Komandan Pasukan Elit Hizbullah Tewas dalam Serangan Israel, 30 Pos Pertahanan Dihancurkan
www.aboluowang.com
Pada Selasa (10/9), Israel meluncurkan beberapa serangan udara di Lebanon Selatan, salah satunya secara khusus berhasil membunuh komandan Pasukan Radwan Hizbullah, Muhammad Qassem al-Shaer. Shaer tewas di desa Qaraoun di distrik Beqaa barat, Lebanon Selatan.
Menurut laporan, pada Kamis (12/9), militer Israel mengklaim bahwa Shaer telah lama merencanakan dan mendorong banyak aktivitas teroris yang menargetkan Israel. Kematian Shaer dianggap akan secara signifikan melemahkan kemampuan Hizbullah yang didukung Iran dalam melakukan serangan lintas batas dari Lebanon Selatan.
Hizbullah dengan cepat mengonfirmasi kematian Shaer dan membalas dengan meluncurkan puluhan roket Katyusha serta beberapa drone ke dua lokasi di Israel Utara. Namun, militer Israel menyatakan bahwa serangan Hizbullah tidak menimbulkan korban jiwa, sebagian roket berhasil dicegat, dan sisanya jatuh di area kosong. Sebagai balasan, militer Israel kemudian menyerang fasilitas peluncuran di wilayah Mansouri yang digunakan Hizbullah dalam serangan tersebut.
Pada Rabu (11/9), militer Israel mengumumkan bahwa mereka melakukan serangan lebih lanjut di wilayah Lebanon Selatan semalaman, menghancurkan 30 peluncur roket dan situs infrastruktur teroris Hizbullah yang dianggap sebagai ancaman langsung terhadap keamanan warga sipil Israel.
Dalam sebuah pernyataan pada Rabu (11/9), Hizbullah juga mengungkapkan bahwa satu pejuang lainnya tewas dalam bentrokan, namun tidak dijelaskan lokasi atau penyebab kematiannya, dan juga tidak secara langsung merujuk pada serangan terbaru Israel.
Selain itu, pada hari yang sama, Hizbullah meluncurkan lebih dari 100 roket ke Israel Utara. Sekitar pukul 1 siang waktu setempat, lebih dari 60 roket ditembakkan ke Israel Utara, dan pada sore hari, 40 roket lainnya diluncurkan.
Militer Israel menyatakan bahwa sekitar 30 roket ditembakkan dari Lebanon ke arah Galilea Barat, mengenai area terbuka di dekat komunitas Abirim. Kemudian, 30 roket lagi ditembakkan dari Lebanon ke arah wilayah sempit Galilea, mengenai area terbuka. Serangan roket tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.
Militer Israel juga mengatakan bahwa dalam gelombang kedua serangan Hizbullah, sekitar 30 roket ditembakkan ke arah Arab al-Aramshe, dan 10 roket lainnya. Banyak roket yang jatuh di area terbuka, namun tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut.
Militer Israel menegaskan bahwa mereka telah membombardir pos pengamatan Hizbullah di Lebanon Selatan dan target lainnya. (jhon)
Pasukan Navy SEALs AS Dilatih untuk Menghadapi Invasi Tiongkok ke Taiwan
Secretchina.com
Menurut Financial Times, Pasukan Navy SEALs elit AS dari Tim Keenam telah menjalani pelatihan untuk menghadapi potensi invasi Tiongkok ke Taiwan. Pasukan angkatan laut khusus ini dikenal luas setelah sukses menyerang Pakistan pada 2011 dan menewaskan Osama bin Laden. Tim ini telah merencanakan dan melaksanakan pelatihan selama lebih dari setahun di pangkalan Dam Neck, Virginia, untuk potensi konflik di Selat Taiwan.
Latihan pasukan khusus Angkatan Laut ini adalah salah satu misi paling rahasia dan menantang dalam militer AS, dan tampaknya menjadi bagian dari strategi yang lebih luas untuk mencegah Beijing mempertimbangkan penggunaan kekuatan untuk merebut Taiwan.
