Topan Yagi di Vietnam Menewaskan 179 Orang dan 145 Hilang, Hanoi Terendam Banjir Akibat Sungai Merah Meluap
Reuters
Ibukota Vietnam, Hanoi, mengevakuasi ribuan orang yang tinggal di dekat Sungai Merah saat airnya meluap naik ke level tertinggi dalam kurun waktu 20 tahun, membanjiri jalanan beberapa hari setelah Topan Yagi menghantam bagian utara negara itu yang mana menewaskan 179 orang.
Topan terkuat di Asia tahun ini, Yagi membawa angin kencang dan hujan lebat saat bergerak ke barat setelah mendarat pada Sabtu 9 September 2024, menyebabkan runtuhnya jembatan pada minggu ini saat menerjang provinsi-provinsi sepanjang Sungai Merah, sungai terbesar di daerah tersebut.
“Rumah saya sekarang menjadi bagian dari sungai,” kata Nguyen Van Hung (56) yang tinggal di sebuah lingkungan di tepi Sungai Merah.
Di seluruh Vietnam, topan, tanah longsor, dan banjir yang menyusulnya telah menewaskan 179 orang, sementara 145 lainnya hilang, menurut perkiraan pemerintah.
Perusahaan listrik milik negara Vietnam, EVN, mengatakan pada Rabu 11 September bahwa mereka telah memutus aliran listrik di beberapa bagian yang dilanda banjir di ibukota karena alasan keamanan.
Mai Van Khiem, direktur Pusat Prakiraan Hidrometeorologi Vietnam, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Sungai Merah berada pada level tertinggi dalam dua dekade dan diperkirakan hujan lebih lanjut akan turun dalam dua hari ke depan.
Beberapa sekolah di Hanoi memberitahukan kepada para siswanya agar tinggal di rumah selama sisa minggu ini, sementara ribuan penduduk di daerah dataran rendah telah dievakuasi, menurut laporan pemerintah dan media negara.
Lebih dekat ke pusat kota, yayasan amal Blue Dragon Children’s Foundation mengevakuasi kantornya pada Selasa setelah pihak berwenang memperingatkan risiko banjir.
“Orang-orang bergerak panik, memindahkan motor mereka, memindahkan barang-barang,” kata juru bicara Carlota Torres Lliro, menyampaikan keprihatinannya terhadap puluhan anak-anak dan keluarga yang tinggal di penampungan sementara di tepi sungai.
EVN mengatakan pada Rabu bahwa mereka telah menghentikan pelepasan air dari bendungan PLTA Hoa Binh, yang terbesar kedua di Vietnam utara, ke sungai cabang Sungai Merah, Sungai Da, untuk mengurangi aliran air.
Otoritas Vietnam juga menyatakan kekhawatiran pada Rabu tentang pembangkit listrik tenaga air Tiongkok yang melepaskan air ke sungai cabang Sungai Merah lainnya, Sungai Lo, yang dikenal di Tiongkok sebagai Panlongjiang, dengan Beijing menyatakan bahwa kedua negara bekerja sama dalam pencegahan banjir.
Pukulan Berat Terhadap Pabrik
Yagi menimbulkan kehancuran di banyak pabrik dan membanjiri gudang-gudang di pusat-pusat industri pesisir yang berorientasi ekspor di sebelah timur Hanoi, memaksa penutupan, dengan beberapa diperkirakan baru bisa beroperasi penuh kembali setelah beberapa minggu, kata para eksekutif.
Gangguan ini mengancam rantai pasokan global karena Vietnam menjadi tuan rumah bagi operasi besar perusahaan multinasional yang sebagian besar mengirim produk ke Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara maju lainnya.
Di tempat lain, di provinsi-provinsi utara ibukota, tanah longsor yang dipicu oleh banjir hebat menewaskan puluhan orang.
“Lantai pertama rumah saya benar-benar terendam air,” kata Nguyen Duc Tam, seorang penduduk berusia 40 tahun dari Thai Nguyen, sebuah kota sekitar 60 km dari Hanoi.
“Sekarang kami tidak punya air bersih dan listrik,” katanya.
Penduduk lain, Hoang Hai Luan (30) mengatakan dia tidak pernah mengalami banjir seperti itu selama lebih dari 20 tahun di daerah tersebut.
“Barang-barang saya dan mungkin milik banyak orang lainnya hilang sama sekali.”
Di antara pabrik-pabrik yang berada di pinggiran kota dengan sekitar 400.000 penduduk, terdapat fasilitas besar Samsung Electronics, yang mengirimkan sekitar setengah dari smartphone-nya ke seluruh dunia dari Vietnam.
Tidak ada tanda-tanda banjir di fasilitas tersebut pada Rabu, menurut saksi mata dari Reuters.
