Unjuk rasa untuk memprotes kebijakan nol kasus COVID-19 versi Partai Komunis Tiongkok, juga turut digelar di Osaka, Jepang pada 3 Desember. Orang-orang Tionghoa di Jepang tak hanya mengungkapkan ketidakpuasan dengan kebijakan pencegahan dan pengendalian epidemi, tetapi juga meneriakkan slogan-slogan seperti kebebasan dan demokrasi.
Reporter Toshiko Shimizu melaporkan bahwa “Revolusi Kertas Putih” juga berlangsung selama beberapa hari di Tokyo dan menyebar ke Osaka. Di sebuah taman dekat Konsulat Jenderal Tiongkok di Osaka, banyak orang-orang Tionghoa di Jepang berkumpul untuk memprotes keras rezim Xi Jinping dan kebijakan penutupan kota.
“Hancurkan komunis! Kembalikan negeri kami!”
Teriakan lainnya berbunyi : “Hentikan kebijakan nol kasus dan pencegahan epidemi! Akhiri kediktatoran!”
Pada 3 Desember sore, sekitar 200 orang Tionghoa berpartisipasi dalam unjuk rasa di “Taman Utsu” di wilayah barat Osaka. Sebagian besar peserta adalah anak muda Tionghoa yang belajar di luar negeri. Mereka mengenakan kacamata hitam dan masker, mereka menyembunyikan identitas mereka dan meneriakkan slogan-slogan seperti “ingin kebebasan”.
Peserta menyampaikan orasi : “Kebebasan dan demokrasi tidak jatuh begitu saja dari langit. Tidak ada negara tempat Anda duduk di rumah dan menunggu kebebasan dan demokrasi. Anda harus keluar dan berjuang. Anda harus keluar dan berteriak dan berbicara di jalan. Hanya semakin banyak orang berpartisipasi, kita dapat benar-benar mewujudkan demokrasi dan kebebasan, dan benar-benar membangun Tiongkok baru yang bebas.”
Peserta juga menyampaikan pesannya : “Ini telah mencapai tingkat yang tidak masuk akal dan tidak dapat diterima. Selama Partai Komunis tidak mundur, selama Xi Jinping tidak mundur, selama kediktatoran ini berlanjut, semua orang akan berada di bus ini di Guizhou, dan semua orang bisa dibunuh atau dimusnahkan.”
Orang-orang secara tragis menyanyikan lagu terkenal “Bisakah Anda mendengar suara rakyat ?”
Ada seruan keras berbunyi : “Xi Jinping mundur” secara langsung di tempat tersebut.
Peserta aksi berkata : “Kerugian yang dilakukan pemerintahan Komunis Tiongkok terhadap rakyat Tiongkok terlalu banyak untuk disebutkan. Biarkan Xi Jinping dan Partai Komunis Tiongkok mundur.”
Peserta juga berkata : “rakyat merasa berbahaya di negaranya sendiri dan perlu melarikan diri. Ini bisa dikatakan sebagai hal yang paling menyedihkan dalam hidup. Rumah telah menjadi penjara besar, di mana Anda tidak memiliki hak asasi manusia, dan Hidup sangat menyedihkan dan menakutkan, dan kamu tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.” (hui)
Warga etnis Tionghoa New York menyambut Gerakan Kertas Putih yang sedang terjadi di daratan Tiongkok dengan mengadakan berbagai acara. Pada 3 Desember, mereka mengadakan rapat umum dan parade di Flushing, meneriakkan slogan -slogan seperti “Partai Komunis Tiongkok turun”, “Ganyang Partai Komunis”, dan “Basmi Partai Komunis”.
Reporter New Tang Dynasty Li Linzhao melaporkan : “Meskipun ramalan cuaca menyebutkan bahwa hujan mungkin turun selama rapat umum dan dan parade. Tetapi kita masih melihat warga yang antusias datang ke lokasi yang ditentukan dengan memakai jas hujan dan membawa payung. Suasananya sangat hangat”.
Acara ini diprakarsai oleh New York Christian Alliance for Righteousness, yang mengadakan rapat umum di Kissena Corridor Park di Flushing. Di sana belasan tamu naik ke atas panggung untuk berbicara. Mereka mendukung Gerakan Kertas Putih dan mendukung warga sipil di daratan Tiongkok yang sedang memperjuangkan kebebasan dan demokrasi.
Kritikus Politik Chen Pokong mengatakan : “Negara ini bukan milik Xi Jinping, bukan milik keluarga Xi, bukan milik Partai Komunis Tiongkok. Negara ini adalah milik rakyat Tiongkok, milik bangsa Tionghoa. Semua orang di Tiongkok adalah pemilik negara ini, jadi mereka menuntut hak mereka, menggunakan hak-hak mereka dan menjadi penguasa negara”.
Relawan Partai Progresif Demokrat Tiongkok yang juga mantan hakim Tiongkok, Zhong Jinhua mengatakan : “Kami tetap akan berpartisipasi dalam kegiatan ini meskipun jika turun hujan, kami datang untuk mendukung para rekan dan teman-teman tertindas yang berada di Tiongkok”.
Chen Pokong menuturkan, “Kertas putih yang tidak bertulisan, yang tampaknya tidak menyampaikan sesuatu, tetapi segalanya ada di dalamnya. Mereka tidak mengatakan apa pun, karena pada kenyataannya, begitu banyaknya fenomena kekacauan yang ditimbulkan oleh Partai Komunis Tiongkok yang tidak mungkin dapat terangkum dalam sehelai kertas putih. Oleh karena itu, Revolusi Kertas Putih adalah halaman baru bagi Tiongkok baru menuju kebebasan rakyat Tiongkok”.
Bagi warga asal Tiongkok yang belum lama bermigrasi ke luar negeri, mereka tentu memiliki pemahaman yang mendalam tentang depresi rakyat Tiongkok saat ini.
Li Hengzhen, seorang sarjana asal daratan Tiongkok mengatakan : “Sewaktu saya masih berada di daratan Tiongkok, misalnya, ketika saya melihat orang-orang yang sedang berbaris menunggu giliran tes asam nukleat. Saya langsung merasakan bahwa masyarakat ini sudah tidak bermasa depan. Karena semua orang itu sudah menjadi budak yang setia, saya tidak melihat seorang pun yang berani menentang, juga tidak ada yang merasa tidak puas, bahkan mungkin tak satu pun dari mereka itu yang memiliki perasaan curiga”.
Ray Chen, seorang peserta rapat umum di Flushing mengatakan : “itu adalah sikap berani marah tapi takut bersuara. Mungkin saja mereka memiliki pendapat sendiri di dalam hati, tetapi tidak berani mengungkapkan”. “Melalui Gerakan Kertas Putih ini, mereka jadi termotivasi”.
Banyak orang senang melihat bahwa semakin banyak warga sipil Tiongkok yang sudah sadar dan berani bangkit untuk memperjuangkan masa depan mereka.
Li Hengzhen mengatakan, “Di luar dugaan dirinya yang belum lama ini hengkang dari daratan Tiongkok, ia jadi sangat bersemangat ketika mendengar bahwa Revolusi Kertas Putih meletus di daratan Tiongkok. Tampaknya rakyat Tiongkok telah digiring ke jalan buntu sehingga mereka terpaksa harus berontak”
Peserta rapat umum mengatakan bahwa mendukung Revolusi Kertas Putih adalah suatu kewajiban.