Taiwan adalah negara demokratis berpenduduk 23,5 juta jiwa, yang jika diserang secara paksa, biayanya akan sangat mahal.
Meski Partai Komunis Tiongkok mengklaim kedaulatan atas Taiwan, namun sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949, partai tersebut tidak pernah menguasai Taiwan. Taiwan memiliki pemerintahan sendiri, kebijakan luar negeri, dan sistem mata uang. Sebagian besar survei opini publik menunjukkan bahwa rakyat Taiwan menolak keras penyatuan dengan Tiongkok.
Meskipun AS tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, AS adalah pemasok senjata utama Taiwan. Pada Juni lalu, AS menyetujui penjualan senjata senilai 360 juta dolar, yang mencakup peralatan militer seperti drone bersenjata dan sistem rudal.
Menurut undang-undang federal AS, Washington memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa Taiwan memiliki kemampuan pertahanan diri. Namun, AS telah lama menerapkan kebijakan “strategic ambiguity” (ketidakjelasan strategis), tidak secara jelas menyatakan apakah akan melakukan intervensi militer langsung dalam konflik di Selat Taiwan.
Dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan meningkatnya kekhawatiran tentang potensi invasi Tiongkok ke Taiwan, dukungan AS untuk Taiwan semakin meningkat. Pentagon secara diam-diam telah mengirimkan pasukan khusus reguler ke Taiwan untuk membantu melatih militer Taiwan.
Misi Tim Keenam Pasukan Navy SEALs AS ini sangat rahasia. Menurut laporan Financial Times, sumber yang mengetahui rencana terkait Taiwan tidak memberikan detail lebih lanjut. Seorang juru bicara Pentagon menyatakan bahwa Departemen Pertahanan dan pasukannya sedang mempersiapkan dan melatih diri untuk berbagai kemungkinan skenario darurat.
Sementara itu, Tiongkok terus meningkatkan kekuatan angkatan lautnya, memperluas persenjataan nuklirnya, dan meningkatkan tekanan militer serta politik terhadap Taiwan untuk memaksa pulau itu menerima klaim kedaulatannya. Pada Mei lalu, setelah pelantikan Presiden baru Taiwan, William Lai Ching-te, Tiongkok melakukan serangkaian latihan militer di sekitar pulau Taiwan.
Meskipun demikian, Beijing juga mencoba meredakan ketegangan melalui jalur diplomatik untuk mencegah eskalasi konflik. Pada Selasa (10/9), Panglima Komando Indo-Pasifik AS, Laksamana Samuel Paparo, berbicara melalui telepon dengan Panglima Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok, Jenderal Wu Yanan. Ini adalah dialog langsung pertama antara pejabat militer tinggi kedua negara dalam dua tahun terakhir. Langkah ini menunjukkan bahwa kedua pihak perlahan-lahan memulihkan komunikasi militer tingkat tinggi untuk menghindari salah perhitungan dan eskalasi konflik di Laut China Selatan dan wilayah Taiwan.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan Komando Indo-Pasifik AS, Laksamana Paparo mendesak Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok untuk meninjau kembali tindakan-tindakan berbahaya dan provokatifnya di Laut China Selatan serta wilayah lainnya, guna mencegah situasi semakin memburuk. (Jhon)
Krisis Penutupan Gerai Minuman di Tiongkok: “Pengumpul Barang Bekas” Mendapat 13 Panggilan Sehari
Perekonomian Tiongkok yang sedang lesu membuat bisnis makanan dan minuman semakin sulit. Penutupan kedai terus berlanjut. Baru-baru ini, merek teh terkenal Shuyi Shao Xian Cao dilaporkan menutup begitu banyak kedai sehingga peralatan bekasnya dijual murah sebagai rongsokan, bahkan ada yang ditolak oleh pembeli. Pengusaha yang bergerak di bidang peralatan bekas mengungkapkan bahwa “dalam sehari menerima 13 panggilan terkait penutupan kedai.”
oleh Li Enzhen/ Li Quan
Pada 9 September 2024, berita tentang penutupan besar-besaran kedai “Shuyi Shao Xian Cao” dan peralatan bekasnya yang sulit terjual menjadi topik hangat di internet.
