Home Blog

33 Tahun Kemudian, Pembantaian di Lapangan Tiananmen Masih Penting bagi Dunia

Dorothy Li

Tanggal 3 Juni 1989, adalah malam berdarah bagi para pengunjuk rasa mahasiswa pro-demokrasi. Kala itu, tank-tank meluncur menuju ke Lapangan Tiananmen, Beijing untuk memusnahkan orang-orang dan apapun di jalanan. Gas air mata dan peluru tajam membanjiri alun-alun.

Para pengunjuk rasa yang panik menyandarkan tubuh-tubuh yang lemas ke sepeda, bus, dan ambulans untuk mengangkut mereka pergi. Ribuan pengunjuk rasa tak bersenjata diperkirakan tewas.

Pembunuhan massal tersebut mengejutkan dunia. Sebagai tanggapan, kala itu Presiden AS George H.W. Bush mengutuk pembantaian tersebut. Kemudian menangguhkan pengiriman senjata ke Tiongkok dan memberlakukan beberapa sanksi.

“Tapi mereka segera beralih,” kata Li Hengqing, mantan pemimpin mahasiswa 1989 yang sekarang tinggal di Washington. Li menunjukkan bahwa sebagian besar sanksi langsung dicabut dan hubungan ekonomi kembali dilanjutkan.

“Kebetulan saya percaya bahwa kontak komersial telah memimpin, pada esensinya adalah pencarian lebih banyak terhadap kebebasan ini,” kata Bush pada konferensi pers yang diadakan sehari setelah pembantaian Tiananmen. 

“Saya pikir karena orang memiliki insentif komersial, apakah itu di Tiongkok atau  sistem totaliter lainnya, langkah menuju demokrasi menjadi lebih tak terhindarkan,” katanya. 

Teori itu digambarkan  “sangat konyol,” kata Yuan Hongbing, seorang cendikiawan Tiongkok yang kemudian diskors dari tugasnya karena berpartisipasi dalam aksi protes Tiananmen. Ia mengatakan kebijakan keterlibatan Washington dengan Tiongkok menguntungkan PKT. Bahkan, membantu rezim komunis mengumpulkan kekuatan ekonomi selama tiga dekade. 

“[Respon] Barat menguatkan PKT,” kata Chen Weijian, seorang komentator Tiongkok yang meninggalkan daratan Tiongkok ke Selandia Baru dua tahun setelah tindakan keras Tiananmen.

Setelah 33 tahun, “pembangunan ekonomi tak mengarah ke Tiongkok yang bebas,” kata Chen, yang merupakan pendiri majalah pro-demokrasi Tiongkok dan diselidiki karena mendukung demonstrasi 1989. Sebaliknya, PKT berusaha menggunakan kekuatan ekonomi untuk “mengubah aturan komunitas internasional” dan mengekspor model kontrol penindasannya ke seluruh dunia.

Chen mengutip percakapan antara Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden.

Selama pidato baru-baru ini di kelas kelulusan Akademi Angkatan Laut, Biden mengatakan bahwa Xi mengatakan kepadanya bahwa demokrasi akan jatuh dan “otokrasi akan menjalankan dunia.”

“Ketika dia menelepon saya untuk memberi selamat kepada saya pada malam pemilihan, dia mengatakan kepada saya apa yang dia katakan berkali-kali sebelumnya,” kata Biden pada 27 Mei, merujuk pada Xi. 

“Dia berkata, ‘Demokrasi tidak dapat dipertahankan di abad ke-21. Otokrasi akan menjalankan dunia. Mengapa? Hal-hal berubah begitu cepat. Demokrasi membutuhkan konsensus, dan itu membutuhkan waktu, dan Anda tidak punya waktu.’

“Dia salah,” kata Biden.

Disensor di Tiongkok

Hong Kong, sebagai tempat terakhir untuk memperingati para korban pembantaian 1989 di pulau yang dikuasai PKT, melarang peringatan massal sejak tiga tahun lalu, dengan alasan pandemi, di tengah pengekangan kebebasan Hong Kong yang lebih luas di tangan rezim komunis.

Para pemimpin kelompok di balik acara nyala lilin tahunan  ditahan setelah didakwa melakukan subversi di bawah undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan PKT. Mereka termasuk di antara lebih dari 150 orang yang  didakwa atau dihukum berdasarkan Undang-Undang kejam yang telah digunakan untuk menghapus perbedaan pendapat di pusat demokrasi yang pernah berkembang pesat.

Pada peringatan tahun ini, puluhan polisi berpatroli di Victoria Park, tempat acara penyalaan lilin tahunan  yang pernah digelar sebelumnya.

Di daratan Tiongkok, aksi protes Lapangan Tiananmen, sebuah gerakan dipimpin oleh pemuda yang mengadvokasi reformasi demokrasi, masih merupakan topik yang tabu. Sampai hari ini, rezim partai komunis Tiongkok tidak akan mengungkapkan jumlah atau nama mereka yang terbunuh akibat kekejamannya. 

Rezim mencoba untuk menghapus semua kenangan pembantaian berdarah dengan menghapus setiap penyebutan peristiwa dari internet negara. Lebih parah lagi, kerap menekan para kerabat korban untuk memastikan agar mereka tetap bungkam. Akibatnya, generasi muda Tionghoa tidak menyadari apa yang terjadi pada malam itu.

Meskipun rezim terus menekan kenangan pada hari itu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat akan “terus berbicara dan mempromosikan akuntabilitas atas kekejaman rezim Tiongkok dan pelanggaran hak asasi manusianya termasuk yang terjadi di Hong Kong, Xinjiang, dan Tibet.”

“Kepada rakyat Tiongkok dan mereka yang terus menentang ketidakadilan dan mencari kebebasan, kami tidak akan melupakan 4 Juni,” katanya dalam pernyataan 3 Juni.

Pandemi

Tahun ini, Lapangan Tiananmen dilockdown beberapa minggu sebelum 4 Juni, sebagai  langkah pencegahan pandemi di bawah kebijakan “nol-COVID” rezim. 

Pendekatan kejam, yang dimaksudkan untuk menghilangkan setiap kasus infeksi dalam komunitas dengan memberlakukan lockdown dan karantina wajib, menyebabkan terjadinya kekurangan makanan dan penundaan perawatan medis bagi jutaan orang yang dilockdown di seluruh Tiongkok. 

“[PKT] ingin mengendalikan virus melalui pendekatan yang tidak menghormati hak asasi manusia, yang sama seperti yang dilakukan pada 4 Juni,” kata Chen.

Bagi Chen, kasus Li Wenliang, seorang dokter yang termasuk orang pertama memperingatkan tentang wabah COVID-19 awal di Wuhan, adalah alarm bagi dunia tentang bagaimana penindasan PKT dapat mempengaruhi mereka. Dokter tersebut ditegur oleh polisi pada Januari 2020 ketika pihak berwenang meremehkan tingkat keparahan wabah. Li kemudian meninggal dunia karena virus.

Chen mengatakan pandemi saat ini akan berbeda jika rezim tidak menyensor whistleblower dan pihak lain yang mencoba membunyikan alarm. “Akhirnya dunia mulai memahami PKT sekarang.”

Luo Ya dan Eva Fu berkontribusi pada laporan ini.

Lapangan Kriket Terindah di India Tersembunyi di Tengah Perkebunan yang Luas

EtIndonesia. Perkebunan Harrisons Malayalam di Varandarappilly, Kerala, adalah rumah bagi lapangan kriket terindah di India, sebuah oasis tersembunyi di tengah hamparan pepohonan hijau.

Sebuah lapangan kriket terpencil di Kerala, India, telah menarik banyak perhatian daring karena lokasinya yang unik, tersembunyi di tengah perkebunan pohon yang rimbun. Dilihat dari udara, lokasi yang menakjubkan ini tampak seperti lahan terbuka di hutan hujan Amazon di Amerika Selatan, tetapi sebenarnya merupakan salah satu permata tersembunyi di Kerala, alias ‘Negeri Tuhan’.

Awalnya didirikan oleh perusahaan Harrison Malayalam beberapa dekade lalu, sebagai tempat para pekerja perkebunan dapat bersantai, lapangan kriket terpencil ini, yang dapat diakses melalui jalan sempit yang dipenuhi pepohonan yang tidak terlihat dari atas dan di sebagian besar peta, telah menjadi tempat perlindungan bagi karyawan perkebunan dan penduduk setempat.

Lapangan kriket Harrisons Malayalam Plantation baru-baru ini menarik perhatian di India berkat klip yang diambil menggunakan drone yang diunggah di Instagram oleh Sreejith S, seorang vlogger yang dikenal karena menjelajahi permata tersembunyi di negara asalnya.

Video Sreejith ditonton lebih dari 38 juta kali, disukai 4,5 juta kali, dan dikomentari ribuan kali dalam hitungan hari, menjadikannya unggahan terpopulernya sejauh ini.

“Benar-benar menakjubkan. Beberapa orang bahkan mungkin mengira itu AI,” komentar seseorang pada klip Sreejith.

“Betapa beruntungnya orang-orang itu. Ingin bermain di sini sekali dan pensiun,” tulis orang lain.

Salah satu risiko bermain di lokasi yang indah ini adalah kehilangan bola di hutan di sekitarnya, tetapi itu adalah risiko yang sepadan untuk pengalaman itu sendiri.(yn)

Sumber: odditycenral

Semua yang Perlu Anda Ketahui Tentang Tarik Benang Wajah

EtIndonesia. Seiring bertambahnya usia, kulit kita secara alami kehilangan elastisitas dan kekencangannya, yang menyebabkan munculnya kerutan dan kendur. Sementara banyak orang menyukai proses alami ini, yang lain mencari solusi untuk mempertahankan penampilan awet muda, sering kali beralih ke prosedur kosmetik.

Salah satu pilihan yang semakin populer adalah thread face lift (mengencangkan wajah dengan benang /tarik benang wajah), yang juga dikenal sebagai thread lift atau feather lift. Perawatan non-invasif ini bertujuan untuk meningkatkan kecantikan dan meningkatkan kepercayaan diri dengan mengangkat dan mengencangkan kulit tanpa perlu operasi besar. Dalam artikel ini, kita akan membahas manfaat, risiko, dan biaya yang terkait dengan tarik benang wajah, memberikan wawasan bagi mereka yang mempertimbangkan peningkatan kosmetik ini.

Apa itu Tarik Benang Wajah?

tarik benang wajah adalah prosedur invasif minimal yang menggunakan jahitan yang dapat larut untuk mengangkat dan mengencangkan kulit wajah. Tidak seperti face lift tradisional, prosedur ini tidak melibatkan pengangkatan kelebihan kulit atau mengubah otot. Sebaliknya, benang biodegradable seperti polydioxanone (PDO) dimasukkan untuk menarik kulit ke atas, merangsang kolagen dan meningkatkan elastisitas.

Proses Prosedur

Dilakukan dengan anestesi lokal, pengencangan wajah dengan benang biasanya berlangsung selama 30 menit hingga satu jam. 

Langkah-langkahnya meliputi:

– Menandai area penyisipan.

– Memberikan anestesi lokal.

– Memasukkan benang dengan jarum.

– Menyesuaikan benang untuk pengencangan.

– Memangkas kelebihan benang.

Manfaat Pengencangan Wajah dengan Benang

– Non-bedah: Kurang invasif, tanpa pemotongan atau sayatan.

– Waktu pemulihan minimal: Pemulihan cepat; sebagian besar dapat kembali beraktivitas dalam sehari.

