Setelah Omicron merebak di Tianjin, Tiongkok, lockdown parsial resmi diterapkan. Pemerintah melarang sebanyak 14 juta penduduk meninggalkan batas kota. Untuk mencegah penyebaran epidemi agar tidak membahayakan Beijing, pejabat Tianjin mengumumkan peluncuran tes COVID-19 putaran kedua secara massal untuk semua warga pada 12 Januari.
Pada saat yang sama, karyawan diharuskan untuk tetap ” diam” di tempat tinggal, menunggu hasilnya di rumah setelah pengambilan sampel asam nukleat. Warga baru keluar setelah menerima hasil negatif.
Namun demikian, warga biasa di Tianjin tidak mengambil cuti untuk menjalani test COVID-19.
Beberapa netizen mengatakan: ia berada di Tianjin dan mulai bekerja lembur pada jam 12 malam. Pada paginya, pihak perusahaan meminta ia harus pergi ke perusahaan untuk menjalani test. Setelah tes, ia akan kembali bekerja tanpa penundaan. .”
Beberapa netizen bertanya-tanya: “Kuncinya adalah bahwa dalam sehari, sudah ada banyak orang di beberapa tempat. Sekarang setengah hari, dan bahkan lebih banyak lagi.”
Tianjin mengumumkan penemuan kasus lokal Omicron yang dikonfirmasi di tengah malam pada 8 Januari. Kemudian mengumumkan pada 9 Januari sebanyak 14 juta orang akan menjalani tes COVID-19 secara massal.
Video yang diposting di Internet menunjukkan bahwa banyak lokasi pengujian penuh sesak dengan orang-orang. Bahkan ada situasi di mana orang-orang ramai dan sempat terjadi konflik fisik.
Tianjin dekat dengan Beijing, dapat dicapai dalam waktu setengah jam dengan kereta api berkecepatan tinggi. Saat Olimpiade Musim Dingin Beijing mendekat, varian Omicron di Tianjin menjadi ancaman bagi Beijing.
Sekitar pukul 01.00 pagi pada 9 Januari, Li Hongzhong, sekretaris Komite Partai Kota Tianjin, menyatakan dalam konferensi video tentang pencegahan epidemi, bahwa ia akan memblokir saluran transmisi epidemi dan “membangun ‘parit’ untuk pencegahan dan pengendalian epidemi di ibukota.”
Pada hari yang sama, Tianjin memasuki keadaan “lockdown parsial” di mana masuk dan keluar koata dilarang. Semua industri atau pabrik selain transportasi Tianjin, sekolah, dan kebutuhan untuk mata pencaharian masyarakat berada dalam “tombol jeda”, dan pengiriman cepat juga berhenti. Kereta api dan lalu lintas antara Tianjin dan Beijing terputus, dan lebih dari 140 penerbangan telah dibatalkan sejak tanggal 9 Januari.
Namun demikian, sudah terlambat untuk menerapkan tindakan pencegahan dan pengendalian di Tianjin.
Virus Omicron telah disembunyikan setidaknya selama 15 hari, dan sumber virusnya tidak diketahui. Selain itu, virus telah menyebar ke luar kota, dan orang yang dikonfirmasi Omicron dari Tianjin terdeteksi di Anyang, Henan.
Menurut laporan resmi, pada pukul 8:00 pagi pada 11 Januari, ada 84 kasus Omicron yang dikonfirmasi di Kota Anyang. Untuk mencegah penyebaran epidemi, Kota Anyang mengumumkan penutupan kota pada 10 Januari. Kota itu mengharuskan 5,5 juta penduduk kota isolasi dan tinggal di rumah. Bahkan, melarang kendaraan bermotor mengaspal.
Epidemi Tianjin telah menarik perhatian publik. Beberapa hari yang lalu, entri “Ke mana orang-orang dari Tianjin pergi dalam seminggu” ada di daftar pencarian panas Weibo.
Menurut laporan People’s Daily Health Times, berdasarkan peta migrasi Baidu, dalam tujuh hari dari 1 hingga 7 Januari, tujuan utama para migran Tianjin adalah Beijing, Kota Langfang, Hebei, dan Tangshan. Yang mana, Beijing berada di puncak daftar dengan proporsi tertinggi.
Data menunjukkan bahwa hanya 0,43% penduduk yang pindah dari Tianjin ke Anyang. Proporsi Tianjin ke Beijing adalah 17,92%, lebih dari 40 kali lebih banyak dari Anyang.
VOA news melaporkan bahwa strain mutan Omicron Tianjin dapat dengan cepat menyebar ke Kota Anyang, Provinsi Henan, yang berjarak 400 kilometer. Jadi apakah Beijing, yang hanya berjarak 150 kilometer dari Tianjin, juga dalam bahaya? kini telah memusingkan pihak berwajib.
Bahkan, setelah merebaknya wabah Omicron di Tianjin, pihak berwenang Beijing pada tanggal 9 Januari, mulai mencari orang-orang yang pernah ke Tianjin atau telah melakukan kontak erat dengan orang-orang dari Tianjin sejak 9 Desember tahun lalu. Bagi mereka yang pernah ke Tianjin setelah 23 Desember, pihak berwenang Beijing meminta mereka untuk “mengkarantina diri di rumah”.
Saat ini, epidemi Omicron telah terjadi di 6 provinsi dan kota, termasuk Tianjin, Guangzhou, Guangdong, Changsha, Hunan, Shenzhen, Zhejiang, dan Wuxi, Jiangsu. Infektivitas tinggi dan tembus pandang yang dilaporkan akibat Omicron, menimbulkan tantangan bagi kebijakan zero COVID-19 TIongkok. (hui)
Argentina yang dilanda gelombang panas bersejarah, suhunya melebihi 40 derajat Celcius. Akibatnya pasokan listrik diperketat hingga membuat orang-orang berteriak bahwa mereka tidak tahan lagi, dan mencari tempat berteduh untuk menghindari panas
Argentina sementara ini menjadi tempat terpanas di dunia karena perbedaan waktu, ketika suhu turun semalam di beberapa bagian Australia.
Ratusan ribu orang menghadapi pemadaman listrik di ibu kota berpenduduk padat Buenos Aires dan daerah sekitarnya karena suhu melonjak hingga sekitar 45 derajat Celcius, sebagaimana yang dilaporkan Reuters Rabu 12 Januari 2022.
Jose Casabal, seorang warga berusia 42 tahun, mengatakan, “Ketika dirinya sampai di rumah, ia menemukan bahwa listrik padam, dan rumahnya panas seperti kompor,” jadi dia membawa anak-anaknya keluar untuk mencari tempat yang sejuk untuk melarikan hawai panas. Anak-anak dibawa ke rumah nenek mereka untuk berenang.
“Bahkan pagi-pagi masih sangat panas, sekitar 31 derajat Celcius,” kata seorang warga Gustavo Barrios.
Kepala setempat mengingatkan masyarakat untuk menghindari jam-jam terpanas, mengenakan pakaian dingin dan tetap minum air supaya terhindar dehidrasi. “Kami harus lebih berhati-hati akhir-akhir ini,” kata Walikota Buenos Aires Horacio Rodriguez Larreta.
Pola cuaca panas dan kering di Argentina telah mempengaruhi tanaman. Ahli meteorologi Lucas Berengua mengatakan gelombang panas itu tak terbayangkan dan bisa membuat rekor baru bagi Argentina.
Bagi sebagian orang, fenomena tersebut memperdalam keraguan mereka tentang perubahan iklim dan cuaca yang lebih ekstrem. Argentina telah sering mengalami kebakaran hutan di dekat delta besar dalam beberapa tahun terakhir, dan permukaan air di Sungai Parana telah turun hingga mendekati titik terendah dalam 80 tahun. (hui)
Pada 11 Januari, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali memperingatkan bahwa kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh varian strain Omicron tidak sampai dianggap remeh. Lebih dari setengah orang Eropa diperkirakan akan terinfeksi oleh varian Omicron dalam dua bulan ke depan, tetapi COVID-19 sebaiknya tidak dianggap sebagai penyakit seperti flu yang endemik
Baru-baru ini, jumlah kasus varian Omicron di Eropa dan Amerika Serikat terus melonjak. Menurut data yang dilaporkan oleh negara-negara Eropa, tercatat hingga hari Minggu pertama tahun 2022, lebih dari 7 juta orang di Eropa dipastikan terinfeksi Omicron, dan jumlahnya meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dua minggu.