Menurut laporan dari Harian Ekonomi, merek minuman kekinian yang menyasar segmen harga RMB.15 , Shuyi Shao Xian Cao, baru-baru ini mengalami penutupan kedai dalam jumlah besar. Bahkan, banyak peralatan bekas dari kedai franchise yang tidak laku terjual. Berdasarkan data dari platform pemantauan toko rantai “极海品牌监测” (Ji Hai Brand Monitoring), dalam 90 hari terakhir, Shuyi Shao Xian Cao membuka 496 toko baru, sementara menutup 1.605 toko.
Industri minuman kekinian di Tiongkok tampaknya tidak optimistis dengan prospek pembukaan kedai offline. Pendiri Dolphin Club, Li Chengdong, mengatakan, “Tahun ini, kemungkinan 20% hingga 30% kedai minuman kekinian akan tutup.”
Menurut laporan dari Fenghuang Net’s Storm Eye pada 9 September, semakin banyak gerai minuman yang tutup dengan cepat, dan permintaan untuk peralatan bekas meningkat. Di antara mereka, Shuyi Shao Xian Cao mengalami penutupan kedai dalam jumlah besar, sehingga peralatan bekasnya tidak laku.
Seorang pengusaha yang membeli peralatan bekas mengungkapkan bahwa dia membeli peralatan senilai RMB.60-70 ribu dan hanya bisa menjualnya sebagai besi tua seharga RMB.2.000 .
“Kami tidak lagi menerima peralatan dari Shuyi Shao Xian Cao,” kata Zhang Yu Ge,” seorang pengusaha yang fokus pada bisnis peralatan bekas kedai teh.
Setelah mengadakan obral besar-besaran sebelum 1 Mei, di mana dia membuang peralatan yang sulit terjual sebagai sampah, dia menyadari bahwa sebagian besar barang yang dibuang adalah peralatan dari Shuyi Shao Xian Cao.
“Peralatan yang awalnya dibeli seharga RMB.60-70 ribu , sekarang hanya bisa dijual sebagai besi tua seharga RMB.2.000 ,” kata Zhang Yu Ge. Sehingga, dia tidak tertarik lagi ketika menerima telepon dari pemilik franchise Shuyi Shao Xian Cao.
Zhu Luhao, pendiri perusahaan pengumpul peralatan bekas “Yocook,” mengatakan bahwa pada suatu hari, dia menerima 13 panggilan dari pemilik franchise Shuyi Shao Xian Cao yang ingin menutup kedai mereka. Ini adalah situasi yang belum pernah dia alami dalam dua hingga tiga tahun kariernya. Peralatan dari Shuyi Shao Xian Cao semakin banyak beredar di pasar bekas, di mana peralatan yang sebelumnya dihargai RMB.25 ribu tahun lalu, kini hanya dijual seharga RNB.15 ribu .
Menurut data dari “Zhaimen Canyan,” hingga 2 Agustus tahun ini, Shuyi Shao Xian Cao memiliki 5.965 kedai yang masih beroperasi. Pada Juni, data dari Zhaimen Canyan menunjukkan bahwa jumlah kedai yang masih beroperasi hampir mencapai 6.300 kedai. Pada September 2021, Shuyi Shao Xian Cao mengumumkan bahwa mereka memiliki lebih dari 7.000 kedai.
Menurut Haibao News, pada 10 September, ditemukan bahwa di Shanghai, hanya tersisa 6 kedai Shuyi Shao Xian Cao yang beroperasi, dan semuanya berada di lokasi yang terpencil.
Di platform jual beli barang bekas, jika mencari dengan kata kunci “peralatan Shuyi Shao Xian Cao,” ada lebih dari 100 penjual yang menawarkan peralatan bekas dengan deskripsi seperti “peralatan masih baru, digunakan kurang dari satu tahun.” Harga peralatan bekas tersebut berkisar antara beberapa ribu yuan.