– Hasil yang tampak alami: Benang menyatu untuk pengencangan yang halus.

– Stimulasi kolagen: Meningkatkan elastisitas dan mengurangi kerutan.

– Dikombinasikan dengan perawatan lain: Dapat dipasangkan dengan prosedur seperti dermal filler.

Kemungkinan Risiko dan Komplikasi

Meskipun umumnya aman, risikonya meliputi:

– Memar, bengkak, ketidaknyamanan: Umum tetapi sementara.

– Migrasi atau kerusakan benang: Mungkin memerlukan prosedur tambahan.

– Infeksi dan reaksi alergi: Ikuti petunjuk perawatan setelahnya dan sampaikan alergi Anda.

Biaya Pengencangan Wajah dengan Benang

Biaya bervariasi tergantung pada lokasi, pengalaman dokter, dan jumlah benang. Konsultasikan dengan dokter yang memiliki reputasi baik untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai biaya.

Apakah Pengencangan Wajah dengan Benang Tepat untuk Anda?

Ideal bagi mereka yang mencari alternatif yang tidak terlalu invasif untuk pengencangan wajah tradisional dengan tanda-tanda penuaan ringan. Tidak cocok untuk kulit kendur yang parah atau harapan yang tidak realistis. Dokter yang berkualifikasi dapat menilai kesesuaiannya.

Kesimpulan

Pengencangan wajah dengan benang menawarkan cara yang aman dan efektif untuk mendapatkan penampilan awet muda dengan waktu pemulihan yang minimal. Mempertimbangkan risiko dan biaya sangatlah penting. Konsultasikan dengan dokter yang berkualifikasi untuk mengetahui apakah prosedur ini sesuai dengan kebutuhan Anda. (yn)

Sumber: science-a2z

Inggris dan Uni Eropa Umumkan Sanksi Baru terhadap Moskow

EtIndonesia. Inggris dan Uni Eropa mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia pada Selasa (20/5/2025), tanpa menunggu Amerika Serikat untuk bergabung, hanya sehari setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara melalui telepon.

Brussels dan London mengambil langkah tersebut menyusul serangan drone Rusia terhadap kota-kota Ukraina pada akhir pekan. Inggris mengatakan bahwa sanksi terhadap 100 target baru tersebut menyasar rantai pasokan sistem senjata Rusia, termasuk rudal Iskander, operasi informasi yang didanai Kremlin, serta institusi keuangan yang membantu Rusia menghindari sanksi.

Inggris juga menjatuhkan sanksi baru terhadap kelompok disinformasi Rusia, Social Design Agency, 46 institusi keuangan yang membantu penghindaran sanksi, dan 18 kapal dalam apa yang disebut sebagai “armada bayangan” Rusia, yang diduga digunakan untuk menghindari pembatasan ekspor minyak.

Individu yang terkait dengan armada tersebut, termasuk seorang warga negara Inggris dan dua kapten asal Rusia, juga menjadi target. Inggris mengatakan pihaknya juga bekerja sama dengan mitra internasional untuk menurunkan batas harga minyak sebesar $60 per barel—batas yang mengatur harga maksimum yang dapat dikenakan Rusia saat mengangkut minyaknya dengan menggunakan layanan seperti asuransi dan pengiriman dari negara-negara industri besar.

Tak lama setelah itu, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas menyatakan bahwa Uni Eropa telah menyetujui sanksi terhadap armada bayangan Rusia, serta 17 individu dan 58 entitas “yang bertanggung jawab atas tindakan yang merusak integritas teritorial, kedaulatan, dan kemerdekaan Ukraina.”

Kallas mengatakan bahwa putaran sanksi terbaru ini merupakan yang paling luas sejak dimulainya perang dan menyebutkan bahwa sanksi tambahan sedang dipersiapkan.

“Bersama dengan sanksi baru terkait hibrida, hak asasi manusia, dan senjata kimia, dalam paket ke-17 ini kami memasukkan Surgutneftegas—raksasa minyak Rusia—serta hampir 200 kapal dalam armada bayangan Rusia,” ujar Kallas.

“Sementara Putin berpura-pura tertarik pada perdamaian, sanksi tambahan sedang disiapkan. Tindakan Rusia dan mereka yang memungkinkan tindakan tersebut akan menghadapi konsekuensi serius. Semakin lama Rusia melanjutkan perang ilegal dan brutal ini, semakin keras respons kami.”

Langkah-langkah tersebut diumumkan tanpa adanya tindakan serupa dari Washington, meskipun ada tekanan publik yang intens dari para pemimpin negara-negara Eropa agar pemerintahan Trump bergabung dengan mereka.

Para pemimpin Inggris, Prancis, Jerman, dan Polandia bersama-sama melakukan kunjungan ke Kyiv awal bulan ini dan menyatakan bahwa mereka telah menyiapkan sanksi baru terhadap rezim di Moskow.

Para pemimpin Eropa kemudian menelepon Trump pada malam sebelum panggilannya dengan Putin untuk mendesaknya agar Amerika turut serta dalam menerapkan tindakan yang lebih keras.

Pembicaraan langsung pertama antara Moskow dan Kyiv dalam tiga tahun terakhir diadakan pada akhir pekan lalu, tetapi belum ada kesepakatan gencatan senjata yang tercapai.

Ukraina telah menyatakan kesiapannya untuk melakukan gencatan senjata segera seperti yang diusulkan Trump, sementara Rusia mengatakan bahwa mereka ingin mengadakan pembicaraan sebelum menghentikan permusuhan.

Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengatakan bahwa serangan terbaru Putin terhadap kota-kota Ukraina “menunjukkan warna aslinya sebagai penghasut perang.”

“Kami mendesaknya untuk menyetujui gencatan senjata penuh dan tanpa syarat segera agar dapat dimulai pembicaraan tentang perdamaian yang adil dan abadi,” kata Lammy. “Kami telah menyatakan dengan jelas bahwa menunda upaya perdamaian hanya akan memperkuat tekad kami untuk membantu Ukraina membela diri dan menggunakan sanksi kami untuk membatasi mesin perang Putin.”

Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengatakan bahwa Putin “sedang bermain dengan waktu.”

“Sayangnya, kami harus mengatakan bahwa Putin sebenarnya tidak tertarik pada perdamaian,” ujar Pistorius.

Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot menyerukan agar diberlakukan “sanksi yang benar-benar bersifat pencegah.”

“Marilah kita dorong Vladimir Putin untuk mengakhiri fantasi imperialisnya,” katanya.

Kallas menegaskan bahwa masih dibutuhkan tindakan dari Washington.

“Kami semua telah sepakat dan menyatakan … bahwa jika mereka tidak menyetujui gencatan senjata tanpa syarat, seperti yang telah disetujui Ukraina lebih dari 60 hari yang lalu, maka akan ada tindakan keras,” katanya. “Dan itulah yang ingin kami lihat dari semua pihak yang telah mengatakan bahwa mereka akan bertindak sesuai.”

Menanggapi sanksi baru tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan dalam jumpa pers, “Semua orang di sana seharusnya ingat … bahwa Rusia tidak pernah merespons terhadap ultimatum apa pun.”

Trump mengatakan pada hari Senin bahwa Rusia dan Ukraina siap memulai negosiasi, sementara Putin mengatakan bahwa proses tersebut akan memerlukan waktu.

Mengacu pada percakapannya dengan pemimpin Rusia itu, Trump menulis dalam unggahan di platform Truth Social pada 19 Mei bahwa “nada dan semangat pembicaraan sangat baik.”

Dalam unggahan tersebut, Trump juga menyebut bahwa ia telah berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan para pemimpin Eropa lainnya segera setelah ia menyelesaikan panggilannya dengan Putin.

Trump mengatakan bahwa ia telah memberi tahu Zelenskyy dan para pemimpin Eropa bahwa negosiasi akan segera dimulai.

Dalam pernyataan pers yang disampaikan oleh kantor berita milik negara Rusia, TASS, setelah panggilan teleponnya dengan Trump, Putin mengatakan, “Rusia siap dan akan terus bekerja dengan pihak Ukraina mengenai memorandum perjanjian damai di masa depan yang mencakup sejumlah posisi, seperti prinsip penyelesaian, kerangka waktu penandatanganan kesepakatan damai potensial, dan sebagainya, termasuk kemungkinan gencatan senjata untuk jangka waktu tertentu jika ada kesepakatan yang relevan.”

Dalam pernyataan tanggal 19 Mei yang diposting di platform media sosial X, Zelenskyy mengatakan bahwa Ukraina telah dan tetap siap untuk bernegosiasi demi gencatan senjata dan mengakhiri pertempuran.

“Ukraina selalu siap untuk perdamaian,” kata Zelenskyy.

Reuters turut berkontribusi dalam laporan ini.

Trump Luncurkan Rencana Sistem Pertahanan Rudal ‘Golden Dome’ Senilai Rp 2.800 Triliun

EtIndonesia. Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa jaringan pertahanan rudal baru bernama ‘Golden Dome’ diharapkan akan beroperasi sepenuhnya sebelum masa jabatannya berakhir.

Departemen Pertahanan AS telah memilih desain untuk inisiatif pertahanan rudal Golden Dome milik Presiden Trump, menurut pengumuman Trump pada 20 Mei.

“Saya dengan senang hati mengumumkan bahwa kami secara resmi telah memilih arsitektur untuk sistem canggih ini yang akan mengerahkan teknologi generasi terbaru di darat, laut, dan luar angkasa, termasuk sensor dan pencegat berbasis luar angkasa,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.

Pada minggu pertamanya menjabat, Trump menandatangani perintah eksekutif yang mengarahkan Departemen Pertahanan untuk menyusun rencana pelaksanaan proposal pertahanan rudalnya.

“Sistem ini seharusnya beroperasi penuh sebelum akhir masa jabatan saya. Jadi, akan selesai dalam waktu sekitar tiga tahun,” ujar presiden.

Trump mengatakan bahwa rencana yang dipilih Departemen Pertahanan AS diperkirakan akan menelan biaya sekitar $175 miliar untuk diselesaikan.

 Rencana ini akan menggabungkan teknologi baru dengan sistem pertahanan rudal AS yang sudah ada.

Trump juga menyatakan bahwa Kanada mungkin akan bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk membantu mengembangkan perisai pertahanan rudal yang telah ditingkatkan ini.

“Kanada ingin menjadi bagian dari proyek ini, yang merupakan perluasan cukup kecil, tetapi kami akan bekerja sama dengan mereka mengenai penentuan harga,” katanya.

Selain sensor dan pencegat berbasis luar angkasa yang baru dan lebih canggih, perintah eksekutif Trump pada Januari juga meminta Departemen Pertahanan untuk mempertimbangkan teknologi intersepsi rudal non-kinetik seperti laser.

Perintah tersebut juga menginstruksikan departemen untuk meneliti metode dan teknologi guna mencegat ancaman rudal sebelum mereka diluncurkan, atau pada fase awal peluncurannya (fase dorongan awal).

Trump bersumpah bahwa program pertahanan rudal senilai $175 miliar ini akan memungkinkan Amerika Serikat untuk secara efektif menghadapi rudal jelajah canggih dan rudal balistik hipersonik.

“Setelah selesai dibangun sepenuhnya, Golden Dome akan mampu mencegat rudal bahkan jika diluncurkan dari belahan dunia lain, dan bahkan jika diluncurkan dari luar angkasa. Dan kita akan memiliki sistem terbaik yang pernah dibangun,” ujar presiden.

