Home Blog Page 1158

Rusia Tembakkan 600 Rudal ke Warga Sipil Ukraina, Dituding Terlibat Kejahatan Perang

NTDTV.com

Seorang pejabat senior pertahanan AS melaporkan bahwa sejak militer Rusia menginvasi Ukraina,  negara itu sudah meluncurkan 600 rudal dan menginvestasikan 9,5 persen kekuatan militernya di perbatasan Rusia-Ukraina. Secara terpisah, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengatakan pada 6 Maret bahwa AS telah mencatat “laporan yang sangat kredibel bahwa Rusia sengaja menargetkan warga sipil Ukraina” sebagai bantuan dalam penyelidikan apakah Rusia terlibat dalam kejahatan perang.

Pejabat Pertahanan AS : Rusia Tembakkan 600 Rudal dan Menginvestasikan 9,5 Persen Pasukan Perbatasannya

Rusia melancarkan serangannya terhadap Ukraina pada 24 Februari, di mana negara itu membantah menyerang wilayah sipil. Rusia menyebutnya sebagai “operasi militer khusus” dan mengatakan tidak memiliki rencana untuk menduduki Ukraina.

Namun demikian, menurut citra satelit yang dirilis oleh perusahaan AS Maxar Technologies pada 2 Maret, setelah Rusia menginvasi Ukraina, daerah di sekitar Kyiv, ibu kota Ukraina, terpukul keras hanya dalam 5 hari. Tidak hanya rumah yang terbakar, jembatan juga rusak.  Ada banyak kawah yang disebabkan oleh pemboman di jalanan. 

Gambar yang dirilis pada 2 Maret yang diambil oleh Maxal pada 28 Februari. Setelah itu, karena awan tebal di Ukraina, sebagian besar satelit tidak dapat lagi menangkap gambaran tanah di Ukraina.

CNN mengutip seorang pejabat senior pertahanan AS yang mengatakan pada 6 Maret, bahwa sejak Rusia memulai invasi ke Ukraina, Rusia telah meluncurkan total 600 rudal dan menginvestasikan 9,5 persen pasukan militernya di perbatasan Rusia-Ukraina di Ukraina.

Para pejabat mengatakan, Amerika Serikat mengamati pertempuran antara Kherson dan Mykolaiv pada 6 Maret, dan tentara Rusia masih berusaha untuk mengepung Kyiv, Kharkiv Chernihiv dan Mariupol.

Akan tetapi serangan tersebut mendapatkan perlawanan keras dari penduduk Ukraina, sehingga memperlambat kemajuan Rusia.

Sementara itu, konvoi Rusia yang membentang 40 mil di utara Kyiv, tetap melambat. Tanpa pembaruan tentang seberapa jauh mereka dari Kyiv. Tapi akhir pekan lalu, konvoi itu sekitar 25 kilometer dari pusat kota Kyiv.

“Kami percaya bahwa orang-orang di sebagian besar Ukraina masih dapat berkomunikasi, menjelajahi Internet, dan memiliki akses ke media,” tambah pejabat itu.

Pejabat itu juga menyebutkan bahwa Amerika Serikat belum mengamati serangan amfibi di Odessa.  Menurut penilaian mereka,  serangan tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Odessa terletak di pantai Laut Hitam, dekat dengan perbatasan Ukraina dan Moldova dan wilayah Transnistria yang diduduki oleh Rusia, yang terdiri dari orang-orang Bolivia dan Yahudi. Odessa sebagian besar tetap tidak tersentuh oleh perang.

Blinken: Rusia  sengaja menyerang warga sipil Ukraina

Pasukan agresor Rusia bertempur sengit di tenggara Ukraina, memicu kewaspadaan global setelah mereka merebut  Zaporizhzhia, pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, pada Kamis 3 Maret. Kedutaan Besar AS di Ukraina men-tweet pada 4 Maret bahwa menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir adalah kejahatan perang.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada kedutaan AS di seluruh Eropa, untuk tidak me-retweet tweet kedutaan Kyiv yang menyebut serangan terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir sebagai kejahatan perang, mengutip tinjauan yang sedang berlangsung, menurut CNN.

“Kami telah melihat laporan yang sangat kredibel tentang serangan yang disengaja terhadap warga sipil, yang merupakan kejahatan perang,” kata Antony Blinken di “State of the Union” CNN pada Rabu.

“Apa yang kami lakukan adalah mencatat semuanya, menyusunnya, dan mempelajarinya, dan kami dapat membantu ketika ada organisasi dan institusi yang menyelidiki apakah kejahatan perang telah dilakukan atau akan segera dilakukan.”

Blinken tidak menyebutkan tweet kedutaan, dan Departemen Luar Negeri AS, menolak berkomentar apakah tweet tersebut mencerminkan posisi pemerintah AS tentang masalah tersebut. (hui)

Kedatangan dari Luar Negeri di Bali Sudah Tidak Perlu Lagi Karantina, Ini yang Perlu Diketahui

ETIndonesia- Pemerintah mulai menerapkan pelonggaran pembatasan COVID-19 yang sebelumnya diwajibkan kepada kedatangan dari pelaku perjalanan luar negeri. Kini sudah tidak diharuskan menjalani karantina mandiri.

“Kami juga melaporkan kesiapan Bali dalam menggelar kebijakan tanpa karantina,” kujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi  dan Koordinator PPKM Jawa – Bali, Luhut Binsar Panjaitan, dalam konfrensi pers daring dalam akun Youtube Sekretariat Presiden, Senin (7/3/2022).

Menurut Luhut, Presiden Jokowi juga sudah menyetujuinya. Bahkan, sudah diuji coba beberapa hari ini.

“Presiden juga sudah menyetujui untuk melakukan uji coba tanpa karantina bagi PPLN sejak 7 Maret,” tambahnya.

Meski demikian ada persyaratan yang mesti dipenuhi yakni :

1. PPLN yang datang harus menunjukkan paid booking hotel yang sudah dibayar minimal 4 hari atau menunjukkan bukti domisili di Bali bagi WNI.

