Home Blog

33 Tahun Kemudian, Pembantaian di Lapangan Tiananmen Masih Penting bagi Dunia

Dorothy Li

Tanggal 3 Juni 1989, adalah malam berdarah bagi para pengunjuk rasa mahasiswa pro-demokrasi. Kala itu, tank-tank meluncur menuju ke Lapangan Tiananmen, Beijing untuk memusnahkan orang-orang dan apapun di jalanan. Gas air mata dan peluru tajam membanjiri alun-alun.

Para pengunjuk rasa yang panik menyandarkan tubuh-tubuh yang lemas ke sepeda, bus, dan ambulans untuk mengangkut mereka pergi. Ribuan pengunjuk rasa tak bersenjata diperkirakan tewas.

Pembunuhan massal tersebut mengejutkan dunia. Sebagai tanggapan, kala itu Presiden AS George H.W. Bush mengutuk pembantaian tersebut. Kemudian menangguhkan pengiriman senjata ke Tiongkok dan memberlakukan beberapa sanksi.

“Tapi mereka segera beralih,” kata Li Hengqing, mantan pemimpin mahasiswa 1989 yang sekarang tinggal di Washington. Li menunjukkan bahwa sebagian besar sanksi langsung dicabut dan hubungan ekonomi kembali dilanjutkan.

“Kebetulan saya percaya bahwa kontak komersial telah memimpin, pada esensinya adalah pencarian lebih banyak terhadap kebebasan ini,” kata Bush pada konferensi pers yang diadakan sehari setelah pembantaian Tiananmen. 

“Saya pikir karena orang memiliki insentif komersial, apakah itu di Tiongkok atau  sistem totaliter lainnya, langkah menuju demokrasi menjadi lebih tak terhindarkan,” katanya. 

Teori itu digambarkan  “sangat konyol,” kata Yuan Hongbing, seorang cendikiawan Tiongkok yang kemudian diskors dari tugasnya karena berpartisipasi dalam aksi protes Tiananmen. Ia mengatakan kebijakan keterlibatan Washington dengan Tiongkok menguntungkan PKT. Bahkan, membantu rezim komunis mengumpulkan kekuatan ekonomi selama tiga dekade. 

“[Respon] Barat menguatkan PKT,” kata Chen Weijian, seorang komentator Tiongkok yang meninggalkan daratan Tiongkok ke Selandia Baru dua tahun setelah tindakan keras Tiananmen.

Setelah 33 tahun, “pembangunan ekonomi tak mengarah ke Tiongkok yang bebas,” kata Chen, yang merupakan pendiri majalah pro-demokrasi Tiongkok dan diselidiki karena mendukung demonstrasi 1989. Sebaliknya, PKT berusaha menggunakan kekuatan ekonomi untuk “mengubah aturan komunitas internasional” dan mengekspor model kontrol penindasannya ke seluruh dunia.

Chen mengutip percakapan antara Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden.

Selama pidato baru-baru ini di kelas kelulusan Akademi Angkatan Laut, Biden mengatakan bahwa Xi mengatakan kepadanya bahwa demokrasi akan jatuh dan “otokrasi akan menjalankan dunia.”

“Ketika dia menelepon saya untuk memberi selamat kepada saya pada malam pemilihan, dia mengatakan kepada saya apa yang dia katakan berkali-kali sebelumnya,” kata Biden pada 27 Mei, merujuk pada Xi. 

“Dia berkata, ‘Demokrasi tidak dapat dipertahankan di abad ke-21. Otokrasi akan menjalankan dunia. Mengapa? Hal-hal berubah begitu cepat. Demokrasi membutuhkan konsensus, dan itu membutuhkan waktu, dan Anda tidak punya waktu.’

“Dia salah,” kata Biden.

Disensor di Tiongkok

Hong Kong, sebagai tempat terakhir untuk memperingati para korban pembantaian 1989 di pulau yang dikuasai PKT, melarang peringatan massal sejak tiga tahun lalu, dengan alasan pandemi, di tengah pengekangan kebebasan Hong Kong yang lebih luas di tangan rezim komunis.

Para pemimpin kelompok di balik acara nyala lilin tahunan  ditahan setelah didakwa melakukan subversi di bawah undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan PKT. Mereka termasuk di antara lebih dari 150 orang yang  didakwa atau dihukum berdasarkan Undang-Undang kejam yang telah digunakan untuk menghapus perbedaan pendapat di pusat demokrasi yang pernah berkembang pesat.

Pada peringatan tahun ini, puluhan polisi berpatroli di Victoria Park, tempat acara penyalaan lilin tahunan  yang pernah digelar sebelumnya.

Di daratan Tiongkok, aksi protes Lapangan Tiananmen, sebuah gerakan dipimpin oleh pemuda yang mengadvokasi reformasi demokrasi, masih merupakan topik yang tabu. Sampai hari ini, rezim partai komunis Tiongkok tidak akan mengungkapkan jumlah atau nama mereka yang terbunuh akibat kekejamannya. 

Rezim mencoba untuk menghapus semua kenangan pembantaian berdarah dengan menghapus setiap penyebutan peristiwa dari internet negara. Lebih parah lagi, kerap menekan para kerabat korban untuk memastikan agar mereka tetap bungkam. Akibatnya, generasi muda Tionghoa tidak menyadari apa yang terjadi pada malam itu.

Meskipun rezim terus menekan kenangan pada hari itu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat akan “terus berbicara dan mempromosikan akuntabilitas atas kekejaman rezim Tiongkok dan pelanggaran hak asasi manusianya termasuk yang terjadi di Hong Kong, Xinjiang, dan Tibet.”

“Kepada rakyat Tiongkok dan mereka yang terus menentang ketidakadilan dan mencari kebebasan, kami tidak akan melupakan 4 Juni,” katanya dalam pernyataan 3 Juni.

Pandemi

Tahun ini, Lapangan Tiananmen dilockdown beberapa minggu sebelum 4 Juni, sebagai  langkah pencegahan pandemi di bawah kebijakan “nol-COVID” rezim. 

Pendekatan kejam, yang dimaksudkan untuk menghilangkan setiap kasus infeksi dalam komunitas dengan memberlakukan lockdown dan karantina wajib, menyebabkan terjadinya kekurangan makanan dan penundaan perawatan medis bagi jutaan orang yang dilockdown di seluruh Tiongkok. 

“[PKT] ingin mengendalikan virus melalui pendekatan yang tidak menghormati hak asasi manusia, yang sama seperti yang dilakukan pada 4 Juni,” kata Chen.

Bagi Chen, kasus Li Wenliang, seorang dokter yang termasuk orang pertama memperingatkan tentang wabah COVID-19 awal di Wuhan, adalah alarm bagi dunia tentang bagaimana penindasan PKT dapat mempengaruhi mereka. Dokter tersebut ditegur oleh polisi pada Januari 2020 ketika pihak berwenang meremehkan tingkat keparahan wabah. Li kemudian meninggal dunia karena virus.

Chen mengatakan pandemi saat ini akan berbeda jika rezim tidak menyensor whistleblower dan pihak lain yang mencoba membunyikan alarm. “Akhirnya dunia mulai memahami PKT sekarang.”

Luo Ya dan Eva Fu berkontribusi pada laporan ini.

Ahli Matematika dari Tiongkok Membuka Akun Media Sosial Pertamanya, Memperoleh 23 Juta Pengikut dalam 5 Hari

EtIndonesia. Ahli matematika dari Tiongkok, Wei Dongyi baru-baru ini meluncurkan akun media sosial pertamanya, menarik perhatian luas karena kekhawatiran tentang penampilan dan kesehatan giginya, sambil mengumpulkan 23 juta pengikut yang mengesankan hanya dalam lima hari.

Pria berusia 33 tahun ini, yang berasal dari Provinsi Shandong di Tiongkok timur, menjabat sebagai asisten profesor di departemen matematika di Universitas Peking.

Meskipun memiliki prestasi yang luar biasa, Wei lebih suka kehidupan yang berpusat pada penelitian dan pengajaran; dia mengakui bahwa dia tidak menikmati menghabiskan waktu online dan malah memilih untuk mendengarkan radio.

Dia pertama kali mendapat pengakuan nasional pada tahun 2021 ketika sebuah wawancara jalanan menggambarkannya dengan pakaian usang, mencengkeram botol air dan kantong plastik berisi tiga roti kukus.

Gaya hidupnya yang sangat sederhana dan keras memikat pengguna media sosial, yang dengan sayang menjulukinya “Dewa Wei.”

Pada tanggal 4 Juni, Wei mengunggah video perdananya di Douyin, salah satu platform video pendek terpopuler di Tiongkok.

Video perkenalan diri berdurasi empat detik itu dengan cepat menjadi viral, mengumpulkan lebih dari 13 juta like. Hanya dalam waktu lima hari, Wei telah memperoleh 23 juta pengikut yang mencengangkan di Douyin.

Dalam video tersebut, Wei tersenyum, tetapi pemirsa yang jeli segera menyadari bahwa gigi depannya hilang.

Seorang pengguna berkomentar: “Lihatlah giginya dan tubuhnya yang kurus! Universitas Peking dan masyarakat seharusnya lebih bertanggung jawab atas kesehatannya karena dia memiliki lebih banyak hal untuk disumbangkan bagi matematika Tiongkok.”

Sepupu Wei mengungkapkan bahwa dia menderita periodontitis atau penyakit gusi dan telah menjalani perawatan dua kali tahun lalu, dengan lebih banyak rencana untuk masa mendatang.

Dia juga menyebutkan bahwa Wei telah menjadi vegetarian sejak kecil tetapi menjaga asupan proteinnya melalui telur dan susu.

Selain itu, dia meyakinkan publik bahwa keluarganya secara konsisten mendorongnya untuk tetap aktif dan sehat, mendesak mereka untuk tidak khawatir.

Beberapa pengguna internet mengungkapkan kekhawatiran mengenai bagaimana Wei akan menangani ketenaran daringnya yang baru ditemukan.

Seorang pengamat berkomentar: “Saya yakin Wei lebih suka menyendiri. Dia tidak peduli dengan jumlah pengikutnya. Apakah anggota keluarganya mencoba mengambil untung dari ketenarannya?”

“Dunianya sangat murni – hanya angka dan rumus. Tolong jangan ganggu dia. Biarkan saja dia,” tambah pengguna lain.

Sampai saat ini, Wei belum menanggapi perhatian daring tersebut secara terbuka.

Keluarganya memberi tahu Jiupai News bahwa akun tersebut dibuat dengan persetujuan Wei dan bantuan dari kerabat untuk membantunya terhubung lebih efektif dengan dunia luar.

Sepupunya menyebutkan bahwa meskipun Wei tidak bermaksud untuk melakukan streaming langsung, dia berharap untuk berbagi wawasan matematika melalui platform tersebut.

Wei telah menunjukkan hasrat yang mendalam dan bakat luar biasa untuk matematika sejak kecil.

Selama masa sekolah menengahnya, dia memperoleh medali emas berturut-turut dengan nilai sempurna di Olimpiade Matematika Internasional.

Pada usia 18 tahun, dia bahkan merumuskan sistem “Ketimpangan Wei Dongyi”, yang secara elegan menyelesaikan masalah mekanika fluida dengan cara yang lebih unggul daripada solusi standar.

Wei diterima di Universitas Peking tanpa mengikuti ujian masuk universitas nasional dan kemudian menjadi asisten profesor setelah memperoleh gelar doktornya.

Meskipun berpenghasilan lebih dari 600.000 yuan per tahun, Wei menjalani gaya hidup hemat, dilaporkan menghabiskan kurang dari 300 yuan sebulan di Beijing. Hebatnya, dia juga menolak penghargaan satu juta yuan dari Damo Academy Young Fellow Award di Tiongkok. (yn)

Sumber: scmp

[Misteri yang Belum Terpecahkan]  Akankah Tsunami Dahsyat Terjadi Pada 2025? 

Keempat nubuat merujuk pada satu hal! Akankah tsunami penentu terjadi pada 2025 ini? Apa yang dimaksud oleh ilmuwan lintas disiplin tentang “pembatalan” rencana asteroid menabrak Bumi?

Semua orang membincangkan soal 2025 adalah tahun bencana. Sejak gempa bumi dahsyat yang terjadi di Myanmar pada Maret tahun ini, berita tentang gempa bumi terus bermunculan.

Prediksi Terbaru Brandon Biggs: Waktu Kita Hanya Tinggal 3 Bulan 

Pada akhir April 2025, paranormal selebriti internet Brandon Biggs kembali muncul untuk memperingatkan kita dengan nada yang sangat percaya diri: “Kali ini benar-benar akan terjadi! Gempa bumi besar sudah di depan mata, dan kita hanya punya waktu tiga bulan lagi untuk bersiap!”

Semua orang akan tercengang dengan ucapannya, benarkah itu?

Lalu bagaimana Biggs mengetahui kejadian di masa yang akan datang? Dia mengatakan bahwa itu berdasarkan “penglihatannya.” Gambaran-gambaran di masa mendatang itu akan muncul dalam benaknya dengan sendirinya, dan gempa bumi ini pun seperti itu.

Dalam gambar, sebagian besar wilayah di pantai barat Amerika Serikat dan British Columbia, Kanada, yaitu wilayah Vancouver, berguncang hebat. Bangunan-bangunan runtuh satu demi satu, dan gedung-gedung tinggi jatuh langsung ke laut. Itu sungguh tragis. Jumlah korban tewas diperkirakan mencapai 50.000 orang.

Tidak hanya itu, gempa bumi tersebut juga meluas hingga ke California dan sampai ke Jepang. Jepang tidak hanya dilanda gempa bumi tetapi juga letusan gunung berapi, 2 bencana sekaligus. Gelombang kejutnya bahkan mencapai Benua Afrika…

Peringatan Biggs yang lebih mengerikan adalah “Banyak di antara kalian yang sedang tidur dalam suatu malam, tidak akan pernah bangun lagi.” Karena bencana ini berskala global, dan lebih buruk daripada kisah Sodom dan Gomora dalam Alkitab. Apa yang terjadi pada kedua kota itu? Singkatnya adalah karena manusia bertindak sembrono dan menyimpang dari moralitas, mereka membuat Tuhan murka sehingga seluruh kota dihancurkan dalam semalam.

Baru saja Biggs selesai menyampaikan peringatannya, gempa bumi berkekuatan 7,4 magnitudo benar-benar terjadi di lepas pantai Chili dan Argentina pada 2 Mei 2025. U.S. Tsunami Warning Centers langsung mengeluarkan peringatan, dan pemerintah setempat dengan tergesa-gesa meminta semua warga untuk mengungsi.

Sejumlah video yang beredar di Internet menunjukkan bahwa jalan-jalan penuh sesak dengan orang-orang yang berlarian untuk mengungsi, mobil-mobil terjebak dalam kemacetan, dan antrean panjang di stasiun pompa bensin.

Beruntung tsunami tidak terjadi, alarm kemudian dicabut. Kendati semua orang mulai kembali menjalani kehidupan seperti biasa. Tetapi tidak mungkin ada yang mengatakan saya tidak takut.

Bagaimana tidak menakutkan? Karena Chili, Argentina, California, Vancouver, bahkan Jepang yang sangat berjauhan secara geografis, tetapi sebenarnya mereka terhubung oleh saraf bawah tanah yang sama. Dengan kata lain, semuanya terletak di “Sabuk Gempa Lingkar Pasifik”. Lebih dari 90% gempa bumi di dunia terjadi di sini.