Saat Trump membuat pengumuman dari Ruang Oval, Menteri Pertahanan Pete Hegseth yang berdiri di sampingnya, menyinggung kemiripan antara proposal pertahanan rudal Trump dan Inisiatif Pertahanan Strategis yang diajukan oleh Presiden Ronald Reagan pada 1980-an.

Inisiatif Pertahanan Strategis Reagan mencakup sejumlah konsep pertahanan rudal yang bersifat aspiratif, yang oleh beberapa kritikus dijuluki sebagai proposal “Star Wars” milik Reagan.

“Presiden Reagan, 40 tahun lalu, telah meletakkan visinya. Waktu itu teknologinya belum tersedia. Sekarang sudah ada, dan Anda mewujudkannya,” kata Hegseth kepada Trump.

Para anggota Partai Republik di Kongres telah mengusulkan paket belanja militer tambahan sebesar $150 miliar, dengan sekitar $25 miliar dialokasikan untuk memulai proyek Golden Dome.

Rencana anggaran pertahanan ini merupakan bagian dari RUU yang lebih besar yang diharapkan Trump dan sekutunya bisa lolos melalui proses rekonsiliasi, sehingga dapat menghindari potensi filibuster di Senat.

Trump menyatakan keyakinannya bahwa RUU rekonsiliasi tersebut akan disahkan.

“Kami sudah berbicara dengan semua orang yang perlu kami ajak bicara,” katanya.
“Semuanya sudah sejalan.”

Sebagai tambahan pada pengumuman Golden Dome pada 20 Mei itu, Trump menunjuk Jenderal Michael Guetlein, wakil kepala operasi luar angkasa untuk U.S. Space Force, sebagai manajer program proyek ini.

Trump menyebut Guetlein sebagai “salah satu tokoh paling dihormati di dunia dalam urusan pertahanan.” (asr)

Sumber : Theepochtimes.com

Mantan Presiden AS Joe Biden Terakhir Diperiksa Kanker Prostat pada 2014

Pernyataan ini muncul setelah pengamat mempertanyakan bagaimana kanker tersebut bisa tidak terdeteksi saat ia menjabat sebagai presiden.

EtIndonesia. Mantan Presiden Amerika Serikat Joe Biden terakhir kali diketahui menjalani pemeriksaan kanker prostat pada tahun 2014, ketika ia masih menjabat sebagai wakil presiden di bawah pemerintahan Obama, demikian pernyataan dari kantornya.

“Sebelum hari Jumat, Presiden Biden belum pernah didiagnosis menderita kanker prostat,” kata kantor mantan presiden tersebut.

Pernyataan itu menjelaskan bahwa Biden, yang kini berusia 82 tahun, tidak pernah menjalani tes darah PSA—yang dapat mendeteksi tanda-tanda kanker prostat—selama lebih dari satu dekade, sesuai dengan saran medis yang menyarankan untuk tidak melakukan skrining terhadap kondisi tersebut pada orang dewasa berusia 70 tahun ke atas.

Pada 18 Mei, kantor pribadi Biden mengumumkan bahwa ia telah didiagnosis menderita kanker prostat “yang agresif” dan telah menyebar ke tulang—menunjukkan bahwa kanker tersebut sudah berada pada stadium lanjut. Menurut pernyataan itu, jenis kanker ini “sensitif terhadap hormon,” sehingga kondisi ini lebih mudah dikendalikan.

Kanker prostat dinilai tingkat keganasannya berdasarkan yang dikenal sebagai skor Gleason, yang berkisar dari 6 hingga 10, dengan 10 sebagai tingkat paling agresif. Kantor Biden menyatakan bahwa skornya adalah sembilan.

Berita tersebut segera memunculkan pertanyaan dari beberapa pihak tentang bagaimana kanker itu bisa tidak terdeteksi selama ini pada sosok lansia tersebut, yang secara rutin menjalani pemeriksaan tahunan saat menjabat di Gedung Putih.

Dalam konferensi pers pada 19 Mei, sekretaris pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, ditanya apakah diagnosis Biden menimbulkan kekhawatiran terhadap kompetensi dokter Gedung Putih, dengan seorang jurnalis menyarankan bahwa mereka mungkin telah “melewatkan tahap awal” kanker prostat Biden.

“Tidak sejauh menyangkut Presiden Trump,” jawab Leavitt. “Dokter Gedung Putih yang kami miliki sangat luar biasa, dan tim dokter yang merawat presiden, terutama di Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed, sangat hebat.”

Dalam pernyataan publik pertamanya terkait hal ini, Biden—yang putranya, Beau Biden, meninggal karena tumor otak pada tahun 2015—menulis dalam sebuah unggahan di X yang menampilkan foto dirinya dan istrinya, Jill Biden:

 “Kanker menyentuh kita semua. Seperti banyak dari kalian, Jill dan saya belajar bahwa kita menjadi paling kuat di titik-titik yang pernah patah. Terima kasih telah menguatkan kami dengan cinta dan dukungan kalian.”

Ia menerima banyak dukungan dari Partai Republik maupun Demokrat.

Mantan Wakil Presiden Kamala Harris menulis dalam unggahan media sosial bahwa ia dan suaminya mendoakan Biden dan keluarganya.

“Saya tahu ia akan menghadapi tantangan ini dengan kekuatan, ketahanan, dan optimisme yang selalu menjadi ciri hidup dan kepemimpinannya. Kami berharap ia pulih sepenuhnya dan dengan cepat,” tulisnya.

Presiden Donald Trump juga segera menyampaikan doa dan harapannya kepada mantan rival presidennya itu, dengan mengatakan dalam sebuah unggahan di Truth Social:

 “Melania dan saya sedih mendengar tentang diagnosis medis terbaru Joe Biden. Kami mengirimkan harapan terbaik dan hangat kami untuk Jill dan keluarga, dan kami berharap Joe pulih dengan cepat dan lancar.”

Laporan ini juga berkontribusi dari Associated Press dan Jack Phillips.

8 Misteri Alam yang Luar Biasa Terus Memikat Rasa Penasaran

EtIndonesia. Entah itu penyebab danau berwarna merah muda seperti burung flamingo atau sumber lingkaran bercak di padang pasir, alam menyimpan banyak rahasia yang masih coba dipecahkan oleh para ilmuwan.

Sementara orang-orang mengutip UFO atau makhluk legendaris untuk menjelaskan beberapa aspek dari pemandangan yang tidak biasa ini, para ilmuwan telah menggunakan fisika, pengujian genetik, dan metode ilmiah lainnya untuk mengembangkan teori.

Penelitian semacam itu telah berhasil memecahkan beberapa misteri ini, tetapi sering kali, pertanyaan masih tetap ada.

Berikut adalah delapan misteri alam di seluruh dunia yang belum sepenuhnya dijelaskan oleh para ilmuwan.

Eternal Flame Falls, New York

Di Chestnut Ridge Park, New York,  AS, api yang berkelap-kelip memberikan namanya pada Eternal Flame Falls. Terlindungi dari air terjun di ceruk berbatu, air terjun ini dapat menyala sendiri tanpa batas waktu, meskipun terkadang padam.

Ini adalah fenomena yang sangat langka. Ada kurang dari 50 api abadi di seluruh dunia, kata ahli geologi Giuseppe Etiope kepada National Geographic pada tahun 2024. Gas alam yang mudah terbakar, yang terbentuk ketika suhu yang sangat tinggi memasak bahan organik, merembes keluar dari bawah tanah, terus-menerus menyulut api. Manusia, kebakaran hutan, atau petir dapat menyalakannya.

Yang tidak biasa tentang api di New York adalah sumbernya, lebih dari 1.300 kaki di bawah permukaan dalam formasi Rhinestreet Shale, relatif dingin.

“Hipotesis tradisional tentang bagaimana gas alam terbentuk adalah, Anda harus memanaskannya hingga lebih dari air mendidih,” kata peneliti Arndt Schimmelmann kepada State Impact Pennsylvania pada tahun 2013. “Tetapi batu kami di sini tidak sepanas itu dan tidak pernah sepanas itu.”

Salah satu teori peneliti adalah bahwa mineral seperti besi atau nikel dapat menjadi katalisator api.

Belut Eropa, Laut Sargasso

Filsuf Yunani kuno Aristoteles menulis: “Belut berasal dari apa yang disebut ‘isi perut bumi’ yang tumbuh secara spontan di lumpur dan tanah lembap.”

Lebih dari 2.000 tahun kemudian, para ilmuwan mengetahui bahwa itu tidak benar, tetapi mereka masih belum tahu bagaimana belut bereproduksi. Ahli biologi Denmark Johannes Schmidt melacak migrasi belut Eropa ke tempat yang dia yakini sebagai lokasi pemijahan mereka di Laut Sargasso. Beberapa belut menempuh perjalanan lebih dari 3.000 mil untuk mencapai wilayah Atlantik Utara yang dibatasi oleh empat arus.

Penemuan itu terjadi lebih dari 100 tahun yang lalu, dan para ilmuwan masih memiliki pertanyaan tentang bagaimana belut Eropa bepergian, termasuk bagaimana mereka bernavigasi, rute mereka, dan seberapa cepat mereka berenang.

Mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana belut ini bereproduksi sangat penting karena jumlah yang tiba di Eropa telah anjlok hingga 95% sejak tahun 1980-an.

Pada tahun 2022, para ilmuwan menerbitkan sebuah makalah yang menjelaskan bagaimana mereka menandai belut dan mengonfirmasi bahwa belut dewasa bermigrasi ke Laut Sargasso, mungkin untuk bertelur. Meskipun telah dilakukan penelitian selama bertahun-tahun, tidak seorang pun menemukan belut dewasa atau telur di lokasi tersebut, yang menyebabkan beberapa orang meragukan bahwa itu adalah lokasi reproduksi. Licin seperti belut, memang.

Kawah Savonoski, Alaska

Terbanglah di atas Monumen Nasional Katmai di Alaska barat daya, dan Anda akan melihat sebuah danau yang tampak terlalu sempurna untuk tidak dibuat oleh manusia. Lebarnya lebih dari 1.600 kaki dan kedalamannya lebih dari 360 kaki.

Salju dan hujan yang mencair telah mengisi kawah, yang terbentuk selama atau sebelum zaman es terakhir. Pada tahun 1960-an dan 70-an, para ilmuwan yang mempelajari Kawah Savonoski mencoba menemukan bukti adanya dampak meteor. Tampaknya mungkin meteor menyebabkan lubang bundar yang dalam.

Namun, gletser yang surut kemungkinan membawa sisa-sisa dampak tersebut.

Kawah tersebut juga bisa jadi merupakan hasil maar vulkanik, yang oleh profesor Universitas Alaska Fairbanks T. Neil Davis digambarkan sebagai “gunung berapi yang mencoba tetapi gagal” dalam sebuah artikel tahun 1978 tentang teka-teki Savonoski yang misterius.

Ketika pipa magma mengenai permukaan air di dekat permukaan bumi, dia meletus dalam ledakan uap, membentuk lubang batu. Maar terus memuntahkan asap dan abu sebelum mereda karena kurangnya tekanan.

Pasir Bernyanyi, Tiongkok

Dalam novel Josephine Tey tahun 1952 “The Singing Sands,” seorang inspektur polisi terjebak dalam penyelidikan pembunuhan yang melibatkan sebuah puisi misterius: “Binatang buas yang berbicara, Sungai yang berdiri, Batu yang berjalan, Pasir bernyanyi…”

Meskipun ceritanya fiksi, pasir bernyanyi sangat nyata, ditemukan di Indiana, Jepang, Mesir, dan California. Banyak, seperti yang ada di Dunhuang, Tiongkok, telah menjadi objek wisata.