Hans Kluge, Direktur Regional Eropa Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan dalam jumpa pers yang diadakan pada 11 Januari, bahwa 50 dari 53 negara di Eropa dan Asia Tengah telah terkonfirmasi terjadi infeksi oleh varian Omicron.
Dia mengatakan bahwa karena Omicron mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas lebih dari paru-paru, pasien sekarang umumnya menunjukkan gejala yang lebih ringan daripada jenis infeksi yang terjadi sebelumnya.
Namun, WHO percaya bahwa varian ini tidak bisa dianggap remeh, dan masih membutuhkan lebih banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli untuk mendukung kesimpulannya.
“Pada tingkat ini, Institute for Health Metrics Evaluation (IHME) memperkirakan bahwa dalam 6 hingga 8 minggu ke depan, lebih dari 50% populasi Eropa akan terinfeksi varian Omicron”, kata Hans Kluge.
IHME yang dimaksud adalah Institut Data dan Evaluasi Kesehatan (IHME) yang dimiliki Universitas Washington.
Saat ini, perusahaan farmasi di banyak negara sudah mulai mengembangkan vaksin generasi berikutnya. Sebagai tanggapan, WHO mengatakan bahwa butuh penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah vaksin COVID-19 yang ada memberikan perlindungan yang cukup terhadap Omicron yang sangat menular.
Pada saat yang sama, juga perlu penelitian yang lebih mendalam terhadap potensi Omicron menghindari kekebalan dari vaksin, serta respons kekebalan yang disebabkan oleh infeksi alami.
Sebelumnya, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan pada hari Senin 10 Januari bahwa karena daya yang mematikan dari Omicron telah menurun, mungkin sekarang saatnya untuk mengubah cara virus berkembang dan diperlakukan sebagai penyakit mirip flu endemik.
Jika klaim Sanchez itu benar, berarti negara tidak lagi harus mencatat setiap kasus infeksi atau menguji setiap orang yang mengalami gejala.
Catherine Smallwood, seorang petugas darurat senior di kantor regional WHO untuk Eropa, menolak klaim tersebut. Dia mengatakan bahwa hanya transmisi yang stabil dan dapat diprediksi yang dapat didefinisikan sebagai penyakit endemik. Tetapi masih banyak ketidakpastian tentang COVID-19, dan virus ini berkembang sangat cepat sehingga terlalu dini untuk menggolongkannya sebagai wabah endemik.
“Ia mungkin saja bisa berubah menjadi epidemi pada waktunya, tetapi untuk menentukan waktunya adalah tahun 2022 ini, sekarang masih agak sulit”, kata Catherine Smallwood.
Faktanya, pejabat kesehatan Amerika Serikat juga pernah memperingatkan bahwa meskipun saat ini infeksi Omicron masih tampak memiliki gejala yang ringan, tetapi peningkatan tajam dalam jumlah kasus infeksi telah membebani sistem medis. Karena itu, beberapa rumah sakit di Amerika Serikat terpaksa harus menangguhkan operasi bedah elektif akibat kekurangan staf medis. (sin)
Xue Yinxian, mantan dokter olahraga tim nasional Tiongkok melarikan diri dari Tiongkok pada tahun 2017 dengan membawa serta 68 bundel catatan harian selama bertugas sebagai dokter olahraga.
Putranya Yang Weidong telah mengambil isi buku dari harian itu dan mengkompilasikannya dalam buku berjudul ‘Obat-Obatan Terlarang Tiongkok’, yang dalam waktu dekat akan diterbitkan.
Buku tersebut mengungkapkan kisah penggunaan obat-obatan terlarang oleh para atlet Tiongkok. Buku yang akan diedarkan menjelang Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, dimaksudkan untuk mengingatkan masyarakat internasional bahwa Tiongkok tidak hanya melanggar hak asasi manusia, tetapi juga melanggar semangat Olimpiade.
Penggunaan obat terlarang bagi atlet adalah kehendak sistem olahraga Tiongkok
Dalam wawancara eksklusif dengan Radio Free Asia pada 6 Januari, Yang Weidong yang mengutip tulisan ibunya dari catatan harian mengatakan, bahwa atlet Tiongkok mulai menggunakan obat terlarang pada tahun 1978.
Pada 11 Oktober tahun itu, Mr. Chen Xian yang menjabat sebagai Wakil Direktur Komisi Olahraga Negara saat itu, dalam pertemuan Biro Pelatihan Urusan Medis Komisi Olahraga Nasional yang ia pimpin mengatakan kepada seluruh hadirin, termasuk Xue Yinxian yang juga hadir sebagai dokter tim olahraga bola basket, bahwa doping sekarang digunakan di luar negeri, “Mengapa kita tidak juga menggunakannya ?” Katanya. Dan sejak itu, sejarah atlet Tiongkok menggunakan obat terlarang telah dimulai.
Saat itu, Tiongkok baru saja mengakhiri Revolusi Kebudayaan, dan terjadi kekurangan bahan pangan yang cukup serius. Bahkan perlu kupon yang dibagikan pemerintah agar bisa membeli makanan. Bagaimana stamina atlet cukup kuat untuk bersaing secara internasional ? Jadi doping dihalalkan.
Setelah 1981, tim bola voli putri Tiongkok secara berturut-turut telah memenangkan kejuaraan internasional. Bahkan, sejak tahun 1980, Luo Weisi, dokter tim bola voli putri Tiongkok mulai mempelajari efek dari penggunaan obat stimulan atau doping.
Dia menerbitkan dua artikel tentang atlet yang menggunakan tablet Iron (ferrous sulfate) di majalah “Sports Science” Tiongkok pada tahun 1982. Asupan zat besi harian rata-rata orang adalah 10 hingga 15 mikrogram, sedangkan asupan harian para atlet tersebut “digenjot” sampai mencapai 600 hingga 800 mikrogram. Setelah mengonsumsi pil ini, tubuh tidak mampu mencernanya, sehingga elemen besi ini akan tersimpan di dalam tubuh, dan menimbulkan masalah setelah bertahun-tahun.
Atlet Tiongkok pertama yang menggunakan obat terlarang adalah pemain tenis meja, atlet angkat berat, atletik, dan para perenang. Pada fase percobaan selanjutnya, semua atlet diwajibkan untuk menggunakan doping, termasuk Lang Ping, pemain bola voli putri Tiongkok yang terkenal saat itu.
“Dia baru berusia 20-an pada 1980-an, bagaimana dia bisa menolak aturan yang diterapkan sistem ?” Luo Weisi menyebut nama Lang Ping menggunakan doping dalam artikel yang diterbitkan pada saat itu.
Atlet-atlet ini mengalami efek samping setelah menggunakan doping, sakit kepala yang tidak dapat dijelaskan, nyeri tubuh, dan cedera olahraga yang seharusnya tidak akan terjadi.
Dari tahun 1978 hingga 1985, Xue Yinxian menjabat sebagai kepala tim pengawasan medis di Departemen Medis Biro Pelatihan Komisi Olahraga Negara.
Setiap minggu, Departemen medis mengadakan kelas pembelajaran, saling bertukar pengalaman bagi setiap cabang olahraga, dan masalah yang dihadapi oleh setiap tim harus dilaporkan kepada Xue Yinxian.
Catatan-catatan inilah yang kemudian ia kumpulkan dalam bundel. Buku yang bakal diterbitkan itu akan membuat banyak catatan harian itu tidak lagi menjadi rahasia.
Di Majalah Senam edisi bulan November 1987, Xue Yinxian menerbitkan sebuah artikel atas nama semua dokter tim medis olahraga senam Tiongkok yang diberi judul ‘Analisis Penyebab Pecahnya Tendon Achilles pada Atlet Pesenam’.