Oleh Khanh Vu dan Francesco Guarascio
Syarat Terbaru dari Israel: Membebaskan Pemimpin Hamas untuk Penukaran Sandera
Secretchina.com
Pada Sabtu (7/9), menurut laporan The Washington Post, perundingan gencatan senjata kembali menemui jalan buntu karena tuntutan baru dari Hamas. Israel kini menawarkan syarat baru, yaitu memastikan pemimpin Hamas Yahya Sinwar dapat meninggalkan Gaza dengan aman sebagai imbalan atas pembebasan sandera dan penyerahan kendali atas Gaza.
Pada Selasa (10/9), mantan komandan militer Israel sekaligus utusan untuk masalah sandera, Gal Hirsch, mengonfirmasi dalam wawancara dengan Bloomberg, “Saya telah siap untuk memberikan jalur aman bagi Sinwar, keluarganya, dan siapa pun yang ingin bergabung dengannya. Kami berharap sandera bisa kembali ke rumah, serta mengupayakan demiliterisasi, de-radikalisasi, dan membangun sistem pemerintahan baru di Gaza.”
Hirsch telah mengajukan tawaran ini sekitar satu setengah hari sebelumnya, tetapi menolak untuk mengungkapkan tanggapan dari pihak Hamas. Dia menegaskan kembali bahwa Israel bersedia membebaskan tahanan Palestina sebagai bagian dari kesepakatan, namun Hamas ingin menguasai jalannya negosiasi, bukan sekadar berunding.
Belum jelas apakah Hamas akan menerima tawaran agar Sinwar meninggalkan Gaza, terutama dengan mempertimbangkan sejarah operasi rahasia Israel di luar negeri.
Sementara itu, Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir sedang berupaya keras untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata yang baru. Namun, ada semakin banyak keraguan dari kedua pihak, Israel dan Hamas, untuk mencapai kesepakatan.
Hamas Ajukan Syarat “Beracun”, 500.000 Orang Israel Gelar Aksi Massa Desak Gencatan Senjata
Perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas kembali menemui jalan buntu, yang menjadi tantangan besar bagi upaya mediasi Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Meskipun Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir terus melakukan mediasi, sikap keras kedua belah pihak di saat-saat krusial—khususnya tuntutan baru yang diajukan oleh Hamas dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu—telah menyebabkan kesepakatan yang hampir tercapai kembali tertunda.
Menurut laporan The Washington Post, para negosiator berusaha mempersempit perbedaan dan merinci rincian solusi sementara, namun Hamas tiba-tiba menuntut Israel untuk membebaskan lebih banyak militan Palestina yang dipenjara sebagai syarat pembebasan sandera warga sipil Israel. Tindakan ini digambarkan oleh pejabat AS sebagai “racun” yang diyakini akan menghambat tercapainya kesepakatan. Sebelumnya, Netanyahu bersikeras bahwa tentara Israel harus tetap ditempatkan di Koridor Philadelphai, di sepanjang perbatasan Gaza dan Mesir, yang juga menjadi hambatan dalam negosiasi.
Salah satu tantangan terbesar dalam perundingan ini adalah keselamatan sekitar 100 sandera Israel. Pada akhir Agustus lalu, Hamas mengeksekusi enam sandera, memicu protes besar-besaran di Israel, dengan pemerintah dianggap gagal dalam upaya penyelamatan sandera.
Isu paling mendesak dalam kesepakatan gencatan senjata adalah berapa banyak dari sekitar 100 sandera yang masih hidup. Warga Israel merasa bahwa Netanyahu belum berupaya maksimal untuk mencapai kesepakatan yang akan membawa sandera pulang dengan selamat.
Pada malam Sabtu (7/9), puluhan ribu orang Israel turun ke jalan di Tel Aviv, kota terbesar kedua dan pusat ekonomi negara itu, dalam sebuah aksi besar untuk menuntut pemerintah Netanyahu segera mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas.
Penyelenggara acara, “Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang”, mengklaim bahwa jumlah peserta mencapai 500.000 orang. Di berbagai daerah lain di Israel, ada sekitar 250.000 orang yang juga turun ke jalan dengan tuntutan serupa. Menurut The Times of Israel, jika angka 500.000 tersebut benar, maka ini akan menjadi aksi massa terbesar dalam sejarah Israel.
Rumor Sinwar Menyamar dengan Pakaian Wanita dan Menggendong Anak untuk Menghindari Pembunuhan, Meminta Israel “Tidak Membunuhnya” sebagai Syarat Gencatan Senjata
Pada Juni lalu, The Wall Street Journal mengungkapkan sisi kejam Sinwar, menyebutkan bahwa ia pernah berkata, “Kematian puluhan ribu warga Gaza adalah pengorbanan yang diperlukan”; bahkan setelah anak-anaknya tewas dalam pertempuran, ia mengatakan, “Mereka telah menyumbangkan hidupnya untuk bangsa, dan ini akan membawa kita menuju kemuliaan dan kehormatan.”
