiev dan kota-kota lain.”

Saat ditanya apakah dia mempertimbangkan sanksi tambahan, Trump menjawab: “Tentu. Dia sedang membunuh banyak orang.”

Jerman dan Uni Eropa Bereaksi Keras terhadap Serangan Drone Terbesar Rusia

Menanggapi serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Rusia, termasuk peluncuran hampir 300 drone tempur, Pemerintah Jerman pada 26 Mei mengatakan bahwa sekutu Kiev harus memberikan tanggapan tegas.

Dalam wawancara dengan saluran televisi ARD, Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul mengatakan: “Kami tidak bisa menerima ini begitu saja.” 

Dia juga menegaskan bahwa tindakan Putin merupakan bentuk penghinaan terhadap hak asasi manusia dan merupakan pelecehan terhadap Donald Trump, yang selama ini berusaha membawa Putin ke meja perundingan.

Sebelumnya, Uni Eropa pada 20 Mei telah resmi meluncurkan putaran ke-17 sanksi terhadap Rusia, yang kali ini menargetkan kapal-kapal tanker minyak dari armada bayangan milik Rusia.

Wadephul menyatakan bahwa sanksi baru ini “akan membawa dampak serius terhadap ekonomi Rusia”, khususnya di sektor energi dan industri lainnya. 

“Rusia akan masuk dalam kesulitan keuangan besar karena sanksi ini,” ujarnya.(jhn/yn)

Gedung Capitol AS Kibarkan Bendera Dua Kali pada 13 Mei untuk Menghormati Master Li Hongzhi

 Pada 13 Mei 2025, diperingati sebagai Hari Falun Dafa Sedunia ke-26 sekaligus peringatan 33 tahun penyebaran Falun Dafa ke seluruh dunia. Gedung Capitol Amerika Serikat yang terletak di Washington, D.C., dua kali mengibarkan bendera AS sebagai bentuk penghormatan kepada pendiri Falun Dafa, Li Hongzhi, serta untuk merayakan Hari Falun Dafa Sedunia.

EtIndonesia. Pada Hari Falun Dafa Sedunia, 13 Mei, bendera Amerika Serikat secara khusus dikibarkan dua kali di Gedung Capitol untuk menghormati pendiri Falun Gong, Li Hongzhi. Gedung Capitol adalah kantor Kongres Amerika Serikat. 

Pengibaran bendera ini dilakukan atas permintaan Senator  dari Delaware, Chris Coons, dan Anggota DPR AS  dari Delaware, Sarah McBride. Kedua bendera yang telah dikibarkan di atas Gedung Capitol ini kemudian diberikan sebagai bentuk kehormatan kepada Li Hongzhi.

Dalam sertifikat pemberian bendera tersebut tertulis:

“Dengan ini disertifikasi bahwa bendera ini dikibarkan di atas Gedung Capitol Amerika Serikat pada tanggal 13 Mei 2025. Atas permintaan Senator Amerika Serikat Christopher A. Coons, bendera ini dikibarkan untuk menghormati pendiri Falun Dafa, Li Hongzhi. Tahun ini merupakan peringatan 33 tahun penyebaran Falun Dafa oleh Li Hongzhi di Tiongkok. Ratusan juta orang di seluruh dunia merayakan hari ini, yakni Hari Falun Dafa Sedunia.”

“Bendera ini dikibarkan di atas Gedung Capitol Amerika Serikat pada Hari Falun Dafa Sedunia atas permintaan Anggota Kongres Sarah McBride, untuk menghormati pendiri Falun Dafa, Li Hongzhi.”

Chris Coons, seorang Senator AS dari Partai Demokrat dari Delaware, menghadiahkan kepada maste Li Hongzhi sebuah bendera Amerika yang dikibarkan di Gedung Kongres AS pada tanggal 13 Mei, dan mengeluarkan sebuah sertifikat.
Sarah McBride, anggota Kongres dari Delaware, menghadiahkan kepada master Li Hongzhi sebuah bendera Amerika yang dikibarkan di Gedung Kongres AS pada tanggal 13 Mei, dan memberikan sebuah sertifikat.

Falun Dafa, juga dikenal sebagai Falun Gong, adalah sebuah metode kultivasi jiwa dan Raga yang berlandaskan prinsip “Sejati, Baik, Sabar”. Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Li Hongzhi di Tiongkok pada 13 Mei 1992, dalam kurun waktu 33 tahun, Falun Dafa telah menyebar ke lebih dari 110 negara dan wilayah di seluruh dunia. 

Praktik ini telah membawa manfaat bagi ratusan juta orang dari berbagai latar belakang etnis, profesi, dan usia, serta memperoleh penghargaan dan rasa hormat luas dari masyarakat dunia. (Hui)

Laporan disusun oleh reporter New Tang Dynasty Television, Yi Jing dan Chi Xiao.