Sejak awal tahun ini, Shuyi Shao Xian Cao telah menurunkan harga minumannya dan memperkenalkan beberapa produk baru dengan harga sekitar 10 yuan. Selain menurunkan harga, banyak pemilik franchise melaporkan bahwa dalam dua tahun terakhir, pendapatan dari kedai mereka menurun drastis, dan semakin banyak orang yang ingin menjual atau menutup kedai mereka.
Menurut laporan dari Southern Metropolis Daily, “Harga telah turun, tetapi biaya bahan baku tetap sama, sehingga pendapatan yang diterima semakin sedikit.”
Seorang pemilik franchise bernama Li Li (nama samaran) mengungkapkan bahwa pendapatan harian kedainya hanya sekitar RMB.1.000 , separuh dari pendapatan ketika baru buka, dan dia mempertimbangkan untuk menutup kedai pada September tahun ini.
Shuyi Shao Xian Cao dikelola oleh Sichuan Shuyi Catering Management Co., Ltd., didirikan pada 2013. Pada awal 2022, Shuyi Shao Xian Cao mendapatkan pendanaan lebih dari RMB.600 juta , dengan valuasi mencapai RMB.10 miliar , dan memiliki jumlah kedai terbanyak kedua setelah Mixue Bingcheng.
Terkait penurunan harga, perwakilan dari Shuyi Shao Xian Cao menyatakan bahwa perusahaan mereka berencana untuk menerapkan strategi rasio kualitas-harga, dengan menurunkan harga produk secara keseluruhan menjadi sekitar RMB.10 , dan di masa mendatang mungkin akan meluncurkan produk dengan harga RMB.6 , RMB.7 , atau bahkan lebih rendah.
Selain Shuyi Shao Xian Cao, merek minuman lain seperti Mocow Yogurt, Chabaidao, dan Fushimi Momoyama juga mengalami penutupan kedai baru-baru ini. Menurut data Zhaimen Canyan hingga 5 Agustus tahun ini, jumlah total kedai minuman di seluruh Tiongkok mencapai 431.753 kedai, dengan 167.347 kedai baru dibuka dalam setahun terakhir, tetapi pertumbuhan bersih hanya mencapai 35.518 kedai. Ini berarti bahwa dalam saetahun terakhir, sekitar 130.000 kedai minuman mengalami penutupan. (Hui)
Biden, Harris, Trump Hadiri Upacara Peringatan 23 Tahun Tragedi 9/11 WTC
Wakil Presiden AS Kamala Harris dan mantan Presiden AS Donald Trump berjabat tangan dalam upacara yang diadakan beberapa jam setelah keduanya berdebat dalam debat pertama mereka.
Ryan Moorgan
Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Wakil Presiden Kamala Harris, dan mantan Presiden Donald Trump memberikan penghormatan kepada para korban yang tewas dalam serangan 11 September 2001, dalam sebuah upacara peringatan di Manhattan yang diadakan pada peringatan 23 tahun tragedi WTC.
Biden dan Trump berjabat tangan, dan mantan Walikota New York Michael Bloomberg tampak memfasilitasi jabat tangan antara Harris dan Trump. Beberapa jam sebelumnya, Harris dan Trump berpartisipasi dalam debat presiden pertama mereka, di mana kedua kandidat juga berjabat tangan.
Saat berbalik menghadap kerumunan massa, Harris diapit oleh Biden dan Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer. Di sebelah Biden berdiri Bloomberg, dan di sisi lain mantan walikota itu berdiri Trump dan calon wakil presidennya pada 2024, Senator JD Vance.
Tanggal 11 September-tanggal ketika pembajak al-Qaeda mengambil alih kendali atas empat pesawat komersial dan menewaskan hampir 3.000 orang pada tahun 2001-diperingati di tengah-tengah musim pemilihan presiden setiap empat tahun sekali.