Namun, sikap Sinwar berubah 180 derajat setelah ia naik menjadi pemimpin tertinggi. Menurut sumber yang diberitakan oleh CNN, lima hari setelah ia menjabat, Sinwar sudah mencari bantuan dari mediator Mesir dan Qatar untuk mengakhiri perang.
Seorang pejabat tinggi Mesir mengatakan kepada media Israel Ynet bahwa Sinwar mengajukan tuntutan baru dalam perundingan gencatan senjata, yakni agar Israel menjamin keselamatannya. Jika Israel setuju, maka kesepakatan gencatan senjata untuk membebaskan sandera di Gaza bisa tercapai.
Pada 28 Agustus, menurut laporan China News Service, tentara Israel melewatkan kesempatan untuk menangkap Sinwar di terowongan Gaza sekitar 10 hari sebelumnya. Menurut sumber, Sinwar sempat bersembunyi di sana, bahkan kopinya masih dalam keadaan panas. Setelah itu, Sinwar menyamar dengan mengenakan pakaian wanita dan bergabung dengan kerumunan untuk menghindari pengawasan drone Israel.
Pada Minggu (8/9), akun X bernama “Rong Jian” mengungkapkan bahwa setiap kali Sinwar tampil di depan umum, dia selalu menggendong seorang anak kecil untuk menghindari serangan drone dari Israel atau AS. Jika anak tersebut terbunuh, penyerangnya akan dicap melanggar hak asasi manusia.
Tindakan Sinwar yang menggunakan anak kecil sebagai perisai untuk melindungi dirinya sendiri membuat “Rong Jian” merasa sangat muak, bahkan menyebut Sinwar sebagai pengecut yang tidak tahu malu dan takut mati. (jon)
Kim Jong-un Klaim Nuklir Korea Utara Akan Meningkat Secara Geometris, Menunjukkan Senjata untuk Menakut-nakuti?
Secretchina.com
Pada Selasa (10/9/2024), menurut laporan dari media pemerintah Korea Utara, KCNA, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam pidato peringatan 76 tahun berdirinya negara tersebut kepada para pejabat partai dan pemerintah menyatakan bahwa Korea Utara sedang melaksanakan kebijakan pembangunan kekuatan nuklir secara tak tergoyahkan, dan jumlah senjata nuklir akan meningkat secara “geometris.” Ia juga mengklaim bahwa Korea Utara adalah “negara pemilik nuklir yang bertanggung jawab,” bertujuan untuk melawan aliansi militer yang dipimpin oleh AS dan menjamin keamanan negara.
Kim Jong-un berdalih bahwa Korea Utara “selalu menghadapi ancaman nuklir yang serius” dan menekankan bahwa senjata nuklir tersebut dimiliki untuk melindungi diri, serta tidak akan mengancam negara lain.
Dia menambahkan bahwa kekuatan tempur nuklir Korea Utara beroperasi dalam kerangka sistem komando dan kontrol yang terperinci. Menghadapi ancaman dari AS dan sekutu-sekutunya, Korea Utara memiliki kekuatan militer yang kuat, dan kini, mereka tidak boleh lengah ataupun mundur.
Faktanya, tindakan “intimidasi” Kim Jong-un semakin sering terjadi. Dalam kegiatan peringatan 76 tahun berdirinya negara tersebut, ia juga secara khusus menginspeksi perusahaan industri militer yang berada di bawah kendali langsung pemerintah, serta memamerkan peluncur rudal terbaru. Diketahui, sebelumnya Korea Utara telah memamerkan peluncur rudal untuk rudal balistik antarbenua “Hwasong-17” yang memiliki 11 poros 22 roda, sedangkan yang ditunjukkan kali ini adalah peluncur yang lebih panjang dengan 12 poros 24 roda.
Menurut analisis pakar militer, ini mungkin merupakan versi modifikasi dari “Hwasong-18,” dengan panjang dan berat rudal yang ditambah untuk memperpanjang jangkauan dan meningkatkan daya hancur.
Pada Juni lalu, Pusat Penelitian Penghapusan Senjata Nuklir Universitas Nagasaki di Jepang (RECNA) merilis “Data Hulu Ledak Nuklir Global 2024,” yang menyatakan bahwa jumlah hulu ledak nuklir di AS dan Rusia telah berkurang, sementara jumlah hulu ledak nuklir di Korea Utara, Tiongkok, dan India justru meningkat. Korea Utara diperkirakan memiliki 50 hulu ledak nuklir, meningkat 10 kali dari tahun sebelumnya.