Jadi bagaimana sabuk gempa yang sangat panjang ini terbentuk?

Sekilas kita melihat bahwa permukaan bumi sebenarnya terdiri dari beberapa “lempeng” raksasa yang tersusun seperti ‘Lego’. Saat ini ada enam lempeng utama, yakni: Lempeng Afrika, Lempeng Amerika, Lempeng Eurasia, Lempeng India, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Antartika. Jangan terkecoh dengan fakta bahwa Samudra Pasifik hanyalah perairan yang sangat luas. Sebenarnya ada “Lempeng Pasifik” yang super besar di bawahnya.

Lalu apa yang terjadi antar lempeng? Sederhananya, semua lempeng itu bergerak perlahan, ada yang saling bertabrakan, ada yang saling bergesekan. Dahulu kala, Lempeng Pasifik menghantam Lempeng Eurasia. Lalu apa yang terjadi? Pulau-pulau yang sekarang bernama Jepang, Taiwan, dan Filipina muncul dari dalam laut. Ketika bergerak ke arah timur dan menghantam Lempeng Amerika, desakannya memunculkan Pegunungan Rocky nan megah, yang membentang dari Amerika Serikat hingga Kanada.

Jadi jika kita mengira bahwa Jepang dan California tidak ada hubungannya satu sama lain hanya karena keduanya dipisahkan oleh Samudra Pasifik, itu jelas salah! Mereka seperti kedua ujung dari jungkat-jungkit, ketika satu sisi bergerak, sisi lainnya juga akan bergetar. Dari sudut pandang geologis, sangat masuk akal jika terjadi satu gempa bumi di California dan satu gempa bumi di Jepang.

Dan sekarang, Amerika Selatan juga mulai merasakan getaran. Apakah lempeng-lempeng besar di bawah tanah mulai bergerak?

Apakah… gempa bumi dahsyat yang disebutkan Brandon Biggs sedang mendekat?

Kalau dihitung-hitung, dari 30 April dimana ia mengeluarkan peringatan, ditambah 3 bulan seperti yang ia sebutkan, maka batas waktu itu adalah akhir Juli 2025!

Apakah hitungan mundur sudah dimulai?!

Ramalan Ajaib Paranormal Wanita Thailand Mor Plai

Secara kebetulan pada bulan April sebelum Biggs mengeluarkan peringatan, seorang paranormal wanita di Thailand bernama Mor Plai juga mengeluarkan peringatan. Dia mengatakan bahwa Jepang kemungkinan akan mengalami gempa bumi antara Juli dan Agustus tahun ini, yang juga dapat memengaruhi Gunung Fuji!

Tidak hanya itu, gunung berapi bawah laut antara Jepang dan Indonesia kemungkinan juga meletus, dan bahkan tempat-tempat seperti Singapura dan Thailand pun mungkin akan terkena dampaknya.

Namun dia mengatakan bahwa karena dirinya tidak melihat adanya abu vulkanik, maka dia memperkirakan Gunung Fuji tidak meletus. Tetapi dia melihat sesuatu yang lebih mengerikan, yaitu: tsunami!

Siapakah Mor Plai? Seperti Brandon Biggs, keduanya bisa “melihat masa depan.” Menurut Mor Plai, dia memiliki bakat supernormal sejak masih kecil dan dapat melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat oleh orang biasa.

Ketika berusia 7 atau 8 tahun, dia dapat mengobrol dengan makhluk gaib. Suatu kali, dia bahkan pergi ke istana gaib dan bertemu dengan Raja Neraka!

Tentu semua orang terkejut dan ingin bertanya: Seperti apakah rupa Raja Neraka?

Sambil tersenyum Mor Plai mengatakan: “Saya tidak ingin mengungkapkan terlalu banyak, karena tidak boleh membocorkan rahasia surga.”

Namun dia menambahkan: “Neraka itu nyata, dan penggorengan di sana sangat panas.”

Ketika dia berusia 17 atau 18 tahun, dia mulai berhubungan dengan makhluk tinggi dari dimensi lain. Cara dia berkomunikasi dengan makhluk tinggi sangat istimewa. Bukan lewat kata-kata, tapi lewat cara menyalakan dupa dan meditasi. Kemudian dia dapat menerima “pesan dari Tuhan” dan gambaran mulai muncul dalam benaknya.

Pada tahun 2014, dia menjadi terkenal karena berhasil meramalkan hilangnya pesawat Malaysia Airlines.

Terlebih lagi, baru-baru ini dia membuat pernyataan yang lebih mengejutkan di acara tersebut: Pesawat Malaysia Airlines MH307 sebenarnya tidak hilang, tetapi tersedot ke dalam “medan magnet delta” yang misterius dan seluruh pesawat jatuh ke dalam waktu dan ruang paralel.

Bangkai pesawat itu mungkin tidak akan ditemukan hingga 40 atau 50 tahun kemudian, tetapi itu pasti bukan pesawat yang utuh. Bagaimana dengan penumpang pesawat? “Sayangnya, mereka tidak dapat kembali,” kata Plai.

Pada 2019, dia kembali meramalkan pandemi COVID-19. Kali ini, dia disembah sebagai dewi oleh orang Thailand, dia banyak mendapat undangan wawancara dari media dan acara TV.

Namun seperti banyak paranormal lainnya, sebagian akurat, namun banyak pula yang tidak tepat.

Dia meramalkan pemilu Thailand pada tahun 2023, tetapi gagal. Kritik pun langsung bermunculan di dunia maya, yang mengatakan bahwa motifnya tidak murni dan bahwa dia ingin menggunakan ramalannya untuk memengaruhi pemilu. Plai hanya bisa memilih untuk tetap diam dan menghilang untuk sementara waktu.

Baru pada Desember tahun lalu dia muncul kembali di acara TV, dan kali ini peringatannya jelas:

“Musim semi tahun depan (2025), antara Maret dan April, akan terjadi gempa bumi besar di Myanmar, dan Bangkok juga akan terkena dampaknya, bahkan menyebabkan runtuhnya bangunan tinggi.”

Bagaimana hasilnya? Ramalan Plai tidak meleset, dan begitu akuratnya hingga membuat bulu kuduk berdiri.

Seberapa akuratnya? Mari kita lihat runtuhnya bangunan di Bangkok, Thailand akibat gempa bumi ini.

Bangkok berjarak lebih dari 1.000 kilometer dari Mandalay, Myanmar yang merupakan episentrum gempa, yang jauhnya hampir sama dengan jarak Beijing ke Shanghai. Secara logika, jarak ini seharusnya tidak terpengaruh oleh gempa.

Coba Anda lihat, gempa bumi berkekuatan 7,8 magnitudo di Tangshan, dekat Beijing yang terjadi pada tahun 1976, mengubah seluruh kota menjadi reruntuhan, tetapi Shanghai nyaris tidak terpengaruh.

Namun kali ini, tepat pada hari terjadinya gempa bumi Myanmar, sebuah gedung pemerintahan yang masih dalam pembangunan di Bangkok, Thailand — gedung baru untuk Kantor Audit Nasional – tiba-tiba runtuh total dalam hitungan detik dengan suara keras. Terlebih lagi, gedung itu adalah satu-satunya bangunan di Bangkok yang runtuh pada hari terjadi gempa bumi.

Bukankah ini aneh? Semua bangunan lainnya baik-baik saja, kecuali gedung pemerintah yang baru dibangun itu.

Tak lama kemudian, seseorang mengungkapkan: Ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan gempa bumi, kecuali terkait dengan kualitas konstruksi dari pekerjaan perusahaan konstruksi PKT yang perlu dipertanyakan. Ada banyak intrik-intrik yang terjadi di baliknya.

Dalam waktu sekejap, kejadian ini menjadi topik panas yang banyak dibahas di Internet, dan media-media besar melaporkannya dengan heboh, sampai popularitas berita tersebut secara langsung melampaui bencana gempa bumi itu sendiri dan menjadi berita utama di halaman depan.

Sebagaimana dikatakan Mor Plai dalam ramalannya yang tidak berpanjang lebar. Dia hanya menyebutkan satu hal, yaitu runtuhnya bangunan besar. Jadi apakah dia benar-benar melihat masa depan dari berita besar ini?

Bila memang demikian, apakah ramalannya tentang gempa besar di Jepang juga akan menjadi kenyataan?

Lebih-lebih soal prediksi waktu, tempat, dan gabungan bencana gempa bumi dan gunung api antara Mor Plai dan Brandon Biggs seperti keluaran dari satu naskah yang sama, nyaris tidak berbeda!

Saat ini, beberapa netizen mulai ragu: Mungkinkah apa yang mereka lihat sebenarnya adalah bencana yang sama?

Belum cukup sampai di sini, masih ada paranormal ketiga yang memprediksikan “dunia kiamat” ini.

Ryo Tatsuki — Ramalan Tsunami Terbesar

Dia adalah kartunis Jepang Ryo Tatsuki, seorang paranormal yang meramalkan masa depan melalui mimpi.

Pada awal tahun 1999, dalam cerita komiknya Ryo menggambarkan gempa bumi dahsyat yang melanda Jepang, bahkan dengan mencantumkan waktunya, yaitu pagi hari pada 5 Juli 2025. 

Dalam mimpinya dia melihat di dasar laut antara Jepang dan Filipina, tiba-tiba muncul retakan besar, lalu dari sana keluar magma dalam jumlah sangat besar mengakibatkan tsunami setinggi ratusan meter, yang melanda mulai dari Jepang hingga Taiwan, Filipina, dan Indonesia semuanya terkena dampaknya. Tak ada satu negara pun di sekitar Samudra Pasifik yang luput.

Pada akhirnya, hanya dua pertiga wilayah Jepang yang tersisa, sementara itu Taiwan, Hongkong, dan Filipina benar-benar menyatu untuk membentuk lempeng benua baru — “Dunia Baru Pasifik.”

Anda mungkin dapat saja mengatakan bahwa hal ini dibesar-besarkan? Karena perubahan geologis dapat memakan waktu jutaan atau puluhan juta tahun. Bagaimana mungkin benua baru tercipta dalam semalam?

Ryo Tatsuki berkata dengan tenang: “Inilah yang muncul dalam impi saya, percaya atau tidak terserah Anda.”

Ryo juga mengatakan bahwa dirinya melihat Gunung Fuji juga bergerak. Mula-mula asap hitam keluar dari kawah gunung, kemudian terdengar ledakan keras dan magma menyembur ke angkasa.

Singkatnya, semua elemen dalam film bencana seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi terpenuhi semuanya.

Bila Anda masih sangsi apakah kartunis wanita bernama Ryo Tatsuki ini benar-benar telah melihat masa depan, atau dia cuma mengandalkan kisah-kisah sensasional untuk menarik penggemar, serta menghasilkan uang, dan memperoleh jumlah lalu lintas Internet?

Maka marilah kita dengarkan bagaimana para penggemar berat Ryo Tatsuki menanggapi hal ini:

Ryo langsung menghilang dari mata publik setelah dia membuat ramalan itu. Jika dia benar-benar ingin mendapatkan uang dari ramalannya, bagaimana mungkin dia tidak bersuara sedikit pun di tahun-tahun dimana angpao dari Internet begitu menawan?

Yang lebih penting, dia menulis dengan jelas dalam ramalannya bahwa dia sendiri juga akan mati dalam tsunami. Dia bahkan meninggalkan pesan yang terdengar seperti surat wasiat:

“Jika misi saya adalah membunyikan alarm untuk hari tersebut, maka misi saya akan berakhir pada tahun 2025.”

Begitu ucapannya keluar, semua terdiam, karena tak seorang pun yang mau bercanda tentang kehidupan dan kematian dirinya.

Mungkin dia tidak peduli apakah kita mau percaya atau tidak. Dia hanya memenuhi tanggung jawab terakhirnya dan menyampaikan apa yang dia “lihat.”

Jadi, apakah mereka bertiga melihat gambar yang sama?

Tunggu, ada satu sosok lagi yang muncul dengan pesan misterius bahwa masih terdapat orang keempat yang juga menyampaikan gambar ramalan yang dilihatnya!

Ramalan dalam Lukisan Terkenal

Lebih jauh lagi, ini bukanlah suatu gambar ramalan yang khusus, tetapi sebuah lukisan terkenal di dunia yang pasti pernah kita lihat.

Mari kita bicarakan dahulu mengenai mimpi yang dialami Ryo Tatsuki. Dia mengatakan bahwa setelah tsunami yang dahsyat itu, segalanya berubah. Dia melihat ada 3 buah kapal yang berada di bawah jembatan penyeberangan pejalan kaki di Yokohama.

Mengapa 3 buah kapal? Bukan 2, atau 4, tetapi 3?

Apa yang akan kita temukan jika kita mencari “tsunami, Yokohama, 3 buah kapal” di Internet?

Hasil pencarian akan membawa kita ke mahakarya Ukiyo-e Jepang: “The Great Wave off Kanagawa”, (Ombak Besar di Kanagawa) oleh pelukis legendaris zaman Edo: Katsushika Hokusai.

Gambar itu menunjukkan ada 3 buah kapal yang mengapung di perairan laut dekat Yokohama yang ombaknya besar, dan para pelautnya sedang mendayung dengan putus asa. Lukisan tersebut ditempatkan sebagai kekayaan bangsa Jepang, dan lukisan itu juga dicetak pada uang kertas 1.000 yen Jepang baru yang terbit pada 2024.   

Tetapi yang mungkin tidak diketahui ialah bahwa ketika lukisan ini pertama kali diterbitkan di Jepang pada 1830-an, satu salinannya hanya seharga dua mangkuk ramen. Hal ini dikarenakan Ukiyo-e merupakan cetakan berwarna yang populer pada saat itu, mirip dengan lukisan cetakan masa kini, dan dapat diproduksi secara massal, sehingga harganya pun sangat murah.

Akan tetapi, ketika menyebar ke Eropa, ia menjadi sangat populer dan digemari oleh dunia seni Eropa. Banyak seniman yang menggantungkan gambar ini di rumah, dan mengaku bahwa mereka mendapat inspirasi dari lukisan tersebut. Pada tahun 2021, lukisan ini terjual di lelang New York dengan harga setinggi langit sebesar USD 1,59 juta (25,9 miliar rupiah)! Mengubah sebuah cetakan menjadi harta seni kelas dunia dalam sekejap.

Lukisan itu menjadi populer dan orang-orang mulai mempelajarinya. Seseorang mengajukan pertanyaan: “Seberapa tinggi ombaknya?” Beberapa ilmuwan bahkan membuat perhitungan serius dan mengatakan bahwa berdasarkan ukuran kapal, tinggi gelombang itu bisa sekitar 10 hingga 12 meter. Ini sepenuhnya memenuhi kriteria tsunami!

Namun tak lama kemudian seseorang memverifikasi bahwa pada era Hokusai, tidak ada tsunami di dekat Yokohama, bahkan angin kencang dan gelombang laut tinggi pun tidak ada.

Hokusai sendiri dikenal sebagai pelukis realistis, bukan pelukis yang menyukai gaya fantasi. Jadi pertanyaannya adalah — mengapa ia melukis gelombang yang tingginya berlebihan seperti itu? Dari manakah inspirasinya datang?

Sejauh ini, tak seorang pun dapat menjelaskan dengan pasti.

Tapi tahukah Anda? Sejak 1960-an, gelombang besar ini semakin ditafsirkan sebagai tsunami oleh banyak orang.