Li Hengzhen mengatakan : “Ini adalah sebuah tanggung jawab terhadap rekan senegara kita. Saya dilahirkan dan dibesarkan di sana, itu adalah tanah air saya, saya mencintainya. Tapi saya benci diktator, saya benci terhadap kediktatoran PKT”.
Para peserta parade meneriakkan slogan : “Ganyang Partai Komunis Tiongkok !”
Parade berangkat dari lokasi kumpul lalu bergerak menuju Northern Avenue, di sepanjang jalan spanduk yang dibawa peserta dan teriakan-teriakan slogan telah menarik banyak orang yang sedang lalu lalang untuk berhenti dan menyaksikan. (sin)
Kota Guangzhou, Tiongkok baru saja mengumumkan pembukaan blokir lima hari lalu, tetapi situasi epidemi masih parah. Klinik UGD di banyak rumah sakit telah ditutup karena lonjakan hasil positif COVID-19, membuat warga tidak dapat mencari perawatan medis. Rumah sakit yang telah dibuka kembali memerlukan hasil tes COVID-19 sebelumnya, mereka yang positif dibawa pergi untuk isolasi dan disetujui sebagai yang mengancam jiwa.
Baru-baru ini, seorang warga Guangzhou mengunggah pesan di medsos untuk meminta bantuan. Anaknya menderita demam 40 derajat dan pergi ke delapan rumah sakit. Klinik demam ditutup. Rumah sakit mengatakan bahwa ada kasus positif COVID-19 di klinik demam dan harus disteril. Ada lansia lainnya mengunjungi empat rumah sakit dan menelepon banyak rumah sakit, hasilnya hanya untuk mengetahui bahwa semua klinik UGD telah ditutup.
Klinik UGD Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Sun Yat-sen juga ditutup untuk sementara waktu. Kemudian dibuka pada 5 Desember, tetapi diperlukan hasil tes COVID-19.
Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Sun Yat-Sen mengumumkan : “Anda dapat menemui dokter, tetapi Anda harus menunggu hasil tes COVID-19 keluar. Dibutuhkan dua hingga empat jam. Ketika Anda datang ke sini, Anda harus datang ke sini untuk tes screening PCR. Jika (Positif) kami harus lapor, jadi tetap di sini dan tunggu. Tunggu pemberitahuan, tunggu pengiriman, sekarang tetap ikuti prosedur.”
Penduduk di Guangzhou mengatakan bahwa kebijakan anti-epidemi pemerintah sedang kacau. Guangzhou telah mengumumkan bahwa akan membuka segel, tetapi rumah sakit masih akan menjalani hal yang sebaliknya. Setelah tes positif, mereka akan dikarantina, perawatan akan ditunda, dan nyawa manusia diabaikan.
Mr Guo, warga Guangzhou berkata : “Ada juga orang yang menjalani tes PCR. Di beberapa tempat, Anda bisa masuk dengan kartu kesehatan dengan kode hijau. Tidak harus tes PCR yang berlaku selama 24 jam. Di musim dingin, pilek dan demam adalah biasa. Ada banyak yang dites di rumah sakit menjadi positif. Tes positif asam nukleat belum tentu akurat. Positif tidak berarti demam, tidak ada gejala, bagaimana Anda percaya hal tersebut?”
Beberapa warga Guangzhou juga mengungkapkan bahwa Guangzhou belum sepenuhnya mencabut penguncian, dan beberapa komunitas masih perlu melakukan tes PCR.
Mr. Guan, seorang warga Guangzhou juga berkata : “Belum sepenuhnya dibuka. Hasil tes PCR tidak wajib. Untuk industri khusus, tidak banyak tempat tes PCR.”
Beijing, Wuhan, Guangzhou, Shijiazhuang dan tempat lain telah mulai membongkar stasiun tes COVID-19, tetapi masih banyak tempat yang memerlukan sertifikat hasil tes COVID-19. (hui)
Pada konferensi pers Senin (5 Desember) juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan bahwa pemerintah AS sedang bekerja sama dengan Kongres untuk mempelajari cara memperkuat pencegahan terhadap Partai Komunis Tiongkok, menghindari terjadinya perubahan status quo Taiwan secara sepihak.
Situasi di Selat Taiwan selalu menjadi fokus perhatian Amerika Serikat. Amerika Serikat berjanji untuk memberikan senjata, memperkuat kemampuan pertahanan diri Taiwan. Dalam konferensi pers pada 28 November, John Kirby, koordinator komunikasi strategis Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan : “Kami akan secara serius mempertanggungjawabkan bantuan yang kita berikan kepada Taiwan untuk meningkatkan kemampuannya dalam mempertahankan diri. Hal ini sesuai dengan konstitusi maupun strategi kami, dan keputusan ini tidak akan berubah”.
Presiden AS Biden telah membicarakan isu Taiwan dengan Xi Jinping saat menghadiri KTT G20 di Bali pada 14 November. Biden memperingatkan Xi Jinping bahwa Amerika Serikat menentang adanya perubahan status quo Taiwan secara sepihak. Amerika Serikat juga menentang adanya tindakan militer Tiongkok yang terus meningkatkan intimidasi terhadap Taiwan. Karena tindakan tersebut dapat merusak perdamaian dan stabilitas selain Selat Taiwan juga kawasan yang lebih luas, dan dapat membahayakan kemakmuran global.
Pidato Menhan AS Lloyd Austin di Reagen National Defence Forum pada 3 Desember berfokus pada pentingnya untuk meningkatkan kemampuan pencegahan AS terhadap PKT.
Austin mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak akan mengizinkan PKT untuk mengubah status quo dan membentuk kembali tatanan internasional di wilayah Indo – Pasifik. Ia mengatakan, Amerika Serikat memiliki pencegah efektivitas tempur. Kami akan mempertahankan dan memperkuat keuntungan tempur kami, sehingga Partai Komunis Tiongkok tidak akan pernah menarik kesimpulan, yaitu, invasi sejalan dengan kepentingan terbaiknya.
Menurut dia, AS sedang melakukan penyesuaian terhadap anggaran belanja pertahanan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menghadapi tantangan Tiongkok. Selain itu, sedang mengembangkan investasi terbesar dalam sejarah Kementerian Pertahanan Nasional untuk lebih meningkatkan kemampuan khususnya dalam menanggapi keadaan darurat di Indo -Pasifik”.
Ia optimis, Kementerian Pertahanan Nasional pada akhirnya berhasil melakukan transformasi dalam hal perhatian dan sumber daya ke Asia yang cukup mendasar dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Selain militer AS yang memprioritaskan memperkuat kemampuan pencegahan terhadap PKT, Kongres AS juga sedang mengupayakan dukungan yang lebih besar kepada Taiwan. Undang -Undang Kebijakan Taiwan yang sampai sekarang masih dalam tahap peninjauan oleh Kongres, berencana untuk memberikan bantuan militer sebesar USD. 6,5 miliar kepada Taiwan dalam 5 tahun ke depan. (sin)
ETIndonesia- Kinerja industri makanan dan minuman tetap moncer meski perekonomian dunia sempat terpuruk dihantam pandemi dan di tengah ketidakpastian global. Industri makanan dan minuman mampu tumbuh 3,57% (yoy) dan mencatatkan diri sebagai subsektor dengan kontribusi terbesar terhadap PDB industri pengolahan nonmigas pada triwulan-III tahun 2022, yaitu sebesar 38,69%. Hal tersebut mampu tercapai berkat kolaborasi yang baik antara pemerintah dan para pelaku industri makanan dan minuman.