Artikel tersebut merinci bahwa pesenam Tiongkok Li Donghua mengalami masalah setelah mengkonsumsi hormon selama sebulan. Saat mendarat dengan backflip, Li Donghua mengalami pecah tendon Achilles di kedua kakinya. Ini adalah efek samping dari penggunaan obat perangsang, efeknya adalah dinding pembuluh darah akan menjadi sangat rapuh, dan tendon Achilles akan pecah dengan sedikit saja benturan dengan kekuatan eksternal.
Pada tahun 2008, atlet lari gawang 110 meter Tiongkok Liu Xiang, pemain Grand Slam pertama di dunia mengalami pecah tendon Achilles. Setelah membaca seluruh deskripsi perawatannya, Xue Yinxian mengatakan bahwa kasusnya sama seperti yang dialami Li Donghua.
Contoh Mengerikan : Demi prestasi olahraga melakukan proses fertilisasi guna diaborsi
Yang Weidong juga menggambarkan contoh yang dia kenal. Pada tahun 1995, Deng Yaping, seorang atlet tenis meja putri Tiongkok yang memenangkan beberapa kejuaraan dunia, Diminta untuk menerima inseminasi buatan sebelum mengikuti kejuaraan dunia. Setelah kehamilan, testosteron (hormon seks jantan) dalam tubuhnya akan meningkat, dan kemudian dia melakukan aborsi setelah pertandingan. Yang Weidong mengatakan, sebenarnya ini juga merupakan suatu cara, menggunakan inseminasi buatan untuk meningkatkan hormon.
Karena pengungkapannya terlalu mengejutkan, reporter ‘Epoch Times’ meminta saran dari para profesional atau ahlinya.
Mr. Yu, mantan pembalap sepeda Tiongkok yang kini tinggal di Selandia Baru membenarkan praktik tersebut, mengatakan tidak mengherankan bahwa ada pernyataan seperti itu. Karena kehamilan memang dapat meningkatkan jumlah hormon dalam tubuh. Tapi setelah aborsi, beban di tubuh akan turun kembali.
Sebenarnya ini adalah perbuatan kejam, yang setara dengan menggunakan cara yang sangat kejam untuk menggali potensi tubuh manusia. Dia mengatakan bahwa praktik tukar darah yang biasa terjadi dalam balap sepeda maupun lomba ketahanan lainnya juga tidak kalah kejamnya, jadi Mr. Yu tidak terkejut.
Yang Si, seorang dokter medis dari Universitas Tokyo di Jepang, mengatakan kepada reporter ‘Epoch Times’ bahwa dia belum pernah mendengar tentang metode ini, tetapi setelah seorang wanita hamil, memang akan ada banyak senyawa yang diproduksi di dalam darahnya, dan zat-zat ini sangat mungkin dapat menutupi bahan-bahan stimulan tersebut.
Dia menjelaskan bahwa karena stimulan juga merupakan senyawa organik, senyawa yang sama tidak dapat dideteksi oleh instrumen. Jika senyawa yang dihasilkan setelah kehamilan dekat dengan stimulan yang diminum, dapat menutupi stimulan. Penguji akan berpikir bahwa itu disebabkan oleh kehamilan, yang secara medis disebut positif palsu. Memang positif palsu itu sangat umum terjadi.
Yang Si juga mengatakan bahwa ada banyak jenis stimulan. Selama ada ahli biologi khusus yang mempelajari zat apa yang dihasilkan wanita setelah kehamilan, kemudian memilih jenis stimulan yang sama untuk dikonsumsi, kemungkinan itu ada saja.
Keluarga ditekan otoritas Tiongkok selama puluhan tahun karena menolak pemberian doping kepada Li Ning
Tahun ini, Xue Yinxian sudah berusia 84 tahun. Dia adalah generasi pertama ahli kedokteran olahraga setelah Partai Komunis Tiongkok mendirikan RRT. Pada 1980-an, dia menjabat sebagai dokter tim nasional Tiongkok.
Sejak akhir tahun 1970-an, ketika atlet olahraga Tiongkok ramai-ramai menggunakan doping yang disponsori negara, Xue Yinxian telah menjadi satu-satunya dokter yang menentang sistem tersebut. Menjelang Olimpiade Seoul 1988, Xue Yinxian menolak untuk memberikan doping kepada Li Ning dan bintang olahraga lainnya. Sejak saat itu hingga puluhan tahun lamanya, keluarganya menderita berbagai penindasan yang dilakukan oleh otoritas Tiongkok.
Gambar menunjukkan Xue Yinxian sebagai anggota official tim olahraga nasional Tiongkok hadir dalam Olimpiade Seoul 1988. (Disediakan oleh Xue Yinxian)
Pada tahun 2007, ayah Yang Weidong dikepung oleh orang yang disewa oleh Komisi Olahraga Nasional Tiongkok (KONT) dan meninggal dunia pada bulan Desember tahun yang sama.
Pada tahun 2015, Yang Weidong ditahan karena memprotes Administrasi Umum Olahraga Tiongkok. Xue Yinxian yang sakit keras pada tahun 2016 tetapi tidak diperkenankan berobat. Dengan bantuan dari berbagai pihak, maka Yang Weidong beserta ibu dan istrinya tiba di Jerman pada tahun 2017 untuk memulai jalan pengasingan.
Xue Yinxian telah mencatatkan kejadian yang ia alami setiap harinya selama bertugas sebagai dokter tim olahraga Tiongkok yang bundelannya telah mencapai 68 buah. Sebagian besar dari catatannya itu berkaitan dengan penggunaan doping oleh atlet olahraga Tiongkok.
Yang Weidong sebelumnya pernah menyampaikan kepada reporter ‘Epoch Times’ bahwa selain kasus-kasus doping yang telah diidentifikasi, 11 cabang olahraga yang diawasi langsung oleh KONT seperti tenis meja, bola voli wanita, senam, bulu tangkis dan lainnya, semua atletnya menggunakan doping.
Dan, apa yang dikatakan oleh Biro Pelatihan Komisi Olahraga Negara bahwa atlet Tiongkok mengikuti pelatihan yang sesuai dengan ilmiah pada dasarnya adalah pelatihan dengan menggunakan doping.
Namun, tidak mudah untuk mengenali kejahatan dari sistem yang diadopsi Partai Komunis Tiongkok pada dunia olahraga.
Dalam wawancara ini, Yang Weidong mengatakan kepada Radio Free Asia bahwa ayahnya sampai wafat pun tidak menyadari bahwa ini adalah masalah dengan sistem yang diterapkan otoritas dalam dunia olahraga, bahkan ia berpendapat bahwa itu adalah masalah dengan kepemimpinan tingkat yang lebih tinggi, berpikir bahwa hal itu akan membaik setelah penggantian pemimpin.
Sedangkan ibunya (Xue Yinxian) lebih berani mengkritik dan melawan, karena etika profesi seorang dokter. “Pemikirannya pada saat itu adalah bahwa para atlet muda yang menggunakan obat-obatan terlarang ini akan mengalami kerusakan fisik setelah 20-an tahun kemudian”, kata Yang Weidong.
Catatan : Reporter ‘Epoch Times’ tidak berhasil menghubungi para atlet yang disebutkan dalam artikel tersebut, beberapa panggilan telepon yang ditujukan kepada nomor yang tertera pada situs web KONT tidak mendapat jawaban.
Sebuah video yang merekam Xinjiang memberikan bukti baru tentang penindasan yang dilakukan pemerintah Tiongkok terhadap warga etnis Uighur. Anggota parlemen Amerika Serikat mengatakan bahwa penganiayaan pemerintah Tiongkok terhadap warga Uighur adalah melalui program pengawasan yang semakin luas. Dalam episode kali ini seperti yang dilaporkan Radio Free Asia, kita akan melihat dari dekat situasi yang relevan, dan ucapan yang disampaikan oleh pihak yang relevan.