Balon Sampah Korea Utara yang Dilengkapi Pemanas Pemicu Kebakaran
Pada Selasa (10/9), militer Korea Selatan melaporkan bahwa balon sampah yang diterbangkan dari Korea Utara ke arah selatan dilengkapi dengan pemanas otomatis yang digunakan untuk membakar kantong plastik berisi sampah, yang kemudian memicu kebakaran. Pihak berwenang Korea Selatan sedang menyusun rencana untuk menangani hal ini.
Komando Staf Gabungan Korea Selatan menyatakan kepada media bahwa balon-balon dari Korea Utara ini membawa kantong plastik berisi sampah yang dirancang agar isinya jatuh di wilayah Korea Selatan. Pyongyang menggunakan pemanas otomatis untuk membakar kantong plastik, yang konsepnya mirip dengan detonator.
Militer Korea Selatan memperkirakan pemanas ini biasanya akan aktif di udara, tetapi jika balon tersebut jatuh ke tanah terlebih dahulu, maka pemanas ini bisa memicu kebakaran bersama dengan sampah yang ada di dalam kantong. Hingga saat ini, tidak ditemukan bahan yang mudah terbakar atau peledak di dalam balon sampah tersebut.
Pada Kamis (5/9), atap sebuah pabrik di Kota Gimpo mengalami kebakaran serupa. Dalam penyelidikan, pihak berwenang menemukan sisa-sisa benda yang mirip dengan balon tersebut.
Selain itu, pada Minggu (8/9), sebuah gudang di Paju, kota perbatasan di barat laut Korea Selatan, mengalami kebakaran setelah terkena balon sampah dari Korea Utara. Diduga, kantong sampah tersebut membawa benda sejenis detonator yang memicu kebakaran. Peristiwa serupa juga terjadi di apartemen di Kota Goyang, dan penyelidikan masih berlangsung. (jhon)
Israel Memindahkan Fokus Strategi ke Utara, Menewaskan Komandan Hizbullah
oleh Zhao Fenghua dan Tian Yuan, New Tang Dynasty Television
Militer Israel pada Selasa (10 September) mengumumkan bahwa operasi militer di wilayah selatan akan segera selesai, mereka akan memindahkan fokus strategis ke perbatasan utara. Pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, selama kunjungannya di Inggris, mendesak Israel untuk mengubah strategi mereka beroperasi.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, pada Selasa mengatakan bahwa fokus strategis Israel sedang berpindah ke perbatasan utara.
“Kami hampir menyelesaikan misi kami di selatan,” ujar Gallant. Ia juga menambahkan bahwa tugas penting lainnya adalah mengubah situasi keamanan sehingga warga yang telah mengungsi dapat kembali ke rumah mereka.
Pada hari yang sama, militer Israel merilis sebuah video yang menunjukkan serangan udara di Lembah Bekaa, wilayah timur Lebanon, yang menewaskan Komandan Hizbullah, Mohammed Qassem al-Shaer.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dalam kunjungannya di London, mengadakan konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy. Blinken menyebutkan bahwa penembakan terhadap seorang wanita keturunan Turki-Amerika, Aysenur Eygi, “tidak dapat diterima,” dan meminta pasukan keamanan Israel untuk mengubah aturan keterlibatan mereka.
“Tidak ada orang yang seharusnya menghadapi bahaya hidup hanya karena menyuarakan pendapat mereka,” kata Blinken. “Kami percaya bahwa pasukan keamanan Israel perlu secara mendasar mengubah cara mereka beroperasi di Tepi Barat, termasuk aturan keterlibatan mereka.”
Militer Israel kemudian merespon pada hari Selasa bahwa Eygi kemungkinan besar tewas karena kesalahan tembak oleh pasukan mereka.
Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, juga menekankan bahwa saat ini merupakan momen penting bagi tercapainya gencatan senjata di Gaza.
“Kematian yang mengejutkan di Khan Younis pagi ini menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan akan gencatan senjata,” ujar Lammy.
Sebelumnya pada Selasa, Israel menyerang sebuah kamp pengungsi di wilayah Khan Younis, Gaza, yang menyebabkan 19 orang tewas. Militer Israel menyatakan bahwa serangan itu ditujukan kepada militan Hamas yang bersembunyi di area tersebut.
Selain itu, Majelis Umum PBB diperkirakan akan menggelar pemungutan suara minggu depan, meminta Israel untuk mundur dari wilayah Palestina dalam waktu enam bulan. (hui)
Penurunan Konsumsi di Tiongkok: Lebih dari 10.000 Toko Minuman Tutup dalam Dua Bulan
NTD
Tiongkok dilaporkan mengalami penurunan konsumsi secara signifikan, yang mana berdampak pada penutupan sejumlah besar gerai merek minuman kekinian. Dalam dua bulan terakhir, lebih dari 10.000 gerai minuman di seluruh negari akhirnya tutup. Menurut pedagang barang bekas, banyak peralatan dari toko-toko yang baru beroperasi dua atau tiga bulan, atau paling lama delapan hingga sembilan bulan, sudah dijual kembali.