Dengungan rendah yang bergetar berasal dari pasir yang tumpah di bukit pasir di lokasi ini, terkadang cukup keras hingga terdengar hingga 6 mil jauhnya. Kondisi tertentu, seperti ukuran, bentuk, dan kandungan silika pasir, harus selaras untuk menghasilkan nyanyian, menurut NOAA.

Menurut sebuah studi tahun 2012, mengapa frekuensi pasir yang berjatuhan terdengar seperti musik masih menjadi misteri.

Lingkaran Peri, Gurun Namib

Selama beberapa dekade, petak-petak tandus di padang rumput kering Gurun Namib telah membingungkan para ilmuwan. Dijuluki “Lingkaran Peri,” mereka menonjol di antara vegetasi hijau Afrika Selatan di sekitarnya.

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa koloni rayap memakan tanaman dan menggali tanah, menciptakan lingkaran yang semakin membesar. Dalam sebuah studi tahun 2022, sekelompok peneliti mengatakan mereka tidak menemukan bukti adanya serangga di lingkaran yang mereka pelajari. Sebaliknya, mereka menggunakan sensor untuk memantau penyerapan air oleh tanaman.

Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa umpan balik ekohidrologi menyebabkan lingkaran-lingkaran gundul. Pada dasarnya, petak-petak ini mengorbankan keberadaan vegetasi untuk mengalihkan lebih banyak air ke area yang ditumbuhi rumput.

“Rumput-rumput ini berakhir dalam bentuk lingkaran karena itulah struktur paling logis untuk memaksimalkan air yang tersedia bagi setiap tanaman,” kata Stephan Getzin, seorang ahli ekologi yang memimpin penelitian tersebut, kepada CNN pada tahun 2022.

Peneliti lain berpendapat bahwa mikroba bisa menjadi penyebab potensial lingkaran serupa di Australia.

Devil’s Kettle, Minnesota

Selama bertahun-tahun, pengunjung yang penasaran ke Taman Nasional Judge C. R. Magney melemparkan tongkat, bola pingpong, dan pewarna warna-warni ke Sungai Brule untuk mencoba melacak alirannya. Saat mengalir melalui taman, air tersebut tumpah ke beberapa air terjun, termasuk Devil’s Kettle.

Sebagian air mengalir deras ke dalam lubang, dan tidak seorang pun tahu persis ke mana air itu mengalir setelahnya. Beberapa orang mengira air itu mungkin mengalir di bawah tanah menuju Kanada atau Danau Superior.

Pada tahun 2017, ahli hidrologi membandingkan jumlah air di atas dan di bawah air terjun, dan hasilnya hampir sama. Dengan kata lain, air tidak mengalir sama sekali tetapi mengalir kembali ke sungai di dasar air terjun.

Para ilmuwan merasa mereka memiliki gambaran yang cukup bagus tentang di mana air muncul kembali, tetapi mereka tidak tahu pasti, ahli hidrologi Jeff Green mengatakan kepada podcast “Science Solved It” milik Vice pada tahun 2018.

Jadi, ke mana semua bola pingpong itu berakhir? Arus yang kuat dan berputar-putar itu akan menghancurkannya berkeping-keping, kata Green.

Cahaya Gempa Bumi, Meksiko

Ketika gempa bumi berkekuatan Magnitudo 7,0  melanda dekat Acapulco pada tahun 2021, orang-orang di Mexico City, ratusan mil jauhnya, menggunakan kamera ponsel mereka untuk menangkap cahaya aneh di langit. Kilatan biru menerangi langit seperti kilat.

Tidak semua ahli yakin bahwa cahaya gempa bumi itu ada, meskipun telah didokumentasikan selama berabad-abad di seluruh dunia. Beberapa ilmuwan mengira kedipan itu berasal dari jaringan listrik yang rusak atau hujan badai, NPR melaporkan.

Yang lain mempelajari fenomena itu dengan harapan dapat menggunakan cahaya, yang terkadang muncul sebelum gempa bumi, sebagai semacam sinyal peringatan dini.

Namun, pertama-tama, mereka perlu mencari tahu mengapa kilatan ini terjadi. Sebuah makalah baru-baru ini meneliti beberapa kemungkinan penyebab cahaya itu, termasuk keluarnya gas metana yang dipicu oleh listrik statis.

Danau Hillier, Australia

Di lepas pantai Australia Barat terdapat Danau Hillier yang berwarna merah muda cerah. Danau ini tampak surealis, seolah-olah seseorang menumpahkan Pepto-Bismol dalam jumlah besar ke dalam airnya yang sangat asin.

Para ahli biologi berhipotesis bahwa mikroba penghasil pigmen bertanggung jawab atas warna cerah danau tersebut. Pada tahun 2022, para peneliti menerbitkan sebuah penelitian setelah mengamati mikrobioma air. Mereka menemukan sejumlah bakteri, virus, dan alga. Beberapa menghasilkan sulfur ungu, dan yang lainnya berasosiasi dengan warna merah jingga. Bersama-sama, mereka berpadu untuk menghasilkan warna merah muda.

Para peneliti mencatat bahwa organisme lain dapat berkontribusi, dan penelitian lebih lanjut harus dilakukan.

Pada tahun yang sama, terjadi curah hujan yang sangat tinggi, mengencerkan rasa asin yang juga merupakan faktor utama dalam warna tersebut. Saat ini, danau tersebut hanya berwarna merah muda, tetapi para ilmuwan berpikir kecerahannya akan kembali seiring dengan semakin banyaknya air yang menguap, Australian Broadcasting Corporation melaporkan awal tahun ini. (yn)

Sumber: sciencealert

Ketika Warga Tiongkok Melaporkan Gelombang Baru COVID-19 Saat Tingkat Infeksi Melonjak Dua Kali Lipat

0

 Para ahli mengatakan PKT terus meremehkan skala wabah saat menyebar ke Hong Kong dan Taiwan.

EtIndonesia. Tingkat infeksi COVID-19 resmi di Tiongkok melonjak dua kali lipat pada April, menurut laporan terbaru dari otoritas kesehatan rezim komunis tersebut. Sementara itu, sejak awal Mei, warga di seluruh negeri melaporkan gelombang baru infeksi saluran pernapasan yang kembali menyebabkan rumah sakit penuh sesak.

Para ahli yang berbicara dengan edisi berbahasa Mandarin The Epoch Times menduga Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang berkuasa terus menutupi dan meremehkan skala sebenarnya dari wabah COVID-19 di negara itu, dengan mencatat bahwa Hong Kong dan Taiwan telah melaporkan peningkatan infeksi dalam beberapa minggu terakhir.

Laporan tertanggal 8 Mei yang diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC) mengakui bahwa tingkat positif COVID-19 di Tiongkok — tidak termasuk Hong Kong dan Makau — telah melonjak dari 7,5 persen pada minggu pertama April menjadi 16,2 persen pada minggu 28 April hingga 4 Mei.

Laporan CDC Tiongkok menyebutkan bahwa patogen utama yang terdeteksi dalam sampel pernapasan dari pasien dengan gejala mirip influenza di poliklinik dan instalasi gawat darurat di rumah sakit rujukan adalah rhinovirus, virus parainfluenza manusia, dan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Distrik Chaoyang di Beijing mengeluarkan pemberitahuan pada 12 Mei, yang menyatakan bahwa peningkatan infeksi COVID-19 di wilayah tersebut disebabkan oleh strain NB.1, keturunan dari garis rekombinan Omicron SARS-CoV-2, yakni varian XDV.

Varian rekombinan terkait XDV, yaitu XBB, menyebabkan wabah besar COVID-19 di Tiongkok dari akhir 2022 hingga 2023, menurut badan kesehatan tersebut.

Hingga 19 Mei, laporan infeksi COVID-19 di situs web CDC Tiongkok belum diperbarui sejak Maret, saat mereka melaporkan 131 “kasus parah” dan tujuh kematian.

“CDC Tiongkok belum melaporkan tingkat kasus parah, tingkat rawat inap, atau tingkat kematian,” kata Sean Lin, asisten profesor di Departemen Ilmu Biomedis di Fei Tian College dan mantan ahli mikrobiologi Angkatan Darat AS, kepada The Epoch Times pada 17 Mei. “Oleh karena itu, dunia luar tidak dapat mengetahui situasi sebenarnya.

“Jumlah infeksi di daratan Tiongkok tentu saja meningkat belakangan ini, tetapi Beijing bahkan tidak melaporkan jumlah infeksi yang sebenarnya, hanya tingkat positifnya, yang menyesatkan publik.”

Beberapa virus telah menyebabkan gelombang infeksi saluran pernapasan di Tiongkkk tahun ini.

“Ada tiga hingga empat jenis infeksi saluran pernapasan yang tumpang tindih pada pasien,” kata Lin. “Ini lebih dari sekadar infeksi COVID-19.”

Ia menduga bahwa rezim Tiongkok menggunakan infeksi COVID-19 dalam laporan terbaru untuk menutupi “situasi yang lebih serius dari infeksi ganda yang lebih invasif ini.”

Jonathan Liu, direktur Liu’s Wisdom Healing Centre di Kanada, menyampaikan penilaian serupa. “Gelombang infeksi saluran pernapasan kali ini di daratan Tiongkok terutama disebabkan oleh COVID-19, namun bercampur dengan virus-virus lainnya,” katanya kepada The Epoch Times pada 17 Mei.

Banyak video dan unggahan di media sosial Tiongkok menunjukkan bahwa rumah sakit di seluruh Tiongkok telah kembali penuh sesak sejak libur Hari Buruh, yang jatuh pada 1 hingga 4 Mei.

Karena sejarah PKT dalam menutupi informasi dan menerbitkan data yang tidak dapat dipercaya — termasuk meremehkan infeksi COVID-19 dan kematian terkait sejak awal 2020 — kesaksian dari warga dapat memberikan informasi berharga untuk memahami situasi di lapangan di negara totaliter itu.

Warga Tiongkok mengatakan kepada The Epoch Times bahwa banyak orang di sekitar mereka telah terinfeksi COVID-19 atau mengalami gejala mirip COVID sejak liburan tersebut.

“Saya didiagnosis COVID-19 di rumah sakit, dan mereka harus melaporkannya,” kata Xu Ling, warga Distrik Chaoyang di Beijing yang menggunakan nama samaran karena takut akan pembalasan dari pihak berwenang. “Saya curiga saya terinfeksi saat saya ke ruang gawat darurat. Saya hampir sembuh total, tapi ini memakan waktu lama.”

“Saya mengonsumsi cefuroxime,” kata Xu, merujuk pada antibiotik yang menurutnya digunakan sebagai “obat khusus COVID-19” di Tiongkok — sebuah klaim yang tidak dapat diverifikasi secara independen oleh The Epoch Times.

Seorang orang tua muda dari Zibo di Provinsi Shandong, Tiongkok timur, yang meminta anonimitas demi keamanan, mengatakan ia tertular virus selama liburan Mei saat mengunjungi kota lain.

“Seluruh keluarga kami dinyatakan positif COVID-19,” katanya, meskipun gejalanya lebih ringan dibandingkan saat pertama kali terinfeksi.

“Saya mencoba bertahan beberapa hari, tapi tidak bisa. Saya masih batuk, jadi saya pikir ini pneumonia ringan.”