2. PPLN yang masuk harus sudah vaksinasi lengkap/booster.

3. PPLN melakukan entry PCR-test dan menunggu di kamar hotel hingga hasil test negatif keluar. Setelah negatif bisa bebas beraktivitas dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.

4. PPLN kembali melakukan PCR-test di hari ke-3 di hotel masing-masing.

5. PPLN tetap harus memiliki asuransi kesehatan yang menjamin Covid-19 sesuai ketentuan.

6. Event internasional yang dilakukan di Bali selama masa ujicoba menerapkan Protokol Kesehatan yang Ketat Sesuai Standar G20.

7. Penerapan Visa on Arrival untuk 23 Negara: Negara ASEAN, Australia, AS, Inggris, Jerman, Belanda, Perancis, Qatar, Jepang, Korea Selatan, Kanada, Italia, Selandia Baru, Turki, UAE.

8. Pengetatan protokol kesehatan dan penggunaan Peduli Lindungi di berbagai tempat.

9. Akselerasi vaksin booster Bali mencapai 30% dalam 1 minggu ke depan.

Luhut menjelaskan, pelaku perjalanan luar negeri secara keseluruhan nantinya juga akan dibebaskan dari karantina.

“Bila ujicoba ini berhasil, maka kita akan memberlakukan pembebasan karantina bagi seluruh PPLN pada tanggal 1 April 2022 atau lebih cepat,” kata Luhut. (asr)

Aturan Syarat PCR dan Antigen untuk Perjalanan Domestik Dihapus

ETIndonesia – Pemerintah menghapus persyaratan menunjukkan hasil tes PCR (Polymerase Chain Reaction) dan Antigen negatif yang selama ini digunakan dalam perjalanan darat, udara dan laut.

“Pelaku perjalanan domestik dengan transportasi udara, darat dan laut yang sudah melakukan vaksinasi dosis kedua dan lengkap, sudah tidak perlu menunjukkan test antigen maupun PCR negatif,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi  dan Koordinator PPKM Jawa – Bali, Luhut B. Panjaitan, dalam konfrensi pers daring di akun Youtube Sekretariat Presiden, Senin (7/3/2022).

Hal demikian disampaikannya dalam rangka menuju transisi aktivitas normal. Selain itu, ketika semakin membaiknya penanganan pandemi di Indonesia. Apalagi tren kasus harian dan kondisi rawap inap nasional terus mengalami penurunan secara signifikan.

Menurut Luhut, aturan tersebut segera diterapkan.”Ini akan ditetapkan dalam surat edaran yang akan diterbitkan oleh kementerian dan lembaga terkait,” tambahnya.

Tak hanya sebatas menghapus persyaratan PCR dan Antigen dalam perjalanan domestik, kehadiran penonton dengan kapasitas tertentu dalam kompetisi olaharga juga akan diberlakukan. Meski demikian, para penonton harus memenuhi kriteria yang sudah ditentukan.

“Seluruh kompetisi olahrga sudah dapat menerima penonton dengan syarat sudah melakukan vaksinasi booster dan mengunakan peduli lindungi dengan kapasitas sebagai berikut, level 4 dengan 25 persen, Level 3 50 persen, level 2 75 persen, dan level 1 100 persen,” jelasnya.  

Luhut menegaskan  kebijakan yang diambil oleh pemerintah ini, berdasarkan masukan dari para pakar dan ahli pada bidang masing-masing. Tak hanya sebatas itu, dilengkapi dengan peta jalan  prinsip kehati-hatian secara bertahap, bertingkat dan berlanjut untuk menavigasi hal yang tak diinginkan.

“Kami tegaskan ini bukan dilakukan secara terburu-buru, kita harus siap menuju kebijakan transisi secara bertahap dengan menerapkan kebijakan berbasiskan data yang ada,” ungkapnya.  

Pada kesempatan itu, Luhut meminta dukungan semua pihak untuk mewujudkan proses transisi secara bertahap dari pandemi ke endemi.  

“Semua upaya pada hari ini, perlu didukung dengan keterlibatan masyarakat dengan baik agar berdampingan bersama dengan COVID-19, nantinya hanya bukan selogan semata,” jelasnya. (asr)

COVID-19 di Korea Selatan Melampaui 266.000 Kasus, Jumlah Kasus Aktual yang Dikonfirmasi di Hong Kong Lebih Tinggi

Li Mei dan Lin Mingdi – NTD

Tidak termasuk  daratan Tiongkok, lebih dari 442 juta orang di seluruh dunia didiagnosis dengan Virus Partai Komunis Tiongkok (COVID-19) dan sekitar 5,98 juta orang meninggal dunia, pada Jumat (4/3/2022). Prancis mengumumkan akan membatalkan paspor vaksin dan wajib masker mulai 14 Maret. Hong Kong telah melampaui 50.000 kasus yang dikonfirmasi selama tiga hari berturut-turut. Para pejabat mengatakan jumlah sebenarnya dari kasus yang dikonfirmasi bisa lebih tinggi.

Hong Kong menambahkan lebih dari 52.000 kasus lokal yang dikonfirmasi pada Jumat 4 Maret, dan lebih dari 50.000 orang terinfeksi dalam sehari selama tiga hari berturut-turut. Namun demikian, jumlah kasus yang dikonfirmasi saat ini tidak dapat mencerminkan situasi sebenarnya.

Pejabat kesehatan pemerintah Hong Kong mengatakan bahwa platform pelaporan online yang semula dijadwalkan diluncurkan minggu ini belum dibuka. Banyak warga telah didiagnosis positif COVID-19 setelah rapid test.

Pandemii di Hong Kong telah menyebar ke penjara dan tahanan hati nurani, termasuk Li Zhuoren, mantan ketua Partai Demokrat Ho Junren, dan aktivis sosial Gu Siyao, semuanya dinyatakan positif COVID-19. Dalam dua pekan terakhir, total ada sekitar 1.000 narapidana yang didiagnosis. Sebagian besar tidak menunjukkan gejala. Selain itu, LP juga memiliki 1.000 penjaga penjara dan personel lain yang tidak dapat bekerja karena terinfeksi atau menjalani isolasi.