Berbicara tentang tsunami, tahukah Anda dari mana kata “tsunami” berasal? Sebenarnya, itu adalah transliterasi dari bahasa Jepang 津波(つなみ)yang berarti ombak besar di pelabuhan. Dalam Konferensi Ilmu Bumi Internasional pada 1963, istilah ini secara resmi didaftarkan sebagai istilah profesional internasional dan menjadi istilah khusus untuk tsunami.

Pada 2003, UNESCO bahkan menggunakan lukisan Hokusai sebagai model untuk menerbitkan tanda resmi “Zona Bahaya Tsunami”. Sejak saat itu, gelombang besar ini secara resmi menjadi simbol visual tsunami global.

Dengan lebih memperhatikan lukisan ini. Kita akan menemukan bahwa ia benar-benar menyembunyikan begitu banyak detail yang cukup menarik.

Pertama-tama, cuaca hari itu tampaknya tidak buruk. Dilihat dari cahaya dan nadanya, pagi itu tampak cerah, matahari baru saja terbit, dan tidak ada tanda-tanda badai di langit.

Namun pada suasana tenang itu, tiba-tiba datang gelombang besar dari laut yang menghantam daratan. Jadi, pertanyaan: dari mana gelombang besar itu berasal? Kalau bukan gempa bumi, lalu karena apa?

Lihatlah Gunung Fuji yang berada di kejauhan — gunung tinggi yang dianggap suci dalam budaya Jepang dan digambarkan sangat megah dalam lukisan. Namun ukurannya begitu kecil hingga hampir “tertelan ombak”. Selain itu, dikelilingi oleh lapisan awan gelap. Apakah ini mengindikasikan bahwa “Gunung Suci” ini pun tidak luput dari ancaman?

Yang lebih mengejutkan adalah kenyataan bahwa dalam gambar tidak tampak ada daratan di antara ombak dan Gunung Fuji, kecuali 3 buah perahu kecil yang sedang berjuang untuk bertahan hidup di bawah terpaan ombak ganas. Apakah ini berarti Jepang akan menghadapi bencana dahsyat dan sebagian besar wilayahnya akan hilang dari peta?

Terakhir, mari kita lihat buih gelombangnya. Ia tidak seperti gelombang air biasa, tetapi berbentuk seperti cakar tajam yang seakan-akan ingin menerkam orang. Jenis gelombang ini memiliki istilah khusus dalam dunia seni, yang disebut “gelombang cakar harimau”. Kita tahu bahwa harimau adalah binatang yang sangat ganas. Apakah ini bukan sebuah peringatan? Benarkah krisis tak kasat mata tengah mendekat secara diam-diam?

Apakah semua ini hanya imajinasi Katsushika Hokusai yang tidak disengaja, atau, seperti dikatakan Ryo Tatsuka, misi sebenarnya dari lukisan ini adalah untuk memperingatkan kita tentang datangnya tsunami dahsyat lebih dari seratus tahun kemudian?

Jadi, apakah bencana ini benar-benar akan tiba?

Apa Kata Ilmuwan?

Jangan terburu-buru panik. Kalau prediksi sih ada yang akurat ada juga yang tidak, bukan? Mari kita ubah perspektif kita dan menyimak apa yang dikatakan oleh para ilmuwan.

Pada 8 Agustus 2024, gempa bumi berkekuatan 7,1 magnitudo terjadi di Prefektur Miyazaki, Jepang. Setelah gempa bumi, para ahli segera mengeluarkan peringatan: Berikan perhatian khusus terhadap pergerakan yang tidak biasa di Palung Laut Tiongkok Selatan.

Pada April tahun ini, Komite Investigasi Gempa Bumi Jepang mengeluarkan peringatan terbaru yang menyebutkan bahwa kemungkinan terjadinya gempa bumi besar di Palung Nanhai dapat mencapai 80%, dan jika hal itu terjadi, diperkirakan akan menyebabkan kematian 300.000 orang!

Di mana letak Palung Nanhai itu?

Itu adalah area retakan dasar laut yang dilihat oleh Ryo Tatsuka dalam mimpinya.

Jadi pertanyaannya adalah apakah gempa bumi seperti itu akan memicu terjadinya tsunami super?

Mari kita lihat kembali data historisnya.

Sejak adanya pendataan global, telah tercatat sekitar 260 kali tsunami yang merusak di seluruh dunia, rata-rata terjadi satu kali setiap 6 hingga 7 tahun.

Di antaranya, 80% tsunami terjadi di sabuk seismik Lingkar Pasifik yang baru saja diperkenalkan.

Mari kita tinjau beberapa peristiwa tsunami besar baru-baru ini:

——Pada 26 Desember 2004, gempa bumi berkekuatan 9,3 magnitudo terjadi di lepas pantai Sumatra, Indonesia, memicu tsunami besar yang menyapu 300.000 orang.

——Pada 11 Maret 2011, gempa bumi berkekuatan 9,1 magnitudo terjadi di lepas pantai timur laut Jepang. Tsunami besar tersebut menyebabkan lebih dari 18.000 orang meninggal atau hilang, dan memicu krisis kebocoran nuklir Fukushima yang menyebabkan kepanikan global.

——Pada 28 September 2018, gempa bumi besar lainnya terjadi di Pulau Sulawesi, Indonesia, yang memicu tsunami, dengan korban tewas dan hilang mencapai hampir 7.000 orang.

Apakah Anda menemukan ada jarak hampir 7 tahun antara kedua tsunami besar itu.

Jika ini adalah siklus alami, maka waktu berikutnya akan terjadi pada tahun 2025 ini.

Apakah Jepang akan mendapat giliran lagi?

Benarkah Jepang akan berhasil lolos dari bencana?

Belum tentu!

Ramalan Kunio Yasue

Saya tidak tahu sejak kapan sebuah “ramalan Jepang” yang misterius mulai menyebar luas di Internet. Konon itu berasal dari seorang fisikawan yang sangat luar biasa, Kunio Yasue, yang terkenal dan pelopor dalam bidang “dinamika otak kuantum”. Namun setelah 2010, arah penelitiannya mengalami perubahan. Ia mulai menjelajahi dunia roh, alien, dan kesadaran manusia. Tidaklah mengherankan jika seorang ilmuwan “lintas batas” tiba-tiba membuat prediksi aneh.

Meskipun kita tidak memiliki cara untuk memverifikasi apakah ramalan ini benar-benar berasal dari Kunio Yasue, tetapi kontennya sangat menarik sebagai berikut:

Seorang pejabat NASA AS secara pribadi mengungkapkan kepada Kunio bahwa AS telah memiliki informasi akurat tentang “bencana besar” yang akan terjadi pada 5 Juli 2025. Bukan hanya waktunya yang cocok, tetapi bahkan lokasinya secara mengejutkan konsisten dengan prediksi Ryo Tatsuka.

Akan tetapi, Kunio Yasue menduga bahwa ini mungkin bukan gempa bumi, tetapi insiden asteroid menabrak bumi. Sebab menurut pengetahuan profesionalnya, gempa bumi tidak dapat diprediksi secara akurat. Namun jika benda langit itu benar-benar menabrak bumi, teknologi manusia kini dapat memperkirakannya secara akurat dua tahun sebelumnya, dan waktunya bahkan dapat dihitung secara akurat hingga mengetahui detiknya.

Nubuat itu kemudian menyebutkan bahwa Amerika Serikat telah meluncurkan rencana rahasia untuk menghadapi bencana besar. Namun rencana ini sekarang telah dibatalkan!

Pertanyaannya adalah: Apa sebenarnya yang dimaksud dengan pembatalan rencana? Apakah bencana yang semula diperkirakan akan terjadi akhirnya menjadi batal? Ataukah sistem untuk mencegah asteroid menabrak bumi itu yang dibatalkan? 

Yang lebih kebetulan lagi adalah bahwa pada 5 Juli pagi hari waktu Jepang bertepatan dengan 4 Juli waktu AS yang merupakan Hari Nasional Amerika Serikat. Apakah ada “manipulasi manusia” di balik ini?

Kunio Yasue tidak memberikan penjelasan lebih lanjut, tetapi hanya mengajukan serangkaian pertanyaan ini dan membiarkan semua orang memikirkannya.

5 Juli 2025 sudah semakin dekat.

Jadi, menurut Anda apakah “bencana besar” ini akan benar-benar terjadi?

Namun, sekalipun bencana terjadi, kita pun tak perlu takut. Izinkan saya mengakhiri pembicaraan hari ini dengan membacakan sebuah petikan dari buku Ryo Tatsuka yang berbunyi:

“Hari di masa depan akan lebih cerah dan penuh harapan. Tidak perlu kita bimbang dan ragu. Seluruh bumi dan semua manusia akan berada dalam keadaan yang cerah, mulia, dan penuh vitalitas.”

“Pembersihan terhadap hati dan jiwa setiap manusia akan segera berlangsung.”

“Jika semua orang bersedia saling membantu dan bekerja sama, semuanya akan bergerak ke arah yang positif.” (Sin/whs)

Perusahaan Mobil Tiongkok Mengandalkan Strategi Penipuan untuk Menguasai Pasar, Cepat atau Lambat Menghadapi Kehancuran

oleh Chen Wen dan Yi Ru

Dalam beberapa tahun terakhir, industri otomotif Tiongkok telah menunjukkan tren involusi yang serius. Tidak hanya perusahaan mobil yang memangkas harga, tetapi fenomena Mobil Bekas Nol Kilometer juga muncul di pasar mobil Tiongkok. Para ahli percaya bahwa situasi ini merupakan akibat dari kelebihan kapasitas dan kelebihan pasokan ke pasar yang disebabkan oleh kebijakan Lompatan Jauh ke Depan PKT, sedangkan perusahaan mobil Tiongkok mengandalkan strategi penipuan untuk merebut pasar. Pendekatan semacam ini tidak akan bertahan lama, cepat atau lambat akan menyebabkan putusnya rantai modal, yang menyebabkan industri otomotif Tiongkok bernasib seperti industri real estat Tiongkok.

Akibat Lompatan Jauh ke Depan Industri Otomotif Tiongkok Mengalami Involusi Serius

Pada 23 Mei, perusahaan kendaraan listrik terkemuka Tiongkok BYD mengumumkan promosi penjualan pertengahan tahun “618” dengan memberikan subsidi dalam waktu terbatas sebelum 30 Juni tahun ini terhadap 22 model kendaraan pintar BYD dengan harga diskon antara 10% hingga 34%.

Ini sebenarnya adalah gelombang ketiga promosi penurunan harga BYD tahun ini. BYD telah melakukan kegiatan promosi selama tiga bulan sejak akhir Maret tahun ini, dengan menggunakan subsidi pabrikan dan subsidi tunai untuk mengurangi harga secara terselubung. Jenis kendaraannya yang terlibat juga berkembang dari sebelumnya 10 model kendaraan non-pintar menjadi 22 model kendaraan pintar, dan pengurangan harganya juga semakin besar untuk meningkatkan data penjualan.

Menghadapi perang harga yang dilancarkan BYD, produsen mobil lain pun tak mau ketinggalan, seperti Geely Galaxy dan SAIC-GM, yang juga meluncurkan promosi berupa “subsidi dalam waktu terbatas”, yaitu memberikan penurunan harga kepada pembeli dalam batas waktu yang ditentukan.

Persaingan ketat dalam memberikan potongan harga ini telah membangkitkan kekhawatiran dan pikiran masyarakat tentang fenomena “involusi” yang sudah serius terjadi dalam industri otomotif Tiongkok.

Sun Kuoh-siang, seorang profesor penuh waktu di Departemen Hubungan Internasional dan Bisnis di Universitas Nanhua,Taiwan mengatakan kepada Epoch Times bahwa alasan industri otomotif Tiongkok mengalami “involusi” pertama-tama adalah karena kebijakan subsidi pemerintah PKT, dan panduan industri untuk kendaraan energi baru yang mengakibatkan kelebihan kapasitas dan kejenuhan pasar dalam industri otomotif. “Hal ini menyebabkan banyaknya perusahaan yang masuk, mengakibatkan kelebihan pasokan dan persaingan harga yang semakin ketat,” ujarnya.

Kemudian, pemerintah daerah juga memperkenalkan kebijakan preferensial yang mengakibatkan ekspansi tak terkendali dari perusahaan-perusahaan mobil lokal. “Untuk mendapatkan dividen dari kebijakan dan dalam hal pembiayaan, perusahaan cenderung memperluas penjualan melalui perang harga dengan berlomba menurunkan harga penjualan mobil.” 

Selain itu, Sun Kuok-siang percaya bahwa perusahaan otomotif Tiongkok masih berada di bawah tekanan dari valuasi modal dan pasar, “Mereka cenderung untuk secepatnya meningkatkan penjualan dan pangsa pasar, bahkan dengan mengorbankan keuntungan”. Pada saat yang sama, banyak merek mobil listrik masih belum cukup matang dalam teknologi inti, sehingga persaingan hanya difokuskan pada strategi harga dan promosi”, tambahnya.

Frank Tian Xie, seorang profesor di Sekolah Bisnis Aiken di Universitas Carolina Selatan, mengatakan kepada reporter Epoch Times bahwa kendaraan listrik di Tiongkok dikembangkan dengan meniru gaya “Lompatan Jauh ke Depan” yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang begitu brutal. 

“Dalam waktu singkat, pasar kendaraan listrik Tiongkok diserbu oleh lebih dari 200 pabrik kendaraan listrik yang tanpa menyelesaikan semua masalah teknis, keselamatan, dan kualitas, karena mereka (perusahaan mobil) semua hanya ingin memanfaatkan subsidi negara yang ditawarkan oleh PKT. Dengan demikian, ‘serbuah bergaya Lompatan Jauh ke Depan’ ini pasti menimbulkan persaingan yang sengit, sangat sengit, dan sebenarnya sangat kejam”, kata Frank Tian Xie. 

Frank Tian Xie percaya bahwa apa yang disebut “produktivitas kualitas baru” yang didukung oleh PKT pada dasarnya telah “mati”, dan tidak menutup kemungkinan industri kendaraan listrik Tiongkok juga akan menghadapi nasib serupa.

Fenomena “Mobil Bekas Nol Kilometer”: Modus Penipuan Perusahaan Mobil Tiongkok

Gegara persaingan ketat di pasar otomotif saat ini, sampai muncul fenomena “mobil bekas nol kilometer” di Tiongkok.

Pada 23 Mei saat wawancara dengan media Tiongkok daratan, Wei Jianjun, ketua China Great Wall Motors, secara terbuka mengungkapkan kisah dari dalam tentang fenomena “mobil bekas nol kilometer”, yaitu, setelah mobil baru belum terjual didaftarkan ke dinas lalu lintas dan memperoleh plat nomor kendaraan, maka mobil tersebut dianggap telah terjual kemudian ditawarkan kepada pembeli sebagai mobil bekas. 

Wei Jianjun mengatakan bahwa ini adalah cara beberapa perusahaan mobil yang terdesak untuk menunjukkan data penjualan dan kinerja pasar modal, selain juga guna menutupi tumpukan inventaris yang sebenarnya dan tekanan rantai modal. Ia percaya bahwa praktik “mobil bekas nol kilometer” ini tidak hanya mengganggu tatanan pasar secara serius, tetapi juga membawa risiko kualitas bagi konsumen.

Sun Kuok-siang percaya bahwa praktik “mobil bekas nol kilometer” menyembunyikan volume penjualan yang sebenarnya. Perusahaan mobil mengalihkan kendaraan inventaris ke pasar mobil bekas dengan menggunakan nama mobil bekas. Esensinya adalah laporan keuangan palsu dengan mempercantik kinerja penjualan dan penurunan jumlah inventaris. Hal ini memiliki risiko yang besar di baliknya.