Xiao Qiang, yang juga menggunakan nama samaran karena alasan keamanan, mengatakan bahwa “banyak orang baru-baru ini terkena flu.”

“Kebanyakan kerabat dan teman saya mengalami demam,” kata warga Baoji di Provinsi Shaanxi, Tiongkok barat laut.
 

“Tampaknya gejalanya sama seperti gelombang COVID-19 sebelumnya. Jika Anda pergi ke dokter, mereka hanya akan mengatakan Anda kena flu biasa.”

Liu mengatakan bahwa peningkatan infeksi COVID-19 sejak liburan Mei berkaitan dengan banyaknya orang yang bepergian.

 “Banyak warga daratan Tiongkok bepergian ke Hong Kong, dan warga Hong Kong mengunjungi daratan Tiongkok, jadi jumlah infeksi meningkat,” katanya.

Infeksi Meningkat di Hong Kong dan Taiwan

Otoritas kesehatan Hong Kong, yang independen dari daratan Tiongkok, melaporkan peningkatan infeksi COVID-19 pada 15 Mei, dengan 81 “kasus parah” dan 30 kematian. Tingkat positif COVID-19 melonjak dari 6,2 persen pada 6–12 April menjadi 13,66 persen pada pertengahan Mei.

Tingkat positif dari sampel pernapasan dan kandungan virus dalam air limbah di Hong Kong telah melampaui tingkat tertinggi yang tercatat setahun lalu. Air limbah yang terkontaminasi dapat menjadi sumber virus yang signifikan.

Liu mengatakan bahwa data di Hong Kong relatif lebih realistis dibandingkan dengan data dari daratan.

“Angka yang dirilis oleh CDC Tiongkok sebenarnya terlalu rendah,” katanya. “Misalnya, mereka hanya melaporkan tujuh kematian pada  Maret, yang tidak masuk akal menurut tingkat epidemi normal.”

Ia membandingkan jumlah kematian tersebut dengan yang dilaporkan Kanada.

“Kanada melaporkan 1.915 kematian COVID-19 dalam 8,5 bulan, jadi rata-rata jumlah kematian per bulan lebih dari 225,” katanya, sambil menunjuk bahwa negara tersebut memiliki “wilayah luas, kepadatan penduduk sangat rendah, dan kondisi sanitasi relatif baik.”

“Bagaimana mungkin hanya ada tujuh kematian dalam sebulan di daratan Tiongkok? Sulit dipercaya.”

Infeksi COVID-19 di Taiwan juga meningkat secara signifikan pada waktu yang hampir bersamaan, menurut laporan otoritas kesehatan pulau tersebut.

Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan pada 16 Mei melaporkan rata-rata 154 kasus baru COVID-19 per hari antara 10 dan 16 Mei, meningkat dari rata-rata 116 kasus baru per hari dari 3 hingga 9 Mei. Setelah puncak COVID-19 terakhir di Taiwan pada musim panas 2024, infeksi mulai meningkat lagi pada April, dengan 21 kasus dan tujuh kematian dilaporkan dari 22 hingga 28 April.

“Infeksi COVID-19 di Taiwan mungkin akan mencapai puncaknya pada  Juni,” kata Dr. Huang Chian-Feng dari Institut Epidemiologi dan Pengobatan Pencegahan di Universitas Nasional Taiwan.

Analisis terhadap strain virus menunjukkan bahwa sebagian besar berasal dari Hong Kong dan daratan Tiongkok.

Huang mengatakan kepada The Epoch Times pada 17 Mei bahwa gejala-gejalanya “mudah diabaikan” karena beberapa tidak khas dan tidak berkaitan dengan pernapasan, “termasuk gejala di saluran pencernaan seperti sakit perut, mual, dan muntah.”

Laporan ini disusun oleh Luo Ya, Ning Haizhong, dan Hong Ning

Tetangga Melihat Kucing Melahirkan di Depan Pintu Apartemen — dan Menyelamatkan Seluruh Keluarga

EtIndonesia. Akhir tahun lalu, seorang warga Florida bernama Carolyn melihat seekor kucing berkeliaran di luar rumah susun tempat tinggalnya. Tak lama kemudian, dia mulai memperhatikan kucing itu setiap hari, dan mulai bertanya-tanya apakah kucing itu baik-baik saja.

Carolyn, yang lebih suka nama belakangnya dihilangkan, menduga bahwa salah satu tetangganya telah membuang kucing itu di luar. Setiap hari, kucing itu akan menunggu di depan pintu tetangganya, berharap seseorang akan mengizinkannya masuk.

“Dia hanya akan duduk di sana, menunggu untuk masuk ke dalam,” kata Carolyn kepada The Dodo.

Carolyn memperhatikan hal ini berlangsung selama beberapa bulan, tidak yakin apakah dia harus turun tangan. Namun kemudian, pada Hari Valentine, Carolyn melihat sesuatu yang memilukan: Kucing itu baru saja melahirkan dan meringkuk di tangga tetangganya bersama enam anak kucingnya yang baru lahir.

Pada saat itu, Carolyn tahu dia harus melakukan sesuatu. Dia bertanya kepada tetangganya apakah dia boleh memelihara kucing-kucing itu, lalu mengambil seluruh keluarga dan membawa mereka ke apartemennya.

Selama beberapa minggu pertama memelihara kucing-kucing itu, Carolyn fokus menjaga induknya, yang diberi nama Rosie, senyaman dan secukup mungkin makanan agar dia bisa merawat bayi-bayinya. Awalnya, Rosie takut dengan lingkungan barunya, tetapi begitu dia menyadari bahwa dia akhirnya aman dan dirawat, kepribadiannya berubah.

“Dia berubah dan menjadi kucing termanis yang pernah saya temui,” kata Carolyn.

Carolyn menamai dua anak kucing jantan oranye Leo dan Flynn, dua anak kucing putih Koda dan Luna, dan dua kucing belang gelap Forrest dan Delilah. Anak-anak kucing itu sekarang berusia 12 minggu dan jauh lebih besar daripada saat Carolyn menyelamatkan mereka — dan lebih lincah. Mereka semua suka berlarian dan bermain bersama.

“Mereka perlahan-lahan menguasai apartemen saya,” kata Carolyn.

Meskipun tujuh ekor kucing mungkin terdengar banyak bagi sebagian orang, Carolyn sangat senang melihat anak-anak kucing itu tumbuh bersama saudara-saudaranya dan induk mereka.

“Anda harus melihatnya sendiri untuk memahami betapa sempurnanya mereka bersama sebagai sebuah keluarga,” kata Carolyn.

Sebelum dia mengasuh Rosie dan anak-anaknya, Carolyn sudah lama menginginkan seekor kucing dan hanya menunggu kesempatan yang tepat untuk datang. Kemudian, dari detik ke detik, dia berubah dari tidak memiliki kucing sama sekali menjadi memiliki tujuh ekor kucing — dan dia tidak menginginkannya dengan cara lain.

“Itu benar-benar mengubah hidup saya,” katanya.(yn)

Sumber: the dodo

Terungkap! Ratusan Ribu Agen PKT ‘Memburu’ Orang Tionghoa di Luar Negeri 

EtIndonesia. Sebuah laporan eksklusif yang ditayangkan dalam program legendaris “60 Minutes” milik CBS pada 18 Mei telah mengguncang publik Amerika Serikat dan komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Episode spesial tersebut membongkar fakta mencengangkan: target nomor satu operasi mata-mata Partai Komunis Tiongkok (PKT) di Amerika Serikat bukanlah lembaga pemerintah ataupun teknologi AS, melainkan komunitas Tionghoa sendiri—khususnya para aktivis pro-demokrasi dan tokoh oposisi yang hidup di luar negeri.

Operasi Intelijen Terbesar di Dunia

Dalam tayangan tersebut, CBS mengutip pernyataan Lewis, mantan diplomat dan analis keamanan nasional Amerika, yang menegaskan bahwa Kementerian Keamanan Negara (Ministry of State Security/MSS) milik PKT diperkirakan mengoperasikan lebih dari 600.000 agen rahasia di seluruh dunia. Jumlah ini menjadikan MSS sebagai salah satu organisasi intelijen terbesar, terluas, dan paling aktif sepanjang sejarah modern.

“Amerika hanya target kedua,” ungkap Lewis. “Prioritas utama mereka adalah warga Tiongkok sendiri. PKT sangat trauma dengan sejarah keruntuhan Uni Soviet, yang sebagian besar dipicu oleh perlawanan rakyat dan diaspora yang kritis. Mereka tak ingin mengulang sejarah yang sama.”

Pengawasan, Penetrasi, dan Intimidasi Diaspora

Investasi PKT dalam memonitor, menyusup, dan mengintimidasi komunitas diaspora Tionghoa sangat masif. Penelusuran CBS mendapati bahwa aparat intelijen PKT secara rutin merekrut, mengancam, atau bahkan memeras anggota komunitas Tionghoa di luar negeri—terutama mereka yang aktif dalam gerakan pro-demokrasi, hak asasi manusia, atau yang berani mengkritik Beijing.

Salah satu kasus yang paling menonjol adalah Wang Shujun, seorang warga New York yang awalnya dikenal sebagai aktivis demokrasi dan sekretaris yayasan peringatan dua tokoh reformis Tiongkok, Hu Yaobang dan Zhao Ziyang, di Flushing, Queens.

Namun, fakta yang terbongkar kemudian benar-benar mengejutkan publik. Berdasarkan dokumen investigasi FBI yang dipublikasikan dalam episode tersebut, sejak tahun 2005, Wang Shujun diam-diam direkrut sebagai agen rahasia PKT. Dia secara rutin mengumpulkan dan mengirimkan data sensitif—termasuk nama, alamat, nomor telepon, email, hingga rekaman percakapan pribadi para aktivis Tionghoa-Amerika—langsung ke Beijing.

Dampak Fatal bagi Korban

Menurut laporan FBI, selama bertahun-tahun, Wang Shujun telah menyerahkan informasi detail mengenai lebih dari 163 individu, termasuk agenda rapat dan rencana kegiatan komunitas. Akibat dari operasi ini, sejumlah aktivis mengalami nasib tragis: beberapa ditangkap ketika kembali ke Tiongkok, sebagian dipenjara, dan ada pula yang kehilangan kontak setelah pulang ke tanah air.

Pada tahun 2022, Departemen Kehakiman AS akhirnya mendakwa Wang Shujun atas tuduhan menjadi agen asing tanpa pendaftaran resmi (Foreign Agent Registration Act/FARA). Dia membantah tuduhan ini, namun pengacaranya mengakui adanya komunikasi antara Wang dan MSS, walau berdalih “tidak melanggar hukum AS”. Ironisnya, mereka malah menuduh FBI menekan Wang setelah gagal merekrutnya sebagai agen ganda.

Pengkhianatan dari Lingkaran Sendiri

Salah satu korban pengawasan, Yang Jinxia—mantan aktivis Hong Kong yang kini menjadi warga negara Amerika—mengaku sangat terpukul mengetahui bahwa dirinya diawasi, bukan oleh aparat negara tuan rumah, melainkan oleh sesama anggota komunitas diaspora yang selama ini dianggap teman seperjuangan.

“Saya tak pernah membayangkan ancaman terbesar justru datang dari dalam komunitas kami sendiri. Rasa percaya benar-benar runtuh. Operasi ini berjalan rapi, diam-diam, bertahun-tahun lamanya,” ujar Yang Jinxia dalam wawancara dengan CBS.