Menurut statistik pemerintah Hong Kong, Hong Kong memiliki arus pandemi lebih dari 71.000 orang pada Februari, tertinggi sejak pecahnya COVID-19, dibandingkan dengan lebih dari 16.000 kasus pada Desember tahun lalu.

Sementera itu, Korea Selatan mencatat lebih dari 266.000 kasus baru pada hari Jumat 4 Maret, rekor tertinggi lainnya, dan 186 kasus kematian baru juga memecahkan rekor dalam sehari.

Namun demikian, pemerintah Korea Selatan masih memutuskan untuk melonggarkan tindakan pencegahan pandemi seperti yang direncanakan. Mulai Sabtu, 12 jenis tempat berkumpul umum seperti restoran dan kafe akan menambah jam kerjanya satu jam dan tutup pada pukul 23.00.

Pilpres Korea Selatan, Pemilih Sangat Antusias

Pemilih Korea Selatan Lyu Han Su berkata : “Saya datang ke sini untuk memilih karena pemilu adalah proses terpenting dalam demokrasi.”

Pemilih Korea Selatan lainnya, Jung Soon Oc: “Saya gugup sebelum datang untuk memberikan suara, tetapi saya senang melihat banyak orang berpartisipasi dalam pemungutan suara awal.”

Pada hari Sabtu, pusat perawatan masyarakat akan membuka 10 tempat pemungutan suara khusus bagi orang-orang dengan kasus yang dikonfirmasi COVID-19 untuk memilih.

Prancis melaporkan lebih dari 60.000 kasus baru dan 180 kasus kematian pada Kamis (3/3/2022).

Perdana Menteri Prancis Jean Castex mengumumkan bahwa Prancis akan mencabut  paspor vaksin pada 14 Maret, sebulan sebelum pemilihan presiden.

Mulai 14 Maret, warga Prancis tidak perlu lagi memakai masker di dalam ruangan, kecuali saat menggunakan transportasi umum. Selain itu, bukti vaksinasi masih diperlukan untuk masuk ke panti jompo. (Vv)

Biden yang Mempercayai Tiongkok dengan Membeberkan Laporan Intelijen AS Mengenai Rusia

Anders Corr

Ketika Presiden Joe Biden datang ke Xi Jinping dengan intelijen Amerika Serikat mengenai invasi Rusia yang akan terjadi ke Ukraina, memohon Xi Jinping untuk melakukan sesuatu mengenai hal itu, Xi Jinping pasti menganggap Joe Biden cukup naif.

Pertama, Xi Jinping hampir pasti mengetahui dan menyetujui rencana Vladimir Putin yang mengerikan di masa depan. Vladimir Putin membutuhkan seorang pembeli pilihan terakhir untuk sanksii yang ia tahu akan  terjadi, jadi ia harus mendapatkan jaminan dari Xi Jinping terlebih dahulu.

Kedua, bahkan jika Xi Jinping tidak mengetahui rencana Vladimir Putin, maka Xi Jinping akan menyetujuinya. Invasi Rusia, termasuk kejahatan perang seperti serangan-serangan terhadap apartemen-apartemen sipil dan pembangkit-pembangkit listrik di Kyiv, menyoroti dari pelanggaran hak asasi manusia dan agresi teritorial yang dilakukan oleh Beijing sendiri.

Ketiga, invasi Rusia mengubah Rusia menjadi negara paria. Sanksi yang dihasilkan memaksa Rusia jatuh ke dalam pelukan Tiongkok, seperti halnya kudeta di Myanmar pada tahun 2021 dan kudeta di Thailand pada tahun 2014. Tiongkok memainkan demokrasi, dan sanksi-sanksi yang diterapkannya dengan lihai.

Xi Jinping pasti tertawa terbahak-bahak, ketika ia mengakhiri panggilan video Joe Biden. (Apakah Xi Jinping benar-benarnya tertawa terbahak-bahak, juga tidak jelas. Mungkin ia hanya tersenyum.)

Hal itu akan terjadi tepat sebelum Xi Jinping menelepon teman baiknya Vladimir Putin dan memberitahu Vladimir Putin mengenai semua intelijen Amerika Serikat yang dibagikan Joe Biden. Silang-ganda semacam itu membangun kepercayaan di antara para pencuri, tetapi bertahan selama diperlukan untuk salah satu dari mereka untuk mendapatkan jarahan.

The New York Times pertama kali melaporkan pemerintahan Joe Biden yang baik hati tetapi meraba-raba bagian-bagian intelijen, pada 25 Februari. Bagian-bagian intelijen itu terjadi selama tiga bulan dan enam pertemuan dengan Duta Besar Tiongkok, Menteri Luar Negeri, dan akhirnya Xi Jinping sendiri.

Gagasan untuk berbagi intelijen pasti datang ketika semakin banyak orang-orang yang baik hati di pemerintahan itu berpikir, “Aha! Ini benar-benar akan menjadi masalah yang akhirnya kita dapat bekerja sama dengan Partai Komunis Tiongkok! Partai Komunis Tiongkok tidak bekerja sama di bidang iklim, perdagangan, hak asasi manusia, demokrasi, kesehatan, non-proliferasi, atau terorisme. Tetapi, hei, mungkin invasi Rusia adalah kesempatan yang sangat berharga!” 

Sebaliknya, pemerintahan Joe Biden baru saja ditikam dari belakang.

Pejabat-pejabat Tiongkok yang berbicara dengan pejabat-pejabat Joe Biden awalnya mengklaim bahwa mereka tidak berpikir suatu invasi benar-benar akan terjadi.

Ternyata hal itu adalah suatu kebohongan ketika pemerintah Joe Biden mendapat intelijen bahwa pejabat-pejabat Tiongkok tidak hanya tahu mengenai rencana-rencana itu, tetapi pejabat-pejabat Tiongkok memberitahukan pejabat-pejabat Rusia bahwa pejabat-pejabat Tiongkok tidak akan menentang para pejabat Rusia.