“Kinerja industri makanan dan minuman yang baik tidak lepas dari peran serta para pelaku industri di subsektor ini yang telah bekerja keras menjaga pertumbuhan industrinya, sehingga dapat tumbuh yang positif meski pada saat pandemi,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin (5/12/2022) dalam keterangan tertulisnya.
Agus menyampaikan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk terus mendorong daya saing industri makanan dan minuman di tanah air, di antaranya dengan memacu penerapan industri 4.0 pada subsektor manufaktur tersebut. Fasilitasi yang disediakan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam rangka percepatan implementasi industri 4.0 di industri makanan dan minuman antara lain melalui pelaksanaan bimbingan teknis transformasi industri 4.0 bagi manager dan engineer, verifikasi Indonesia Industri 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) dan pendampingan dalam penerapan industri 4.0 dengan target 800 perusahaan pada tahun 2022 dan 2023.
Tak hanya itu, Kemenperin juga telah meluncurkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang merupakan indikator derajat keyakinan atau tingkat optimisme industri manufaktur terhadap kondisi perekonomian dan juga merupakan gambaran kondisi industri pengolahan serta prospek kondisi bisnis di Indonesia.
IKI juga bertujuan digunakan untuk diagnosa permasalahan sektor industri serta penyelesaiannya secara cepat dan tepat. Pada November 2022, nilai IKI berada di posisi 50,89, menandakan sektor industri masih berada di jalur ekspansi.
“IKI bisa menjadi instrumen kami untuk merumuskan kebijakan yang tepat karena sangat penting, kami memohon kerja sama dari para pelaku industri untuk mengisi kuisioner IKI secara jujur dan faktual yang pengisiannya dilakukan melalui Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas). IKI merupakan suara industri, jadi harus dilihat sebagai instrumen untuk menyuarakan keinginan dari para pelaku industri,” ujar Menperin.
Dalam upaya untuk terus mendorong daya saing industri makanan dan minuman, Kemenperin juga terus memastikan ketersediaan bahan baku industri untuk mendukung roda produksi. Terkait dengan jaminan ketersediaan bahan baku ini, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perindustrian yang memastikan industri bisa memperoleh bahan baku melalui neraca komoditas.
“Tentu kami di Kemenperin akan terus berusaha menjamin bahwa rekan-rekan industri memiliki kecukupan bahan baku, dan komitmen dari Kemenperin, kami ingin terus memfasilitasi sehingga tidak ada subsektor manufaktur yang left behind,” tegas Menperin.
Dalam CEO Forum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) di Jakarta, Jumat (2/12), Menperin memberikan apresiasi atas pencapaian dan usaha yang dilakukan pelaku industri makanan dan minuman serta asosiasi tersebut. Ia pun berharap agar pencapaian itu dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan untuk ke depannya seperti sebelum Covid-19 yang pernah mencatatkan pertumbuhan di angka 7% hingga 9%.
Menurutnya, GAPMMI yang merupakan wadah pengusaha di bidang industri makanan dan minuman mempunyai peran yang sangat strategis sebagai mitra pemerintah untuk menumbuhkembangkan industri makanan dan minuman di tanah air.
Ketua Umum GAPMMI Adhi S Lukman mengapresiasi upaya yang telah dilakukan Kemenperin untuk terus mendorong industri nasional agar terus tumbuh di tengah ketidakpastian global, mulai dari dukungan implementasi industri 4.0, membuat instrumen untuk mengetahui kondisi riil industri dalam negeri, hingga dukungan ketersediaan bahan baku.
“Kami sangat berharap dukungan pemerintah untuk bisa mendorong industri makanan terus tumbuh, kami perlu dukungan ketersediaan bahan baku sehingga bisa menjadi pendorong kepastian berusaha di Indonesia, kami yakin Kemenperin adalah stakeholder kami yang selalu mendukung industri makanan dan minuman untuk terus tumbuh dan berkembang,” sebutnya. (asr)
ETIndonesia- Gempa bumi dengan magnitudo (M)6,2 terjadi di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur, Selasa (6/12). Fenomena ini terjadi sekitar pukul 13:07 WIB dengan pusat gempa berada pada 284 km barat daya Kabupaten Jember. Gempa juga terasa di Yogyakarta, Bali dan NTB.
Gempa dengan kedalaman 10 km itu, dirasakan hingga ke tiga wilayah kabupaten yakni Jember, Pacitan dan Trenggalek. Sebagian besar warga merasakan getaran selama lima detik.
Berdasarkan pemodelannya, BMKG merilis gempa berpusat di laut dan tidak memicu terjadinya tsunami.
Adapun catatan gempa susulan yakni M4.3 pukul 13.25 WIB, M4.1 pukul 13.36 WIB, dan M4.3 pukul 13.49 WIB.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, merilis bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember melaporkan pihaknya segera menerjunkan tim reaksi cepat ke wilayah yang merasakan guncangan. Tim BPBD menelusuri wilayah lokasi guncangan untuk pengecekan potensi dampak kerusakan.
Hingga berita ini diturunkan, BPBD Kab. Jember, Trenggalek dan Pacitan belum menerima adanya laporan kerusakan bangunana maupun korban jiwa atau luka.
“BNPB telah berkoordinasi dengan BPBD setempat dan memonitor situasi pascagempa melalui Pusdalops BNPB. Masyarakat diimbau untuk waspada dan siap siaga terhadap potensi gempa susulan. Pastikan sumber informasi terkait gempa diperoleh dari sumber yang dapat dipertanggung jawabkan,” jelasnya. (asr)
ETIndonesia- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan pencabutan izin usaha PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha (Wanaartha Life/PT WAL). Pencabutan ini dilakukan karena PT WAL tidak dapat memenuhi rasio solvabilitas (risk based capital) yang ditetapkan oleh OJK sesuai ketentuan yang berlaku.
Hal ini disebabkan PT WAL tidak mampu menutup selisih kewajiban dengan aset, baik melalui setoran modal oleh pemegang saham pengendali atau mengundang investor.
Dikutip dari siaran pers OJK, Senin (5/12/2022) tingginya selisih antara kewajiban dengan aset merupakan akumulasi kerugian akibat penjualan produk sejenis saving plan. PT WAL menjual produk dengan imbal hasil pasti yang tidak diimbangi kemampuan perusahaan mendapatkan hasil dari pengelolaan investasinya.
OJK menyatakan kondisi ini direkayasa oleh PT WAL sehingga laporan keuangan yang disampaikan kepada OJK maupun laporan keuangan publikasi tidak sesuai kondisi sebenarnya.
Terhadap kondisi tersebut di atas, OJK telah melakukan tindakan pengawasan (supervisory actions) berupa:
Memerintahkan penghentian pemasaran produk sejenis saving plan PT WAL pada Oktober 2018;
Memberikan sanksi peringatan pertama sampai ketiga karena PT WAL tidak memenuhi batas minimum risk-based capital (RBC), Rasio Kecukupan Investasi (RKI) dan ekuitas minimum (sejak 4 Agustus 2020 sampai 26 Juni 2021);
Mengenakan sanksi pembatasan kegiatan usaha (PKU) pertama (untuk sebagian kegiatan usaha) pada 27 Oktober 2021 dan meningkat pada pengenaan sanksi PKU kedua untuk semua kegiatan usaha pada 30 Agustus 2022;
Melakukan pencabutan izin usaha (CIU) PT WAL per tanggal 5 Desember 2022, karena sampai batas waktu PKU kedua yang jatuh pada 30 November 2022 (paling lama tiga bulan), PT WAL tidak juga memenuhi kewajibannya; dan
Melakukan pemeriksaan atas indikasi tindak pidana yang dilakukan oleh pengurus, pemegang saham pengendali, dan pegawai PT WAL.