Terlepas dari kalender kampanye, penyelenggara upacara peringatan berusaha untuk menjaga fokus pada para korban serangan tersebut. Selama bertahun-tahun, para politisi telah menghadiri peringatan di ground zero terutama sebagai pengamat, sementara kerabat korban memiliki kesempatan untuk berbicara tentang orang yang mereka cintai.
“Hari ini adalah hari peringatan yang khidmat karena kita berduka atas jiwa-jiwa yang hilang dalam serangan teroris yang keji pada tanggal 11 September 2001. Kami berdiri dalam solidaritas dengan keluarga dan orang-orang yang mereka cintai,” kata Harris dalam sebuah pernyataan Gedung Putih pada 11 September. “Kami juga menghormati kepahlawanan luar biasa yang ditunjukkan pada hari yang menentukan itu oleh warga Amerika biasa yang membantu sesama warga Amerika. Kami tidak akan pernah melupakannya.”
Harris dan Biden berencana mengadakan perjalanan ke Shanksville, Pennsylvania, pada 11 September untuk berpartisipasi dalam upacara peletakan karangan bunga sebagai penghormatan kepada para penumpang dan kru pesawat United Airlines 93, yang tewas dalam serangan 9/11. Pasangan ini kemudian akan melakukan perjalanan ke Pentagon untuk berpartisipasi dalam upacara peletakan karangan bunga untuk menghormati mereka yang terbunuh di markas besar Departemen Pertahanan AS 23 tahun yang lalu.
Steven Cheung, direktur komunikasi kampanye Trump, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa Trump juga akan mengunjungi tugu peringatan Flight 93 di Shanksville dan menghadiri acara peringatan 9/11 lainnya sepanjang hari.
Setelah menghadiri upacara peringatan di tugu peringatan Ground Zero di Manhattan, Trump mengunjungi anggota kru Engine 4/Tower Ladder 15 Departemen Pemadam Kebakaran Kota New York yang menyelenggarakan upacara peringatan 9/11 mereka sendiri.
Acara peringatan lainnya berlanjut pada 11 September.
“Atas nama seluruh jajaran Departemen Pertahanan, izinkan saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada keluarga, teman, dan orang-orang terkasih dari 184 jiwa yang dicuri dari kita 23 tahun lalu pada hari ini, di sini, di Pentagon, dan di Penerbangan 77,” ungkap Menteri Pertahanan Lloyd Austin dalam sebuah acara peringatan di Pentagon pada 11 September.
Austin mengatakan bahwa “mungkin akan terasa seolah-olah semakin banyak orang Amerika yang kembali ke kehidupan normal pada setiap tanggal 11 September,” tetapi dia mengatakan bahwa mereka yang berada di Pentagon akan terus mengingat hari itu.
“Para pria dan wanita di Departemen Pertahanan mengingatnya. Dan kami akan selalu mengingatnya,” katanya.
Associated Press berkontribusi dalam laporan ini.
Debat Pilpres AS : 4 Hal yang Dapat Dirangkum dari Debat Trump-Harris
Oleh Nathan Worcester, Jacob Burg, Andrew Moran, Joseph Lord
PHILADELPHIA—Warga Amerika Serikat mendapat kesempatan menyaksikan dari kedua belah pihak dalam debat yang mempertemukan Wakil Presiden Kamala Harris dengan mantan Presiden Donald Trump untuk pertama kalinya.
Siaran ABC News pada 10 September 2024 dari Philadelphia berlangsung panas, dengan kedua kandidat sering saling menyela dan melontarkan serangan pribadi. Tidak ada kebijakan baru yang disampaikan oleh kedua kandidat, dan Trump serta Harris menampilkan pandangan yang berlawanan tentang ekonomi, aborsi, dan kebijakan luar negeri.
Setelah debat, Partai Republik di ruang debat menuduh moderator David Muir dan Linsey Davis bias terhadap Harris. Mantan kandidat Partai Republik Vivek Ramaswamy menggambarkan debat itu sebagai “pertarungan tiga lawan satu” melawan Trump, sementara Anggota DPR AS. Mike Waltz (R-Fla.) mempertanyakan keadilan pengecekan fakta oleh ABC.