Menurut Edward Wong di Times, “Setelah satu pertukaran diplomatik di bulan Desember, para pejabat Amerika Serikat mendapat informasi intelijen yang menunjukkan Beijing telah membagikan informasi tersebut dengan Moskow, memberitahukan Rusia bahwa Amerika Serikat sedang  berupaya menabur perselisihan–—dan bahwa Tiongkok tidak akan berupaya menghalangi rencana dan tindakan Rusia, kata para pejabat.”

Hal itu pasti sangat menyakitkan. Joe Biden memercayai Xi Jinping untuk melakukan hal yang benar dan Xi Jinping melakukan sebaliknya. Pemerintah Joe Biden pasti merasa seperti orang-orang bodoh.

Mereka sebenarnya orang-orang bodoh, karena Xi Jinping dan Vladimir Putin jelas-jelas berada di pihak yang sama untuk masalah Ukraina. Pada 4 Februari, Xi Jinping dan Vladimir Putin menandatangani sebuah pernyataan strategis yang mengacu pada sebuah kemitraan antara negara-negara yang “tanpa batas” dan tidak “terlarang” di bidang-bidang kerjasama. Dalam dokumen tersebut, Xi Jinping dan Vladimir Putin mengambil sikap menentang ekspansi NATO, dan untuk “kepentingan-kepentingan inti mereka berdua, kedaulatan  dan integritas teritorial kedua negara.” Ini adalah sebuah penegasan, tanpa mengatakannya secara eksplisit, atas klaim Rusia terhadap Ukraina.

Pada gilirannya, pihak Rusia secara eksplisit mendukung prinsip “satu Tiongkok”, dan “bahwa Taiwan adalah bagian tidak terpisahkan dari Tiongkok, dan menentang segala bentuk kemerdekaan Taiwan.”

Pengakuan timbal-balik oleh kedua diktator tersebut atas klaim-klaim teritorial mereka atas “wilayah-wilayah umum mereka yang berdekatan” mengatur Vladimir Putin dalam sebuah aliansi de facto untuk mendukung invasi Vladimir Putin ke Ukraina.

Xi Jinping dan Vladimir Putin percaya Ukraina pernah menjadi milik Rusia dan Taiwan pernah menjadi milik Tiongkok. Ukraina dan Taiwan ingin bergabung dengan sistem-sistem aliansi Barat. Ukraina dan Taiwan dapat memiliki senjata nuklir untuk membela diri.

Sementara Xi Jinping telah berbicara banyak mengenai menginvasi Taiwan, Vladimir Putin berupaya  mempertahankan unsur kejutan. Hal ini berhasil untuk Vladimir Putin dalam invasi Krimea dan Donbass pada tahun 2014. Hal tersebut tidak bekerja dengan baik baru-baru ini.

Namun, Xi Jinping memperkuat komitmen untuk Rusia. Setelah invasi tersebut, Beijing secara eksplisit mendukung “keprihatinan keamanan yang sah” bagi Rusia serta “kedaulatan dan integritas teritorial” semua negara.

Dalam konteks invasi Ukraina, sebagian besar orang Barat mungkin membaca poin yang terakhir sebagai hal untuk mendukung Ukraina. Tetapi Vladimir Putin mengklaim Ukraina sebagai bagian dari Rusia. Jadi Vladimir Putin dapat membaca poin kata-kata licik Xi Jinping yang sepenuhnya mendukung integritas teritorial Rusia sendiri, yang mencakup seluruh “Ukraina.”

Xi Jinping mengetahui hal ini, dan untuk menggarisbawahi dukungannya terhadap perang Rusia, Kementerian Luar Negeri Tiongkok secara teratur menyalahkan Amerika Serikat, bantuan pertahanan ke Ukraina, “meningkatkan kemungkinan perang,” dan ekspansi NATO. Vladimir Putin terbebas dari masalah, menurut Partai Komunis Tiongkok.

Xi Jinping membuat Vladimir Putin percaya, terisolasi seperti Vladimir Putin oleh orang-orang penurut di kelompok-berpikir Kremlin, bahwa ia akan menang tidak hanya di Ukraina, tetapi dalam membuat negara-negara seperti Swedia dan Finlandia keluar dari NATO. Memang, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam Swedia dan Finlandia pada 25 Februari untuk tidak ikut campur.

Vladimir Putin jelas-jelas menggigit lebih banyak Eropa daripada yang dapat dikunyahnya. Rusia tidak lagi Uni Soviet yang kuat secara ekonomi. Saat ini ekonomi Rusia adalah sekitar sepersepuluh ukuran Tiongkok atau Eropa. Tidak ada yang menghormati Pantai Gading dengan senjata-senjata nuklir, yang sekarang digambarkan Rusia.

Kepicikan ideologis serupa menimpa Xi Jinping, yang percaya bahwa bentuk pemerintahan otoriternya adalah lebih unggul daripada demokrasi yang kacau balau. Xi Jinping menggunakan strategi COVID-nya sebagai sebuah contoh, menerapkan karantina di seluruh negaranya yang berpenduduk 1,4 miliar orang untuk mencapai angka kematian yang rendah. Tetapi ekonomi Xi Jinping dengan perintah yang sok juga tertahan inovasi, sehingga vaksin-vaksin Tiongkok tidak bekerja dengan baik. Karantina masih diterapkan di Tiongkok, sementara Barat akhirnya muncul kembali ke kebebasan manusia normal.

Vladimir Putin dan Xi Jinping memberitahu satu sama lain bahwa kediktatoran adalah lebih efisien, dan begitu mereka dapat dengan mudah mengambil wilayah-wilayah dari negara-negara demokrasi yang tidak bersekutu seperti Ukraina atau Taiwan. Ukraina mudah-mudahan dalam proses melucuti ilusi otoriter Vladimir Putin dan Xi Jinping. Waktu akan membuktikan.

Namun, apa yang seharusnya sudah sangat jelas, bahwa negara-negara demokrasi tidak dapat mempercayai Rusia dan Tiongkok, yang menganggap dirinya lebih unggul.