Penyidik OJK telah melaksanakan penyelidikan terhadap dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh pengurus, pemegang saham pengendali, dan pegawai PT WAL, serta berkoordinasi dengan penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri yang selanjutnya telah menetapkan tujuh orang tersangka.
Tindakan pengawasan yang dilakukan oleh OJK tersebut di atas, termasuk pencabutan izin usaha PT WAL dilakukan dalam rangka melindungi kepentingan pemegang polis dan masyarakat.
Selanjutnya OJK akan melakukan tindakan:
Memerintahkan pemegang saham menyelenggarakan rapat umum pemegang saham dengan agenda pembubaran badan hukum dan pembentukan tim likuidasi, paling lambat 30 hari sejak pencabutan izin usaha PT WAL;
Melakukan tindakan lain berupa penilaian kembali pihak utama PT WAL, tindakan administratif terhadap akuntan publik, kantor akuntan publik, dan aktuaris, serta penanganan tindak pidana pencucian uang; dan
Melakukan upaya penelusuran atas aset pemegang saham pengendali PT WAL beserta harta pribadinya, termasuk melakukan gugatan perdata untuk kepentingan konsumen. Hal tersebut dilakukan, sebagai upaya maksimal untuk melindungi kepentingan pemegang polis dengan tetap menjunjung proses hukum dan ketentuan yang berlaku.
“Sejak dicabutnya izin usaha, PT WAL wajib menghentikan kegiatan usahanya. Namun demikian, Pemegang Polis dapat menghubungi PT WAL dalam rangka pelayanan Konsumen sampai dengan dibentuknya Tim Likuidasi. Tim likuidasi selanjutnya akan melakukan verifikasi polis yang menjadi dasar perhitungan penyelesaian hak pemegang polis,” demikian siaran pers OJK. (asr)
Gerakan Kertas Putih sebagai protes terhadap kebijakan Nol Kasus ekstrem yang diterapkan pemerintah, terus ditekan oleh aparat berwenang. Kabarnya banyak mahasiswa yang ditangkap, bahkan anggota keluarga dalam negeri dari pendukung gerakan yang berada di luar negeri juga ikut kehilangan kontak. Sampai saat ini belum jelas berapa banyak peserta unjuk rasa yang ditangkap pihak berwenang. Netizen menghimbau masyarakat untuk menaruh perhatian.
Sejumlah mahasiswa peserta “hilang”, anggota keluarga dalam negeri diintimidasi
Pada 24 November sebuah kebakaran terjadi di Kota Urumqi, Xinjiang menyebabkan korban tewas tidak dapat menyelamatkan diri akibat terblokir oleh pencegahan epidemi yang ketat. Setelah itu, Gerakan Kertas Putih meletus sebagai pelampiasan ketidakpuasan masyarakat yang dimotori oleh mahasiswa terhadap pencegahan epidemi yang berlebihan serta pengendalian sosial di banyak tempat di Tiongkok.
Berawal dari unjuk rasa di Institut Komunikasi Nanjing, kemudian unjuk rasa, orasi, menyanyikan lagu kebangsaan, memasang slogan dan mengangkat lembaran kertas putih sebagai protes langsung diikuti oleh sejumlah besar mahasiswa dari puluhan universitas di seluruh negeri, seperti Universitas Peking, Universitas Tsinghua, Api protes dalam waktu singkat berkobar di Shanghai, Beijing, Guangzhou, Chengdu, Wuhan dan kota-kota besar Tiongkok lainnya.
Pada 26 November malam, mahasiswa Institut Komunikasi Nanjing mengadakan acara berkabung atas korban kebakaran di Urumqi, Xinjiang. Salah satu mahasiswi berdiri sambil memegang selembar kertas putih. Kemudian, kertas putih itu diambil dari tangannya oleh seseorang, tetapi dia terus bersikap layaknya memegang kertas putih, melakukan protes diam, menyebabkan lebih banyak mahasiswa yang berkumpul.
Pada 2 Desember, banyak netizen di Twitter menaruh perhatian terhadap gadis mengangkat kertas putih yang bernama Li Kangmeng. Kabarnya gadis tersebut telah dibawa pergi oleh polisi pada 30 November.
Seorang netizen menunjukkan bahwa Li Kangmeng, gadis yang protes dengan mengangkat kertas putih dalam kampus Institut Komunikasi Nanjing telah dibawa pergi oleh polisi pada 30 November. (foto internet)
Pada 3 Desember, beberapa netizen memposting di Twitter : Berita terpercaya, mohon bantuan segera. Caiyang Lamu, seorang gadis berusia 23 tahun dari Lhasa, Tibet, yang studi di Institut Komunikasi Nanjing telah hilang selama beberapa hari dan tidak terdengar kabar beritanya. Dia mungkin telah ditangkap pihak berwenang. Otoritas Tiongkok diduga telah menangkap lebih dari 60 orang mahasiswa menyusul gerakan protes 26 November di kampus Institut Komunikasi Nanjing.
Selain itu, rekaman video tentang seorang gadis Chengdu yang melakukan orasi juga beredar di Internet, isinya mengejutkan dan menarik banyak perhatian orang. Beberapa netizen mengatakan bahwa sejumlah besar mahasiswa telah ditangkap, tetapi saat ini belum dapat dikonfirmasi jumlahnya.
Pada 26 November malam, warga sipil Shanghai secara spontan berkumpul di Jalan Urumqi Tengah untuk memprotes kebijakan penguncian ketat selama tiga tahun dan menuntut pembebasannya. Massa yang berkumpul sampai meneriakkan motto : Partai Komunis Tiongkok mundur ! Xi Jinping turun ! Kami butuh kebebasan bukan diktator ! dsb. Netizen mengklaim bahwa malam itu juga polisi menangkap sejumlah orang yang diangkut dengan 2 kendaraan.
Kabar yang beredar saat ini menyebutkan bahwa termasuk mahasiswa bernama Qin Chao, penduduk asli Lu’an, Anhui yang telah dibawa pergi oleh polisi dari Jalan Urumqi Tengah, Shanghai pada 27 November malam, sampai saat ini yang bersangkutan masih belum dapat dihubungi dan belum diketahui keadaannya.
Situs web “Minsheng Watch” mengungkapkan pada 1 Desember bahwa gadis Shanghai bernama Chen Jialin yang menghadiri kegiatan berkabung di Jalan Urumqi Tengah, Shanghai, saat mau kembali ke rumahnya dan sedang menerima wawancara reporter media di dekat kereta bawah tanah Jiuting, dia ditangkap oleh seorang polisi bermarga Qian. Pada 29 November pukul 22:00, Chen Jialin ditahan di Pusat Penahanan No. 2 Shanghai (Jalan Mogao No. 9). Kabarnya Chen Jialin menderita gangguan depresi.