Pada paruh pertama tahun ini, industri minuman kekinian mengalami perombakan besar dengan gelombang penutupan toko. Pada Juli, merek minuman yang didanai oleh pembawa acara terkenal Ma Dong, Xiexie Tea, menutup semua gerainya di seluruh negeri.
Pada 18 Juli, Nayuki’s Tea melaporkan hasil kuartal kedua 2024, di mana mereka membuka 48 gerai baru, tetapi juga menutup 48 gerai lainnya, sehingga tidak ada pertumbuhan bersih.
Pada Agustus, Cha Baidao, yang dikenal sebagai “perusahaan minuman teh kedua,” mengalami kinerja yang buruk. Data pemantauan merek menunjukkan bahwa antara Juni hingga Agustus, Cha Baidao membuka 614 toko baru tetapi menutup 905 toko lainnya.
Di Shanghai, beberapa gerai merek Mosu Yogurt juga tutup pada Agustus, termasuk gerai di pusat perbelanjaan bergengsi. Salah seorang staf mengatakan bahwa situasi bisnis tidak optimis.
Merek minuman terkenal lainnya, Shuyi Grass Jelly, juga menutup sejumlah besar tokonya dalam beberapa bulan terakhir. Dalam 90 hari terakhir, Shuyi Grass Jelly membuka 496 toko baru, tetapi menutup 1.605 toko lainnya.
Lonjakan penutupan toko membuat bisnis pengumpul peralatan bekas menjadi sibuk. Banyak merek besar seperti Heytea, Nayuki’s Tea, dan Auntie Hu mengalami penutupan yang signifikan pada tahun ini.
Menurut laporan data pihak ketiga, dari Juni hingga Agustus, lebih dari 10.000 toko minuman telah hilang. Masa hidup toko-toko ini semakin singkat, di mana banyak toko hanya bertahan beberapa bulan sebelum tutup. Bahkan untuk merek besar, yang dulu bisa bertahan dua hingga tiga tahun, kini banyak yang tutup hanya setelah beberapa bulan beroperasi.
Data hingga 5 Agustus 2024 menunjukkan bahwa total ada 431.753 toko minuman teh di Tiongkok. Meskipun ada 167.347 toko baru dibuka dalam setahun terakhir, hanya ada pertumbuhan bersih sebesar 35.518 toko, yang berarti sekitar 130.000 toko telah tutup dalam satu tahun terakhir.
Penutupan besar-besaran juga berdampak pada peningkatan jumlah peralatan bekas dari merek-merek terkenal seperti Cha Baidao dan Guming.
Pedagang peralatan bekas mencatat bahwa merek dengan jumlah penutupan terbesar adalah Cha Baidao, yang menyumbang 20% dari total penutupan. Merek lain seperti Guming juga menyumbang 10% dari penutupan.
Seorang pedagang barang bekas menyatakan bahwa dia tidak akan pernah membuka toko minuman sendiri, kecuali bisnis ini kembali ke prinsip dasar: rasa minuman yang baik. Hanya minuman yang enak yang akan menarik pembeli, tanpa perlu bergantung pada nama merek terkenal. (hui)
Video: Ukraina Meluncurkan Drone ‘Naga’ yang Menyemburkan Api dalam Serangan Terhadap Rusia
EtIndonesia. Rekaman dari Brigade Mekanik ke-42 menunjukkan senjata pembakar ini menuangkan zat tak dikenal ke hutan di wilayah Kharkiv, di mana diduga tentara Rusia bersembunyi.
Dalam minggu terakhir, pasukan Ukraina membagikan video drone yang terbang rendah, menyerupai naga dalam cerita rakyat.
Batalion serangan gunung ke-108 juga membagikan video lain, menyatakan bahwa pilot drone mereka telah menerbangkan drone ‘Naga’ di atas posisi Rusia.
Pada hari Senin (9/9), kepala staf Presiden Volodymyr Zelenskyy, Andriy Yermak, memposting video yang menunjukkan drone tersebut di malam hari, dengan menambahkan: “Sebuah naga sungguhan.”
Sedikit yang diketahui tentang kemampuan drone ini. Apakah ini bagian dari program senjata rahasia Ukraina atau inovasi dari model yang sudah ada?
Cara kerja drone ‘Naga’ Ukraina
Ivan Stupak, ahli militer dan mantan perwira SBU, menggambarkan drone ini sebagai ‘teknologi mutakhir’. Dia mengatakan senjata ini lebih besar dari drone FPV (First Person View) dan memiliki empat baling-baling.
Dia menambahkan bahwa drone ini tampaknya lebih canggih daripada drone biasa dan kemungkinan akan digunakan lebih luas dalam beberapa bulan mendatang.