Frank Tian Xie menyebutkan bahwa ketika perusahaan mobil listrik Tiongkok, termasuk BYD, mengekspor produknya ke Eropa, mereka tidak dapat melewati standar keselamatan mobil dan persyaratan inspeksi yang ketat di Eropa, sehingga mereka mengubah mobil baru menjadi mobil bekas untuk memasuki pasar Eropa.

“Ini terdengar konyol.” kata Frank Tian Xie, tetapi perusahaan mobil Tiongkok memang menjual mobil baru sebagai mobil bekas, karena mobil bekas tidak perlu melewati inspeksi keselamatan yang ketat saat memasuki Eropa. Ini setara dengan (perusahaan mobil Tiongkok) menurunkan derajat diri dan menjual mobil baru mereka sebagai mobil bekas, mereka memasuki pasar Eropa dengan cara penipuan.” 

Frank Tian Xie mengatakan bahwa praktik “mobil bekas nol kilometer” telah menjadi “kanker” dan “aturan tak tertulis” dalam industri otomotif Tiongkok saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan otomotif Tiongkok telah mengalami “involusi” yang sangat serius sehingga menggunakan segala cara tanpa rasa malu.

Industri otomotif Tiongkok Kemungkinan akan Bernasib Seperti Industri Real Estat Tiongkok

Dalam wawancaranya dengan media Tiongkok daratan itu Wei Jianjun juga memperingatkan bahwa fenomena “Evergrande” sudah muncul di industri otomotif Tiongkok, hanya saja belum “meledak.”

Grup Evergrande pernah menjadi perusahaan terkemuka di pasar real estat Tiongkok. Karena ekspansi berlebihan dan rantai modal yang terputus, perusahaan itu mengalami krisis utang sebesar RMB.2,4 triliun pada bulan September 2021. Setelah itu, ketua perusahaan Xu Jiayin ditangkap dan dipenjara, meninggalkan bangunan terbengkalai di seluruh negeri. Banyak keluarga pembeli rumah yang kehilangan semua uang tabungan mereka.

Sun Kuok-siang mengatakan, sudah mulai tampak bahwa industri otomotif Tiongkok memiliki potensi risiko “Evergrande” atau “real estat”.

Ia berpendapat bahwa meskipun industri otomotif tidak memengaruhi keseluruhan struktur keuangan dan fiskal lokal seperti real estate, “Namun, karakteristik perusahaan mobil, seperti rantai modal, subsidi pembiayaan konsumen, ketergantungan dan lainnya memang dapat membuat perusahaan mobil berisiko mengalami gelembung lokal. Apa lagi jika pengawasan gagal atau kepercayaan runtuh, mungkin ada keruntuhan dari sekelompok perusahaan mobil, jatuhnya harga mobil bekas, dan rusaknya sistem distribusi,” tukasnya lebih lanjut.

Frank Tian Xie juga mengatakan bahwa seperti krisis utang yang disebabkan oleh perusahaan real estat Tiongkok yang mengandalkan sejumlah besar pinjaman untuk membangun banyak rumah dan kemudian gagal menjualnya, jalur ini yang dilalui oleh industri otomotif Tiongkok saat ini.

Ia menunjukkan bahwa perusahaan mobil Tiongkok bergantung pada subsidi dan pinjaman pembiayaan untuk bertahan hidup. Ketika harga mobil baru terus turun, arus kas, arus modal, dan pendapatan perusahaan mobil semuanya akan menurun, selain tidak ada laba yang diperoleh, kerugian bahkan akan terus membesar. Semakin banyak mobil yang mereka buat dan jual di bawah harga, semakin besar pula kerugiannya. Ini jelas bukan jalan yang semestinya.”

“Baik peluncurannya ke pasar maupun pengembangan industri mobil pintar yang secara membabi buta, meningkatnya leverage (pinjaman), membengkaknya utang, dan produk yang tidak terjual semua ini adalah jalan yang sama (seperti ledakan gelembung real estat Evergrande). Jadi cepat atau lambat (perusahaan mobil) akan menghadapi kehancuran,” ujar Frank Tian Xie.

“Anti-Persaingan Tidak Sehat” PKT itu Hanya Lelucon

Melihat bahwa fenomena “involusi” dalam industri otomotif Tiongkok, terutama di pasar kendaraan listrik yang menjadi semakin serius, Komite Antimonopoli dan Antipersaingan Tidak Sehat di Dewan Negara PKT mengadakan pertemuan konsultasi ahli pada 21 Mei, yang intinya menuntut perbaikan persaingan involusi untuk mempertahankan tatanan persaingan pasar yang adil.

Sun Kuok-siang mengatakan bahwa persaingan involusi yang ingin diperbaiki oleh PKT sebenarnya ditujukan pada perang harga saat ini, subsidi yang berlebihan, data penjualan yang dipalsukan, dan masalah lainnya. Hal itu mungkin saja dapat memperlambat persaingan harga yang kejam dalam jangka pendek, tetapi dapat menyebabkan dampak negatif yang lebih buruk dalam jangka panjangnya.

Sun mengatakan: “Kebijakan tersebut mungkin berdampak besar terhadap beberapa perusahaan mobil yang mengandalkan subsidi untuk meningkatkan pangsa pasar dan memalsukan laporan keuangan mereka guna mendapatkan dana pembiayaan. Sehingga hal ini dapat menyebabkan putusnya rantai modal (perusahaan mobil) atau mempercepat keluarnya mereka dari pasar.”

Frank Tian Xie dengan lugas menunjukkan bahwa pernyataan “anti-monopoli dan anti-persaingan tidak sehat” PKT itu hanya lelucon, karena sistem ekonomi dan sistem politik PKT pada dasarnya adalah produk dari monopoli dan persaingan tidak sehat.

“PKT telah mempraktikkan monopoli dalam hal kekuasaan politik, juga mempraktikkan persaingan yang tidak sehat,” katanya. “Dalam konteks ekonomi, sebenarnya ia juga mempraktikkan monopoli. Ia menggunakan perusahaan milik negara yang monopoli dan persaingan tidak sehat melalui nepotisme, menempatkan orang-orang kepercayaan. PKT melakukan hal ini baik dalam politik maupun ekonomi. Sungguh lelucon jika rezim sekarang menentang praktik monopoli dan persaingan tidak sehat.”

“Untuk benar-benar anti-monopoli dan persaingan tidak sehat, perlu terlebih dahulu melawan PKT … Jadi hal ini sudah dipastikan tidak akan berhasil.”

Mengenai pandangan beberapa orang tentang penurunan harga mobil di pasar Tiongkok dapat membuat warga sipil Tiongkok membeli mobil dengan harga yang lebih murah. Frank Tian Xie justru berpendapat bahwa tidak peduli seberapa murahnya mobil listrik Tiongkok dijual di negaranya sendiri, mobil itu tidak layak dibeli karena mobil listrik Tiongkok tidak memenuhi standar dan merupakan produk berkualitas rendah.” (***)

Dari Univesitas Harvard Hingga Infiltrasi PKT ke Berbagai Universitas AS

Qian Baidu

Seiring dengan pemerintah Amerika Serikat mencabut izin Universitas Harvard untuk menerima mahasiswa asing, hubungan antara Harvard dan Partai Komunis Tiongkok (PKT) menjadi sorotan masyarakat.

Seperti yang diketahui, Universitas Harvard dan PKT memiliki sejarah kerja sama yang panjang, mereka memiliki hubungan sangat erat serta bersama-sama mendirikan sejumlah proyek penelitian dan pertukaran. Di antara mahasiswa internasional, mahasiswa asal Tiongkok yang terdaftar di Harvard pada 2024 berjumlah sekitar seperlima dari total penerimaan.

Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS menduga Harvard melakukan pelanggaran karena melakukan kolaborasi jangka panjang dengan PKT.

Misalnya, PKT melibatkan Xinjiang Production and Construction Corps (XPCC), sebuah organisasi paramiliter PKT dalam tindakan genosida terhadap suku Uighur. Namun setelah Kementerian Keuangan AS memasukkan XPCC ke dalam daftar sanksi pada tahun 2020, Harvard tetap memberikan pelatihan bagi para pejabat tersebut.

Selain itu, Harvard bekerja sama dengan pihak PKT untuk melaksanakan proyek-proyek yang didanai oleh agen-agen Iran, dan bekerja sama dengan universitas-universitas berlatar belakang kemiliteran PKT, termasuk menggunakan dana dari Kementerian Pertahanan AS untuk melaksanakan penelitian kedirgantaraan dan optik.

Harvard juga bekerja sama dengan individu-individu yang terkait dengan basis industri pertahanan PKT, dan mengembangkan penelitian tentang penggunaan robot demi keperluan militer PKT.

Jelas tidak sulit untuk menemukan bayang-bayang infiltrasi PKT dalam kerja sama kolaboratif jangka panjang dengan Universitas Harvard.

Faktanya, bukan cuma Harvard yang disusupi oleh PKT, banyak universitas di Amerika Serikat juga mengalami hal serupa. 

Seperti diketahui, universitas-universitas Amerika Serikat merupakan sumber penting dari pemikiran, teknologi, dan opini publik dunia. Inilah alasan yang mendasari ketertarikan PKT untuk berusaha keras menyusup ke dalamnya.

Secara khusus, infiltrasi ini terutama memiliki 4 tujuan. Pertama, untuk memperoleh teknologi canggih melalui kerja sama akademis dan pertukaran bakat, serta memperoleh hasil mutakhir di bidang kecerdasan buatan, bioteknologi, komputasi kuantum, dll. Kedua, untuk memengaruhi wacana opini publik dengan menggunakan dana koperasi dan platform akademis untuk memudarkan kritikan Barat terhadap hak asasi manusia di Tiongkok, Hongkong, Xinjiang, dan isu-isu lainnya. Ketiga, menekan suara-suara yang tidak sejalan dengan PKT melalui memperluas kendalinya atas opini publik di kampus-kampus luar negeri, menekan suara-suara demokrasi dan kebebasan. Keempat, menciptakan citra “kebangkitan PKT” di dunia internasional melalui pertukaran pendidikan, memperindah sistem politik PKT dan bersaing untuk meraih landasan moral internasional yang tinggi.

Jadi, bagaimana cara PKT menyusup ke universitas-universitas di AS?

Terutama lewat 4 cara berikut:

Uang Berbicara: Sumbangan Dana dan Kerja Sama Penelitian

Banyak orang mungkin tidak mengetahui bahwa otoritas PKT atau perusahaan terkaitnya telah menyumbangkan banyak dana ke universitas-universitas Amerika Serikat melalui yayasan atau lembaga koperasi. Misalnya, beberapa universitas Tiongkok telah bekerja sama dengan Harvard untuk mendirikan proyek-proyek penelitian dan pusat-pusat akademik, tetapi sumber dananya sering kali tidak transparan, bahkan tidak didaftarkan secara jujur di Kementerian Pendidikan AS.

Kendati dana-dana tersebut berhasil mendorong pengembangan penelitian akademis, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran: Ketika dana penelitian dikaitkan dengan topik-topik tertentu (seperti “kisah sukses kinerja ekonomi PKT”), apakah kenetralan dari para peneliti masih terjamin?

“Rompi” Infiltrasi Ideologis: Institut Konfusius

Ada sejumlah besar Institut Konfusius memasuki kampus-kampus Amerika Serikat. Dari permukaan itu hanya terlihat sebagai lembaga yang mempromosikan budaya leluhur Tiongkok dan bahasa Mandarin, tetapi pada kenyataannya Institut Konfusius adalah alat yang digunakan oleh PKT untuk “mengekspor ideologi PKT” ke Amerika Serikat.

Dalam beberapa tahun terakhir, lebih dari 50 universitas di Amerika Serikat telah menutup Institut Konfusius-nya karena berbagai alasan termasuk: Mengganggu kebebasan akademis, membatasi diskusi tentang isu-isu sensitif seperti Tibet, Taiwan dan Uighur, serta menerima arahan langsung dari kedutaan dan konsulat PKT untuk Amerika Serikat. 

Program Ribuan Bakat: Merekrut Bakat dengan Gaji Tinggi sekalian Membawa Pulang Teknologi

Melalui rencana perekrutan bakat tingkat tinggi atau “Program Ribuan Bakat” yang diluncurkan oleh PKT dengan menawarkan gaji tinggi kepada para cendekiawan di seluruh dunia untuk menarik mereka mengabdi pada lembaga penelitian ilmiah PKT. Dalam banyak kasus, para peserta ini tidak mengungkapkan tentang “identitas kedua” mereka kepada baik universitas atau lembaga pemerintah Amerika Serikat.

Contoh yang paling kontroversial adalah Charles Lieber, mantan kepala jurusan kimia di Universitas Harvard. Ia dihukum oleh pengadilan AS karena menyembunyikan hubungan kerja samanya dengan Universitas Teknologi Wuhan, Tiongkok. Insiden ini telah menjadi peringatan keras bagi masyarakat Amerika Serikat tentang “pencurian teknologi” oleh PKT.

Di Balik Organisasi Mahasiswa Terbayang Adanya Pengawasan dan Kontrol dari PKT

Banyak mahasiswa asal Tiongkok menyatakan bahwa kebebasan berbicara dan berperilaku mereka di kampus-kampus Amerika Serikat menjadi terbatas gegara adanya “tekanan tidak kasat mata.” Beberapa Asosiasi Mahasiswa dan Cendekiawan Tiongkok (Chinese Students and Scholars Association. CSSA) mengaku bahwa mereka memiliki hubungan dekat dengan kedutaan dan konsulat PKT untuk AS, bahkan kedubes atau konsulat juga melakukan pemantauan, pelaporan, dan memberikan tekanan-tekanan dalam insiden-insiden tertentu.

Sebagai contoh, ada seorang mahasiswa asal Tiongkok dilaporkan ke kedubes oleh teman sekelasnya gegara mengkritik otoritas PKT di kelas. Bahkan siswa tersebut terancam mendapat hukuman setelah kembali ke Tiongkok kelak. Kasus-kasus semacam ini membuat orang berpikir ulang: Apakah Partai Komunis Tiongkok juga sedang membangun jaringan kendali yang diperluas sampai ke Amerika Serikat?

Infiltrasi PKT ke universitas-universitas Amerika Serikat merupakan aspek penting dari infiltrasi dan manipulasi menyeluruh Partai Komunis Tiongkok terhadap Amerika Serikat. Yang semestinya mendapatkan perhatian dan kewaspadaan serius pemerintah dan masyarakat AS terutama karena infiltrasi tersebut sudah berlangsung sejak lama dan memiliki tren peningkatan, tetapi juga telah menyebabkan dampak yang tidak dapat diabaikan pada keamanan nasional Amerika Serikat.

Konsekuensi Serius Infiltrasi PKT Terutama Tercermin Dalam Hal:

Kerugian teknologi: Kebocoran beberapa teknologi canggih yang melibatkan penggunaan ganda militer dan sipil dapat secara langsung melemahkan keunggulan Amerika Serikat di bidang pertahanan dan sains serta teknologi. 

Sensor diri akademis: Setelah menerima dana dari PKT, apakah perguruan tinggi dan universitas tersebut masih berani melakukan penelitian tentang isu-isu seperti Insiden Tiananmen 4 Juni, tuduhan mengenai gerakan kemerdekaan Taiwan, perlindungan hak asasi, dan sebagainya?