Informasi yang dikumpulkan oleh situs web ini juga menunjukkan bahwa pada 29 November malam, seorang siswa di Universitas Pertanian dan Kehutanan Fujian yang memegang kertas putih juga dibawa pergi oleh pimpinan perguruan tinggi dan petugas keamanan yang datang. Kondisi yang bersangkutan juga belum diketahui.
Pada 27 November malam, protes warga sipil berskala besar terjadi di Jalan Hanzheng, Kota Wuhan, tetapi ditumpas oleh polisi. Warga Wuhan bernama Jing Xueqin ditangkap oleh polisi. Pacarnya mengatakan kepada Epoch Times pada 29 November bahwa pihak berwenang terus menyembunyikan lokasi di mana Jing Xueqin ditahan.
Anggota keluarga yang berada di dalam negeri dari siswa di luar negeri yang ikut mendukung Gerakan Kertas Putih juga diintimidasi pihak berwenang.
Pada 3 Desember, Wang Zhaoqing, seorang pemuda asal Tiongkok yang tinggal di Eropa menulis di Twitter : Pada 2 Desember, dirinya mengeluarkan pemberitahuan untuk mengadakan demo di Belanda. Beberapa jam kemudian, ia menerima informasi bahwa ibunya di Jiangsu telah ditangkap dan dimasukkan ke kamp konsentrasi. Karena WeChat diblokir otoritas, kontak tidak berhasil dilakukan. Sehingga dirinya sangat cemas terhadap kondisi ibunya saat ini.
PKT menggunakan teknologi tinggi untuk memantau dan melacak pengunjuk rasa
Setelah pecahnya Revolusi atau Gerakan Kertas Putih, PKT dengan cepat memanfaatkan seluruh mesin pemeliharaan stabilitas untuk menekan gerakan tersebut.
Pada 28 November, Komite Politik dan Hukum Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok mengeluarkan perintah untuk menindak kegiatan infiltrasi dan sabotase yang dilakukan oleh kekuatan musuh, dan menjaga stabilitas sosial secara keseluruhan. Setelah itu, otoritas Chongqing dan provinsi lain mulai mengatur langkah penindasan.
Polisi di banyak tempat menangkap orang tanpa pandang bulu, memperkuat sensor internet, memeriksa ponsel warga yang lewat di kereta bawah tanah atau di jalanan untuk melihat apakah terdapat informasi terkait protes, dan apakah mereka telah mengunduh VPN atau perangkat lunak sosial luar negeri yang dilarang. Polisi bahkan melakukan “kunjungan rumah” peserta unjuk rasa.
Deutsche Welle yang mengutip laporan pengacara Tiongkok memberitakan bahwa setelah banyak pengunjuk rasa di Guangzhou diinterogasi oleh polisi dan menyerahkan identitas diri mereka, akun aplikasi Telegram mereka yang digunakan untuk komunikasi menjadi terenkripsi. Para pengunjuk rasa yang meninggalkan lokasi protes dan tidak terlibat konflik langsung dengan polisi menerima pemberitahuan dari pihak kepolisian pada keesokan harinya.
New York Times melaporkan bahwa polisi menggunakan perangkat pengenalan wajah, informasi ponsel dan laporan informan untuk mengetahui identitas dan alamat tempat tinggal orang-orang yang berpartisipasi dalam protes atau hanya pergi ke lokasi protes, dan memperingatkan mereka untuk tidak lagi berpartisipasi dalam aksi tersebut. Polisi juga menggunakan kotak pelacak sinyal ponsel yang dapat mensimulasikan menara ponsel, terhubung ke ponsel terdekat dan mendapatkan informasi ponsel.
Tindakan pencegahan epidemi PKT telah menjadikan Barcode Perjalanan sebagai izin yang wajib dimiliki oleh setiap orang warga untuk keluar masuk sejumlah besar tempat umum dan menggunakan transportasi. Sulit untuk bergerak tanpa ponsel. Kepolisian juga menggunakannya sebagai sarana untuk memantau pengunjuk rasa.
Pemberitahuan yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi di banyak tempat di Tiongkok menunjukkan bahwa perguruan tinggi akan mempercepat liburan musim dingin dari jadwal sebelumnya untuk mencegah siswa berkumpul dan melakukan demo.
Beijing menjadikan Tsinghua sebagai pusat pemantauan demi mencegah terulangnya unjuk rasa
Setelah pecahnya Gerakan Kertas Putih otoritas Beijing berada dalam siaga tinggi untuk mencegah gerakan kembali terjadi.
Media Central News Agency melaporkan bahwa sejumlah besar petugas polisi dan kendaraan polisi telah dikerahkan untuk berjaga-jaga di sejumlah jalan termasuk Jembatan Liangma, Jembatan Sitong, Lapangan Tiananmen, Qianmen, Nanluoguxiang, 798, Taman Chaoyang, Taman Olahraga Olimpiade, Wangfujing, Komersial Xidan dan sekitarnya. Petugas polisi yang berpatroli juga secara acak memeriksa dokumen warga yang sedang lewat.
CNA mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut melaporkan bahwa hampir semua universitas dan perguruan tinggi di Beijing telah mengizinkan semua siswa luar kota untuk pulang kampung halaman mereka lebih cepat dari jadwal, dan siswa yang tinggal di Beijing juga telah berulang kali diperingati oleh pihak universitas agar mereka tidak berpartisipasi dalam kegiatan demo. Diantaranya, Universitas Tsinghua diawasi secara ketat oleh Departemen Keamanan Tiongkok.
Ada warga lain yang mengungkapkan, untuk tokoh masyarakat yang ikut berorasi di Jembatan Liangma sementara tidak dilakukan penangkapan, namun identitas mereka mungkin sudah berada dalam tangan kepolisian, sehingga mereka perlu berhati-hati terhadap keamanan dirinya. (sin)
Pembangunan Rumah Sakit Darurat Fangcang dalam skala besar di banyak tempat di Tiongkok serta rantai keuntungan besar di belakangnya, secara bertahap terungkap.
Seorang Staf konstruksi Rumah Sakit Darurat Fangcangdi Beijing berkata : “Mari kita lihat Bandara Nanyuan Beijing. Sekarang pesawatnya diparkir dan telah diubah menjadi rumah sakit penampungan. Sekarang sedang dibangun.”
Karena Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok meminta semua daerah untuk “mempromosikan secara gencar pembangunan Rumah Sakit Darurat Fangcang ” untuk mendapatkan alokasi yang besar, dari pemerintah pusat ke daerah, mereka segera membangun tempat Rumah Sakit Fangcang yang besar.
Deyang, Sichuan memilih untuk membangun Rumah Sakit Darurat Fangcang di jalanan dan di Wuhan dan Chengdu akan segera selesai dan dioperasikan. Pemerintah provinsi Shandong berencana menginvestasikan 23 miliar yuan untuk membangun rumah sakit darurat di 15 kota setingkat prefektur, 119 rumah sakit darurat dan titik isolasi akan dibangun dengan menambahkan lebih dari 200.000 tempat tidur baru.
Dalam audio suara seorang siswi perempuan dari Gansu berkata : “Siswa kami datang ke tempat ini dan tidak menerima berita apa pun. Kami bahkan tidak melihat hasil tes COVID-19 kami sendiri. Berdasarkan apa kalian membawa kami ke sini?! Ada lebih dari 40 siswa di kelas, dan 30 di antaranya dibawa. Mereka yang hasil testnya negatif COVID-19 dalam 24 jam, semuanya akan dibawa. Berdasarkan apa? Kenapa kalian membawa kami kesini untuk mengisi kabin?”