Video berdurasi 20 menit yang direkam oleh seorang pemuda berkacamata yang menamakan dirinya Guanguan, muncul untuk mengkonfirmasi laporan tentang adanya jaringan luas kamp pendidikan ulang yang dibangun pemerintah Tiongkok di Provinsi Xinjiang. Tujuannya untuk menganiaya warga etnis Uighur dan warga minoritas yang beragama Islam di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang.
Dari rekaman video on the spot di beberapa kota tersebut, membuat kita tidak lagi ragu bahwa bangunan-bangunan itu merupakan fasilitas penahanan.
Guanguan mengatakan dalam rekaman, bahwa dirinya pernah ke wilayah Xinjiang yang berada di bagian barat Tiongkok pada tahun 2019, dan memutuskan untuk kembali ke sana pada tahun 2020 setelah membaca artikel dalam situs berita AS ‘BuzzFeed’ yang menunjukkan beberapa kamp pendidikan ulang di Xinjiang. Video Guanguan menyertakan teks bahasa Inggris dan telah diposting di YouTube pada awal bulan Oktober. Demikian ia katakan dalam video.
“Namun, karena peraturan pemerintah Tiongkok, sangat sulit bagi jurnalis asing masuk ke wilayah Xinjiang apalagi untuk kepentingan wawancara. Saya berpikir, jurnalis asing tidak bisa pergi ke sana, tapi saya bisa. Maka saya ingin mendokumentasikan sesuatu yang berarti”, kata Guanguan.
Ia dalam pengantar video mengatakan bahwa pemerintah Tiongkok telah mendirikan banyak kamp konsentrasi di Xinjiang, di mana etnis minoritas lokal dan pembangkang ditahan tanpa diadili.
Video tersebut mencakup adegan yang diambil di Kota Hami, Daerah Otonomi Mori Kazakh, Kota Fukang, Kota Urumqi, pinggiran Kota Korla, Kota Karasahr dan lainnya. Guanguan mengatakan bahwa dia mendatangi tempat-tempat itu dengan mengandalkan peta satelit Mapbox 2017 dan mesin pencari Baidu untuk mendapatkan citra satelit resolusi menengah.
Di Kota Hami, Guanguan berkendara melewati pusat penahanan paksa untuk merehabilitasi para pengguna narkoba tetapi tidak tertera dalam peta Baidu. Dia menduga pusat itu dimanfaatkan sebagai kamp konsentrasi, karena teralis besi yang dipasang di jendela gedung dan pagar kawat berduri di dinding beton.
Di Daerah Otonomi Mori Kazakh Guanguan merekam gambar pusat penahanan dan pusat penahanan yang di kedua sisinya terdapat kamera pengintai. Kemudian, dia pergi ke tempat lain dan menemukan Pusat Penahanan Mori Kazakh. Padahal bangunan ini tidak terdapat dalam peta.
Di Kota Urumqi, Guanguan berkendara di sepanjang jalan dengan beberapa bangunan di sisi jalan, dimana terdapat menara penjagaan dan pagar tinggi dengan kawat berduri pada bangunan-bangunan itu yang terdapat slogan bertuliskan “Reformasi ideologi melalui kerja, reformasi ideologi melalui budaya”.
“Ini pasti kamp konsentrasi terbesar di Kota Urumqi”, katanya.
Di Dabanchen, Kota Urumqi, Guanguan mengendarai kendaraan menuju sebuah bukit untuk merekam video pusat penahanan yang baru dibangun, tetapi tampaknya tidak berpenghuni.
Di Kota Korla, Guanguan menemukan sebuah kompleks militer dan kendaraan militer yang diparkir dalam halamannya. Di belakang kompleks, dia melihat beberapa bangunan lain dengan menara penjaga dan kawat berduri.
“Di situlah kamp konsentrasi berada”.
Di Kota Karasahr, Guanguan menemukan lebih banyak bangunan dengan menara penjaga dan pagar kawat berduri. Guanguan mengatakan di akhir video.
“Penganiayaan pemerintah Tiongkok terhadap warga etnis Uighur berada di luar batas. Kita yang tidak ingin diperbudak, seharusnya tidak membiarkan warga etnis minoritas di Tiongkok diperbudak. Hancurkan Partai Komunis Tiongkok, bubarkan secepat mungkin agar kejahatan terhadap kemanusiaan segera berakhir”.
Situs berita ‘BuzzFeed’ dan Australian Strategic Policy Institute (ASPI) sebelumnya merilis laporan tentang kamp pendidikan ulang berdasarkan citra satelit. Demikian kata Alison Killing, seorang arsitek dan analis geospasial.
“Ketika saya melihat video itu, saya benar-benar terkejut”. Alison Killing membantu situs berita BuzzFeed membuat peta menggunakan citra satelit yang dipakai untuk melaporkan situasi kamp pendidikan ulang di Xinjiang, dan memastikan bahwa pemerintah Tiongkok membangun infrastruktur besar baru itu adalah untuk menahan masyarakat sipil yang beragama Islam.
Kepada Radio Free Asia Alison mengatakan : “Hal pertama yang perlu saya sampaikan adalah betapa beraninya orang itu pergi ke Xinjiang untuk menemukan kamp-kamp itu. Sangat berguna untuk memiliki citra darat, karena ia bisa membantu kita menguatkan apa yang kita lihat dari pencitraan satelit”.
Serial laporan yang dibuat oleh Alison Killing, reporter ‘BuzzFeed’ Megha Rajagopalan dan programmer merangkap pelatih keamanan digital Christo Buschek, telah memenangkan Hadiah Pulitzer untuk Pelaporan Internasional tahun ini.
Nathan Ruser, seorang rekan di Australian Strategic Policy Institute (ASPI) pada 14 November 2021 menyampaikan pesan di Tweeter : Guanguan berhasil merekam beberapa kamp penahanan terbesar dan yang bereputasi paling buruk di Xinjiang.
“Secara keseluruhan, dia memberikan bukti visual dan rekaman dari 18 fasilitas penahanan yang berbeda dan satu fasilitas yang bekas digunakan di masa lalu”.
Selain itu, pada 17 November 2021 seorang anggota kongres AS memperingatkan bahwa pemerintah Tiongkok semakin memperluas penggunaan teknologi untuk menekan warga Uighur beragama Islam di wilayah Xinjiang, dan tidak menutup kemungkinannya untuk diekspor ke seluruh dunia.
Komite Eksekutif Kongres AS tentang Tiongkok baru-baru ini mengadakan dengar pendapat di Washington, untuk mengekspos soal pelanggaran hak asasi manusia oleh pemerintah Tiongkok, serta dampak strategis dari teknik pengawasan massal dan sensor, termasuk yang digunakan di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang.
Jika tidak ada langkah-langkah yang tepat untuk melindungi privasi dan hak asasi manusia, maka rezim otoriter dapat menggunakan teknologi untuk mengendalikan orang, memblokir kebebasan berbicara dan merusak institusi demokrasi. Kata Senator Jeff Merkley, ketua bersama komitenya yang beranggotakan 17 orang.
Jeff Merkley, Senator dari Oregon mengatakan bahwa Tiongkok yang memiliki jaringan pengawasan paling luas di dunia menggunakan teknologi seperti kecerdasan buatan, blockchain, dan komputasi awan.
Dia mengatakan pemerintah telah mengumpulkan sejumlah besar data dari ponsel, PC dan kamera keamanan untuk melakukan kontrol politik dan sosial atas kelompok sasaran. Kata Merkley.
“Kita dapat melihat lebih banyak di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang”.
Selama bertahun-tahun, pemerintah Tiongkok secara sewenang-wenang menangkap warga etnis Uighur dan minoritas Turki lainnya di Xinjiang dan membatasi kegiatan keagamaan dan pengaruh budaya mereka. Tugas tersebut dijalankan oleh sistem digital yang terpasang di mana-mana, sistem ini memantau setiap gerakan penduduk melalui drone pengintai, kamera pengenal wajah, pemindaian ponsel, dan gerombolan polisi.
Perwakilan Chris Smith mengatakan bahwa Jalur Sutra Digital Tiongkok adalah bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan yang bertujuan untuk memperkuat koneksi digital di luar negeri. Dia mengatakan bahwa sebuah arsitektur internet yang bersifat invasi dan teknologi pemantauan ekosistem, semua itu ditujukan untuk memperbesar pengaruh komunis Tiongkok di dunia.