Tetapi ada satu harapan. Vladimir Putin atau pun Xi Jinping juga tidak dapat saling percaya. Di awal, Tiongkok akan merebut kedaulatan Rusia sendiri jika diberi kesempatan. Dan sebaliknya. Hal tersebut membuat Rusia dan Tiongkok menjadi sekutu-sekutu yang lemah. Memang, mereka bahkan belum mampu mengucapkan kata tersebut. (Vv)

Ada 150 Kematian Setiap Hari di Hong Kong Akibat COVID-19, Han Zheng dan Sun Chunlan Keluarkan Instruksi

0

Luo Tingting

“Hong Kong 01” melaporkan bahwa sebuah sumber mengatakan bahwa Wakil Perdana Menteri Tiongkok, Sun Chunlan, yang bertanggung jawab atas pekerjaan pencegahan pandemi, “telah berada di Beijing selama beberapa hari dan telah memberikan instruksi penting tentang pekerjaan anti-pandemi Hong Kong.”

Laporan tersebut  menunjukkan bahwa Beijing tidak puas dengan kinerja anti-pandemi pemerintah Hong Kong. Sedangkan pihak berwenang sangat khawatir tentang apakah pandemi Hong Kong akan membahayakan Shenzhen dan Guangdong, dan kemudian memengaruhi seluruh negara.

Liu Zhaojia, wakil ketua Asosiasi Nasional untuk Studi Hong Kong dan Macau, mengatakan bahwa pemerintah pusat diharapkan akan memiliki pengawasan dan bimbingan yang lebih kuat pada pekerjaan anti-pandemi pemerintah Hong Kong, dan akan memperkuat akuntabilitas.

Menurut laporan pemerintah Hong Kong, ada 150 kasus kematian baru pada Sabtu (5/3/2022), berusia antara 32 dan 105 tahun, di mana 137 kasus adalah orangtua berusia 65 tahun ke atas. Dari jumlah tersebut, 19 orang menerima 1 dosis vaksin, 21 orang menerima 2 dosis, dan 1 orang menerima 3 dosis.

Liang Wannian, kepala Kelompok Ahli Pusat untuk Pencegahan dan Pengendalian Hong Kong, mengatakan kepada media pada 5 Maret, bahwa pandemi di Hong Kong masih meningkat pesat,  kasus parah dan kematian harus dikurangi.

Pandemi di Hong Kong di luar kendali, dengan hampir 400.000 kasus dikonfirmasi dalam putaran ini. Sehingga menyebabkan sistem medis Hong Kong kewalahan. Karena jumlah kematian akibat virus terus meningkat, pemerintah Hong Kong telah mengerahkan kontainer freezer ke rumah sakit untuk menyimpan sementara jenazah pasien.

Dr. Larry Lee, manajer administrasi umum  dari Otoritas Rumah Sakit, mengatakan pada tanggal 4 Maret bahwa beberapa freezer kontainer telah tiba, dan yang lainnya akan tiba dalam satu atau dua hari, dan diyakini bahwa sekitar 500 posisi akan disediakan.

Pengendalian pandemi dan tindakan isolasi yang ketat di Hong Kong telah mendorong lebih banyak orang asing di Hong Kong untuk mengungsi. Data pemerintah menunjukkan arus keluar bersih lebih dari 71.000 orang dari Hong Kong pada Februari, terbesar sejak wabah dimulai, dibandingkan dengan 16.879 orang pada Desember 2021.

“Hong Kong seperti penjara sekarang,” kata seorang bankir investasi di sebuah perusahaan Barat yang bekerja dari rumah kepada Reuters.

Jalanan Hong Kong yang biasanya ramai dan bising sekarang menjadi sunyi senyap, dengan restoran tutup atau tidak ada pelanggan, dan rak-rak supermarket kosong diperebutkan. (hui)

Waspadai 7 Tanda yang Diberikan 30 Hari Sebelum Stroke Menyerang

Epoch Inspired Staff

Stroke bisa berakibat fatal, sama seperti serangan jantung. Namun, ada 7 tanda awal sebelum serangan stroke terjadi. Mari kita ikuti :

Stroke terjadi ketika pembuluh darah yang membawa oksigen ke otak pecah atau tersumbat oleh gumpalan. Pada saat ini, otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup, sel-sel otak mulai mati, area otak yang terkena tidak akan berfungsi dengan baik, yang sangat merugikan kesehatan pribadi yang bersangkutan.

Stroke berbeda pada diri setiap orang, tetapi mereka semua memiliki satu kesamaan, yang serangan stroke terjadi secara tiba-tiba. Di bawah ini adalah tanda-tanda paling umum yang muncul sebulan sebelum stroke, dan jika seseorang telah memiliki tanda-tanda ini, pertimbangkan untuk secepatnya berkonsultasi dengan dokter.

Jatuh yang tidak dapat dijelaskan bisa menjadi awal dari stroke. (Shutterstock)

1. Kesemutan atau kelemahan tiba-tiba di wajah, lengan, atau kaki (biasanya timbul di satu sisi tubuh)

Stroke biasanya hanya mempengaruhi satu sisi otak, oleh karena itu stroke juga hanya mempengaruhi satu sisi tubuh. Jika Anda melihat senyum asimetris pada seseorang, ini adalah tanda peringatan dini stroke. Selain itu, kesemutan atau kelemahan pada salah satu lengan juga merupakan tanda peringatan dini.

2. Vertigo, pusing, sinkop atau pingsan

Jika seseorang tiba-tiba merasa pusing, kehilangan keseimbangan, atau kesulitan berjalan, sebaiknya pergi untuk menemui dokter, karena ini bisa menjadi tanda bahwa otak akan mengalami stroke.

3.  Masalah penglihatan yang muncul secara tiba-tiba 

Stroke dapat mempengaruhi area otak yang mengontrol penglihatan. Jika seseorang mengalami penurunan penglihatan atau kehilangan kemampuan melihat secara tiba-tiba. itu juga bisa menjadi tanda akan terjadi serangan stroke.

4. Sakit kepala yang parah dan tanpa alasan jelas yang datang tiba-tiba 

Stroke dapat menyebabkan sakit kepala parah yang datang tiba-tiba tanpa alasan yang jelas.