Audio mahasiswi berusia 18 tahun dari Gansu yang menanyai staf tempat rumah sakit darurat menjadi viral di internet.
Pada 1 Desember, Komite Manajemen Taman Gansu Zhongchuan mengklaim orang yang terlibat adalah seorang gadis dari Gansu Finance and Trade College, yang dites positif COVID-19 dan semua operasional sekolah sesuai prosedur. Aparat mengklaim bahwa rekaman tersebut “menyebabkan pengaruh buruk” dan “yang bersangkutan telah meminta maaf”. Pengumuman tersebut dikritik oleh netizen Tiongkok di kolom komentar Weibo, medsos di Tiongkok yang setara dengan Twitter.
Beberapa netizen mempertanyakan bahwa pemerintah tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut, tetapi malah menyelesaikan seorang gadis berusia 18 tahun. Beberapa netizen hanya memposting serangkaian seruan, menyatakan penghinaan terhadap pernyataan pemerintah tersebut.
Sementara itu, badan penguji asam nukleat di Shijiazhuang bersuara : “Apa maksud Anda, saya berbicara tentang dia? Saya ingat dengan jelas, saya katakan kepada Anda semua, jangan lakukan tes asam nukleat di komunitas, mereka semuanya palsu, kamu sekarang mengerti?”
Video ini mengungkap penipuan pengujian asam nukleat di komunitas Shijiazhuang dan kisah menarik orang-orang ke rumah sakit darurat. Tak hanya itu, tetapi juga penggunaan trik untuk mengubah hasil tes COVID-19.
Lembaga pengujian asam nukleat di Shijiazhuang mengungkapkan : “Rumah sakit Fangcang memberikan penghargaan RMB 3.500 untuk mereka memperkenalkan seseorang masuk. Rumah sakit Fangcang banyak didirikan dan tidak penuh, jadi ingin semua orang masuk, Anda tahu? Jika ada masalah dengan antigen, silakan datang langsung ke saya. Saya tidak akan langsung menghubungi asisten. Mereka akan memberitahukan Anda apa yang harus dilakukan, agar asam nukleat Anda menjadi negatif.
Dari “pembangunan besar rumah sakit Fangcang ” hingga “penipuan tes asam nukleat”, rantai kepentingan besar yang dipicu oleh epidemi terus terungkap.
Dalam video tersebut, seorang staf mengobrol: “memberi Anda banyak uang sehari, RMB.200 sehari, siapa yang mengatur agar Anda masuk dan menjadi staf medis untuk melakukan asam nukleat.”
Video lain menunjukkan bahwa 7 orang dengan kode merah di kartu kesehatan menyelinap ke komunitas di Chongqing untuk membuat tes asam nukleat orang-orang di komunitas. Ketika mereka ditemukan, dikatakan bahwa mereka dipekerjakan dengan upah RMB. 200 sehari.
Dalam hal ini, beberapa netizen mengatakan, jika mereka tidak menularkan wabah ke seluruh komunitas, bagaimana perusahaan asam nukleat dapat menghasilkan banyak uang? Bagaimana rumah sakit Fangcang bisa diisi penuh? !
Pada 1 Desember, beberapa siswa di Sekolah Menengah No. 1 Yicheng di Kota Yicheng, Provinsi Hubei bermasalah dengan pengujian asam nukleat dan dibawa ke isolasi terpusat. Akibatnya, beberapa orang tua mendatangi gerbang balai kota, berlutut dan menuntut agar anak mereka dibawa pulang
Kemudian orang tua berselisih dengan petugas pencegahan epidemi. Video itu memperlihatkan dua orang jatuh ke jalanan.
Para orangtua berseru : “mulai memukul orang, sudah mulai memukul orang .”
Namun, ada juga banyak analisis dan keraguan. Kisah mempertanyakan manfaat pengujian asam nukleat telah lama berlangsung dan bukan hal baru. Namun, setelah meletusnya revolusi kertas putih, kembali dibahas di platform media sosial utama dan dikritik. Perusahaan penguji asam nukleat mungkin tidak bersalah, tetapi kali ini kemungkinan besar mereka telah menjadi “kambing hitam” otoritas PKT.
Sebuah lirik berjudul: “Jika Anda tidak ingin berjalan di depan, silakan ikuti tim” viral di Tiongkok
Pada tanggal 30 November, lagu “If You Don’t Want to Walk Ahead” yang ditulis oleh Nanjing Institute of Communication menjadi populer di Internet.
Gambar lagu tersebut disertai dengan kerumunan pengunjuk rasa yang memegang kertas A4, dan ada adegan pengunjuk rasa berhadapan dengan polisi
Awal lagu berbunyi: Lagu ini didedikasikan untuk mereka yang memperjuangkan hak bersama.
Lirik: “Jika Anda tidak ingin berteriak di Internet, tutup mata Anda dengan diam-diam, duduklah, dan nikmati hak yang telah kami menangkan untuk Anda…”
Sejak meletusnya “protes kertas putih” di daratan Tiongkok, dalam waktu kurang dari sebulan, banyak lagu orisinal telah dirilis, membawa keberanian dan harapan “tidak pernah menyerah” kepada orang-orang. (hui)
Selama beberapa hari terakhir, orang-orang di daratan Tiongkok memprotes kebijakan nol kasus COVID-19 ekstrim serta blokade otoritas partai komunis Tiongkok. Revolusi kertas putih meletus di seluruh negeri, orang-orang meneriakkan slogan seperti ” Partai Komunis mundur.”
Di satu sisi, aparat PKT menekan, di sisi lain, banyak tempat termasuk Beijing dan Shenzhen mulai membuka blokir mereka Sabtu 3 Desember. Bilik pengetesan asam nukleat di ibu kota dibongkar, tetapi pada saat yang sama, rakyat sipil masih harus mengantre untuk mengikuti tes COVID-19.
Qiu Yue dan Gao Yu
Pada Sabtu 3 Desember, penduduk di Beijing melihat bahwa bilik pengetesan asam nukleat di jalanan sedang dibongkar, dan Shenzhen mulai tak memerlukan hasil tes COVID-19. Meskipun jumlah infeksi harian di Tiongkok tetap tinggi, beberapa kota secara bertahap melonggarkan tindakan pembatasan COVID-19.
Shenzhen mengatakan tak perlu menunjukkan hasil tes negatif COVID-19 untuk naik bus atau pergi ke taman, dan Tianjin serta Chengdu telah menerapkan kebijakan yang sama.
Pada Sabtu 3 Desember, gudang pengetesan di Beijing dibongkar. Kini, tidak perlu lagi membawa hasil negatif COVID-19 untuk pergi ke supermarket, dan kereta bawah tanah juga akan dibuka Senin 5 desember. Namun, beberapa tempat masih harus menunjukkan hasil tes negatif COVID-19, termasuk pergi ke kantor.
Beberapa gudang pengujian yang tersisa mengalami antrian panjang untuk pengetesan.
Penduduk Beijing berkata : “Dari satu ujung ke ujung lainnya.”
Menurut Reuters, menurut orang yang mengetahui masalah ini, otoritas akan membongkar tempat pengetesan di seluruh negeri, memungkinkan kasus positif dan kontak erat diisolasi secara bersyarat di rumah.