Opini publik menjadi terdilusi: Ketika perguruan tinggi dan universitas menjadi tempat propaganda untuk mengelu-elukan keberhasilan PKT, bagaimana generasi muda dapat mengidentifikasi batas antara fakta dan propaganda?

Risiko tidak langsung mengenai kegiatan spionase: Perguruan tinggi dan universitas telah menjadi mata rantai yang lemah dalam kegiatan intelijen. FBI pernah memperingatkan bahwa universitas telah menjadi garis depan dari kegiatan spionase PKT.

Amerika Serikat adalah negara yang dikenal dengan keterbukaannya. Baik itu mahasiswa asal Tiongkok yang datang untuk belajar di universitas-universitas AS atau pertukaran pendidikan dan akademis antara kedua negara, itu adalah hal yang normal dan bukan masalah. Namun, ini tidak berarti bahwa Amerika Serikat dapat membiarkan PKT menyusup ke universitas-universitas Amerika Serikat dengan berbagai nama dan melalui berbagai cara untuk mencapai motif tersembunyinya. Demi menjaga keamanan nasional Amerika Serikat, pemerintah AS harus mengambil langkah-langkah yang kuat dan tegas untuk memutus tangan-tangan hitam PKT yang telah merambah ke universitas-universitas AS, baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Universitas-universitas Amerika Serikat juga harus membangun “tembok-tembok tinggi” untuk menghalau pengaruh PKT. Seperti yang dikatakan seorang anggota kongres Amerika Serikat: “Kami menyambut mahasiswa asal Tiongkok, tetapi kami tidak menyambut sistem penyensoran pemerintah Tiongkok yang komunis untuk memasuki kampus-kampus kami.” (***)

7 Tanda dan Gejala Awal Penyakit Hati yang Tidak Boleh Diabaikan

EtIndonesia. Hati merupakan organ penting yang bekerja keras. Hati bertanggung jawab atas beberapa fungsi tubuh. Hati membantu menyaring racun dari darah, menghasilkan cairan empedu, dan mengatur metabolisme. Hati juga rentan terhadap racun yang dapat memengaruhi kemampuan hati untuk berfungsi dengan baik.

Penyakit hati menjadi lebih umum dari sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir. Pola makan yang tidak sehat, gaya hidup yang tidak banyak bergerak, konsumsi alkohol berlebihan, dan beberapa infeksi virus merupakan beberapa penyebab penyakit hati. Mengidentifikasi penyakit hati pada tahap awal dapat membantu mencegah kondisi hati yang serius.

Berikut ini kami cantumkan beberapa tanda awal penyakit hati yang tidak boleh Anda abaikan.

Tanda awal penyakit hati

  1. Penyakit kuning

Penyakit kuning merupakan salah satu gejala signifikan dari masalah yang berhubungan dengan hati. Penyakit ini ditandai dengan menguningnya kulit dan mata, yang menunjukkan penumpukan bilirubin akibat disfungsi hati.

  1. Kelelahan terus-menerus

Merasa sangat lelah atau letih dapat menjadi salah satu tanda awal penyakit hati, karena kemampuan hati untuk mendetoksifikasi tubuh dapat terganggu.

  1. Mual dan muntah

Mual dan muntah terus-menerus dapat menandakan bahwa hati kesulitan untuk memproses racun secara efektif.

  1. Kehilangan selera makan

Hati memainkan peran penting dalam pencernaan dan metabolisme. Fungsi hati yang buruk dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan yang tidak disengaja.

  1. Urine berwarna gelap

Perubahan warna urine, terutama warna kuning tua atau cokelat yang tidak biasa, dapat terjadi ketika hati tidak dapat memproses bilirubin dengan baik.

  1. Kulit gatal

Gatal terus-menerus dapat disebabkan oleh penumpukan garam empedu dalam aliran darah, gejala umum penyakit hati.

  1. Pembengkakan di perut atau kaki

Penumpukan cairan (edema) dapat terjadi di perut (asites) atau kaki karena peningkatan tekanan di pembuluh darah hati.

Mengenali tanda dan gejala awal ini dapat membantu mencegah kondisi hati yang serius seperti sirosis. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala-gejala ini, sebaiknya konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat waktu.(yn)

Sumber: doctor.ndtv

Misteri ‘Mega-Tsunami’ Terpecahkan — Sumber Aktivitas Seismik yang Mengguncang Dunia Selama 9 Hari Terungkap

EtIndonesia. Pada tahun 2023, para ilmuwan dibuat bingung oleh sinyal seismik misterius yang mengguncang dunia setiap 90 detik selama sembilan hari.

Kini, dua tahun kemudian, rekaman satelit telah mengungkap sumber getaran yang menakutkan ini — mega-tsunami raksasa yang menghantam fjord Greenland, menurut sebuah studi “Nature Communications”.

Tembok air yang sangat besar — ​​salah satunya berukuran tinggi 650 kaki, atau sekitar setengah tinggi Gedung Empire State — dilaporkan disebabkan oleh runtuhnya lereng gunung besar yang dipicu oleh pemanasan gletser, menurut laporan tersebut.

Sebanyak 25 juta meter kubik batu dan es jatuh ke Dickson Fjord yang terpencil di Greenland Timur, Daily Mail melaporkan.

Hal ini memunculkan gelombang kolosal yang dikenal sebagai seiche yang bergelombang maju mundur di perairan selama sembilan hari seperti bak mandi raksasa atau kolam ombak — oleh karena itu terjadilah gema misterius, Live Science melaporkan.

“Itu adalah dinding air raksasa yang memantul maju mundur,” penulis utama studi Thomas Monahan, mahasiswa pascasarjana ilmu teknik di Universitas Oxford, mengatakan kepada Daily Mail.

Dia memperkirakan bahwa gaya yang diberikan sepanjang fjord adalah 500 Giga Newton, “setara dengan jumlah gaya yang dihasilkan oleh 14 roket Saturn V yang diluncurkan sekaligus.”

Meskipun fenomena seismik ini terasa di seluruh dunia, tidak ada pengamatan tsunami atau tanah longsor ini untuk mengonfirmasi teori tersebut. Bahkan kapal militer Denmark yang memasuki fjord tiga hari setelah peristiwa seismik pertama tidak mengamati seiche yang mengguncang planet tersebut.

Untungnya, para peneliti Oxford dapat mengisi kekosongan tersebut dengan menganalisis data yang ditangkap oleh satelit Surface Water and Ocean Topography (SWOT) yang baru, yang, seperti namanya, melacak air di permukaan laut.

Dengan menggunakan alat yang disebut Ka-band Radar Interferometer (KaRIn), teknologi tersebut dapat memetakan 90% dari semua air di permukaan laut.

Metode pengukuran tsunami tradisional, altimetri satelit, melibatkan transmisi pulsa radar ke permukaan laut dari orbit dan kemudian mengukur tinggi gelombang berdasarkan waktu yang dibutuhkan pulsa untuk kembali.

Sayangnya, teknik ini agak terbatas karena tidak dapat melakukan pengukuran yang akurat di ruang terbatas seperti fjord.

Sebaliknya, KaRin dapat menentukan kembalinya sinyal radar dengan presisi yang mengejutkan menggunakan dua antena besar.

Berbekal teknologi ini, para ahli forensik Fjord dapat mengamati lereng lintas saluran yang bergerak ke arah yang berlawanan di antara fjord, yang mengonfirmasi keberadaannya. Mereka kemudian melakukan referensi silang dengan pengamatan seismik, serta pembacaan cuaca dan pasang surut, untuk menciptakan kembali gelombang dan menghubungkannya dengan gema.

Rekan penulis studi Profesor Thomas Adcock, yang mengajar ilmu teknik di Universitas Oxford, menjuluki temuan tersebut sebagai “contoh bagaimana data satelit generasi berikutnya dapat memecahkan fenomena yang masih menjadi misteri di masa lalu.”

“Kita akan bisa mendapatkan wawasan baru tentang ekstrem laut seperti tsunami, gelombang badai, dan gelombang aneh,” katanya. “Namun, untuk mendapatkan hasil maksimal dari data ini, kita perlu berinovasi dan menggunakan pembelajaran mesin dan pengetahuan kita tentang fisika laut untuk menafsirkan hasil baru kita.”

Monahan menganggap teknologi mutakhir sangat penting.

“Studi ini menunjukkan bagaimana kita dapat memanfaatkan teknologi pengamatan Bumi satelit generasi berikutnya untuk mempelajari proses ini,” katanya.(yn)

Sumber: nypost

Ledakan Misterius, Drone Mematikan, dan Badai Balas Dendam: Krisis Ukraina Siap Meletus!

EtIndonesia. Ketegangan dan eskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina kembali memuncak ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa bulan terakhir. Laporan resmi dari Angkatan Udara Ukraina menyebutkan bahwa selama periode tersebut, Rusia melancarkan serangan besar-besaran menggunakan total 499 alat tempur dari berbagai arah. Dari jumlah tersebut, setidaknya 479 merupakan drone Shahed buatan Iran yang dijadikan senjata utama Rusia, sementara sisanya adalah kombinasi dari rudal-rudal canggih yang ditembakkan secara beruntun ke berbagai target penting di wilayah Ukraina.

Serangan Rusia Menembus Jantung Industri Ukraina

Untuk pertama kalinya sejak pecahnya invasi besar Rusia pada 2022, pasukan darat Rusia berhasil mencapai pinggiran Kota Dnipropetrovsk—kawasan industri vital di Ukraina tengah yang selama ini relatif aman dari gempuran langsung. Aksi ini dipandang sebagai manuver strategis yang juga mengirim sinyal keras ke Amerika Serikat. Pasalnya, baru beberapa hari sebelumnya, Amerika dan Ukraina menandatangani kontrak kerja sama besar di bidang pertambangan yang dinilai sangat penting untuk kebutuhan strategis negara-negara Barat di tengah blokade Rusia.

Ukraina Balas dengan Serangan Beruntun ke Fasilitas Militer Rusia

Menanggapi agresi masif ini, militer Ukraina tidak tinggal diam. Rentetan serangan balasan dilancarkan ke sejumlah fasilitas militer strategis Rusia, khususnya di wilayah barat Rusia dan Krimea. Sumber intelijen Ukraina melaporkan, beberapa perwira tinggi di Brigade Rudal ke-26 Rusia tewas setelah serangan presisi menghantam markas mereka. Tak hanya itu, sejumlah pabrik amunisi, depot rudal, hingga fasilitas logistik penting di belakang garis pertahanan Rusia turut menjadi sasaran—mengakibatkan ledakan berantai dan kerusakan parah.

Di sisi lain, laporan independen dari kanal investigasi “NoReports” menegaskan bahwa sistem rudal Iskander-M di Bryansk dihantam oleh serangan drone Ukraina. Serangan ini menewaskan Komandan Batalyon Podozorov—salah satu figur kunci dalam operasi militer Rusia di front barat. Sementara di Kota Tula, pabrik kimia utama Rusia yang memproduksi bahan peledak juga dibom oleh drone Ukraina pada 8 Juni. Ledakan dahsyat terjadi lima kali berturut-turut, mengguncang kawasan industri di kota tersebut.

Serangan Presisi: MiG-29 Ukraina Hantam Pangkalan Bahan Bakar Rudal Rusia

Di ranah udara, Ukraina kembali menunjukkan kemampuan adaptasi militernya. Pesawat tempur MiG-29 Ukraina untuk pertama kalinya menggunakan bom presisi buatan Prancis, AASM HAMMER, guna menghantam pangkalan bahan bakar rudal Rusia. Serangan ini menimbulkan ledakan besar yang diduga menghanguskan stok bahan bakar strategis Rusia. Menyadari ancaman serangan udara semakin nyata, militer Rusia kini memperkuat perlindungan pada bunker-bunker pesawat mereka di pangkalan utama seperti Krimea, Kirovsk, Sevastopol, dan Saky.

Prediksi: Serangan Drone Rusia Akan Semakin Intensif

Menurut analis militer independen Zhou Ziding, gelombang serangan drone yang kini dilakukan Rusia kemungkinan besar akan semakin intens dalam waktu dekat. Hal ini terjadi karena stok rudal pertahanan udara Ukraina semakin menipis akibat tekanan serangan beruntun selama beberapa pekan terakhir. Zhou juga memperingatkan kemungkinan terjadinya serangan darat berskala besar di wilayah Sumy atau Donbas dalam satu hingga dua bulan mendatang, yang dapat mengubah peta pertempuran secara drastis.

Rusia dan Korea Utara: Isyarat Koalisi Baru?

Tak hanya itu, dinamika geopolitik regional pun semakin rumit. Rusia dikabarkan tengah berusaha “menjinakkan” Korea Utara agar tunduk sepenuhnya pada kepentingan Moskow. Terbukti, baru-baru ini, sebuah kapal perusak Korea Utara yang mengalami kerusakan berat secara misterius telah dipindahkan ke pelabuhan dekat perbatasan Rusia. Banyak pihak menduga, kapal tersebut akan diperbaiki dengan bantuan militer Rusia sebagai bagian dari perjanjian kerjasama strategis yang semakin erat.

Bocornya Identitas Jaringan Intelijen Ukraina di Rusia

Di sisi lain, perang rahasia antara intelijen kedua negara juga kian sengit. Dinas keamanan Rusia kini memburu para kolaborator dalam negeri yang diduga membantu operasi drone Ukraina, salah satunya adalah jaringan yang dikenal dengan kode “Spiderweb”. Salah satu tersangka utama adalah Tymofiy, seorang DJ Rusia keturunan Ukraina berusia 37 tahun, yang menurut media Prancis, direkrut oleh istrinya sendiri yang berpihak pada Ukraina.

Pada hari pelaksanaan serangan, Tymofiy diduga mengoordinasikan logistik dengan menelepon sejumlah sopir untuk mengantar bahan bangunan ke titik-titik tertentu—yang belakangan diketahui menjadi jalur distribusi drone. Usai operasi, dia bersama istrinya menghilang. Aparat Rusia telah menginterogasi keluarga besar mereka dan memasukkan Tymofiy dalam daftar buronan militer, meski informasi resmi soal penetapan buron ini mendadak dicabut demi membatasi penyebaran rumor. Namun, isu ini terlanjur menjadi perbincangan panas di berbagai jejaring sosial dan komunitas diaspora Ukraina-Rusia.

Moskow Siapkan Aksi Balasan Besar, Amerika Ingatkan Bahaya Serangan Total

Pejabat tinggi pertahanan Amerika Serikat memperingatkan bahwa Rusia hingga kini sebenarnya belum benar-benar memulai aksi balasan besar terhadap Ukraina. Moskow dinilai masih menyusun ulang strategi tempur, serta mempertimbangkan waktu yang paling tepat untuk melancarkan serangan balasan yang bisa mengguncang tidak hanya Ukraina, tetapi juga mengirim pesan keras ke Barat.

Diprediksi, aksi besar ini bisa berupa serangan ke pusat-pusat politik, fasilitas industri pertahanan, serta jalur logistik utama Ukraina—termasuk upaya mengganggu suplai bantuan militer dari negara-negara Barat. Sebagai bukti keseriusan persiapan, Kementerian Pertahanan Rusia telah menempatkan pasukan strategis dan armada Laut Hitam dalam status siaga penuh. Armada udara dan sistem pertahanan rudal di Krimea, Sevastopol, dan wilayah Kirovsk terus diperkuat, memperlihatkan kesiapan menghadapi segala kemungkinan.

Efek Kejut di Panggung Dunia: Kapan Aksi Balasan Dimulai?