5. Tiba-tiba mengalami kesulitan dalam berbicara dan memahami

Hal-hal yang sebelumnya mudah dipahami, tetapi sekarang tiba-tiba tidak dapat dipahami, atau pemikiran tiba-tiba menjadi tidak teratur, adalah tanda-tanda stroke.

6. Tubuh kehilangan koordinasi dan menjadi goyah 

Berhati-hatilah jika seseorang tiba-tiba mengalami penurunan yang drastis atau kehilangan pada kemampuan koordinasi tubuh, yang sebelumnya masih terlihat baik-baik saja tetapi satu detik kemudian kehilangan keseimbangan dan tidak dapat bergerak secara normal. Jangan abaikan sinyal tubuh ini karena ini juga sinyal stroke.

7. Sesak napas

Kesulitan bernapas yang tiba-tiba bisa menjadi awal dari stroke. Ini terjadi untuk memperingatkan kita. Jadi jangan diabaikan.

Kesulitan bernapas yang muncul tiba-tiba bisa menjadi tanda stroke. (Shutterstock)

Ingat ! Deteksi dini sinyal-sinyal ini sangat penting. Jika salah satu dari gejala di atas sudah muncul pada diri seseorang, sebaiknya jangan mengulur-ulur waktu, segera konsultasikan dengan dokter ahli. (Sin)

Pasukan Rusia Serang Warga Sipil Ukraina Tanpa Pandang Bulu, Menewaskan Banyak Korban

Han Fei – NTD 

Ketika perang Rusia-Ukraina telah memasuki hari kesembilan pada 5 Maret 2022, tentara Rusia semakin lama menginvasi Ukraina. Serangan Rusia semakin ganas. Daerah pemukiman juga menjadi sasaran serangan udara oleh tentara Rusia, dan tentara Rusia telah melakukan serangan membabi buta terhadap rakyat.

Penembakan secara membabibuta dilakukan oleh Tentara Rusia. Petro Lytvyn, seorang penduduk wilayah Motyzhyn di Kyiv, Ukraina berkata : “Ketika konvoi tiba di sini, seorang keluar dan ditembak mati.”

Tiga orang warga sipil ditembak ketika tentara Rusia melewati desa, 50 kilometer sebelah barat Kyiv.

Petro Lytvyn, menambahkan: “Dokter setempat dan putranya mencoba mengantarnya ke rumah sakit. Rusia menghentikannya, bahkan menembaknya.”

Tak seorang pun dari warga sekitar yang berani mendekati mobil yang penuh lubang peluru itu untuk mengambil jenazahnya, karena takut dijebak oleh tentara Rusia.

Petro Lytvyn, menambahkan: “Konvoi tentara Rusia tiba pada hari Sabtu. Sekitar 30 unit pergi ke pusat, 70 unit lainnya pergi ke kibbutz dan mulai menembak.”

Menghadapi serangan yang tiba-tiba dan membabi buta, penduduk setempat menjadi sangat panik dan berusaha melarikan diri dari zona perang di sekitar Kyiv.

Olena Dovzhenko, juga seorang penduduk wilayah Motyzhyn di Kyiv, Ukraina juga berkata: “Pada awalnya, jantung saya berdetak dengan kencang dan saya mengalami serangan panik. Saya mencoba melakukan sesuatu untuk menenangkan diri, tetapi saya tidak bisa makan, tidak bisa minum. Saya hanya duduk kaget, tidak tahu harus berbuat apa.” (hui)

Visa dan Mastercard Memblokir Berbagai Lembaga Keuangan Rusia dari Jaringan Pembayaran

Katabella Roberts

Perusahaan kartu pembayaran Amerika Serikat Visa dan Mastercard telah memblokir beberapa lembaga keuangan Rusia dari jaringan Visa dan Mastercard sesuai demi memenuhi sanksi-sanksi yang diberikan oleh  Barat, Visa dan Mastercard mengumumkan dalam pernyataan yang terpisah pada Senin 28 Februari dan Selasa 1 Maret.

Visa mengatakan pihaknya telah menyaksikan “adegan tragis di Ukraina dengan kesedihan yang mendalam dan ketidakpercayaan” dan “mengambil tindakan segera untuk memastikan kepatuhan sesuai sanksi-sanksi yang berlaku, dan siap untuk mematuhi sanksi tambahan yang mungkin dilaksanakan.”

Visa juga mendonasikan hibah 2 juta dolar AS ke Dana Amerika Serikat untuk UNICEF untuk mendukung bantuan kemanusiaan bagi rakyat Ukraina dan akan melipatgandakan semua sumbangan karyawan, hingga 1 juta dolar AS, ke dana-dana tanggapan Ukraina dari UNICEF dan Palang Merah.

Dalam sebuah pernyataan serupa, Mastercard mengatakan pihaknya telah memblokir “beberapa lembaga keuangan” dari jaringan pembayarannya sebagai tanggapan atas sanksi.

“Sebagai hasil dari perintah sanksi, kami telah memblokir beberapa lembaga keuangan dari jaringan pembayaran Mastercard. Kami akan terus bekerja dengan regulator di hari-hari mendatang untuk sepenuhnya mematuhi kewajiban kepatuhan kami sesuai perkembangan dari regulator,” kata Mastercard.

“Mengingat keadaan darurat yang sedang berlangsung, kami juga bekerja dengan mitra kami untuk pendanaan langsung dan bantuan kemanusiaan yang dapat memberikan dampak terbesar. Hari ini, kami mengumumkan sebuah sumbangan sebesar USD 2 juta untuk Palang Merah, Save the Children, dan dana bantuan karyawan kami untuk bantuan kemanusiaan. Kami akan secara aktif mengejar peluang-peluang tambahan untuk membantu organisasi-organisasi bantuan untuk memainkan peran kami dalam mendukung upaya bantuan global,” kata Mastercard.

Pengumuman tersebut muncul setelah pengumuman-pejabat di Ukraina mendesak Visa maupun MasterCard, untuk menghentikan transaksi pada kartu kredit dan kartu debit Rusia di tengah invasi Moskow ke negara bekas Soviet itu.