Setelah pecahnya revolusi kertas putih di daratan Tiongkok, aparat menangkap beberapa pengunjuk rasa di berbagai tempat, dan beberapa kota secara paksa memeriksa ponsel pejalan kaki. Pada 28 November, Beijing bahkan mengirim sejumlah besar polisi untuk menghentikan aksi protes. (hui)
The “Wall Street Journal” melaporkan bahwa Apple, yang dipicu oleh gejolak di pabrik Zhengzhou Hon Hai, telah mempercepat rencananya untuk memindahkan sebagian produksi dari Tiongkok, yang mengharuskan pemasok untuk lebih aktif merencanakan untuk memindahkan perakitan ke India dan Vietnam serta negara lain, dan berupaya mengurangi ketergantungan pada pabrik perakitan Taiwan seperti Hon Hai Foxconn.
Menurut laporan tersebut, Apple Inc. telah membuat keputusan yang relevan dalam beberapa minggu terakhir karena para pekerja di pabrik Zhengzhou Hon Hai, yang dikenal sebagai “Kota iPhone”, pada akhir November untuk memprotes upah dan pembatasan pencegahan epidemi. Pabrik tersebut mempekerjakan sebanyak 300.000 orang. Menurut firma riset pasar Counterpoint Research, sebanyak 85 persen jajaran iPhone Pro diproduksi di sana
Analis dan orang-orang yang terkait dengan rantai pasokan Apple menunjukkan bahwa berbagai situasi yang terjadi dalam setahun terakhir, telah melemahkan status pusat manufaktur Tiongkok yang disebut stabil. Kini insiden pabrik Zhengzhou meletus, sehingga Apple khawatir untuk mengikat sejumlah besar bisnis ke hanya satu negara saja.
Orang-orang yang terlibat dalam rantai pasokan Apple mengatakan salah satu respon Apple adalah meningkatkan perusahaan perakitan yang bekerja sama dengannya, meskipun itu adalah perusahaan yang berbasis di Tiongkok. Dua perusahaan lainnya Luxshare Precision dan Wingtech, siap menerima lebih banyak pesanan dari Apple.
Eksekutif Luxshare mengatakan pada briefing hukum awal tahun ini, bahwa beberapa pelanggan elektronik konsumen khawatir tentang gangguan dalam rantai pasokan Tiongkok karena masalah seperti epidemi dan pemadaman listrik. Oleh karena itu, berharap Luxshare akan menerima lebih banyak pesanan di luar Tiongkok.
China’s “21st Century Business Herald” juga menyebutkan bahwa Luxshare Precision mengungkapkan pada Mei lalu, bahwa karena pemadaman listrik di beberapa daerah dan ketidakpastian yang disebabkan oleh epidemi, arus manusia, logistik, informasi tidak lancar, dan beberapa mitra meluncurkan peluncuran skala besar, itu terjadi selama pekerjaan pendahuluan utama produksi, maka itu akan melihat lebih banyak wilayah, meskipun Luxshare tak menyebutkan nama Apple, tetapi pernyataan itu bermakna.
Pekerjaan awal utama yang disebutkan oleh eksekutif Luxshare adalah “Pengenalan Produk Baru” (New Product Introductio -NPI)yang mengacu pada seluruh proses pengembangan produk baru dari penemuan konsep hingga perencanaan detail produksi massal.
Menurut orang-orang yang terlibat dalam diskusi, Apple telah memberitahukan mitra manufakturnya bahwa mereka ingin mulai mencoba melakukan lebih banyak pekerjaan NPI di luar Tiongkok. Namun, pakar rantai pasokan menunjukkan bahwa kecuali tempat-tempat seperti India atau Vietnam juga mampu melakukan NPI, jika tidak dalam rantai pasokan Apple, tempat-tempat ini masih akan terjebak di posisi sekunder.
Namun, beberapa orang yang terlibat dalam diskusi tersebut mengatakan bahwa lebih sulit bagi Apple untuk menugaskan pekerja NPI ke pemasok baru atau negara baru ketika pertumbuhan ekonomi global dan tingkat perekrutan Apple sedang melambat.
Perubahan tak akan terjadi dalam semalam, tetapi pergeseran terus berlangsung. Analis TF International Securities Ming-Chi Kuo, yang melacak rantai pasokan Apple, mengatakan bahwa tujuan jangka panjang Apple adalah meningkatkan proporsi iPhone buatan India dari satu digit saat ini menjadi 40% hingga 45%.
Pemasok juga menunjukkan bahwa Vietnam diharapkan berbagi lebih banyak produksi produk Apple lainnya seperti AirPods, jam tangan pintar, dan laptop. (hui)
Baru-baru ini, aksi protes anti-blokade skala besar meletus di seluruh Tiongkok. Aksi protes ini menjadi populer. Bahkan, merupakan sebuah insiden langka. Kini meningkat menjadi tuntutan politik. Orang-orang meneriakkan slogan-slogan seperti “Partai Komunis mundur, anti- kediktatoran, dan kebebasan.” Beberapa analis percaya bahwa “revolusi kertas putih” telah membuat krisis Xi Jinping yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kesulitannya semakin meningkat.
Sejak kasus COVID-19 meledak, pemerintahan Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah mengadopsi kebijakan “kebijakan Nol COVID-19” yang ekstrim, memberlakukan blokade yang parah di setiap kesempatan. Beberapa hari lalu, terjadi kebakaran di Urumqi, Xinjiang menyebabkan tragedi korban jiwa. Insiden itu memicu gelombang protes anti-blokade banyak kota di daratan Tiongkok. Orang-orang mengungkapkan kemarahan mereka atas pembatasan kebebasan pribadi dan berkabung untuk korban kebakaran di Urumqi.
Para pengunjuk rasa ini meningkatkan tuntutan mereka dari “membuka blokir seluruh negara, tidak ada tes asam nukleat” menjadi tuntutan politik, meneriakkan slogan-slogan seperti “Partai Komunis mundur”, “Xi Jinping mundur”, “anti-kediktatoran”, “ingin kebebasan”, dan ” beri aku kebebasan atau biarkan aku mati.”
Pada saat yang sama, mahasiswa dari lebih dari 50 perguruan tinggi dan universitas, termasuk Universitas Peking dan Universitas Tsinghua, mengikuti Institut Komunikasi Nanjing, para mahasiswa meluncurkan gelombang protes “revolusi kertas putih” yang berkembang luas di mana-mana.
Pendapat publik umumnya percaya bahwa protes ini dianggap sebagai perlawanan sipil terbesar di Tiongkok sejak insiden “4 Juni” pada tahun 1989. “Gerakan kertas putih” juga menambah penderitaan bagi Xi Jinping.
Bagaimana perjuangan ini berakhir? Cai Xia, mantan profesor di Sekolah Partai Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok, memiliki tiga solusi dalam analisanya dengan Radio Free Asia (RFA). Yang pertama adalah pemerintah mematuhi opini publik: sepenuhnya membuka blokir dan mengakhiri kebijakan “nol kasus”. Namun demikian, dia pesimis. Pasalnya, hal paling sulit dicapai di bawah kepemimpinan Xi Jinping. Dikarenakan, kebijakan nol kasus infeksi adalah pengambilan keputusan Xi dan terkait dengan otoritas kepemimpinan Xi.