Sementara itu, Partai Demokrat menuduh Trump tampak defensif terhadap kandidat baru yang sudah dikenal. Gubernur California Gavin Newsom mengatakan bahwa Harris “melampaui semua harapan.”
Berikut beberapa tema utama yang muncul dari debat presiden pertama dengan Harris sebagai kandidat Demokrat.
Harris Menjaga Jarak dari Biden saat Trump Mengaitkan Keduanya
Sementara pemilihan sebelumnya mempertemukan mantan Presiden Donald Trump melawan Presiden Joe Biden, Kamala Harris berupaya membentuk citra sendiri sambil mengklaim keberhasilan dari apa yang ia sebut sebagai catatan positif dari pemerintahannya.
“Jangan lupa ini—dia adalah Biden,” ujar Trump menjelang akhir debat, mengaitkan Harris dengan inflasi tinggi dan kebijakan energi serta perbatasan dari pemerintahan saat ini.
“Jelas, saya bukan Joe Biden,” kata Harris, seraya menambahkan bahwa ia akan memberikan “kepemimpinan baru bagi negara kita” sambil memuji kinerja pemerintahannya di bidang energi, ekonomi, dan lainnya.
Pernyataan Harris mencerminkan komentarnya sebelumnya dalam diskusi kebijakan luar negeri. Setelah mengatakan bahwa dunia berada di ambang Perang Dunia III, Trump mempertanyakan kelayakan Biden untuk menjabat, dengan bertanya, “Di mana presiden kita?”
“Kamu tidak sedang melawan Joe Biden. Kamu sedang melawan saya,” kata Harris beberapa saat kemudian.
Dalam pernyataan penutupnya, Trump menyoroti peran Harris dalam pemerintahan saat ini, menunjukkan bahwa ia telah memiliki satu masa jabatan penuh sebagai wakil presiden untuk menerapkan perubahan yang ia janjikan.
“Dia sudah ada di sana selama 3 1/2 tahun. Mereka punya 3 1/2 tahun untuk memperbaiki perbatasan. Mereka punya 3 1/2 tahun untuk menciptakan lapangan kerja dan semua hal yang kita bicarakan. Mengapa dia belum melakukannya?” ujar Trump.
Fokus pada Aborsi
Harris dan Trump bertentangan mengenai isu-isu kehidupan, topik yang tetap signifikan terutama setelah Mahkamah Agung membatalkan Roe v. Wade. Negara-negara bagian telah menegosiasikan lanskap baru melalui referendum dan langkah-langkah lain, menghasilkan campuran berbagai undang-undang aborsi di seluruh negara.
Harris, yang mendukung hak aborsi federal, mengatakan lawannya akan menandatangani “larangan aborsi nasional” jika undang-undang tersebut sampai di mejanya saat menjabat. Ia mengutip bahasa dari Project 2025, panduan kebijakan dari Heritage Foundation yang telah berulang kali dijauhi oleh mantan presiden tersebut.
“Saya tidak akan menandatangani larangan, dan tidak ada alasan untuk menandatangani larangan,” kata Trump, membela pengembalian legislasi aborsi ke negara bagian setelah pembatalan Roe.
Ketika ditekan mengenai masalah ini, Trump tidak berkomitmen untuk memveto undang-undang yang akan memberlakukan pembatasan aborsi secara nasional.
“Apakah Anda akan memveto larangan aborsi nasional?” tanya Davis kepada Trump.
“Saya tidak perlu,” jawabnya, berargumen bahwa isu tersebut tidak akan lolos melalui Senat yang terbagi tipis, yang memerlukan 60 senator untuk menggerakkan legislasi karena filibuster.