Para analis meyakini, serangan besar dari Rusia bisa jadi dilakukan bertepatan dengan momen-momen penting agar mendapat efek kejut maksimal di panggung internasional—misalnya saat Hari Kemerdekaan Ukraina, KTT NATO, atau pertemuan penting Uni Eropa. Tujuannya jelas: menekan mental Ukraina, mempermalukan Barat, serta mendikte ulang agenda diplomasi global terkait konflik ini.

Situasi di Eropa Timur kini betul-betul berada di ambang krisis yang lebih luas, dengan berbagai kekuatan regional maupun global siap menyesuaikan posisi dan strategi mereka. Bagi Ukraina dan sekutunya, masa-masa kritis penuh ketidakpastian baru saja dimulai. Dunia kini menanti—akankah “badai” besar benar-benar datang dari Moskow, atau justru babak baru perlawanan Ukraina yang kembali membuat sejarah?

Kerusuhan Besar di California: Trump, Newsom, dan Misteri Bendera PKT di Jalanan Amerika

EtIndonesia. Situasi di Los Angeles kian membara setelah gelombang kerusuhan yang dipicu protes terhadap operasi penegakan hukum Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) AS berlangsung tanpa henti selama beberapa hari terakhir. Aksi yang bermula dari demonstrasi menolak penangkapan besar-besaran imigran ilegal itu kini berubah menjadi bentrokan yang melibatkan ribuan orang, aksi pembakaran, penjarahan, hingga dugaan campur tangan asing.

Trump Ambil Langkah Ekstrem, Kerahkan Marinir dan Garda Nasional

Presiden Donald Trump langsung turun tangan dengan langkah-langkah luar biasa. Pada sore hari tanggal 9 Juni, Trump memerintahkan mobilisasi 700 personel marinir aktif ke Los Angeles—pengiriman militer ke wilayah sipil yang sangat jarang terjadi dalam sejarah Amerika. Tak hanya itu, dia juga mengizinkan penambahan 2.000 pasukan Garda Nasional untuk memperkuat barisan aparat keamanan di tengah kota yang memanas.

Tak berhenti di situ, Presiden Trump secara terbuka menyerukan penangkapan Gubernur California, Gavin Newsom, yang dianggap menghalangi operasi federal dan membangkang terhadap kebijakan pusat. Seruan keras ini segera menuai reaksi di seluruh negeri, apalagi muncul kabar bahwa tokoh serikat pekerja berpengaruh, Randy Weingarten, tengah menggalang rencana pemberontakan nasional pada 14 Juni mendatang.

Media Terbelah: Kerusuhan atau Kudeta?

Pemberitaan media semakin memperkeruh suasana. Media yang dikenal anti-Trump mengecam penggunaan peluru karet dan gas air mata oleh pemerintah federal terhadap demonstran, menyebut tindakan tersebut sebagai kekerasan berlebihan terhadap aksi damai. Sebaliknya, media pendukung Trump menegaskan, ini bukan sekadar unjuk rasa damai melainkan kerusuhan yang sudah direncanakan dan didalangi kelompok terorganisir yang ingin menggulingkan pemerintah.

Situasi di lapangan pun memperkuat narasi kerusuhan: video dan foto yang viral di media sosial menunjukkan massa menyerang aparat dengan bom molotov dan batu, membakar mobil polisi serta bendera AS, menjarah toko-toko, hingga membawa bendera Partai Komunis Tiongkok (PKT). Muncul spekulasi adanya unsur campur tangan asing di balik kekacauan ini, apalagi banyak peserta aksi didominasi laki-laki muda, bukan warga biasa yang spontan berdemo.

Pernyataan Pejabat dan Ancaman “Perang Terhadap Amerika”

Mantan pejabat CIA, Sam Faddis, dalam wawancaranya menyebut: “Mereka ingin menghancurkan negara, menghancurkan ekonomi, dan tatanan sosial. Ini bukan protes damai, ini perang terhadap Amerika.” 

Pernyataan ini menggarisbawahi kekhawatiran bahwa kerusuhan Los Angeles merupakan bagian dari agenda yang lebih besar untuk mengacaukan stabilitas Amerika Serikat.

Opsi Undang-Undang Pemberontakan dan Ultimatum Presiden Trump

Sinyal keras pun datang dari Gedung Putih. Pejabat di lingkaran dalam presiden disebut tengah mempertimbangkan penerapan Undang-Undang Pemberontakan (Insurrection Act)—langkah hukum yang sangat langka, hanya dipakai saat negara menghadapi krisis besar.

Trump sendiri menyatakan siapa pun yang menghalangi operasi deportasi imigran ilegal akan dikenai tindakan hukum tegas. 

“Jika ada yang meludahi personel Garda Nasional, mereka akan menerima balasan setimpal. Perilaku tidak hormat semacam ini tidak akan ditoleransi,” tegas Trump.

Pada 9 Juni, Komando Utara AS resmi mengumumkan pengerahan 700 personel marinir dari Batalyon ke-2, Resimen Marinir ke-7, Divisi Marinir ke-1 ke Los Angeles. Mereka bergabung dalam Satgas 51 bersama 2.100 anggota Garda Nasional. Seluruh personel ini sudah terlatih untuk penanganan kerusuhan dan penggunaan kekuatan secara proporsional.

Gubernur Newsom Lawan Balik, FBI dan Aparat Federal Tegas Bertindak

Gubernur Gavin Newsom menantang Menteri Perbatasan, Tom Homan untuk langsung datang menangkapnya, dan secara terbuka mengadukan pemerintah federal atas dugaan pengambilalihan wewenang Garda Nasional secara ilegal. California kini menginstruksikan seluruh kepolisian dan kantor sheriff untuk menolak bekerja sama dengan lembaga federal, bahkan jika pelaku kejahatan berat sudah tertangkap.

Direktur FBI, Kash Patel, mengingatkan: “FBI tidak butuh izin siapa pun untuk menegakkan konstitusi. Saya bertanggung jawab kepada rakyat Amerika. Los Angeles sedang dikepung kriminal. Kami akan mengembalikan hukum dan ketertiban—ini perintah, bukan permintaan.”

Dukungan pun datang dari Ketua DPR AS, Johnson, yang menyebut bahwa keterlibatan presiden sudah tepat, sesuai hak dan tanggung jawab konstitusional.

Aksi Nasional dan Ancaman Pemberontakan 14 Juni

Ketegangan bertambah setelah Senator dari Demokrat,  Chris Murphy menyerukan aksi nasional menentang ICE, dan Randy Weingarten dari serikat pekerja mendorong pemberontakan besar pada 14 Juni. Associated Press melaporkan bahwa Trump sudah mengizinkan penambahan hingga 2.000 personel Garda Nasional ke Los Angeles, sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya tanpa permintaan resmi pemerintah lokal.

Brigade Infanteri ke-79 telah menurunkan 300 personel, menandai pengerahan pasukan secara sepihak oleh pemerintah federal.

Marinir AS dan Helikopter Tempur Mulai Beroperasi

Menteri Pertahanan AS sudah menempatkan seluruh marinir di California dalam status siaga penuh. Helikopter serang AH-1Z Viper milik marinir terpantau beroperasi di atas langit Los Angeles sebagai bagian dari operasi keamanan dan intimidasi bagi pelaku kerusuhan.

Tom Homan dari otoritas perbatasan mengonfirmasi lebih dari 100 tim khusus sedang menjalankan operasi rahasia di berbagai sudut Los Angeles.

“Kami akan membanjiri wilayah ini,” Homan di Fox News.

Dalam salah satu pernyataan terakhir kepada media, Trump mengatakan: “Saya tidak ingin perang saudara. Kalau diserahkan pada Newsom, baru akan terjadi perang saudara. Saya sebenarnya tak pernah punya masalah dengannya, tapi dia benar-benar tidak kompeten.”

Polisi Los Angeles kini telah berstatus siaga penuh, dengan seluruh personel dikerahkan untuk menjaga kemungkinan terburuk saat malam tiba.

Penutup: Amerika Serikat di Persimpangan Jalan

Gelombang kerusuhan di Los Angeles ini menjadi ujian besar bagi persatuan nasional Amerika, sekaligus menandai babak baru dalam tarik-menarik kekuasaan antara pemerintah federal dan negara bagian California. Apakah langkah keras Trump mampu mengembalikan ketertiban, atau justru memicu konflik lebih besar? Masyarakat Amerika dan dunia internasional menunggu dengan cemas bagaimana babak berikutnya akan terungkap.

Kerusuhan Besar Imigran di California: 2.000 Pasukan Turun, Negara Bagian Melawan Perintah Trump!


EtIndonesia. Kota terbesar kedua di Amerika Serikat, Los Angeles, tengah diguncang gelombang kerusuhan besar akibat aksi protes terhadap penangkapan massal imigran ilegal. Sejak akhir pekan lalu, ribuan warga memadati jalan-jalan utama, memprotes operasi besar-besaran yang dilakukan aparat Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) di berbagai wilayah California. Kerusuhan ini tidak hanya melanda Los Angeles, tetapi juga merembet ke San Francisco, menandai eskalasi keresahan sosial yang belum pernah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Gelombang Aksi dan Penangkapan Massal

Kepolisian Los Angeles melaporkan sedikitnya 56 orang ditangkap sejak awal kerusuhan. Sementara di San Francisco, pihak kepolisian menahan sekitar 60 orang dalam demonstrasi yang berlangsung dengan tensi tinggi. Beberapa kelompok demonstran bahkan terang-terangan mengancam akan melakukan aksi pendudukan dan penyerangan terhadap gedung-gedung pemerintah pada Selasa mendatang, memperlihatkan ancaman meluasnya kekacauan di seluruh negara bagian.

Kerusuhan ini dipicu oleh penangkapan besar-besaran terhadap imigran ilegal, yang disebut-sebut sebagai bagian dari kebijakan penegakan hukum imigrasi pemerintahan Presiden Donald Trump. Dalam beberapa hari terakhir, berbagai aksi protes berkembang menjadi anarkis, dengan aksi pembakaran kendaraan, blokade jalan tol, penjarahan toko, serta bentrokan langsung antara demonstran dan aparat penegak hukum.

Respon Keras Pemerintah Federal

Menyikapi situasi yang semakin memburuk, pada dini hari 9 Juni, Presiden Donald Trump memerintahkan pengerahan 2.000 personel Garda Nasional ke Los Angeles. Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa para provokator dan perusuh profesional harus segera diamankan demi mengembalikan stabilitas dan hukum di kota tersebut.

“Kelompok penghasut dan pemberontak yang membuat onar di jalanan harus segera ditangkap. Mereka bukan pembela keadilan, tetapi kriminal yang pantas dipenjara,” tegas Trump dalam pidatonya di Gedung Putih.

Pejabat tinggi urusan perbatasan pemerintahan Trump, Thomas Homan, memperingatkan bahwa ICE akan terus melaksanakan operasi di Los Angeles tanpa kompromi. Menurut Homan, sebagian demonstran sudah mulai bertindak anarkis, bahkan melakukan serangan dengan bom molotov ke arah petugas. Dia mengingatkan bahwa jika situasi dibiarkan tanpa kendali, kemungkinan korban jiwa sangat besar.

Konflik dengan Pemerintah Negara Bagian

Langkah keras pemerintah federal langsung mendapat reaksi keras dari Gubernur California, Gavin Newsom. Pada Minggu malam, Newsom melayangkan protes terhadap keputusan Trump yang mengerahkan Garda Nasional tanpa izin negara bagian.

“Tindakan ini nyaris belum pernah terjadi dalam sejarah Amerika. Penggunaan kekuatan militer federal tanpa persetujuan gubernur adalah pelanggaran terhadap prinsip negara bagian,” ujar Newsom.

Ketegangan bertambah ketika Menteri Keuangan AS, Besant, mengancam Newsom terkait dana pajak federal. Jika gubernur tetap menahan aliran dana pajak pusat, Newsom dapat dijerat tuntutan pidana penggelapan pajak.

Kecaman dari 22 Gubernur Negara Bagian

Pada 9 Juni, sebanyak 22 gubernur dari berbagai negara bagian mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam langkah Presiden Trump. Mereka menuding penggunaan Garda Nasional California tanpa persetujuan gubernur serta pengerahan pasukan Marinir sebagai pelanggaran hak otonomi negara bagian dan penyalahgunaan kekuasaan federal.

Salah satu suara dari publik bahkan menyindir: “Kalau begitu, biarlah 22 negara bagian ini juga ikut membantu menanggung beban masalah imigran ilegal di California.”

Eskalasi Kekerasan dan Tindakan Anarkis

Gelombang protes semakin tak terkendali sejak Jumat lalu. Berbagai aksi kekerasan terjadi di beberapa titik: taksi tanpa sopir dibakar, mobil polisi diledakkan, dan massa melempar beton serta botol ke arah petugas. Dalam sebuah video yang viral di media sosial, tampak massa memblokir Jalan Tol 101 hingga arus lalu lintas lumpuh total, memaksa kendaraan untuk memutar balik.

Di kawasan Balai Kota, seorang demonstran membakar mobil, sementara yang lain mengibarkan bendera Meksiko di atas mobil yang terbakar. Kekacauan ini juga dimanfaatkan oleh pelaku kriminal untuk menjarah toko-toko dan SPBU di tengah kekacauan.

Laporan dari media konservatif Breitbart menyebutkan, banyak dari imigran ilegal yang ditangkap ICE di Los Angeles memiliki rekam jejak kriminal berat seperti kekerasan, penganiayaan, mengemudi dalam pengaruh alkohol, hingga terlibat penembakan. Data dari Departemen Keamanan Dalam Negeri AS menegaskan, mayoritas dari mereka memang memiliki catatan kejahatan, menimbulkan pertanyaan tajam di kalangan publik tentang prioritas perlindungan pemerintah negara bagian California.

Bendera Amerika Dibakar, Ancaman dari Trump

Aksi-aksi protes juga memperlihatkan simbol-simbol yang memancing kemarahan nasional. Video yang beredar luas menunjukkan massa membakar bendera Amerika dan meludahinya sambil meneriakkan slogan “pemberontakan itu benar”. 

Presiden Trump pun bereaksi keras: “Jika ada perusuh yang meludah ke arah anggota Garda Nasional—termasuk perempuan—kami akan membalas. Saya jamin mereka akan dihajar habis-habisan.” .

Reaksi Kongres dan Aparat Federal

Anggota Kongres Partai Republik dari California, Lamarfa, menyatakan bahwa bendera Amerika, bisnis, dan kendaraan sudah dibakar habis oleh perusuh yang menghalangi penegakan hukum. 

Direktur FBI, Kash Patel , menegaskan bahwa FBI akan bertindak tegas menegakkan konstitusi tanpa harus menunggu izin siapa pun.

“Los Angeles sedang diserang para kriminal. Saya tidak sedang meminta Anda, tapi memberi tahu—kami akan memulihkan hukum dan ketertiban,” tegas Patel dalam konferensi pers.

Meski Presiden Trump belum secara resmi mengaktifkan Undang-Undang Pemberontakan (Insurrection Act), dia memperingatkan, jika aksi protes semakin brutal dan menghalangi penegakan hukum, maka penerapan undang-undang tersebut tidak bisa dihindari.

Dukungan Warganet dan Ajakan Menegakkan Hukum

Di media sosial, banyak warganet Amerika menyuarakan dukungan untuk ketegasan pemerintah. 

Seorang netizen menulis: “Konstitusi bukan hanya milik kaum elit cerdas, tapi milik seluruh rakyat Amerika. Pejabat punya tanggung jawab bertindak. Jangan biarkan kota Anda membusuk, rakyat menderita, polisi diserang. Tegakkan keberanian dan kewarasan. Rakyat Amerika sejati mendukung Anda.”