Jalan kedua adalah menekan demonstrasi secara paksa, tetapi justru akan mengekspos PKT pada tekanan kuat dari dalam dan luar negeri. Cai Xia percaya bahwa kini PKT terjebak dalam dilema. Jika ada lagi penindasan militer dan pengerahan polisi secara besar-besaran terhadap rakyat, tekanan internasional akan semakin kuat, dan bahkan akan lebih terisolasi daripada tragedi ” 8964″. Sebuah angka mengacu pada insiden pembantaian di lapangan Tiananmen yang terjadi pada 4 Juni 1989. Berbicara di dalam negeri, penindasan bahkan akan mempercepat keruntuhan pemerintahan Xi sendiri.
Menurut analisis Cai Xia, jalur yang paling mungkin bagi pejabat PKT adalah “solusi semi-lunak dan setengah keras.” Atau, melalaikan tanggung jawab, mengalihkan perhatian, dan metode tekanan tinggi untuk mencegah orang-orang berkumpul dan membubarkan gerakan.
Akan tetapi, Cai Xia mengatakan bahwa ketika “Gerakan Kertas Putih” meneriakkan “dua langkah mundur”, maka itu berarti penguasa telah kehilangan legitimasi pemerintahannya di hati rakyat.
Dia mengatakan, ketika warga turun ke jalan, mereka sudah memiliki mentalitas mengorbankan diri mereka sendiri, dan berjuang untuk mengeluarkan suara hati mereka, bahkan jika perlu mereka bisa berjuang sampai mati. Mereka tak lagi memiliki angan-angan dan tidak lagi percaya. Mereka akan bertarung dengan nyawa mereka.
Saat ini, PKT tidak hanya menghadapi krisis di dalam negeri, tetapi di luar negeri. Diplomasi prajurit serigala PKT dan kebijakan ekspansi hegemonik telah membuat risih semua negara. Suara orang-orang yang menentang rezim PKT semakin keras.
Nikkei Asia Review menerbitkan sebuah artikel analisis oleh scholar Tiongkok-Amerika, Minxin Pei pada 28 November, mengatakan bahwa “revolusi kertas putih” ini adalah krisis politik terbesar dalam sepuluh tahun kekuasaan Xi Jinping.
Reuters melaporkan pada 29 November bahwa sejak insiden Lapangan Tiananmen pada tahun 1989, tidak banyak orang-orang Tiongkok yang turun ke jalan untuk satu masalah pun dengan risiko ditangkap. Publik telah menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan Nol COVID-19 Xi Jinping dengan meninggalkan pesan di media sosial, memposting poster besar di kampus dan meluncurkan aksi protes.
Menurut laporan, gerakan kertas putih telah memperburuk kesulitan Xi Jinping yang semakin besar. Apalagi, kebijakan pencegahan epidemi saat ini secara bertahap menjadi beban. Jika dia tunduk kepada tekanan rakyat dan membatalkan kebijakan nol kasus, dia menunjukkan kelemahan dan mungkin mendorong orang-orang untuk turun ke jalan di masa depan ketika mereka ingin kebijakan itu berubah.
Teng Biao, seorang pengacara hak asasi manusia Tiongkok, mengatakan bahwa jika Xi melepaskannya, maka itu berarti kebijakan nol COVID-19 di masa lalu telah gagal total, dan dia harus bertanggung jawab.
Tetapi para analis mengatakan sikap mundur bukanlah karakter Xi.
Bates Gill, seorang ahli Tiongkok di Asia Society, mengatakan aksi protes yang meletus adalah perwujudan kemarahan warga yang paling umum dan tersebar luas terhadap kebijakan pemerintah dalam satu dekade kekuasaan Xi. (hui)
Ketika Gerakan Kertas Putih terjadi di banyak tempat di daratan Tiongkok, mahasiswa Universitas Wuhan juga menggelar unjuk rasa besar-besaran yang menuntut kebebasan untuk pulang ke kampung halaman.
Dalam unjuk rasa pada 4 Desember, mahasiswa Universitas Wuhan meneriakkan motto : “Proses Terbuka, informasi transparan !”
TKP unjuk rasa di Universitas Wuhan. (foto Internet)TKP unjuk rasa di Universitas Wuhan. (foto Internet)TKP unjuk rasa di Universitas Wuhan. (foto Internet)TKP unjuk rasa di Universitas Wuhan. (foto Internet)TKP unjuk rasa di Universitas Wuhan. (foto Internet)
Menurut informasi yang dikeluarkan oleh departemen pencegahan epidemi Wuhan, telah terjadi penambahan jumlah kasus infeksi baru sebanyak 300 orang di Wuhan pada 3 Desember. Namun, dunia luar umumnya tidak percaya terhadap data epidemi resmi yang dirilis ke publik, karena angkanya selalu diperkecil.
Menurut rekaman percakapan mahasiswa Universitas Wuhan, bahwa situasi epidemi di Kota Wuhan masih serius dalam beberapa hari terakhir, setiap hari ada penambahan 100 kasus baru, begitu pula situasi dalam kampus Universitas Wuhan. Tetapi pihak Universitas Wuhan selain belum bersedia mengatur kepulangan mahasiswa, malahan mahasiswa diminta tetap tinggal untuk melanjutkan pengajaran offline. Padahal universitas lainnya yang berada di Kota Wuhan sudah mengumumkan kepulangan bersama seluruh mahasiswanya demi mencegah penularan.
Mahasiswa mengklaim bahwa mereka telah berulang kali mendatangi Komite Partai di universitas dan kantor universitas untuk mempertanyakan ihwal kepulangan mahasiswa ke rumah masing-masing karena pandemi telah sangat mengganggu kehidupan mereka, termasuk dihentikannya pengiriman ekspres, kesulitan mendapatkan makanan, sebagian asrama mahasiswa tidak berair panas, dan sebagainya. Tetapi staf terkait hanya “saling melempar bola” dan tidak memberikan solusi. Di bawah tekanan ganda dari epidemi dan studi, mental para mahasiswa tersiksa. Namun pihak universitas masih menutup telinga terhadap himbauan mahasiswa dan tidak mau mendengarkan saran mereka.
Percakapan mahasiswa (angkapan layar)
Seorang meninggalkan pesan di Weibo : “Para mahasiswa tidak bermaksud memaksa pihak universitas untuk memulangkan siswa, tetapi akibat semua toko ditutup kecuali yang dikelola oleh kampus. Dan terhentinya layanan pengiriman ekspres, sehingga banyak mahasiswa tidak dapat membeli pakaian hangat secara online. Di tambah lagi staf terkait tidak menanggapi secara positif, mereka hanya saling “melempar bola”. Beberapa gosip yang beredar di kampus cukup membingungkan dan meresahkan para mahasiswa”.
Ada yang cemas mengatakan : “Mahasiswa di Kota Wuhan menaruh perhatian soal pengaturan kepulangan, karena tidak mudah untuk bisa membeli tiket angkutan umum, semakin mendekati akhir tahun, atau menjelang hari raya Imlek harga tiket semakin mahal. Selain itu, mahasiswa khawatir jika mereka belum bisa pulang lalu terjadi perubahan sehingga mereka terpaksa harus bertahun baru di kampus”.
Percakapan mahasiswa (angkapan layar)
Selain itu, mahasiswa Akademi Kejuruan dan Teknik Wuhan juga secara online menuntut pihak universitas lain untuk mengatur kepulangan siswa, tetapi karena ada mahasiswa di universitas tersebut yang dinyatakan positif terinfeksi, sehingga ada satu gedung universitas tersebut yang diblokir, tetapi pelajaran tetap berjalan seperti biasa hanya saja dilakukan lewat jaringan internet. (sin)