Mengapa Diaspora Jadi Target Utama PKT?

Menurut para analis, alasan utama PKT menargetkan komunitas diaspora Tionghoa di luar negeri sangat berkaitan dengan kekhawatiran akan lahirnya gerakan perlawanan yang bisa menular ke dalam negeri. PKT belajar dari pengalaman Uni Soviet, di mana kelompok pembangkang luar negeri berperan besar dalam menyebarkan informasi, membangun jaringan, dan menginspirasi gelombang perubahan di dalam negeri. Beijing sangat sadar bahwa di era internet, informasi bisa bergerak sangat cepat, dan ide-ide kebebasan dengan mudah menyebar di antara rakyat Tiongkok, terutama generasi muda.

Strategi Operasi: Infiltrasi dan Tekanan Sosial

Laporan CBS “60 Minutes” menjelaskan, modus utama MSS adalah melakukan infiltrasi melalui:

  • Perekrutan dan ancaman terhadap aktivis dan pemimpin organisasi diaspora.
  • Penyebaran disinformasi dan fitnah untuk memecah belah komunitas.
  • Pengawasan ketat terhadap acara-acara komunitas, seminar, dan kegiatan sosial.
  • Intimidasi terhadap keluarga yang masih berada di Tiongkok.
  • Manipulasi dan pemantauan teknologi digital, mulai dari aplikasi pesan singkat hingga media sosial.

Dampak Sosial: Rasa Takut dan Fragmentasi Komunitas

Akibat operasi intelijen yang agresif ini, banyak warga Tionghoa di Amerika merasa was-was untuk terbuka, bahkan dalam lingkaran komunitas sendiri. Rasa saling curiga dan ketidakpercayaan semakin kuat, membahayakan solidaritas diaspora yang seharusnya menjadi kekuatan untuk melawan otoritarianisme.

Menurut pengamatan pakar HAM, tak sedikit aktivis yang akhirnya menarik diri dari kegiatan publik, atau memilih membatasi hubungan sosial demi melindungi diri dan keluarga. Hal ini sejalan dengan strategi PKT: membuat lawan-lawannya merasa terisolasi dan kehilangan dukungan.

Respons Pemerintah Amerika Serikat

Pemerintah Amerika menanggapi temuan ini dengan sangat serius. Dalam beberapa tahun terakhir, FBI dan lembaga keamanan lainnya meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas intelijen asing, terutama dari Tiongkok. Upaya untuk memberikan perlindungan kepada para aktivis dan pembela HAM di komunitas diaspora pun diperkuat.

“Pengawasan terhadap operasi PKT bukan hanya soal keamanan nasional, tapi juga soal menjaga integritas demokrasi dan kebebasan sipil di negeri ini,” tegas seorang pejabat Departemen Kehakiman AS.

Penutup: Ancaman yang Nyata, Perlawanan yang Masih Terus Berlanjut

Laporan CBS “60 Minutes” membuka mata banyak pihak bahwa ancaman otoritarianisme Tiongkok tidak hanya hadir di ranah geopolitik dan ekonomi global, tetapi juga menyusup hingga ke lingkaran terdekat para pejuang kebebasan Tiongkok di Amerika Serikat. Bagi PKT, warga Tiongkok yang sudah “terbangun” secara pemikiran dan berani bersuara justru dianggap musuh utama—bahkan lebih berbahaya daripada pemerintah Amerika itu sendiri.

Kasus Wang Shujun dan puluhan kasus lain yang berhasil diungkap hanyalah puncak gunung es dari operasi global yang sangat terorganisir. Ke depan, tantangan bagi komunitas diaspora adalah membangun kembali kepercayaan dan solidaritas, seraya meningkatkan kewaspadaan dan memperkuat perlindungan hukum di negara-negara demokratis.

Kokoon Hotel Surabaya Raih Juara Pertama dalam Festival Rujak Uleg Ke-20

0

Surabaya, 17 Mei 2025 – Lebih dari sekadar sajian kuliner, Rujak Uleg adalah simbol kekayaan budaya dan identitas masyarakat Surabaya. Dikenal sebagai makanan khas yang menyatukan berbagai rasa dalam satu piring, Rujak Uleg juga diakui sebagai warisan budaya tak benda yang terus dilestarikan melalui berbagai kegiatan seperti festival Rujak Uleg ke-20. Festival ini merupakan salah satu agenda utama dalam rangka perayaan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-732, yang setiap tahunnya dirayakan dengan berbagai kegiatan budaya dan kuliner. Total 131 peserta yang terdiri dari hotel, restoran, hingga umum turut ambil bagian dalam festival yang sarat makna ini.

Kokoon Hotel Surabaya dengan bangga mengumumkan keberhasilannya meraih Juara 1 dalam kategori Kreasi Rujak Uleg pada ajang Festival Rujak Uleg ke-20, yang digelar meriah di Surabaya Expo Center pada 17 Mei 2025. Kokoon Hotel Surabaya memikat dewan juri dengan kreasi Rujak Uleg inovatif yang menggabungkan cita rasa autentik dengan sentuhan presentasi modern tanpa meninggalkan esensi tradisionalnya. Penampilan tim yang energik, konsep yang kuat, serta rasa yang menggugah selera berhasil mengantar hotel ini meraih peringkat tertinggi di antara ratusan peserta lainnya.

“Kami merasa terhormat bisa ikut serta dalam festival yang tidak hanya meriah, tetapi juga memiliki makna budaya yang mendalam. Kemenangan ini kami dedikasikan untuk seluruh warga Surabaya dan tim hebat kami yang terus berinovasi dalam menjaga warisan kuliner lokal,” ujar Wiwied A. Widyastuti, Hotel Manager Kokoon Hotel Surabaya.

Festival Rujak Uleg tahun ini berlangsung semarak dengan penampilan berbagai hiburan, mulai dari kesenian tradisional hingga pertunjukan modern, serta dihadiri oleh ribuan pengunjung dari berbagai lapisan masyarakat.

Krisis Gaza Makin Panas: Sanksi Internasional Mengintai Israel?

EtIndonesia. Situasi di Jalur Gaza kembali memanas setelah militer Israel secara resmi mengumumkan operasi darat besar-besaran di wilayah selatan Gaza, tepatnya di Khan Younis. Langkah ini disertai dengan perintah evakuasi massal kepada seluruh penduduk Khan Younis, menandai babak baru dalam konflik berkepanjangan yang telah memicu kecaman luas dari dunia internasional.

Israel Umumkan Evakuasi dan Serangan Darat

Pada pagi hari, 19 Mei, militer Israel melalui siaran radio berbahasa Arab mengumumkan kepada warga Khan Younis untuk segera meninggalkan kawasan mereka dan mengungsi ke arah barat, yang oleh pihak Israel disebut sebagai “zona lebih aman.” Pengumuman ini mempertegas rencana operasi militer Israel yang akan difokuskan pada Khan Younis, menjadikan wilayah tersebut sebagai zona perang aktif dalam beberapa hari ke depan.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pernyataannya menegaskan niat pemerintahannya untuk mengambil alih kontrol penuh atas seluruh wilayah Gaza. Netanyahu juga mengakui, tekanan dan sorotan dunia internasional terhadap krisis kemanusiaan, khususnya isu kelaparan di Gaza, kini mulai melemahkan dukungan global terhadap Israel. Dia menambahkan bahwa situasi ini menuntut tindakan strategis baru demi menjaga kepentingan keamanan nasional Israel.

Krisis Kemanusiaan Memburuk, Bantuan Masih Terhambat

Meski Pemerintah Israel mengumumkan pembukaan jalur bantuan kemanusiaan, kenyataannya bantuan yang berhasil masuk sangat terbatas. Menurut data PBB, pada hari yang sama hanya lima truk bantuan yang diizinkan menyeberang ke wilayah Gaza. Sementara itu, ratusan truk bantuan lainnya masih tertahan di perbatasan Al-Arish, Mesir, menunggu izin masuk dari pihak Israel.

Kepala Urusan Kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, menyebut jumlah bantuan yang masuk “jauh dari mencukupi kebutuhan masyarakat Gaza,” seraya mengingatkan bahwa krisis kelaparan yang terjadi kini semakin mengancam jiwa ribuan warga sipil, terutama anak-anak dan perempuan.

Kondisi di Gaza semakin mengkhawatirkan. Otoritas kesehatan setempat melaporkan bahwa sejak 15 Mei, lebih dari 400 orang dilaporkan tewas dan lebih dari seribu orang lainnya terluka akibat serangan beruntun yang dilancarkan oleh militer Israel. Fasilitas medis di wilayah tersebut pun sudah berada di ambang kolaps akibat kekurangan suplai dan beban pasien yang sangat berat.

Kecaman dan Ancaman Sanksi dari Dunia Barat

Eskalasi militer Israel di Gaza menuai reaksi keras dari para pemimpin dunia. Pada 19 Mei, pemimpin Inggris, Prancis, dan Kanada secara bersama-sama mengeluarkan pernyataan kecaman terhadap tindakan militer Israel yang dinilai berlebihan. Mereka secara tegas menuntut penghentian segera operasi militer di Gaza serta pembukaan jalur bantuan kemanusiaan yang lebih luas dan bebas hambatan.

Dalam pernyataan yang sama, ketiga negara juga memperingatkan bahwa jika tuntutan mereka tidak dipenuhi, mereka siap mempertimbangkan pemberlakuan sanksi terhadap Israel. Langkah ini menandai tekanan diplomatik terbaru dari negara-negara Barat, yang sebelumnya dikenal sebagai sekutu dekat Israel.

Netanyahu membalas sikap tegas para pemimpin Barat tersebut dengan menyebutnya sebagai “penghargaan bagi ekstremisme.” Dia menilai bahwa tekanan dan ancaman sanksi justru akan mendorong kelompok-kelompok radikal untuk semakin berani menyerang Israel di masa depan.

Secara terpisah, Netanyahu mengungkapkan bahwa seorang senator Amerika Serikat telah memperingatkan secara pribadi bahwa jika media Barat terus memberitakan krisis kelaparan di Gaza, tekanan publik dapat memaksa Pemerintah AS untuk mengubah sikap politik mereka terhadap Israel.

Diplomasi Gencatan Senjata Masih Buntu

Di tengah kekacauan militer dan krisis kemanusiaan, upaya diplomasi untuk mewujudkan gencatan senjata di Gaza masih menemui jalan buntu. Internal Hamas sendiri dilaporkan mengalami perpecahan pendapat terkait tawaran pertukaran sandera dengan Israel.

Seorang pejabat Hamas menyatakan kesiapan untuk membebaskan 7 hingga 9 sandera Israel dengan syarat utama, yaitu diberlakukannya gencatan senjata selama 60 hari serta pembebasan 300 tahanan Palestina dari penjara Israel. Namun, pernyataan ini segera dibantah oleh juru bicara resmi Hamas yang menegaskan bahwa tidak akan ada pembebasan sandera selama operasi militer Israel di Gaza masih berlangsung.

Situasi di Lapangan: Korban Terus Bertambah

Menurut data terbaru dari otoritas kesehatan Gaza, sejak pecahnya gelombang serangan baru pada 15 Mei, lebih dari 400 orang telah dilaporkan meninggal dunia dan lebih dari 1.000 orang mengalami luka-luka, sebagian besar adalah warga sipil. Rumah sakit di Gaza menghadapi tantangan besar karena kekurangan pasokan medis dan keterbatasan fasilitas untuk merawat korban dalam jumlah besar.