Kyrylo Shevchenko, Gubernur Bank Nasional Ukraina, mengatakan kepada Nikkei Asia, “Kami menantikan langkah dan solusi yang tegas lebih lanjut yang ditujukan untuk membatasi akses penyerang ke sistem keuangan global,” dengan menambahkan bahwa Bank Sentral Ukraina dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga menyerukan Visa dan Mastercard untuk bekerja sama.

Kyrylo Shevchenko mencatat bahwa Ukraina “sangat menghargai solidaritas dan dukungan yang ditunjukkan oleh mitra internasional kami hari ini.”

Para sekutu Barat telah memberlakukan serangkaian sanksi keuangan terhadap Rusia, yang menargetkan sektor keuangan, energi dan transportasi Rusia serta kendali ekspor dan kebijakan visa Rusia.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan sanksi tersebut “akan meningkatkan biaya pinjaman Rusia, menaikkan inflasi, dan secara bertahap mengikis basis industri Rusia.”

Sementara itu, Amerika Serikat telah memberikan sanksi kepada dua bank milik negara Rusia, utang negara, dan elit-elit yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Vladimir Putin.

Sebagai bagian sanksi Barat terhadap Rusia, beberapa bank Rusia telah dilarang dari layanan pembayaran internasional SWIFT. Para pejabat mengatakan hal ini akan “memastikan bahwa bank-bank ini terputus dari sistem keuangan internasional dan membahayakan kemampuan bank-bank ini untuk beroperasi secara global.”

Selain itu, Amerika Serikat dan Uni Eropa telah mengumumkan pembatasan terhadap Bank Sentral Rusia yang memblokir akses ke lebih dari  600 miliar dolar AS dalam cadangan.

Sanksi tersebut membuat mata uang rubel Rusia jatuh ke rekor terendah pada Senin 28 Februari, anjlok lebih dari 30 persen terhadap dolar Amerika Serikat. (Vv)

Tentara Rusia Tembaki Koridor Kemanusiaan di Mariupol, Terputus dari Air dan Listrik! Tim Sulit untuk Mengumpulkan Jenazah

NTDTV.com

Rusia pernah membuka koridor kemanusiaan pada Sabtu (5/5/2022) untuk mengevakuasi warga sipil di kota pelabuhan strategis Mariupol di Ukraina dan kota tetangga Volnovakha. Akan tetapi kemudian dituduh oleh pihak Ukraina tidak mematuhi perjanjian gencatan senjata. Walikota Malibo Boychenko juga secara blak-blakan menyatakan bahwa tentara Rusia menyerang sumber air dan listrik setempat. Banyak warga sipil terbunuh, mereka tidak bisa keluar untuk mengambil jenazahnya. Sebanyak 50 bis yang digunakan untuk mengangkut warga dibom oleh tentara Rusia dan hanya tersisa 30 bis.

Mariupol, yang terletak di lokasi strategis penting di Ukraina selatan dengan populasi 400.000 orang, dibombardir oleh tentara Rusia selama berhari-hari, membuat daerah setempat menjadi parah. “koridor kemanusiaan” yang didirikan untuk memungkinkan orang-orang melarikan diri dari kota telah menjadi sasaran, memaksa banyak orang untuk mencari perlindungan di gedung-gedung yang dibom.

Untuk menghindari tembakan artileri Rusia, ratusan warga Ukraina, anak-anak, wanita, dan orangtua bersembunyi di bawah jembatan yang hancur.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan serangan akan berhenti dari pukul 10:00 waktu Moskow pada 5 Maret, dan koridor kemanusiaan akan dibuka untuk memungkinkan warga sipil di Volnovakha untuk pergi.

Namun demikian, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan dalam sebuah video briefing bahwa “tidak ada satu pun warga sipil yang dapat menggunakan koridor kemanusiaan untuk mengungsi” dan “penduduk kedua kota itu disandera sebagai perisai manusia.”

Mariupol telah menunda evakuasi warga sipil dan menuduh pasukan Rusia melanggar gencatan senjata. 

“Situasinya sangat rumit, dan tentara Rusia telah mendirikan rintangan di koridor kemanusiaan,” kata Walikota Vadym Boichenko dalam sebuah wawancara pada 5 Maret.

“Sekarang kami memiliki banyak masalah sosial, yang disebabkan oleh Rusia,” tambahnya.

Dapat dipahami bahwa setelah Mariupol diserang oleh tentara Rusia, tidak hanya listrik padam selama 5 hari, semua sistem pemanas sentral lumpuh, dan banyak tempat tidak memiliki pemanas. Selain itu, sumber air cadangan lenyap dan tidak ada air yang tersedia.

Boychenko secara blak-blakan menyatakan bahwa militer Rusia hanya ingin menghentikan pengiriman semua kebutuhan dasar sehari-hari, persediaan medis, dan perlengkapan bayi untuk memutus koridor kemanusiaan Mariupol.

Dia mengatakan bahwa dalam lima hari pertama serangan militer Rusia, jumlah korban sekitar puluhan orang, tetapi sejak hari kedelapan melonjak menjadi ratusan orang, dan sekarang jumlah orang yang meninggal dunia mungkin mencapai ribuan orang dan akan terus melonjak.

Boychenko mengatakan dengan sedih bahwa serangan udara hari ke-6 secara berturut-turut mencegah mereka keluar untuk mencari korban tewas, apalagi mengumpulkan mayat rekan senegaranya yang tewas dalam pertempuran yang tidak menguntungkan itu.

“Rusia mengatakan mereka ingin menyelamatkan warga Ukraina dari penganiayaan oleh pemerintah Ukraina, tetapi merekalah yang benar-benar membunuh!” kata Boychenko.

Disebutkan juga, Pemerintah Mariupol telah menyiapkan 50 bus penuh dengan bahan bakar. Begitu diumumkan gencatan senjata atau pembukaan jalan, mereka akan segera mengevakuasi warga, namun demikian bus-bus tersebut dibom dan kini tersisa hanya 30 bus.