“Penganiayaan tanpa henti terhadap mayoritas Muslim Uighur, Kazakh, dan orang Asia Tengah lainnya oleh otoritas Tiongkok di Xinjiang adalah pertanda yang membuat orang khawatir terhadap penggunaan alat-alat ini secara lebih luas”.
Jeffrey Kane, penulis buku tentang fasilitas pengawasan yang digunakan di Tiongkok yang belum lama ini diterbitkan, mengatakan kepada anggota Komite Eksekutif Kongres AS tentang Tiongkok, bahwa kisah yang diceritakan baik oleh bekas tahanan kamp pendidikan ulang yang ia wawancarai, maupun para pengungsi Uighur dan Kazakh, semua mengungkapkan hal yang sama, yaitu Xinjiang masuk dalam pengawasan penuh terhadap distopia.
Jeffrey Kane mengatakan bahwa komunis Tiongkok menggunakan platform operasi gabungan terintegrasi, untuk menyimpan data yang dikumpulkan dari input polisi, kamera pengawasan, informasi kejahatan dan kasus pengadilan, yang kemudian digunakan untuk menentukan apakah warga Uighur cenderung melakukan kejahatan.
Kane mengatakan bahwa teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi Tiongkok seperti Huawei, penyedia teknologi pengenalan wajah Megvii Technology dan penyedia perangkat lunak kecerdasan buatan SenseTime merupakan “sistem penyiksaan psikologis berskala besar”.
Kepada komite Kane mengatakan, penduduk etnis minoritas di Xinjiang dibayangi oleh perasaan diawasi terus-menerus.
“Banyak alasan digunakan untuk menahan mereka, seperti apakah mereka berjalan melalui pintu depan atau pintu belakang, apakah mereka tiba-tiba memulai aktivitas fisik, apakah mereka terkena wabah, atau hanya terlambat masuk kerja”.
Sidang dengar pendapat itu dilakukan 2 hari setelah Presiden AS Joe Biden dan Presiden Tiongkok Xi Jinping mengadakan konferensi video 3 jam yang membicarakan tentang hubungan bilateral.
Menurut pengarahan yang disampaikan oleh Penasihat Keamanan Nasional AS Jack Sullivan sehari setelah pertemuan itu, Biden menekankan kekhawatiran AS tentang hak asasi manusia di Xinjiang, Tibet dan Hongkong. Tetapi ia tidak merinci isi yang dibicarakan.
Dolkun Isa, Presiden Kongres Uighur Dunia yang berbasis di Jerman, mengatakan kepada Radio Free Asia : Dirinya bersyukur bahwa Presiden Biden menyebutkan kekejaman yang dilakukan komunis Tiongkok terhadap warga Uighur selama pertemuan puncak video dengan Xi Jinping.
“Kita akan berada dalam situasi yang lebih buruk hari ini jika AS tidak mengutuk tindakan genosida pemerintah Tiongkok terhadap Uighur. Pemerintahan Biden harus memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing, jika tidak, itu hanya akan memicu genosida yang berkelanjutan”, kata Dolkun Isa.
Pada bulan Juni 2021, Komite Eksekutif Kongres AS tentang Tiongkok mendesak Presiden IOC Thomas Bach untuk menunda penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 dan menjadwal ulang event tersebut, jika pemerintah tuan rumah tidak menghentikan pelanggaran hak asasi manusia.
Ketika Trump menjabat, pemerintah AS menyatakan bahwa penindasan pemerintah Tiongkok terhadap Uighur di Xinjiang merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida.
China Xinjiang Development Forum 2021, diadakan di Beijing pada hari yang sama ketika Presiden Biden berkonferensi video dengan Xi, forum menyoroti keberhasilan Inisiatif Sabuk dan Jalan dan peran penting yang dimainkan Xinjiang, sambil menuduh Washington menggunakan masalah ini untuk melemahkan Tiongkok.
Jiang Jianguo, Wakil Kepala Departemen Propaganda Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok mengatakan bahwa, organisasi Barat anti-Tiongkok yang dipimpin oleh AS telah berulang kali membuat ucapan tak berdasar seperti tindakan genosida, kerja paksa, dan keluarga berencana paksa di Xinjiang, menggunakan masalah hak asasi manusia untuk bercampur tangan dalam urusan internal Tiongkok. Demi tujuan politik, mereka berusaha untuk mengendalikan Tiongkok melalui isu Xinjiang dan menghentikan langkah Tiongkok dengan teror, selain itu membuat Xinjiang kacau agar perkembangan Tiongkok terganggu. (sin)
Meluncurkan serangan di medan perang hanya dengan sebuah pikiran. Meningkatkan otak manusia untuk menciptakan “prajurit super”. Mengganggu pikiran musuh untuk membuat musuh tunduk pada perintah pengendali.
Dulu diyakini hanya ada di film fiksi ilmiah, persenjataan otak telah dibahas oleh pejabat militer Tiongkok selama bertahun-tahun. Dan, Beijing menghabiskan miliaran setiap tahun untuk ilmu saraf yang dapat menggambarkan skenario ini yang semakin dekat dengan kenyataan.
“Penelitian mengenai ilmu otak lahir dari sebuah visi mengenai bagaimana masa depan peperangan akan berkembang,” Li Peng, seorang peneliti medis di anak perusahaan Akademi Ilmu Kedokteran Militer yang dikelola negara Tiongkok, menulis dalam sebuah artikel pada tahun 2017.
Penelitian semacam itu, kata Li Peng, memiliki “sebuah karakteristik militer yang sangat kuat” dan sangat penting untuk mengamankan sebuah “posisi superioritas yang strategis” untuk setiap negara.
Li Peng tidaklah sendirian dalam menekankan pentingnya militerisasi ilmu otak.
Pada Maret, sebuah surat kabar yang dikelola militer Tiongkok menjelaskan mengenai kecerdasan buatan yang ditenagai oleh komputasi awan, yang mana “mengintegrasikan manusia dan mesin” sebagai kunci untuk memenangkan perang-perang.
Dengan percepatan “intelijenisasi” militer, surat kabar tersebut memperingatkan, Tiongkok perlu segera mendapatkan sebuah pijakan yang kuat dalam teknologi ini, dan penundaan apa pun “dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak terbayangkan.”
Keunggulan ‘Kualitatif’
Menurut makalah penelitian dan artikel di surat kabar militer, pejabat militer Tiongkok melihat empat area di mana inovasi dalam ilmu otak dapat dipersenjatai.
Robot humanoid “Jia Jia,” yang dibuat oleh tim insinyur dari University of Science and Technology of China, terlihat mengikuti presentasi di sebuah konferensi di Shanghai pada 9 Januari 2017.
Jia Jia dapat melakukan percakapan sederhana dan membuat ekspresi wajah tertentu ketika ditanya, dan penciptanya percaya bahwa robot yang sangat hidup ini menjanjikan masa depan pekerja cyborg di Tiongkok.
(Johannes Eisele/AFP via Getty Images)
“Emulasi otak” mengacu pada pengembangan robot dengan kecerdasan tinggi yang berfungsi seperti manusia. “Kendali otak” adalah integrasi manusia dengan mesin menjadi satu, memungkinkan tentara untuk melakukan tugas yang biasanya mustahil bagi mereka. “Otak super” melibatkan penggunaan radiasi elektromagnetik, seperti gelombang infrasonik atau ultrasonik, untuk merangsang otak-otak manusia dan mengaktifkan potensi laten otak. Keempat, disebut “mengendalikan otak,” adalah mengenai menerapkan teknologi canggih untuk mengganggu dan memanipulasi cara orang-orang berpikir.