Sebagian publik juga menuding ada pihak-pihak tertentu yang sengaja mendalangi kerusuhan ini untuk kepentingan politik. Seruan tegas muncul agar pemerintah tidak ragu-ragu menindak para pelaku kerusuhan, karena kebebasan Amerika tidak boleh menjadi alasan untuk menghancurkan ketertiban dan keamanan masyarakat.

Situasi Terkini: Militer Turun ke Jalan, Protes Belum Mereda

Hingga Minggu malam, sekitar 300 anggota Brigade Infanteri ke-79 Garda Nasional California sudah aktif berpatroli di wilayah Los Angeles dan sekitarnya. Suasana masih mencekam, sementara demonstrasi diperkirakan belum akan mereda dalam waktu dekat.

Pemerintah pusat dan negara bagian masih saling berhadapan soal solusi terbaik untuk mengatasi krisis ini. Satu hal yang pasti: Kerusuhan imigran ilegal di California telah menjadi ujian besar bagi kekuatan hukum, politik, dan identitas Amerika Serikat sebagai negara hukum.

Ramalkan Gempa Besar pada Juli, Kartunis Ryo Tatsuki Kembali Ceritakan “Apa yang Dilihatnya dalam Mimpi”

Kartunis Jepang Ryo Tatsuki  yang dikenal pernah meramalkan sejumlah peristiwa besar secara akurat, kembali menghebohkan publik dengan ramalannya bahwa akan terjadi gempa bumi besar dan tsunami dahsyat pada Juli tahun ini. Kebenaran rumor ini masih sulit dipastikan. Menanggapi hal tersebut, Ryo Tatsuki baru-baru ini meluncurkan karya terbarunya berjudul “Pesan Terakhir Malaikat” untuk menjelaskan kebenaran dari apa yang ia lihat dalam mimpi.

EtIndonesia. Ryo Tatsuki mengaku sering mengalami mimpi prekognitif (mimpi yang meramalkan masa depan) sejak tahun 1980-an. Pada tahun 1999, ia menerbitkan manga “Apa yang Kulihat di Masa Depan”, yang menggambarkan bencana besar yang ia lihat sebelumnya dalam mimpi. Beberapa ramalan yang disebutkan kemudian terbukti akurat, seperti:

  • Gempa Besar dan Tsunami Jepang 11 Maret 2011 (3.11),
  • Pandemi COVID-19, dan
  • Kematian Putri Diana.

Keakuratan ramalannya membuat nama Ryo Tatsuki melambung dan menarik perhatian luas.

Namun, setelah popularitasnya meningkat, mulai muncul berbagai rumor dan klaim palsu yang menggunakan namanya, sehingga masyarakat kesulitan membedakan mana yang benar-benar berasal darinya. Untuk meluruskan hal tersebut, pada tahun 2021 Ryo Tatsuki menerbitkan versi lengkap dari “Apa yang Kulihat di Masa Depan” guna mengklarifikasi fakta. Ironisnya, buku ini justru menimbulkan diskusi dan kehebohan baru.

Pada sampul pembungkus buku itu tertulis, “Bencana besar yang sesungguhnya akan datang pada Juli 2025.” Dalam isi buku, ia menggambarkan mimpinya:

“Aku bermimpi tentang sebuah bencana besar. Di bagian selatan Kepulauan Jepang, permukaan laut Pasifik naik.”

Ramalan tersebut menimbulkan perdebatan hangat. Beberapa orang bahkan menyimpulkan bahwa tanggal pastinya adalah 5 Juli 2025. Seiring semakin dekatnya tanggal tersebut, rumor ini semakin menyebar dan menimbulkan kepanikan di masyarakat.

Dampaknya sudah terlihat, salah satunya dari maskapai Greater Bay Airlines di Hong Kong, yang sejak April tahun ini mengumumkan akan mengurangi frekuensi penerbangan ke Jepang mulai 13 Mei hingga 25 Oktober. Rute Hong Kong–Sendai dikurangi dari 4 kali menjadi 3 kali seminggu, dan rute Hong Kong–Tokushima dari 3 menjadi 2 kali seminggu. Alasannya adalah adanya manga Jepang yang “meramalkan” gempa besar di Jepang pada Juli, yang menyebabkan penurunan jumlah penumpang.

Meski pemerintah Jepang telah mengeluarkan klarifikasi untuk menepis rumor ini, namun ramalan Ryo Tatsuki tetap menjadi bahan perbincangan hangat dan membuat masyarakat semakin khawatir akan kemungkinan bencana besar yang akan datang.

Buku Baru: Pesan Terakhir Malaikat

Untuk menjelaskan lebih lanjut, Ryo Tatsuki akan menerbitkan buku barunya berjudul “Pesan Terakhir Malaikat” pada 15 Juni. Buku ini terdiri dari tiga bagian:

  1. Bagian pertama: Kisah masa kecil Ryo, kejadian tak terduga yang mengubah hidupnya, perjalanan menjadi mangaka, alasan ia mulai mencatat mimpi, serta pelajaran yang ia peroleh dari penderitaan.
  2. Bagian kedua: Sembilan manga bertema misteri supranatural, yang menggambarkan pengalaman spiritual yang dialami oleh dirinya dan teman-temannya.
  3. Bagian ketiga: Refleksi Ryo tentang arti mimpi, dengan penekanan bahwa mimpi prekognitif adalah bentuk peringatan — tujuannya bukan untuk menakut-nakuti, tetapi agar manusia dapat bersiap, menghindari, atau mengurangi dampak bencana.

(Hui/asr)

Sumber : NTDTV.com 

Terowongan Bawah Tanah di Rumah Sakit Khan Younis: Israel Temukan Jenazah Pimpinan Hamas 

EtIndonesia. Militer Israel mengumumkan bahwa pada  8 Juni, mereka telah menemukan jenazah pimpinan Hamas, Mohammed Sinwar, di terowongan bawah tanah yang berada di bawah Rumah Sakit Eropa Khan Younis, Gaza. Sebelumnya, Mohammed Sinwar dikabarkan tewas dalam serangan udara Israel pada 13 Mei.

Dalam pernyataan militer Israel disebutkan, “Dalam operasi militer yang ditargetkan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF)… dan setelah proses identifikasi selesai, kami dapat memastikan bahwa jenazah Mohammed Sinwar ditemukan di jalur terowongan bawah tanah di bawah Rumah Sakit Eropa Khan Younis.”

Israel menyatakan bahwa dalam pencarian terowongan tersebut, mereka juga menemukan sejumlah barang milik Mohammed Sinwar, serta informasi intelijen lainnya yang kini sedang diselidiki lebih lanjut.

Juru bicara militer Israel, Effie Defrin, mengatakan bahwa jenazah telah dikonfirmasi melalui pemeriksaan DNA dan tes lainnya sebagai milik Mohammed Sinwar.

Mohammed Sinwar adalah adik dari Yahya Sinwar, mantan pemimpin tertinggi Hamas di Gaza, yang tewas dalam serangan militer Israel pada Oktober 2024 selama pecahnya perang Gaza.

Israel menuduh Yahya Sinwar sebagai dalang serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang memicu dimulainya konflik berskala penuh di wilayah Gaza. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

(Edisi Khusus): “Misteri Senyap Xi Jinping: Panggung Terakhir Kekuasaan Beijing Dibuka!”

EtIndonesia. Awal musim panas 2025 membawa hawa panas ke seluruh Tiongkok. Namun, bukan isu Taiwan atau ekonomi yang menjadi perbincangan paling hangat—melainkan teka-teki besar tentang Xi Jinping. Apa yang sebenarnya terjadi pada pemimpin Tiongkok itu? Pertanyaan yang menghantui ini hanya berputar di lingkaran tertutup para pejabat tertinggi di Zhongnanhai dan petinggi militer. Sementara di luar sana, baik rakyat Tiongkok maupun masyarakat dunia hanya melihat wajah-wajah yang berusaha tampak tenang—seolah segalanya baik-baik saja.

Rutinitas birokrasi berjalan seperti biasa, hingga sebuah momen menggetarkan terjadi: Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko, melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok. Publik hanya melihat Xi Jinping muncul di layar televisi—dia hanya mengangguk, sama sekali tak bersuara. Dia hadir, namun hanya sebagai sosok pendengar, bukan pengendali.

Puncak ketegangan terjadi saat Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menelpon langsung Xi Jinping pada pukul sembilan malam. Xi, yang dikenal sangat jarang menerima panggilan langsung dan biasanya membiarkan protokol mengatur segala sesuatu, kini secara pribadi mengangkat telepon itu. Dunia pun sadar: ya, Xi memang masih menjabat, namun sesuatu jelas telah berubah. Ada kekuatan lain yang kini mengatur ritme kekuasaan di Beijing.

Perang Dingin Baru—Trump, Perjanjian Jenewa, dan Teka-Teki Kekuasaan

Pada 12 Mei 2025, dunia sempat berharap pada secercah perdamaian. Tiongkok dan Amerika Serikat menandatangani Pernyataan Bersama Perundingan Ekonomi dan Perdagangan di Jenewa, Swiss. Isinya sangat eksplisit: penurunan tarif, ekspor logam tanah jarang, pengembangan teknologi AI, penguatan kerja sama komoditas strategis, hingga pembangunan mekanisme kepercayaan lintas sektor—semua diberi tenggat waktu 90 hari.

Gedung Putih menganggap ini kemajuan bersejarah. Trump bahkan menyebutnya sebagai “terobosan damai” setelah bertahun-tahun perang dagang. Namun, hanya dalam hitungan hari, sinyal aneh muncul dari Beijing. Kementerian Luar Negeri mengeluarkan pernyataan normatif: “saling menguntungkan, mengutamakan kerja sama”. Kementerian Perdagangan bahkan hanya berkomentar, “akan berusaha melaksanakan”. Media utama seperti Xinhua dan People’s Daily justru memilih diam seribu bahasa. Internet Tiongkok, seperti terkena sensor senyap, membiarkan peristiwa besar ini tenggelam tanpa jejak.

Para pelaku bisnis internasional yang jeli langsung membaca gelagat:

“Ini seperti sebuah perusahaan cangkang yang bosnya baru saja wafat. Yang mengelola hanya bagian keuangan, pura-pura tidak tahu apa-apa. Tidak ada keputusan. Semua hanya menunggu.”

Pemerintahan Xi Jinping, atau lebih tepatnya sistem Partai Komunis Tiongkok (PKT), sedang lumpuh karena satu hal—tak ada lagi yang benar-benar berani mengambil keputusan. Aparat kementerian hanya menunggu, bertanya-tanya: “Siapa pemegang kekuasaan yang sesungguhnya sekarang?” Trump murka, bukan karena PKT ingkar janji, melainkan karena Dia melihat—mungkin untuk pertama kalinya dalam sejarah modern Tiongkok—tak ada satu pun sosok di Beijing yang benar-benar berani memutuskan.

Eskalasi Tekanan—Serangan Amerika ke Titik Lemah Keluarga Elite PKT

Situasi ini berubah drastis pada 4 Juni. Gedung Putih merilis kebijakan baru: pembatasan visa bagi mahasiswa asing, khususnya yang belajar di Harvard. Sekilas terlihat biasa—seperti isu imigrasi rutin—tapi kenyataannya, kebijakan ini adalah serangan presisi ke jaringan modal dan kepentingan keluarga elite PKT.

Dalam dokumen resmi, disebutkan: Harvard memiliki relasi finansial dengan PKT, ribuan perwira militer dikirim ke AS untuk belajar, dan ada skema penyusupan tiga sistem utama PKT (partai, pemerintahan, militer) ke institusi pendidikan Amerika. Bahkan, nama anak perempuan pemimpin Tiongkok pun disebutkan secara eksplisit—sebuah pelanggaran keras atas “garis merah” tak tertulis di Beijing. Puluhan tahun, Amerika menghindari menyentuh keluarga para penguasa PKT, kini Trump justru menyerang langsung ke titik terlemah: keluarga.

Pesannya jelas: “Saya tahu di mana anakmu berada.”

Ini adalah perang psikologis tingkat tinggi. Dalam sejarah modern, hanya beberapa pemimpin dunia yang pernah mengalami situasi di mana anak-anak mereka dijadikan target publik oleh Amerika Serikat—Osama Bin Laden, Muammar Gaddafi, dan Saddam Hussein. Semua berakhir tragis bagi rezim mereka.

Bagi elite PKT, ini adalah ultimatum: “Kalian masih ingin setia pada Xi, atau mulai menghubungi CIA?”

Panggung Sandiwara Kekuasaan—Xi Jinping dalam Bayang-Bayang

Trump tidak berhenti di situ. Kali ini, dia mempermalukan Xi Jinping secara terbuka di hadapan seluruh dunia, lewat telepon tengah malam yang tidak terjadwal dan tidak diberi protokol khusus. Berbeda dengan percakapan bilateral resmi antara Trump dan Putin—yang selalu penuh pemberitahuan dan koordinasi lintas kementerian—telepon kepada Xi berlangsung dadakan, tanpa skenario. Media Tiongkok pun sempat gagap, hanya menuliskan “Xi Jinping berbicara dengan Trump”, tanpa embel-embel jabatan, isi percakapan, atau detail lain. Baru kemudian, gelar “Presiden” disisipkan di rilis berikutnya—menandakan ini adalah panggilan darurat yang tak bisa ditolak.

Xi Jinping berada dalam posisi yang sangat lemah:

  • Jika dia menerima telepon, berarti dia tunduk di depan dunia.
  • Jika dia menolak, dia bisa saja kehilangan kekuasaan secara instan.

Di balik layar, tekanan datang bukan hanya dari Amerika, tetapi juga dari sesepuh PKT dan militer yang khawatir masa depan mereka ikut terancam. Akhirnya, Xi terpaksa tampil di kamera, sekadar menjadi simbol “kesetiaan” sampai urusan transisi kekuasaan benar-benar tuntas.

Misteri Fisik dan Isolasi Xi Jinping—Dari Stroke hingga Karantina Politik

Mengapa Xi bisa begitu terpuruk? Jawabannya: kondisi fisiknya benar-benar sudah rapuh. Setelah serangan stroke mendadak pada Juli 2024, Xi menjalani operasi otak darurat. Sejak itu, kesehatannya tak pernah benar-benar pulih untuk menghadapi tekanan politik tingkat tinggi. Pembersihan besar-besaran di tubuh militer, pergantian total sistem pengawal, dan isolasi penuh di Zhongnanhai menunjukkan bahwa lingkaran dalam sudah tidak lagi mempercayai siapa pun.

Setiap tamu, baik asing seperti Lukashenko, maupun tokoh domestik seperti Panchen Lama, hanya bisa diterima di ruangan yang sama—ruangan yang kini lebih mirip “kamar rawat inap” daripada kantor pemimpin negara. Pada minggu pertama Juni, Xi benar-benar “terpaku” di tempat itu, tak lagi melakukan inspeksi luar ruangan sejak 20 Mei.

Penjelasan paling masuk akal: Xi baru saja menjalani operasi besar dan masih dalam masa pemulihan. Bahkan, sangat mungkin detail kondisi fisiknya dirahasiakan dari dirinya sendiri—seperti yang pernah terjadi pada Mao Zedong di penghujung hayatnya.

Inilah ironi tragis sistem otoriter: pemimpin sakit, tapi bukan dirinya yang memutuskan, melainkan kolektif kekuasaan yang penuh intrik.