Penutup: Gaza di Titik Kritis

Dengan operasi militer yang semakin diperluas, krisis kemanusiaan yang kian parah, serta tekanan dan kecaman dari berbagai negara, situasi di Gaza kini berada di titik kritis. Masa depan wilayah tersebut sangat bergantung pada perkembangan diplomasi internasional dan kesediaan semua pihak untuk mencari solusi damai demi mencegah jatuhnya lebih banyak korban jiwa.

Israel tetap pada pendiriannya, sementara dunia internasional bersatu menuntut perubahan. Gaza kembali menjadi panggung pertarungan bukan hanya militer, tetapi juga kemanusiaan dan diplomasi global.

Trump Ubah Sikap Setelah Bicara dengan Pemimpin Rusia-Ukraina, Isyaratkan Mundur dari Mediasi dan Tolak Sanksi Baru untuk Rusia

EtIndonesia. Pada tanggal 19 Mei, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin guna membahas kemungkinan gencatan senjata dalam perang Rusia-Ukraina. Namun, alih-alih mendesak Rusia segera menghentikan serangan, Trump justru mengubah sikap: dia menyatakan dukungan atas niat Putin untuk membuka dialog langsung dengan Ukraina, dan menyatakan tidak akan bergabung dalam putaran baru sanksi Eropa terhadap Rusia.

Pernyataan Trump setelah pembicaraan tersebut mengisyaratkan bahwa AS akan mundur dari perannya sebagai mediator dalam konflik Rusia-Ukraina.

Dua Kali Bicara dengan Zelenskyy, Trump Dukung Dialog Langsung Rusia-Ukraina

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa dia berbicara dua kali dengan Trump pada hari yang sama. Dalam pernyataannya, dia mengungkapkan bahwa Ukraina bersama sekutu-sekutunya saat ini tengah mempertimbangkan kemungkinan pertemuan tingkat tinggi yang melibatkan Ukraina, Rusia, Amerika Serikat, negara-negara Uni Eropa, dan Inggris, guna mengupayakan penghentian perang.

Trump Serahkan Peran Mediasi ke Vatikan, Tolak Sanksi Baru ke Rusia

Menurut laporan berbagai media internasional, setelah pembicaraan dengan Putin, Trump mengatakan bahwa konflik ini harus diselesaikan oleh kedua pihak yang berseteru secara langsung, bahkan menyarankan agar Vatikan mengambil alih peran sebagai tuan rumah untuk negosiasi perdamaian.

Trump menyatakan bahwa Putin telah menyetujui untuk segera memulai perundingan langsung dengan Ukraina guna mencapai kesepakatan gencatan senjata dan perdamaian yang lebih luas. Dia menyebut hal ini sebagai bentuk “kompromi besar” dari pihak Putin.

“Hanya mereka yang terlibat langsung dalam perang yang tahu secara rinci kondisi di lapangan dan apa yang bisa dinegosiasikan. Campur tangan pihak luar sering kali tidak tepat,” ujar Trump.

Di Gedung Putih pada 19 Mei, Trump mengatakan kepada wartawan: “Saya pikir masih ada peluang untuk mencapai sesuatu. Tapi jika Anda memberi tekanan saat ini, situasinya justru bisa memburuk.”

Pernyataan ini sangat kontras dengan sikap Trump sebelumnya pada April, di mana dia sempat mengancam akan memberlakukan sanksi perbankan tambahan kepada Rusia jika Putin enggan menghentikan perang.

Trump juga menyatakan kesediaannya untuk menyerahkan peran mediasi kepada otoritas tertinggi keagamaan. Dalam pernyataan tertulisnya, Trump menyebut bahwa Vatikan telah menyatakan kesediaan untuk memimpin perundingan mendatang, dan dia menyambutnya dengan berkata: “Mari kita mulai proses perdamaian!”

Menurut harian Financial Times, pernyataan ini merupakan sinyal jelas bahwa Trump tidak lagi ingin AS menjadi mediator utama dalam penyelesaian konflik Rusia-Ukraina.

Trump Sampaikan Hasil Percakapan kepada Para Pemimpin Eropa

Trump mengaku telah segera menginformasikan isi percakapannya dengan Putin kepada Zelenskyy serta para pemimpin dari Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Finlandia, dan Komisi Uni Eropa.

Kanselir Jerman Friedrich Merz menyampaikan bahwa seluruh peserta pertemuan tersebut mengonfirmasi komitmen untuk terus mendukung Ukraina dalam upaya mencapai gencatan senjata.

Namun, dua sumber yang mengetahui isi pembicaraan mengatakan bahwa Trump secara eksplisit menyatakan niat AS untuk menarik diri dari konflik ini dan menyerahkannya sepenuhnya kepada Rusia dan Ukraina untuk menyelesaikannya secara bilateral.

Salah satu sumber mengatakan bahwa para pemimpin Eropa terkejut dengan cara Trump menggambarkan “kesepakatan yang telah tercapai.”

Menurut laporan CNN, Trump tidak akan menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia karena dia meyakini bahwa masih ada peluang nyata untuk mendorong proses perdamaian.

Zelenskyy Cemas, Ukraina Tolak Ultimatum Rusia

Sementara itu, Presiden Zelenskyy menyampaikan keprihatinannya terhadap niat Trump yang ingin mundur dari proses mediasi dan mendorong dialog langsung Rusia-Ukraina. Dia mengatakan bahwa dalam pembicaraan pertamanya dengan Trump, dia menekankan pentingnya tetap menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, menuntut gencatan senjata segera, dan menegaskan bahwa keputusan apa pun terkait Ukraina harus melibatkan persetujuan dari Ukraina sendiri.

Dalam pembicaraan kedua, yang melibatkan para pemimpin dari Prancis, Finlandia, Jerman, Italia, dan Uni Eropa, diskusi lebih panjang dan menyeluruh. Para pihak membahas rencana pertemuan tingkat tinggi yang melibatkan Rusia, Ukraina, AS, Uni Eropa, dan Inggris. Lokasi pertemuan kemungkinan akan digelar di Turki, Vatikan, atau Swiss.

Zelenskyy menegaskan bahwa Ukraina tidak akan menarik pasukannya dari wilayah yang saat ini masih dipertahankan, dan tidak akan menyerah terhadap ultimatum apa pun yang diajukan oleh Rusia.

Dia juga berharap agar pertukaran tawanan yang sempat disepakati dengan Rusia dapat terealisasi dalam beberapa hari atau pekan mendatang.

Lebih lanjut, Zelenskyy menyampaikan bahwa dia mengantisipasi Uni Eropa akan segera menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia dalam waktu dekat, meski tidak merinci jenisnya. Dia juga mendesak AS untuk memberlakukan sanksi terhadap sektor perbankan dan energi Rusia guna membatasi sumber pendanaan perang Moskow.

Apa Dampak Mundurnya AS dari Mediasi? CNN: Ukraina Tak Punya Pilihan

Menurut CNN, kemungkinan besar Trump akhirnya menyadari bahwa Moskow tidak membutuhkan restu dari Washington untuk bergerak. Meskipun AS mungkin belum sepenuhnya mundur dari mediasi, pernyataan Trump mengindikasikan bahwa AS ingin menyerahkan kepemimpinan proses ini kepada pihak lain. Pengaruh AS terhadap Rusia pun kini terlihat semakin terbatas.

Bagi Eropa, prospek Ukraina pada tahun 2025 tetap suram. Namun di antara semua pilihan yang buruk, mempertahankan solidaritas NATO masih menjadi satu-satunya cara untuk menekan Rusia agar mengurangi ambisi strategisnya. Apabila ekonomi, cadangan, pasukan, atau senjata Rusia goyah, maka mesin perangnya dapat lumpuh.

Eropa memang tidak memiliki banyak pilihan, dan Ukraina sendiri tidak punya pilihan sama sekali.(jhn/yn)

Para Ilmuwan Membuat Model Mini Bom Lubang Hitam, dan  Benar-Benar Berhasil

0

Todd Crawford

Sekelompok peneliti dari University of Southampton mengklaim bahwa mereka telah berhasil menciptakan sebuah “model mainan” dari apa yang disebut sebagai “bom lubang hitam” dalam pengaturan laboratorium, demikian dilaporkan oleh Live Science.

“Bom lubang hitam” pertama kali dikemukakan pada tahun 1970-an oleh fisikawan Roger Penrose dan Yakov Zel’dovich, yang melibatkan proses peningkatan energi dari sebuah lubang hitam dan menjebaknya dengan cermin hingga terjadi ledakan.

Konsep ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh William Press dan Saul Teukolsky pada tahun 1972.

Para peneliti dari University of Southampton memanfaatkan apa yang disebut sebagai “efek Zel’dovich” untuk mensimulasikan kondisi di sekitar lubang hitam.

Dengan menggunakan silinder aluminium yang berputar, dikelilingi oleh tiga lapisan kumparan logam, para peneliti berhasil mencapai hasil yang diinginkan, yaitu menciptakan sebuah lubang hitam mini dalam lingkungan laboratorium.

Eksperimen ini dirinci dalam makalah draf tertanggal 31 Maret yang tersedia di server pracetak arXiv dan saat ini sedang menunggu proses tinjauan sejawat (peer review).

Hendrik Ulbricht, salah satu penulis studi sekaligus profesor fisika di University of Southampton, menunjukkan bagaimana energi dapat diekstraksi dan diperkuat melalui siklus umpan balik positif.

 Mereka menemukan bahwa saat silinder berputar lebih cepat dibandingkan medan magnet yang dihasilkannya, terjadi peningkatan energi dalam medan tersebut, yang pada gilirannya memperkuat sinyal magnetik.

“Pekerjaan kami membawa prediksi ini secara utuh ke dalam laboratorium, tidak hanya menunjukkan penguatan energi, tetapi juga transisi menuju ketidakstabilan dan pembangkitan gelombang secara spontan,” ujar Maria Chiara Braidotti, salah satu peneliti yang terlibat dalam studi ini, kepada Live Science.


Efek Zel’dovich

Efek Zel’dovich adalah fenomena teoritis di mana gelombang, seperti cahaya atau suara, dapat memperoleh energi dengan memantul dari objek yang berputar, yang berpotensi menyebabkan penguatan gelombang atau bahkan akumulasi energi tak terkendali — seperti “bom lubang hitam” dalam kasus ekstrem.

Para peneliti berhasil memanfaatkan efek ini saat kumparan di sekitar sistem bertindak sebagai reflektor, menghasilkan siklus umpan balik yang menjebak dan memperkuat energi.
Hal ini menghasilkan sinyal magnetik yang diperkuat, yang berhasil mensimulasikan pelepasan energi eksplosif sebagaimana pertama kali diperkirakan oleh Zel’dovich.

Walaupun eksperimen ini sepenuhnya tidak berbahaya, hal ini memberikan kesempatan langka bagi para peneliti untuk mempelajari superradiasi saat itu terjadi.
Superradiasi adalah proses di mana gelombang — seperti cahaya, suara, atau medan kuantum — mengambil energi dari objek yang berputar, menjadi lebih kuat setelah memantul darinya.

Penelitian ini juga akan memungkinkan ilmuwan untuk menguji teori-teori yang melibatkan medan eksotik, termasuk yang diduga berkaitan dengan materi gelap yang hingga kini masih sulit dipahami.

Dalam temuan mereka, para peneliti menulis:

“Sistem ini secara langsung memenuhi kondisi yang diprediksi oleh Zel’dovich pada tahun 1971 dan dikembangkan menjadi bom lubang hitam oleh Press dan Teukolsky.”