Dua anggota fakultas dengan Universitas Kedokteran Tentara yang berafiliasi dengan militer dalam sebuah makalah tahun 2018, membahas proyek mereka yang didanai negara yang meneliti sepotong bioteknologi yang dijuluki “virus-psiko.” Diterapkan dalam militer, sebuah senjata psikologis semacam itu dapat membantu mengembangkan “prajurit-prajurit super” yang “setia, berani, dan strategis;” dalam perang-perang, psiko-virus dapat “memanipulasi kesadaran musuh-musuh, menghancurkan keinginan musuh-musuh, dan mengganggu emosi musuh-musuh untuk membuat musuh-musuh tunduk pada kehendak kita,” kata para penulis.
Ilmuwan otak juga dapat membantu pemulihan tentara yang cacat dan secara sistematis meningkatkan perlindungan kesehatan personel militer, menurut sebuah artikel tahun 2019 di PLA Daily, surat kabar resmi untuk militer Tiongkok, yang dikenal sebagai Tentara Pembebasan Rakyat.
Sementara Partai Komunis Tiongkok telah mendedikasikan bertahun-tahun untuk “menjadi terdepan dalam perlombaan senjata bioteknologi,” evolusi teknologi-teknologi perbatasan telah membawa kedaruratan tambahan, menurut Sam Kessler, penasihat geopolitik di North Star Support Group, sebuah perusahaan manajemen risiko multinasional.
“Teknologi futuristik yang mustahil telah diimpikan di masa lalu kini menjadi lebih realistis secara real-time,” tulis Sam Kessler dalam sebuah catatan untuk The Epoch Times. “Hal ini menciptakan sedikit ruang untuk kesalahan sebagai sebuah potensi kerugian dominasi teknologi semacam itu berpotensi menyebabkan melemahnya hambatan-hambatan strategis jika dibiarkan.”
Prihatin dengan aktivitas Tiongkok di bidang bioteknologi, pada bulan Desember Amerika Serikat memasukkan Akademi Ilmu Kedokteran Militer Tiongkok ke dalam daftar hitam–—lembaga penelitian medis terbaik Tiongkok yang dijalankan oleh militer Tiongkok–—dan 11 lembaga penelitian bioteknologi yang berafiliasi dengan Akademi Ilmu Kedokteran Militer Tiongkok, menuduh lembaga penelitian itu mengembangka “persenjataan kendali otak yang diakui” untuk memajukan militer Tiongkok.
Seorang mahasiswa Universitas Florida menggunakan headset interface yang dikendalikan otak untuk menerbangkan drone selama perlombaan drone yang dikendalikan pikiran di Gainesville, Florida, pada 16 April 2016. (Jason Dearen/AP Photo)
Rezim Tiongkok tidak mengomentari aspek daftar hitam Amerika Serikat ini. Akademi Ilmu Kedokteran Militer Tiongkok tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar, dan Kementerian Pertahanan Nasional Tiongkok tidak membalas sebuah permintaan dari The Epoch Times untuk komentar.
Beberapa minggu sebelum langkah tersebut, Biro Industri dan Keamanan Masyarakat Kementerian Perdagangan meminta komentar masyarakat mengenai sebuah aturan yang diusulkan untuk melarang ekspor teknologi antar-muka otak-komputer, sebuah bidang yang muncul yang berusaha memungkinkan manusia untuk berkomunikasi secara langsung dengan sebuah perangkat eksternal hanya dengan pikiran manusia itu.
Teknologi semacam itu akan memberikan sebuah “militer kualitatif atau keuntungan intelijen” untuk musuh Amerika Serikat, seperti dengan cara “meningkatkan kemampuan tentara manusia, termasuk kolaborasi untuk meningkatkan pengambilan keputusan, operasi dengan bantuan manusia, dan operasi militer berawak dan tidak berawak yang canggih,” kata Kementerian Perdagangan.
‘Sebuah Masalah Masa Depan Tiongkok’
Amerika Serikat telah berada di garis depan di bidang teknologi otak, dengan jumlah makalah penelitian terbesar di dunia yang diterbitkan mengenai hal tersebut.
Pada April, startup neuroteknologi Elon Musk, Neuralink, merilis sebuah video yang menunjukkan seekor monyet bermain game komputer melalui sebuah chip dimasukkan ke dalam otaknya.
Synchron, sebuah pengembang produk teknologi antar-muka saraf implan di Silikon Valley, bulan lalu merilis tujuh tweet yang kata Synchron dikirim secara nirkabel oleh seorang pasien Australia yang tidak dapat bergerak, yang mana telah menerima implan chip Synchron, dikenal sebagai Stentrode.
Pada Juli lalu, The National Institutes of Health (NIH) memberikan 10 juta dolar AS kepada Synchron untuk membantu peluncuran uji coba pada manusia yang pertama di Amerika Serikat.
The Defense Advanced Research Projects Agency -DARPA- atau Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan milik Amerika Serikat, juga telah meneliti antar-muka otak-komputer untuk aplikasi militer, seperti sebuah proyek “Avatar” yang bertujuan untuk membuat sebuah mesin semi-otonom untuk bertindak sebagai pengganti tentara.
Beijing, dengan cermat melacak perkembangan di Amerika Serikat, telah menunjukkan Beijing tidak mau ketinggalan di belakang.
Seorang wanita muda melihat seorang pria, mengenakan alat pemindai otak EEG di kepalanya, memainkan permainan pinball hanya dengan membiarkan dayung bereaksi dengan otaknya di konsorsium penelitian Berlin Brain Computer Interface di CeBIT Technology Fair di Hannover, Jerman, pada 2 Maret 2010. (Sean Gallup/Getty Images)
Pada Januari 2020, tiga bulan sebelum Synchron memulai uji coba pertamanya, Universitas Zhejiang di timur Tiongkok telah menyelesaikan pengujian sebuah implan otak pada seorang pasien berusia 72 tahun yang lumpuh. Menggunakan gelombang-gelombang otaknya, pasien tersebut dapat mengarahkan sebuah lengan robot untuk berjabat tangan, mengambil minuman, dan memainkan mahyong, permainan papan Tiongkok klasik.
Selama enam tahun terakhir, Beijing telah melihat kemajuan penelitian terkait otak sebagai “sebuah masalah masa depan Tiongkok,” menurut laporan media Tiongkok.
Lembaga ilmiah nasional terkemuka di Tiongkok, yang dikelola negara, Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, telah menggelontorkan sekitar 60 miliar yuan (USD 9,4 miliar) setiap tahun dalam upaya-upaya memetakan fungsi otak, situs web Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok menunjukkan.
Pada September, Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tiongkok membuka aplikasi untuk penelitian di bidang tersebut, dengan tambahan 3 miliar yuan (sekitar USD 471 juta) dialokasikan untuk 59 aliran penelitian.
Peran ilmu otak sudah cukup bermakna sehingga pemimpin Tiongkok Xi Jinping telah mengidentifikasi ilmu otak sebagai sebuah bidang prioritas teknologi baru, yang signifikan bagi keamanan nasional Tiongkok dan untuk menjadikan Tiongkok sebagai sebuah hub pusat untuk inovasi ilmu pengetahuan mutakhir dunia.
“Tiongkok lebih dekat daripada dalam sejarah mana pun dengan tujuan meremajakan bangsa Tiongkok, dan kita membutuhkan lebih dari waktu manapun dalam sejarah untuk membangun sebuah negara adidaya ilmu pengetahuan dan teknologi dunia,” kata Xi Jinping kepada para sarjana Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok dalam sebuah pidato pada tahun 2018.
Sebuah Posisi Superioritas Militer Dalam Sebuah Perdebatan
Rezim Tiongkok berlomba untuk menutup kesenjangan dengan Amerika Serikat dalam memanfaatkan kekuatan dari teknologi baru ini.
Dalam hal volume makalah yang diterbitkan mengenai teknologi otak, Tiongkok adalah kedua setelah Amerika Serikat, kata Zhou Jie, seorang insinyur senior di Akademi Informasi dan Teknologi Komunikasi Tiongkok, lembaga penelitian ilmu pengetahuan yang dikelola negara, pada sebuah forum baru-baru ini mengenai antar-muka otak-komputer.