Menurut Stupak, laporan dari garis depan berbeda-beda tentang cara kerja drone ini dan zat mudah terbakar yang digunakan, sementara pemerintah Ukraina merahasiakannya.
Drone ini diperkirakan membawa zat yang disebut termit, yang terbuat dari serbuk logam dan oksida besi atau karat. Zat ini mampu membakar logam pada suhu sekitar 2.200°C.
Recently, a new development in drone warfare has been sighted – the so-called Dragon drones.
— Emil Kastehelmi (@emilkastehelmi) September 6, 2024
Ukrainian drones are pouring thermite on Russian positions. This is something different from FPVs and bombers, and from a psychological viewpoint rather terrifying. 1/🧵 pic.twitter.com/MB48apP8JM
Dampak senjata pembakar ini dalam perang
Bom jenis ini sangat berbahaya karena sulit dikendalikan, berbeda dengan bahan peledak konvensional. Drone ini bisa membakar dan merusak hampir semua material, termasuk kendaraan militer dan senjata.
Mereka juga bisa menghancurkan gudang persediaan dan bunker tempat tentara Rusia bersembunyi. Selain itu, zat yang dibawa oleh drone ini mematikan bagi tentara Rusia atau menyebabkan luka bakar yang parah.
Laporan dari AOAV (Action on Armed Violence) menyebut bahwa termit menghasilkan panas yang cukup untuk melelehkan baja, menjadikannya senjata efektif untuk melumpuhkan peralatan dan kendaraan.
Dr. Iain Overton, direktur eksekutif AOAV, memperingatkan bahwa penggunaan bom termit di daerah berpenduduk bisa menimbulkan korban sipil yang besar.
Thermite is a substance that burns at very high temperatures. Not only do the trees and bushes burn, but it can also damage equipment, vehicles and fortifications, and cause severe burns to soldiers.
— Emil Kastehelmi (@emilkastehelmi) September 6, 2024
With less vegetation, drone recon and strike missions are more effective. 2/ pic.twitter.com/cPvigulLcp
Perang psikologis
Selain kehancuran yang bisa ditimbulkan, penampakan cairan panas yang jatuh dari langit bisa menjadi senjata perang psikologis. Ahli militer Emil Kastehelmi menekankan bahwa dari sudut pandang psikologis, hal ini sangat menakutkan.
Kombinasi antara ketakutan akan drone dan serangan api yang tiba-tiba tanpa bisa dipadamkan dapat menyebabkan efek psikologis yang signifikan bagi tentara musuh. (yn)
Sumber: metro
Dipaksa Beijing Mengaku dengan Ancaman Keluarga, Bintang Sepak Bola Korea Selatan Membantah Terlibat Pengaturan Skor
Secretchina.com
Mantan pemain tim nasional sepak bola Korea Selatan dan bintang klub Liga Super Tiongkok “Shandong Taishan”, Son Jun-ho, pada Rabu (11/9/2024) membantah tuduhan yang diajukan oleh Asosiasi Sepak Bola Tiongkok (CFA) terkait pengaturan skor dan suap. Ia juga mengklaim bahwa otoritas Beijing memaksanya untuk mengakui tuduhan palsu dengan ancaman terhadap keluarganya demi pembebasan lebih awal, namun janji tersebut tidak pernah ditepati.
Menurut laporan Radio France, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok, Xi Jinping yang mengaku sebagai penggemar sepak bola, menyatakan impiannya agar Tiongkok menjadi tuan rumah Piala Dunia dan meraih juara. Namun, skandal korupsi yang sering terjadi di dunia sepak bola Tiongkok serta hasil buruk dalam kompetisi internasional selama bertahun-tahun membuat ambisi Xi Jinping ini tampak semakin sulit terwujud.
Di bawah kepemimpinan Xi, Beijing dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan tindakan keras terhadap korupsi di bidang olahraga, terutama sepak bola, dan telah memenjarakan sejumlah pejabat tinggi.
Pada Selasa (10/9), CFA mengumumkan bahwa setelah melakukan penyelidikan selama dua tahun terkait pengaturan skor dan perjudian, Son Jun-ho, yang kini bermain untuk klub Korea Selatan Suwon FC, bersama 43 orang lainnya, dilarang bermain seumur hidup di Tiongkok. Son Jun-ho yang pernah bermain di Liga Super Tiongkok dituduh terlibat dalam pengaturan skor dan menerima suap.
Tiga mantan pemain tim nasional Tiongkok, Jin Jingdao, Guo Tianyu, dan Gu Chao, juga dilarang bermain seumur hidup. Pengumuman ini datang kurang dari seminggu setelah tim nasional Tiongkok kalah telak 7-0 dari Jepang dalam kualifikasi Piala Dunia 2026.