Eksperimen ini mensimulasikan peningkatan energi yang terjadi di ergosfer lubang hitam, wilayah di mana objek dapat memanfaatkan rotasinya, membantu para ilmuwan memahami bagaimana lubang hitam memutar dan mempercepat struktur ruang-waktu.

“Meskipun pengamatan langsung terhadap lubang hitam tidak memungkinkan, mungkin kita dapat mempelajari lebih banyak tentang sifat lubang hitam — salah satu struktur paling ekstrem di alam semesta — melalui analogi eksperimental seperti ini,” tulis tim peneliti. (asr)

Sumber : Visiontimes.com

Makan Malam Favorit Udang Saus Mentega  yang Lezat Hanya dengan Waktu 10 Menit

Makan malam udang yang mudah ini dijamin akan disukai banyak orang

Janette Zepeda – TheKitchn.com

Saya sangat menyukai udang. Saya tumbuh besar bersama seorang paman yang ahli dalam memasak hidangan laut. Ia memulai perjalanannya dari Nayarit, Meksiko, ke Las Vegas, Nevada, di mana ia kini menjadi koki dan pemilik Mariscos El Ancla, sebuah restoran hidangan laut khas Meksiko. 

Setiap kali ia berkunjung, hampir bisa dipastikan bahwa udang akan menjadi bagian dari menunya. Terinspirasi dari paman saya, resep udang pedas dengan lemon dan bawang putih ini adalah hidangan udang paling mudah dan paling kaya rasa yang pernah Anda coba.

Saus yang segar ini dibuat dengan cepat dari bawang putih dan air lemon. Meski agak berbeda dari camarones a la diabla (udang ala setan) yang saya kenal sejak kecil, tambahan lemon membuat hidangan yang sederhana tapi memuaskan ini naik ke tingkat yang lebih tinggi. 

Sekarang mari kita bicara soal pedasnya: Saya tidak bisa bohong dan mengatakan bahwa ini tidak terlalu pedas, tetapi saya bisa katakan bahwa sausnya sangat seimbang, berkat mentega, bawang putih, paprika asap, dan lemon. 

Sajikan bersama nasi kukus atau nikmati begitu saja dengan hiasan daun ketumbar dan perasan lemon tambahan. Makan malam udang yang mudah ini dijamin akan memikat siapa pun—bahkan anak-anak saya pun menyukainya.


Kenapa Anda Akan Menyukainya

  • Siap hanya dalam 10 menit! Hidangan ini dibuat dengan sangat cepat, cocok untuk makan malam di malam hari yang sibuk atau sebagai hidangan pembuka mendadak.
  • Sausnya pedas tapi seimbang. Mentega dan air lemon meredam rasa pedasnya. Namun jika Anda ingin rasa tanpa terlalu banyak pedas, Anda bisa mengurangi jumlah cabai kering sesuai selera.

Bahan Utama Udang Pedas Lemon Bawang Putih

  • Paprika asap: Memberikan rasa dalam yang berasap dan pedas ringan.
  • Bawang putih: Menjadi dasar dari saus, melapisi udang dengan rasa gurih dan kaya.
  • Cabai kering (red pepper flakes): Menyumbangkan rasa pedas dan berpadu dengan lemon untuk menghasilkan rasa buah, berasap, dan sedikit seperti jeruk.

Alternatif yang Membantu

  • Ingin lebih pedas? Ganti paprika asap dengan cabai cayenne untuk sensasi yang lebih menyengat.
  • Ingin lebih ringan? Cukup gunakan setengah jumlah cabai kering.

Resep Udang Pedas Lemon Bawang Putih

Untuk 4 porsi

Bahan:

  • 680 gram udang besar mentah (sekitar 26–30 ekor per pon), kupas dan buang urat punggungnya
  • 5 sendok makan mentega tawar
  • 3 sendok makan bawang putih cincang halus (sekitar 10 siung)
  • Parutan kulit lemon dari 1 lemon ukuran sedang (sekitar 1 sendok makan)
  • Air perasan dari 1 lemon ukuran sedang (sekitar 3 sendok makan)
  • 2 sendok teh cabai kering
  • 1 sendok teh paprika asap
  • 1/2 sendok teh garam kosher
  • 1/4 sendok teh lada hitam bubuk
  • Daun ketumbar segar cincang, untuk hiasan (opsional)
  • Irisan lemon, untuk penyajian (opsional)

Cara Membuat:

  1. Keringkan 680 gram udang besar mentah dengan tisu dapur.
  2. Lelehkan 5 sendok makan mentega tawar dalam wajan berukuran 30 cm di atas api sedang-kecil. Tambahkan 3 sendok makan bawang putih cincang dan masak hingga harum, sekitar 1–2 menit.
  3. Tambahkan udang, parutan kulit lemon, air perasan lemon, 2 sendok teh cabai kering, 1 sendok teh paprika asap, 1/2 sendok teh garam, dan 1/4 sendok teh lada hitam. Aduk rata lalu susun udang dalam satu lapisan di wajan.
  4. Tingkatkan panas ke sedang. Masak sambil sesekali diaduk hingga udang matang dan terasa kenyal, sekitar 3–5 menit. Sajikan dengan hiasan daun ketumbar dan irisan lemon jika diinginkan.

Catatan Resep: Sisa makanan dapat disimpan di dalam wadah tertutup di lemari es hingga dua hari. Hangatkan kembali di atas api sedang hingga cukup panas, sekitar 3–4 menit.


Janette Zepeda adalah produser kuliner untuk TheKitchn.com, sebuah blog nasional terkenal bagi para pecinta makanan dan masakan rumahan. Kirimkan komentar atau pertanyaan Anda ke editorial@thekitchn.com.

Terapi Mindfulness Secara Signifikan Memperbaiki Depresi yang Resisten terhadap Pengobatan

Uji klinis baru menunjukkan bahwa terapi kognitif berbasis mindfulness memperbaiki gejala pada pasien dengan depresi yang menetap setelah pengobatan standar

George Citroner

Terapi berbasis mindfulness memberikan kelegaan secara signifikan bagi pasien yang tetap mengalami depresi setelah gagal merespons pengobatan konvensional, menurut sebuah uji klinis terbaru.

Studi tersebut menemukan bahwa sesi mindfulness jarak jauh mampu memperbaiki gejala depresi, yang berpotensi memberikan harapan baru bagi ratusan ribu pasien yang selama ini dianggap telah berada di “jalan buntu” dalam pilihan pengobatan psikologis mereka.

Manfaat Terukur Setara dengan Obat

Studi ini menemukan bahwa terapi kognitif berbasis mindfulness (Mindfulness-Based Cognitive Therapy/MBCT) — bentuk pengobatan kesehatan mental yang menggabungkan praktik meditasi dengan prinsip terapi perilaku kognitif (CBT) — secara signifikan meningkatkan gejala depresi dibandingkan dengan pengobatan standar.

MBCT menggabungkan meditasi dan praktik mindfulness, seperti belas kasih terhadap diri sendiri, dengan CBT, yang membantu individu mengubah pola pikir negatif.

Uji coba ini melibatkan lebih dari 200 pasien di seluruh Inggris yang sebelumnya telah menjalani terapi bicara (talk therapy) dan mengonsumsi antidepresan, tetapi tetap berjuang melawan depresi.

Peserta dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok intervensi menerima sesi MBCT sebagai tambahan dari pengobatan standar. Sesi ini berfokus pada pengembangan keterampilan mindfulness dan pengelolaan emosi yang sulit. Sementara itu, kelompok lainnya melanjutkan perawatan biasa mereka, yang mencakup kombinasi antidepresan dan terapi bicara.

Enam bulan kemudian, mereka yang menerima MBCT menunjukkan peningkatan skor depresi yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang hanya menjalani perawatan standar.
Kelompok yang menerima MBCT ditambah pengobatan biasa memiliki skor depresi yang rata-rata 2,5 poin lebih rendah pada Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9), alat skrining depresi yang banyak digunakan.

Terapi MBCT Jarak Jauh Sama Efektifnya

Penyampaian MBCT secara jarak jauh dapat “sangat efektif,” terutama bagi orang yang mungkin tidak bisa menghadiri sesi secara langsung karena lokasi, keterbatasan waktu, atau masalah kesehatan mental, kata Dr. Sanam Hafeez, neuropsikolog dan direktur Comprehend the Mind di New York, yang tidak terlibat dalam studi ini, kepada The Epoch Times.
“Mampu bergabung dari rumah justru bisa membantu sebagian orang merasa lebih nyaman untuk terbuka,” ujarnya. “Jika sesi disusun dengan baik dan kelompoknya terlibat aktif, dampaknya bisa sama kuatnya.”

Mengapa MBCT Efektif untuk Depresi yang Persisten

MBCT sangat membantu bagi mereka yang mengalami depresi berulang atau persisten, terutama jika mereka masih memiliki gejala setelah pengobatan standar, kata Erik Larson, perawat spesialis kejiwaan bersertifikat dan pemilik Larson Mental Health, yang juga tidak terlibat dalam studi tersebut.

 Terapi ini awalnya dikembangkan untuk mencegah kekambuhan pada mereka yang mengalami depresi berulang, karena MBCT mengajarkan cara berpikir yang berbeda terhadap pikiran dan emosi negatif — bukan mencoba menghilangkannya.

Meskipun MBCT paling efektif bagi mereka yang sering merenung berlebihan (overthinking) atau merasa kewalahan oleh stres, para ahli memperingatkan bahwa terapi ini memerlukan kestabilan emosional dan latihan yang konsisten. Karena itu, terapi ini tidak cocok untuk pasien dalam krisis akut atau yang mengalami gejala psikotik.

“[MBCT] membantu orang mengenali pikiran negatif yang bersifat mengkritik diri sendiri sebagai sekadar pikiran, bukan sebagai fakta, sehingga membantu mengurangi dampak emosionalnya,” ujar rekan penulis Profesor Clara Strauss dari University of Sussex. “Terapi ini membantu orang menjadi lebih menerima terhadap pengalaman sulit mereka dan lebih ramah terhadap diri sendiri.”

MBCT Bisa Dikombinasikan dengan Terapi Lain

Hafeez mengatakan MBCT dapat dikombinasikan dengan pengobatan lain.
“Banyak orang sudah mengonsumsi obat, dan ini bisa memberikan dukungan tambahan,” ujarnya. “MBCT tidak menggantikan terapi seperti CBT, tetapi menambahkan lapisan baru. Bahkan ada yang merasa terapi ini membantu mereka lebih sedikit bergantung pada obat seiring waktu.”

Depresi yang sulit diobati (treatment-resistant depression) memengaruhi sekitar 30 persen dari seluruh penderita gangguan depresi mayor.

Mary Ryan, penasihat pasien sekaligus rekan penulis yang telah bekerja dengan tim riset sejak awal, menekankan dalam pernyataannya betapa pentingnya temuan ini bagi pasien yang sebelumnya merasa telah kehabisan pilihan pengobatan.

Ia mengatakan banyak orang diberi tahu bahwa mereka telah mencapai “akhir jalan” dalam pengobatan psikologis mereka dan tidak ada pilihan lain yang tersisa.

“Temuan dari uji coba ini sangat penting karena kita memberi tahu kelompok orang ini bahwa mereka tetap berarti — bahwa masih ada sesuatu yang bisa dicoba dan mungkin berhasil bagi mereka,” ujarnya. (asr)