Jika koridor manusia tidak dibuka dengan cepat, Mariupol mungkin tidak memiliki kendaraan untuk mengangkut orang-orang. Boychenko menekankan bahwa Mariupol tidak dapat diselamatkan dan tugas terpenting dan satu-satunya saat ini adalah mengupayakan pembukaan koridor kemanusiaan dengan segala cara.

Sekitar 400 warga Volnovakha dan desa-desa sekitarnya berhasil dievakuasi pada 5 Maret.

Mariupol awalnya berencana untuk membawa 2.000 orang melalui koridor kemanusiaan di tiga titik, tetapi pemboman terus menerus mencegah bus masuk. Wakil walikota berkata, “Dia mengatakan ada gencatan senjata, tetapi hanya butuh waktu 30 menit. Rusia segera mulai mengebom, dan semuanya digunakan.” Dia harus memberitahukan semua orang untuk pergi ke tempat perlindungan serangan udara atau pulang. Maka itu lebih aman, dan bahkan Palang Merah tidak berani Masuk. (hui)

Harga Barang Melonjak di Rusia, Sentimen Anti-Perang Memanas! Warganya Kabur untuk Menolak Kemungkinan Wajib Militer

Luo Tingting

Invasi Rusia ke Ukraina telah dikenai sanksi berat oleh dunia internasional. Agresi menyebabkan ketegangan dan melonjaknya harga di Rusia. Banyak yang ingin melarikan diri dari Rusia. Warga khawatir kemungkingan diberlakukannya wajib militer.

Kantor berita Reuters melaporkan pada 4 Maret, bahwa pemerintah Rusia membantah desas-desus tentang darurat militer dapat diberlakukan dan mencegah pria usia sekolah untuk pergi. Akan  tetapi, banyak warga Rusia tidak ingin mengambil risiko tetap tinggal di negaranya.

Seorang pria Rusia berusia 29 tahun mengatakan, dia pindah kembali ke Moskow dari Eropa Barat sekitar setahun  lalu, tetapi dia telah membeli tiket penerbangan akhir pekan ke Istanbul dan tidak akan kembali ke Moskow.

“Saya khawatir saya akan direkrut besok dan saya tidak akan bisa terbang,” kata pria yang tidak mau disebutkan namanya itu. 

“Ketika saya kembali setahun yang lalu, saya tidak pernah bermimpi bahwa tempat ini akan berubah menjadi neraka,” tambahnya.

Pria Rusia berusia 38 tahun lainnya mengatakan, dirinya berhasil membeli penerbangan mahal ke Timur Tengah selama akhir pekan.

“Saya tidak ingin bergabung dalam perang ini,” katanya. Ia tidak percaya disinformasi pemerintah Rusia tentang situasi di Ukraina.

Pemerintahan Putin mengklaim akan melakukan misi penjaga perdamaian di Ukraina, tetapi setelah tentara Rusia menginvasi Ukraina, mereka melakukan pengeboman sembarangan di beberapa kota, menewaskan sedikitnya 2.000 warga sipil Ukraina, termasuk anak-anak.

Tentara Rusia juga menderita banyak korban di Ukraina. Militer Rusia mengumumkan bahwa ada ratusan tentara yang tewas, tetapi militer Ukraina melaporkan bahwa jumlah korban Rusia mencapai 9.000 orang.

Komunitas internasional mengutuk Rusia. Pasalnya, meluncurkan perang invasi terbesar sejak Perang Dunia II. Oleh karena itu, dunia memberlakukan sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia. Ekonomi Rusia jatuh ke dalam isolasi, rubel anjlok sepertiga, mencapai rekor terendah, melonjaknya harga barang di Rusia, dan kesejahteraan dan kehidupan rakyat sangat berdampak.

Warga Rusia yang takut simpanan mereka akan dibekukan oleh pemerintah, berbondong-bondong ke bank atau ATM, menunggu untuk menarik uang tunai. Tetapi seorang warga Moskow mengungkapkan gagalnya penarikan uang tunai di beberapa ATM yang berbeda. 

Situs web rakyat Rusia “We are not alone”  telah mengumpulkan lebih dari 39 pernyataan dari akademisi, seni, media, musik, keuangan, dan bidang lainnya, dengan total hampir 100.000 profesional. Mereka menandatangani surat terbuka yang menentang invasi ke Ukraina.

Pada 1 Maret, petisi berbahasa Rusia menentang perang agresi terhadap Ukraina di situs web petisi global “Change.org” telah melampaui 1 juta tanda tangan.

Menteri luar negeri pertama Rusia, Andrei Kozyrev, pada 1 Maret meminta semua diplomat Rusia untuk mengundurkan diri sebagai protes atas perang kanibalisme berdarah melawan Ukraina.

Dua anggota Partai Komunis Rusia yang berpartisipasi dalam pemungutan suara untuk mengakui kemerdekaan wilayah Ukraina dan Timur juga mengatakan, “kami memilih untuk perdamaian, bukan perang, dan bukan pemboman Kyiv.”

Namun demikian, beberapa orang khawatir bahwa situasi domestik di Rusia akan semakin memburuk dan memilih  melarikan diri. 

“Saya malu karena saya tidak tinggal di Rusia, saya tidak berjuang sampai akhir, saya tidak memprotes di jalan-jalan,” kata seorang wanita Rusia berusia 29 tahun yang memesan penerbangan ke Israel pada Minggu. 

“Jika Anda pergi melawan perang, mereka akan menangkap Anda, dan ada undang-undang tentang makar,” kata wanita itu kepada Reuters, yang berbicara tanpa menyebutkan namanya.

Kantor kejaksaan negara Rusia memperingatkan pada 27 Februari, bahwa siapa pun yang membantu negara lain dalam membahayakan keamanan Rusia dapat didakwa dengan pengkhianatan, yang dapat dihukum hingga 20 tahun penjara.

Reuters melaporkan bahwa bukan hanya warga Rusia yang ingin melarikan diri, seorang wanita Filipina yang bekerja sebagai pengasuh di Moskow juga mengajukan visa.

“Saya sangat ingin mendapatkan visa, saya takut di sini,” kata wanita Filipina itu. (hui)