Son Jun-ho Membantah Tuduhan CFA
Menurut laporan Yonhap News Agency, Reuters, dan France 24, pada Rabu (11/9), setelah dijatuhi larangan bermain seumur hidup oleh CFA atas tuduhan manipulasi pertandingan, Son Jun-ho menggelar konferensi pers dan membantah tuduhan tersebut.
BACA JUGA : Krisis Sepak Bola Tiongkok : 43 Orang Dilarang Bermain Seumur Hidup dan 34 Dijatuhi Hukuman
Dalam konferensi pers itu, bintang sepak bola Korea Selatan ini menangis dan membantah keterlibatannya dalam pengaturan skor serta menerima suap selama bermain untuk klub Liga Super Tiongkok. Ia menyatakan bahwa pengakuannya dilakukan di bawah tekanan.
Dengan berlinang air mata, Son Jun-ho berkata, “Saya tidak pernah terlibat dalam pengaturan skor. Bukti yang mereka miliki hanyalah pengakuan palsu yang saya buat di bawah ancaman terhadap keluarga saya.”
Son Jun-ho mengklaim, “Polisi Tiongkok mengancam bahwa jika saya tidak mengakui tuduhan ini, istri saya juga akan ditangkap dan diselidiki secara pidana.”
This is absolutely harrowing – as Son Jun-Ho details his mistreatment in China. Absolutely infuriating and now the CFA could still apply a global ban – scumbags #kleague https://t.co/DCzUujoMYN
— Ross Davis (@kleaguenglish) September 11, 2024
Pemain mantan tim nasional Korea Selatan ini menyatakan bahwa ia setuju untuk tidak membicarakan pengalamannya selama ditahan di Tiongkok sebagai syarat pembebasannya. Namun, kini Son Jun-ho memutuskan untuk mengungkapkan kebenaran karena ia sangat terkejut dengan larangan seumur hidup yang dijatuhkan oleh CFA.
Son Jun-ho menambahkan bahwa selama ditahan di Tiongkok, ia tidak mengalami penyiksaan, tetapi menggambarkan kondisi tempat ia ditahan sangat buruk.
Sejak skandal sepak bola ini terungkap, Son Jun-ho kehilangan posisinya di tim nasional Korea Selatan. Pada Mei 2023, saat Son Jun-ho ditahan oleh polisi Tiongkok, Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyatakan bahwa bintang sepak bola Korea yang bermain untuk Shandong Taishan itu diduga terlibat dalam suap.
Setelah hampir 10 bulan ditahan di Tiongkok, Son Jun-ho dibebaskan pada Maret tahun ini dan kembali ke Korea Selatan. Ia kini telah menandatangani kontrak dengan Suwon FC dan berharap bisa melanjutkan karier sepak bolanya.
Reporter Reuters belum berhasil menghubungi CFA untuk memberikan komentar terkait pernyataan Son Jun-ho. Namun Administrasi Olahraga Umum Tiongkok, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Keamanan Publik belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar. (jhon)
Belarusia Akan Menjadi Medan Perang Baru? 14.000 Tentara Ukraina Berbalik Arah, Polandia Kerahkan 8.000 Tentara
Setelah menyerang wilayah Kursk di Rusia, dilaporkan bahwa Ukraina kini membalikkan arah dan mengumpulkan 14.000 tentara di perbatasan dengan Belarusia. Beberapa pakar militer menyatakan bahwa langkah ini mungkin merupakan respons terhadap Belarusia yang sebelumnya mengirim sejumlah besar pasukan ke perbatasan, sehingga Ukraina perlu membagi pasukannya untuk berjaga. Ada juga yang berpendapat bahwa Ukraina bermaksud menargetkan sekutu Rusia, yaitu Belarusia
www.aboluowang.com
Pemerintah Belarusia baru-baru ini mengungkapkan bahwa sekitar 14.000 tentara Ukraina berkumpul di perbatasan Ukraina-Belarusia. Pada saat yang sensitif ini, tindakan tersebut dianggap sebagai “niat buruk.”
Sebelumnya, dalam menanggapi serangan Ukraina di wilayah Kursk, Belarusia telah mengeluarkan peringatan darurat dan mengirim sekitar sepertiga dari pasukannya ke perbatasan. Ini dilakukan untuk menghadapi “kebijakan permusuhan” Ukraina. Sementara itu, pihak Ukraina meminta Belarusia untuk segera menarik pasukan dan menghentikan tindakan “tidak bersahabat” tersebut.
Pertanyaannya, berapa banyak tentara yang dimiliki Ukraina sehingga mereka mampu membagi pasukan dan memamerkan kekuatan di perbatasan dengan Belarusia, padahal mereka juga sedang berperang dengan Rusia? Hal ini memicu rasa penasaran di kalangan pakar militer.