Angka itu tumbuh dengan kecepatan 41 persen selama periode tahun 2016 hingga 2020, lebih dari dua kali lipat rata-rata 19 persen untuk seluruh dunia, menurut sebuah laporan Mei yang ditulis oleh produsen robot yang berbasis kecerdasan buatan di Beijing dan sebuah lembaga pemikir yang memberi saran kepada Beijing mengenai data besar dan kecerdasan buatan.
Tumpukan inovasi Tiongkok terhadap antar-muka otak-komputer tampaknya mengikuti antusiasme yang tumbuh.
Akademi Ilmu Kedokteran Militer, akademi militer Tiongkok di bawah sanksi-sanksi Amerika Serikat, telah berada terdepan dalam penelitian ilmu saraf. Penemuan dari Akademi Ilmu Kedokteran Militer dan afiliasinya sejak tahun 2018 mencakup berbagai perangkat pengumpulan sinyal saraf, implan tengkorak mini, sebuah sistem pemantauan jarak jauh untuk memulihkan saraf yang rusak, dan kacamata realitas berimbuh yang dapat dipakai serta dirancang untuk meningkatkan kendali robot, menurut sebuah penyimpanan terbuka dari aplikasi paten.
Cho Yu Ng dari Hong Kong berkompetisi selama perlombaan kursi roda di Kloten, Swiss, di Kejuaraan Cybathlon, edisi pertama kompetisi internasional yang diselenggarakan oleh ETH Zurich untuk atlet dengan gangguan fisik yang menggunakan teknologi bantuan bionik, seperti prostesis robotik, antarmuka otak-komputer , dan exoskeleton bertenaga, pada 8 Oktober 2016. (Michael Buholzer/AFP via Getty Images)
Pada tahun 2019, Institut Kedokteran Militer di bawah Akademi Ilmu Kedokteran Militer menciptakan sebuah kendaraan udara tidak berawak yang dikendalikan otak. Untuk menggerakkan kendaraan tersebut ke depan, seorang operator mengenakan sebuah tutup elektroda dan membayangkan menggerakkan tangan kanannya. Memikirkan gerakan kaki akan memerintahkan mesin tersebut untuk turun.
Institut Penelitian Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pertahanan Nasional milik Akademi Ilmu Kedokteran Militer pada tahun 2021, memperoleh sebuah paten untuk menggunakan realitas virtual untuk masuk dok pesawat ruang angkasa. Perangkat tersebut menafsirkan aktivitas otak serta tungkai astronot dan mengubah aktivitas tersebut menjadi perintah untuk menyesuaikan posisi pesawat ruang angkasa secara real-time.
Sementara sebuah porsi inovasi yang cukup besar di bidang antar-muka otak-komputer dan bidang teknologi otak lainnya, memiliki potensi penggunaan medis, beberapa juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan militer.
Sebuah universitas Tiongkok sebelumnya menggembar-gemborkan pertempuran tanpa awak melalui robot yang dikendalikan pikiran sebagai sebuah “posisi superioritas dalam sebuah perdebatan” di bidang kecerdasan buatan, di mana Tiongkok “harus berlomba” untuk mengendalikan.”
“Saksikan lebih banyak keajaiban dengan karakteristik-karakteristik Tiongkok dalam penguatan tentara,” pernyataan Universitas Teknologi Pertahanan Nasional, sebuah akademi militer yang memasok bakat untuk angkatan bersenjata Tiongkok, karena Universitas Teknologi Pertahanan Nasional memamerkan sebuah daftar perangkat yang dikendalikan otak yang diproduksi oleh universitas tersebut, termasuk sebuah kursi roda dan sebuah mobil yang dapat melakukan perjalanan sekitar 9,3 mph “di jalan apa pun.”
“Bersama-sama, mari kita ubah dunia dengan ‘pikiran’ kita,” kata Universitas Teknologi Pertahanan Nasional dalam sebuah posting di situsnya bulan November lalu.
Universitas Teknologi Pertahanan Nasional tidak menanggapi permintaan komentar dari The Epoch Times.
Seruan untuk Ketergantungan Diri Sendiri
Aturan pemblokiran Kementerian Perdagangan AS dapat menghambat atau menunda Beijing di jalurnya untuk memajukan biotek dan teknologi yang berhubungan dengan otak tetapi masih tidak mungkin memperlambatnya, menurut Grant Newsham, seorang rekan senior di Center for Security Policy dan seorang pensiunan kolonel Marinir Amerika Serikat.
“Orang-orang Tiongkok hanya akan bermanuver sedikit, mengubah beberapa nama, dan tetap melaju dengan kecepatan penuh dalam upaya-upaya untuk mempersenjatai biotek ini,” kata Grant Newsham kepada The Epoch Times.
Abad 21 disebut sebagai abad teknologi informasi. (Ilustrasi The Epoch Times)
Tetapi sanksi memiliki sebuah tujuan yang berguna di dalam negeri: “membuat mustahil untuk orang-orang Amerika Serikat (dan lainnya) yang ingin berinvestasi dan bermitra dengan organisasi Tiongkok untuk mengklaim bahwa mereka ‘tidak tahu’ apa yang sedang dilakukan orang-orang Tionghoa–—atau berargumen bahwa ‘hal tersebut adalah tidak dilarang,’” kata Grant Newsham.
Sementara itu, peneliti Tiongkok difokuskan pada pencapaian swa-peneliti kecukupan di bidang ini.
Pada tahun 2019, sebuah tim peneliti di Universitas Tianjin di utara Tiongkok meluncurkan sebuah chip “Brain Talker”, yang bila dihubungkan ke otak melalui sebuah tutup elektroda, dapat memecahkan sebuah kode niat pikiran pengguna dan menerjemahkannya menjadi perintah komputer dalam waktu kurang dari dua detik.
Universitas Fudan, sebuah institusi umum yang elit di Shanghai, pada bulan Januari menghadirkan sebuah chip antar-muka otak-komputer jarak jauh, yang dapat diisi ulang dayanya secara nirkabel dari luar tubuh, menghindari potensi kerusakan otak. Chip tersebut mengonsumsi hanya sepersepuluh dari kekuatan rekan-rekan di Barat dan biaya setengahnya, media pemerintah Tiongkok melaporkan pada saat itu.
Istilah “dikembangkan sendiri” secara mencolok ditampilkan di pengumuman kedua tim dan laporan media.
Tao Hu, direktur asosiasi di Institut Mikrosistem dan Teknologi Informasi Shanghai milik Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, mengatakan Tiongkok memiliki potensi untuk memimpin dunia di bidang antar-muka otak-komputer.
Tiongkok tidak ketinggalan dari negara-negara asing dalam hal aspek desain untuk peralatan inti antar-muka otak-komputer,” tulis Tao Hu dalam sebuah artikel bulan Juni yang diterbitkan di media pemerintah Tiongkok.
Tao Hu meminta Tiongkok untuk meningkatkan alokasi sumber daya untuk mempercepat pengembangan antar-muka otak-komputer, mengingat risiko bahwa Amerika Serikat mungkin memblokir ekspor antar-muka otak-komputer ke Tiongkok.
Risiko Etis
Tiongkok memiliki sebuah keunggulan unik untuk membantunya meningkatkan persaingan: luasnya bank primata bukan manusia, menurut Poo Mu-ming, seorang tokoh kunci yang mempelopori penelitian otak Tiongkok di Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok.
Tiongkok telah menjadi pemasok utama dunia untuk menguji monyet tetapi berhenti mengirimkan monyet-monyet itu begitu pandemi dimulai. Poo Mu-ming, yang pada tahun 2008 beralih dari tikus ke monyet sebagai hewan uji di institut ilmu sarafnya di Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, sudah lama ingin memanfaatkan sumber daya hewan uji Tiongkok untuk meningkatkan kedudukan penelitian otak Tiongkok, menurut laporan media pemerintah.
Tim Poo Mu-ming pada tahun 2017 mengkloning pasangan monyet pertama di dunia dengan menggunakan metode yang sama yang menghasilkan Dolly si Domba–—sebuah langkah maju yang penting bagi penelitian terkait otak di Tiongkok.