Sejarah Kelam, Ketakutan, dan Sandiwara Transisi

Partai Komunis Tiongkok belajar banyak dari tiga tragedi besar dalam sejarah kepemimpinan mereka:

  1. 1976 – Setelah Mao wafat, mitos kekuasaan komunis runtuh saat istri Mao diadili publik.
  2. 1987 – Sekretaris Jenderal reformis “mengundurkan diri” secara misterius, memicu gelombang demonstrasi mahasiswa.
  3. 1989 – Perdana Menteri “menghilang” selamanya di sebuah rumah tahanan rahasia.

Kini, elite PKT terlalu takut mengulangi “revolusi internal” yang dramatis. Karena Xi adalah simbol generasi “merah murni”—putra asli revolusi—kejatuhannya tidak boleh terjadi dengan kekerasan, tetapi dengan transisi yang “terhormat” di depan kamera. Namun, kehormatan itu hanya sebuah sandiwara. Semua adalah rekayasa panggung agar rakyat dan dunia melihat kekuasaan berpindah tangan secara “normal”.

Parade Terakhir, Ancaman AI, dan Diplomasi Senyap Barat

Semua persiapan menuju satu puncak: parade militer besar pada 3 September 2025 di Beijing, memperingati 80 tahun kemenangan Perang Dunia II. Namun, di balik parade ini, sesungguhnya adalah “foto bersama terakhir” dua rezim besar yang berada di ujung tanduk: Tiongkok dan Rusia.

Tamu kehormatan adalah Vladimir Putin, yang baru saja lolos dari percobaan pembunuhan lewat serangan drone di Kursk—serangan yang terdeteksi hanya mungkin dilakukan dengan teknologi intelijen dan AI tingkat tinggi milik Amerika. Ini bukan sekadar ancaman fisik, tapi uji coba pembersihan kekuasaan secara diam-diam. Media Amerika hanya menyebutnya “eskalasi taktis”. Tak ada kata “garis merah” atau “pelanggaran batas”—ini kode bahwa operasi seperti itu telah “diizinkan”.

Sistem AI seperti Palantir, Spark, Cognition, dan terutama Gotham kini telah naik ke level berikutnya—bukan hanya memonitor, tetapi juga mensimulasikan langkah para pemimpin dunia:

  • Siapa yang bisa menjadi target?
  • Siapa pengganti yang paling stabil?
  • Seberapa besar risiko jika seorang pemimpin jatuh?

Keberlangsungan Putin dan Xi bukan lagi soal keberanian atau kekuatan, melainkan soal kalkulasi AI dan waktu politik Amerika.

Penutup—Foto Bersama di Ujung Zaman

Ketika parade digelar, kamera dunia akan mengarah ke satu titik: Xi Jinping dan Vladimir Putin, berdiri bersama, tersenyum kaku di tengah dentuman meriam kehormatan—namun mereka tahu, semuanya hanya sandiwara. CIA, NATO, dan tim Trump akan menilai siapa yang hadir, siapa yang absen, siapa yang wajahnya paling tegang, dan siapa yang mobilnya berganti tipe.

Ini bukan pesta kemenangan Tiongkok-Rusia. Ini adalah ultimatum terakhir Amerika.

“Kalian masih berdiri hari ini, karena kami belum menekan tombol ‘eksekusi’.”

Pada akhirnya, dunia hanya tinggal menghitung hari. Ketika tirai ditutup dan lampu dipadamkan, babak baru akan dimulai—tanpa Xi, tanpa Putin, dan mungkin, tanpa sistem lama yang pernah mereka wakili.

Kekacauan Politik di Zhongnanhai: Dua Petinggi Media Partai Nomor Satu “Hilang” dari Situs Resmi

Situasi politik internal Partai Komunis Tiongkok (PKT) tengah mengalami kekacauan, disertai berbagai fenomena tak biasa di kalangan elit. Publik mencermati bahwa dua petinggi media utama partai, Harian Rakyat (People’s Daily), menghilang dari situs resmi mereka dan keberadaan mereka saat ini tidak diketahui.

EtIndonesia. Laporan Sing Tao Daily (Hong Kong) pada 9 Juni menyebutkan, pada bagian “Pengenalan Pimpinan” di situs resmi Harian Rakyat, dua nama telah hilang, yakni Wakil Presiden Harian Rakyat Hu Guo dan Anggota Komite Editorial sekaligus Sekretaris Jenderal Yu Jijun. Saat ini belum diketahui ke mana mereka pergi.

Profil singkat kedua tokoh yang menghilang:

  • Hu Guo, lahir setelah 1970, pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Redaksi Umum, Kepala Biro Tianjin, Direktur Departemen Kerja Sama Eksternal, dan Direktur Departemen Ekonomi dan Sosial. Pada September 2023, ia dipromosikan menjadi wakil presiden Harian Rakyat, setara dengan pejabat setingkat wakil menteri. Ia juga merupakan anggota tim penulis komentar politik utama “Ren Zhongping” — nama pena kolektif yang digunakan untuk propaganda partai.
  • Yu Jijun, lahir pada November 1969, dikenal sebagai “pengurus besar” media tersebut. Ia pernah menjadi kepala biro di Xiamen dan Chongqing. Pada 2010, ia diangkat sebagai Direktur Kantor Komunikasi Digital dan menjabat sebagai ketua serta manajer umum perusahaan komunikasi digital milik Harian Rakyat.

Latar belakang:
Pada Oktober tahun lalu, diumumkan bahwa 34 lembaga akan menjadi sasaran inspeksi rutin putaran keempat Komite Sentral PKT, termasuk:

  • Departemen Propaganda,
  • Departemen Front Persatuan,
  • Harian Rakyat,
  • Majalah Qiushi,
  • Guangming Daily,
  • China Daily,
  • Economic Daily, dan
  • Science and Technology Daily.

Kemudian, pada  28 Desember malam, situs resmi Komisi Disiplin Pusat mengumumkan bahwa tiga pejabat dari Harian Rakyat sedang diselidiki, yaitu:

  • He Yong (Kepala Biro Shanxi),
  • Xu Tao (mantan ketua & manajer umum divisi digital), dan
  • Liu Jianlin (mantan ketua Partai & direktur grup komunikasi energi-otomotif).

Pergantian pimpinan juga terjadi tahun lalu:

  • Pada September, Yu Shaoliang menggantikan Tuo Zhen sebagai presiden Harian Rakyat.
  • Pada Oktober, Chen Jianwen, mantan anggota Komite Tetap Partai Provinsi Guangdong dan Menteri Propaganda, diangkat sebagai Pemimpin Redaksi baru.

Konflik Internal Memuncak Pasca Kongres ke-20 PKT

Sejak Kongres Nasional ke-20 PKT, konflik di tingkat tinggi semakin intens. Banyak pejabat militer, politik, dan diplomatik yang merupakan loyalis Xi Jinping telah diturunkan atau menghilang. Termasuk di antaranya:

  • Li Shangfu (Menteri Pertahanan),
  • Qin Gang (Menteri Luar Negeri),
  • Miao Hua (Kepala Departemen Politik Militer),
    dan sejumlah jenderal serta pejabat tinggi industri pertahanan lainnya.
Setelah Kongres Nasional PKT ke-20, pertikaian internal di antara para pemimpin puncak menjadi semakin sengit. Gambar tersebut menunjukkan diagram skematik. (Guang Niu/Getty Images)

Kondisi Xi Jinping dan Peran Cai Qi

Cai Qi, tangan kanan Xi dan pejabat tinggi Partai yang mengawasi keamanan nasional, ideologi, dan propaganda, tampak makin tidak aktif secara publik. Ia bahkan beberapa kali tidak mendampingi Xi dalam acara penting — sebuah sinyal perubahan kekuasaan yang menjadi sorotan pengamat.

Menurut informasi dari sumber internal terpercaya yang diperoleh Epoch Times, Xi Jinping sebenarnya telah kehilangan kekuasaan sejak April tahun lalu. Meski masih tampil secara resmi, kekuasaan nyata disebut telah beralih ke tangan tokoh-tokoh tua partai seperti Wen Jiabao dan Zhang Youxia, yang kini dikabarkan memegang peran kunci dalam mengendalikan arah politik Tiongkok. (Hui)

Sumber : NTDTV.com

Zhongnanhai : Kantor pusat dan Komplek Partai Komunis Tiongkok di Beijing

PKT Guncang! Xi Jinping ‘Diamankan’, Amerika dan Rusia Turun Tangan—Siapa Dalang Sebenarnya?”

EtIndonesia. Aroma perubahan tajam sedang menggelayut di langit Tiongkok. Isu suksesi kepemimpinan Xi Jinping, yang selama ini tampak tak tergoyahkan, kini perlahan-lahan muncul ke permukaan, menebar kecemasan bukan hanya di Beijing, tetapi juga di seluruh dunia. Jika Xi Jinping benar-benar lengser, dampaknya akan sangat luas—mulai dari relasi Amerika Serikat-Tiongkok, stabilitas regional Asia Timur, hingga tatanan geopolitik global.

Para pengamat sepakat: krisis suksesi ini bukan hanya urusan domestik Tiongkok, melainkan juga telah menjadi arena tarik-menarik kepentingan internasional. Presiden AS, Donald Trump, misalnya, disebut tidak hanya sekadar mengamati dari jauh, melainkan aktif menekan dan bahkan mengirimkan sinyal langsung ke lingkaran dalam Partai Komunis Tiongkok (PKT), memperlihatkan kehendak politik Washington terhadap masa depan kekuasaan di Beijing.

Hilangnya Pejabat Kunci Media PKT: Tanda-tanda Guncangan di Elite Beijing

Salah satu sinyal utama dari instabilitas ini terekam pada laporan eksklusif harian Sing Tao Daily (Hong Kong), 9 Juni 2025. Media ini menyoroti perubahan mencurigakan di situs resmi People’s Daily, corong utama propaganda PKT. Pada laman “Pengenalan Pimpinan”, dua nama pejabat puncak mendadak hilang: Hu Guo (Wakil Presiden People’s Daily) dan Yu Jijun (Sekretaris Jenderal Dewan Redaksi).

Absennya dua sosok penting tersebut memicu spekulasi liar di kalangan pengamat politik Tiongkok. Hu Guo bukan figur sembarangan; dia setingkat wakil menteri dan berperan sebagai arsitek opini publik rezim. Yu Jijun, di sisi lain, kerap disebut sebagai “pengelola besar”—otak di balik banyak kebijakan editorial strategis PKT.

Penghilangan nama mereka secara diam-diam dari situs resmi mengindikasikan adanya pembersihan internal atau “penonaktifan” sebelum pengumuman resmi. Banyak yang mengaitkan hal ini dengan pengaruh politbiro urusan propaganda, khususnya sosok Cai Qi, yang selama ini menjadi tangan kanan Xi Jinping di bidang pengendalian informasi.

Ketidakhadiran Cai Qi dan Isu Retaknya Loyalitas

Ada kejanggalan lain yang menjadi sorotan. Ketika Xi Jinping melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Henan pada Mei lalu, Cai Qi yang menjabat Kepala Kantor Umum (dan notabene penanggung jawab keamanan pribadi Xi) tidak tampak mendampingi. Dalam tradisi PKT, absennya pejabat setingkat Cai Qi saat kunjungan penting adalah hal yang sangat luar biasa—bahkan mencurigakan.

Produser independen Li Jun (forum Elite New Tang Dynasty) mengibaratkan: jika Kepala Kantor Umum menghilang, itu seperti kepala pengawal istana mendadak absen—menandakan ada potensi perebutan kendali atas keamanan “Sang Kaisar”.

Spekulasi pun bermunculan: Apakah Cai Qi sudah berpaling dan bergabung ke faksi anti-Xi? Atau justru dia “diamankan” oleh rival politik, sehingga kehilangan akses langsung ke Xi? Apa pun jawabannya, jelas ada sesuatu yang luar biasa sedang terjadi di jantung kekuasaan Beijing.

Pertemuan Xi Jinping, Lukashenko, dan Dalai Lama: Pesan Simbolis atau Sinyal Bahaya?

Pekan lalu, publik Tiongkok dan internasional dikejutkan dengan munculnya Xi Jinping di taman Fengze Yuan, Zhongnanhai, bertemu Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko dan—yang lebih mengejutkan lagi—Dalai Lama. Dalam sistem PKT, bertemu Dalai Lama adalah tabu berat, karena dianggap separatis.

Pengamat politik senior Wu Jialong menyebut, kejadian ini memperkuat spekulasi bahwa Xi Jinping tengah “dikarantina” atau bahkan “diamankan” oleh faksi internal PKT. Xi tidak menyambut Lukashenko di forum resmi, tanpa bendera nasional, tanpa karpet merah, dan tanpa didampingi politbiro. Bahkan, penerjemah Tiongkok terlihat lebih dominan dalam komunikasi, sementara Xi sendiri tampak pasif.

Sebagai perbandingan, sehari sebelumnya Lukashenko bertemu pejabat PKT lain di tempat resmi, lengkap dengan protokol kenegaraan. Ini memperkuat dugaan bahwa ada kekuatan lain yang kini lebih berkuasa dan sedang mempersiapkan transisi ke kepemimpinan baru.

Putin, Trump, dan “Pengecekan Langsung” terhadap Xi Jinping

Wu Jialong juga menyoroti bagaimana perubahan elite PKT kini diawasi ketat oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump. Di masa lalu, Amerika mengirim senator ke Taipei untuk “mengecek kesehatan” Chiang Ching-kuo secara diam-diam, dengan berjabat tangan dan merekam ekspresi wajah. Kini, Putin mengutus Lukashenko untuk “mengecek kondisi” Xi Jinping—dengan tujuan mengamati langsung respons elite Beijing.

Strategi Tekanan Trump dan Respons Militer Tiongkok

Trump, menurut berbagai analis, secara aktif menekan elite militer PKT. Sanksi visa terhadap keluarga pejabat, terutama pelarangan atau pembatasan visa pelajar—termasuk kepada putri Xi Jinping, Xi Mingze, yang kuliah di Harvard—disebut sebagai pesan langsung kepada lingkaran dalam kekuasaan. Pesan itu jelas: jika Anda tetap mendukung Xi, Anda bisa ikut tumbang; jika memilih menjauh, ada pintu kompromi dengan Barat.

Situasi ini membuat kubu militer Tiongkok, yang selama ini menjadi pilar kekuasaan PKT, kini dalam posisi sulit. Mereka tak ingin menjadi korban konflik besar antara AS-Tiongkok, dan mulai mempertimbangkan jalan selamat jika terjadi perubahan rezim. Sejumlah bocoran intelijen menunjukkan, dukungan militer kepada Xi mulai goyah—dan masa depan kepemimpinan Tiongkok sangat ditentukan oleh sikap tentara.

Ke Mana Arah Suksesi Tiongkok?

Dalam kondisi serba tak pasti, pengamat sepakat bahwa jatuh-bangun elite di Beijing tak hanya akan mengguncang negeri Tirai Bambu, tapi juga bisa memicu perubahan besar di kancah global. Dunia kini menanti: akankah Xi Jinping benar-benar turun? Jika ya, siapa penggantinya, dan bagaimana nasib hubungan Tiongkok dengan Amerika Serikat, Rusia, serta negara-negara besar lain?

Semua pihak kini menahan napas, menanti langkah selanjutnya dari Washington, Moskow, dan tentu saja—militer serta faksi-faksi dalam Partai Komunis Tiongkok sendiri.