Trump menantang Harris tentang apakah ia mendukung aborsi pada trimester ketiga, mengatakan bahwa Roe v. Wade tidak membatasi aborsi pada tahap tersebut. Ia menyebut komentar kontroversial mantan Gubernur Virginia, Ralph Northam, tentang RUU aborsi akhir masa yang didukungnya pada 2019. Northam menyarankan bahwa bayi yang baru lahir, kemungkinan dengan “kelainan parah,” bisa dilahirkan dan dibunuh. RUU tersebut akhirnya gagal.
“Kenapa Anda tidak mengajukan pertanyaan itu?” tanya mantan presiden kepada moderator.
Mereka tidak mendorong Harris untuk menjawab pertanyaan lawannya, malah beralih ke topik lain.
Trump Soroti Tarif Sementara Harris Menggembar-gemborkan Rencana Ekonominya
Ekonomi yang menjadi—isu utama pemilih—menjadi pembuka debat presiden.
Trump mempromosikan rencananya untuk menaikkan tarif pada barang impor, sementara Harris membagikan bagian dari agendanya yang bertujuan menurunkan biaya bagi keluarga dan usaha kecil.
Harris menyoroti rencananya memperluas kredit pajak anak menjadi $6.000 sehingga “keluarga muda bisa membeli tempat tidur bayi, kursi mobil, pakaian untuk anak-anak mereka.” Ia juga mengulangi proposalnya untuk pengurangan pajak sebesar $50.000 untuk memulai usaha kecil.
Trump mengatakan visinya tentang tarif akan menghasilkan miliaran dolar dalam pendapatan. Mantan presiden tersebut mengusulkan penerapan tarif 10 persen untuk semua produk yang diimpor ke Amerika Serikat dari luar negeri.
“Negara-negara lain akhirnya, setelah 75 tahun, akan membayar kembali semua yang telah kami lakukan untuk dunia, dan tarifnya akan signifikan,” kata Trump.
Ia juga menepis kritik bahwa tarifnya akan memicu tekanan inflasi.
“Saya memiliki tarif, namun saya tidak mengalami inflasi,” kata Trump, menambahkan bahwa inflasi yang terus-menerus dalam beberapa tahun terakhir adalah “bencana bagi orang-orang, bagi kelas menengah.”
Kedua Kandidat Tidak Menguraikan Kebijakan Baru
Debat tersebut menunjukkan sedikit kemajuan kebijakan penting dari kedua kandidat.
Saat menjawab pertanyaan tentang berbagai topik termasuk ekonomi, urusan luar negeri, energi, aborsi, imigrasi, perubahan iklim, dan perawatan kesehatan, Harris dan Trump sebagian besar hanya mengulang posisi mereka yang sudah ada.
Menanggapi pertanyaan tentang cara mengatasi perubahan iklim, kedua kandidat tampak mengalihkan perhatian atau berputar ke topik lain. Harris mengkritik Trump karena menyebut perubahan iklim sebagai hoaks sebelum ia menyebut premi asuransi rumah yang tinggi di Florida akibat badai.
Ia kemudian beralih untuk mempromosikan pekerjaan di sektor manufaktur dan dukungan serikat pekerja. Trump tidak menjawab pertanyaan tersebut dan malah mengkritik pemerintahan Biden serta presiden itu sendiri terkait hubungan dengan negara-negara lain.
Davis menekan Trump mengenai janji-janji sebelumnya untuk mencabut dan menggantikan Undang-Undang Perawatan Terjangkau, yang dikenal sebagai Obamacare.
“Kami sedang mengerjakan hal-hal. Kami akan melakukannya. Kami akan menggantinya,” kata Trump.
Meskipun Trump belum memiliki proposal yang final, ia mengatakan ia memiliki “konsep rencana.”
“Tetapi jika kami menemukan sesuatu, saya hanya akan mengubahnya jika kami menemukan sesuatu yang lebih baik dan lebih murah,” tambahnya.
Janice Hisle dan Jan Jekielek turut menyumbang dalam laporan ini.
Artikel ini terbit di The Epoch Times dengan judul : 4 Takeaways From the Trump–Harris Presidential Debate