Beberapa menduga bahwa tentara tersebut sebagian besar adalah pasukan lapis kedua, atau warga sipil yang kurang terlatih dan langsung dikerahkan ke medan perang. Ada juga yang berpendapat bahwa NATO telah memberikan bantuan besar-besaran dengan mengirimkan banyak “tentara bayaran” untuk memperkuat Ukraina. Selain itu, cukup banyak warga Belarusia yang bergabung dengan militer Ukraina untuk melawan Rusia.
Pertanyaan kedua adalah, dengan situasi yang kurang menguntungkan di medan perang Ukraina timur dan kebuntuan di Kursk, apakah Ukraina berani memprovokasi lagi? Jika Belarusia benar-benar tersulut, apakah Ukraina siap untuk menghadapi pertempuran di tiga front?
Terkait hal ini, Air & Space Power Journal, pada 11 September enganalisis beberapa poin penting:
Pertama, tindakan militer Ukraina seringkali didorong secara langsung atau tidak langsung oleh negara-negara NATO. Secara kasat mata, tampak bahwa Ukraina sedang menantang Rusia dan Belarusia secara bersamaan, tetapi sebenarnya, kemungkinan besar banyak negara NATO sudah siap terlibat dalam konflik tersebut.
Hampir bersamaan dengan ketika pasukan Ukraina bergerak ke perbatasan, Belarusia juga mengamati bahwa Polandia dan sejumlah negara Baltik mulai menggerakkan pasukan mereka.
Polandia, sebagai pelopor anti-Rusia, menunjukkan tindakan paling agresif dengan menempatkan sekitar 8.000 tentara di perbatasan Belarusia. Sistem artileri, jet tempur, dan helikopter juga terus bertambah.
Selanjutnya, Ukraina mungkin berusaha melibatkan Belarusia dalam konflik ini untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas dari NATO, termasuk melibatkan pasukan dari Polandia, Finlandia, dan negara lainnya untuk membantu mempertahankan garis pertahanan Ukraina yang semakin tegang.
Jika Belarusia terlibat dalam perang, hal ini akan berarti bahwa konflik Rusia-Ukraina akan semakin meluas, dan NATO mungkin juga harus terlibat secara langsung. (jhon)
Banjir dan Tanah Longsor di Banyak Wilayah Barat Daya Tiongkok, Hujan Lebat Merendam Kota Renqiu di Hebei
oleh Yuliang dan Zhang Xiaoyu – New Tang Dynasty Television
Sebagai dampak Topan Yagi, wilayah barat daya Tiongkok mengalami hujan lebat yang menyebabkan terjadinya tanah longsor dan banjir. Warga setempat hanya bisa menyaksikan rumah-rumah mereka terendam lumpur akibat tanah longsor. Pada Senin (9/9/2024), Kota Renqiu di Provinsi Hebei kembali dilanda hujan deras, dan beberapa bagian kota masih terendam pada Selasa.
Di Kota Renqiu dan sekitarnya, yang terletak di Cangzhou, Hebei, hujan deras mengguyur pada Senin malam, dengan curah hujan di beberapa daerah melebihi 100 mm. Kota itu terendam banjir, dan Rumah Sakit Utama Minyak Tiongkok Utara kembali terendam.
Dalam video amatir, seorang warga terdengar berkata, “Saya seperti sedang mengemudi perahu sekarang. Mobil saya sudah berubah menjadi perahu.”
Pada akhir pekan, Topan Mokha membawa hujan deras yang menyebabkan banjir bandang di beberapa wilayah di Yunnan, Sichuan, dan Guangxi, yang memicu tanah longsor.
Di Kota Jinhe, Kabupaten Jinping, Prefektur Honghe, Yunnan, hujan deras membawa tanah dan batu dari pegunungan, yang menyapu Desa Kuchahe. Banyak rumah di desa itu tenggelam oleh lumpur, dan lebih dari 300 penduduk dievakuasi dengan cepat.
Perbandingan gambar desa sebelum dan sesudah bencana menunjukkan bahwa jalan utama dan pusat desa tertutup lumpur. Warga desa sangat terpukul, tidak mampu menahan kesedihan mereka.
Pada Senin, tanah longsor juga menyebabkan jalan di beberapa bagian Jalur Tol Yaxi dan Jalur Tol Jingkun terputus. Akses menuju arah Chengdu ditutup total.
Di area sekitar Terowongan Tuowu di antara Ya’an dan Xichang, terjadi kemacetan panjang. Para pengemudi mengeluhkan bahwa kendaraan mereka tidak bisa maju atau mundur.
Selain itu, di Kabupaten Malipo, Prefektur Wenshan, Yunnan, hujan lebat yang dipicu oleh Topan Yagi menyebabkan banjir di pusat kota dan memicu tanah longsor di beberapa daerah, termasuk Desa Chengzi di Kota Tianbao. (hui)