Dengan teknologi kloning yang sama, ilmuwan Tiongkok dapat memproduksi secara massal dan bereksperimen mengenai monyet-monyet yang identik, menghilangkan gangguan pada eksperimen yang dihasilkan dari perbedaan masing-masing hewan uji, kata Poo Mu-ming kepada Science Times, sebuah surat kabar di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, pada Oktober.
Akademi Ilmu Kedokteran Militer juga telah mengusulkan penelitian-penelitian untuk membangun sebuah basis data untuk sebuah “senjata kendali kesadaran yang agresif” yang menargetkan kelompok spiritual tertentu atau kelompok-kelompok etnis.
Sebuah proyek semacam itu pertama kali disebutkan pada awal tahun 2012 oleh Institut Kedokteran Radiasi di bawah Akademi Ilmu Kedokteran Militer. Basis data bertujuan untuk membangun sebuah kumpulan citra dan video yang dapat memicu perilaku yang agresif. Target yang diusulkan termasuk “pemimpin spiritual, organisasi-organisasi dan kelompok agama yang ekstrim memiliki keyakinan yang sama, dan kelompok-kelompok etnis yang berbagi sifat yang sama di lokasi dan kebiasaan gaya hidup.”
Bilah etika Tiongkok yang lebih lunak dibandingkan dengan Barat, telah menyediakan Tiongkok dengan lebih banyak kelonggaran untuk mendapatkan sebuah pijakan dengan eksperimen yang terkait dengan antar-muka otak-komputer, yang mana akan “sangat memberdayakan mereka dan merampingkan inovasi mereka,” menurut Sam Kessler.
Di Tiongkok, eksperimen semacam itu memiliki “lebih sedikit birokrasi yang mencegahnya untuk menggunakan praktik-praktik pengujian yang dipertanyakan,” katanya kepada The Epoch Times. “Hal itu membuat semua perbedaan di dunia di mana keunggulan dalam teknologi dan kecerdasan dapat sangat bergantung pada bagaimana mereka mengelola kemampuan mereka untuk tetap bertahan di depan tikungan.”
Ditanya oleh sebuah jurnal, pandangannya apakah teknologi antar-muka otak-komputer suatu hari nanti “memperbudak” manusia, Poo Mu-ming tampak tidak terganggu.
“Jika kita memiliki keyakinan bahwa masyarakat kita akan mampu untuk mengembangkan mekanisme-mekanisme untuk mengendalikan penggunaan teknologi-teknologi untuk keuntungan kita, maka kita tidak perlu khawatir akan kecerdasan buatan ,” kata Poo Mu-ming kepada National Science Review, sebuah jurnal yang ditinjau rekan sejawat di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, pada tahun 2017.
“Sejak tahun 1950-an, banyak orang merasa khawatir akan penumpukan bom-bom nuklir dan berpikir bahwa kita akan segera dihancurkan oleh sebuah bencana nuklir. Tetapi sekarang kita masih hidup cukup baik, bukan?” (Vv)
Andrew Thornebrooke dan Donna Ho berkontribusi pada laporan ini
ETIndonesia- Tren kenaikan kasus COVID-19 disikapi Pemerintah dengan memperketat upaya antisipasi di pintu masuk negara untuk mencegah importasi kasus akibat varian Omicron.
Untuk mengantisipasi penularan yang disebabkan transmisi antar negara atau cross border transmission, pemerintah kedepannya akan membuat penanganan khusus di 9 entry point wilayah Indonesia.
Dengan melakukan pencatatan terpisah kasus positif dari pelaku perjalanan dan kasus positif yang ada di wilayah sekitarnya secara keseluruhan.
“Hal ini menjadi penting untuk menjadi dasar pengambilan kebijakan pengendalian mobilitas masyarakat,” kata juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito dalam Keterangan Pers di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (11/1/2022) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Disamping itu juga, Pemerintah terus melanjutkan pemulihan aktivitas masyarakat dengan persiapan beberapa acara besar seperti MotoGP 2022 Mandalika dan Sherpa atau Finance meeting sebagai salah satu agenda G20 Tahun 2022.
Dalam pelaksananya, protokol kesehatan ketat harus diterapkan dalam setiap agenda kegiatan. Pemerintah akan memperhatikan riwayat vaksinasi di daerah penyelenggara kegiatan, monitoring evaluasi beberapa kegiatan besar sebelumnya, serta partisipan kegiatan akan menerapkan sistem bubble untuk mencegah terjadinya penularan.
Selain itu pemerintah sudah mempersiapkan rencana kontijensi Jika terjadi kenaikan kasus. Baik melalui peningkatan akses pelayanan isolasi mandiri dalam telemedicine dan isolasi terpusat.
Untuk akses pelayanan isolasi mandiri bagi kasus positif agar ditangani dengan cepat termasuk bermitra dengan platform telemedicine serta rumah sakit rujukan COVID-19 di Indonesia. (Satgas COVID-19/asr)
ETIndonesia- Mulai 12 Januari 2022, Pemprov DKI Jakarta melaksanakan vaksin dosis ketiga atau booster, sesuai kebijakan Pemerintah Pusat. Kick Off vaksin booster ini berlangsung di Puskesmas Kramat Jati, pada Rabu (12/1). Vaksinasi dosis ketiga menjadi upaya bersama dalam antisipasi dan proteksi diri dari penularan varian baru COVID-19 Omicron.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti, menyampaikan, seluruh fasilitas kesehatan (faskes) milik Pemprov DKI Jakarta siap melaksanakan vaksin booster. Pihaknya juga berkolaborasi dengan TNI/Polri dalam untuk percepatan vaksinasi dosis ketiga ini.
“Masyarakat yang sudah bisa divaksin dosis ketiga ini adalah WNI, berusia 18 tahun ke atas, dan sudah lewat dari 6 bulan sejak dosis kedua. Tidak harus di faskes yang sama dengan lokasi vaksin dosis pertama dan kedua, bisa di faskes lain dengan menunjukkan tiket vaksin ketiga atau vaksin booster di aplikasi Peduli Lindungi,” ungkapnya.
Untuk sementara ini, baru sebagian warga lansia, yang sudah terbit tiket vaksin booster di aplikasi Peduli Lindungi. Namun, secara bertahap tiket tersebut akan terus diperbarui oleh Kementerian Kesehatan RI, sehingga bagi masyarakat yang belum keluar tiket vaksin ketiganya dapat menunggu pembaruan data tersebut. Masyarakat diimbau untuk mengecek tiket vaksin ketiga COVID-19 melalui aplikasi Peduli Lindungi secara mandiri sebelum datang ke faskes terdekat untuk mengurangi antrean dan menghindari kerumunan.
Pelayanan vaksin booster ini terbuka untuk masyarakat ber-KTP DKI Jakarta maupun non-KTP DKI Jakarta. Untuk penduduk non-KTP DKI Jakarta, tidak perlu melampirkan surat keterangan domisili saat pelaksanaan vaksin booster.
Adapun jenis vaksin yang diberikan menyesuaikan dengan ketersediaan vaksin di puskesmas dan dapat dilakukan kombinasi vaksin yang ditentukan Kemenkes RI, sebagai berikut:
ETIndonesia- Tren kenaikan kasus COVID-19 disikapi Pemerintah dengan memperketat upaya antisipasi di pintu masuk negara untuk mencegah importasi kasus akibat varian Omicron.
Untuk mengantisipasi penularan yang disebabkan transmisi antar negara atau cross border transmission, pemerintah kedepannya akan membuat penanganan khusus di 9 entry point wilayah Indonesia.
Dengan melakukan pencatatan terpisah kasus positif dari pelaku perjalanan dan kasus positif yang ada di wilayah sekitarnya secara keseluruhan. “Hal ini menjadi penting untuk menjadi dasar pengambilan kebijakan pengendalian mobilitas masyarakat,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito dalam Keterangan Pers di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (11/1/2022) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Disamping itu juga, Pemerintah terus melanjutkan pemulihan aktivitas masyarakat dengan persiapan beberapa acara besar seperti MotoGP 2022 Mandalika dan Sherpa atau Finance meeting sebagai salah satu agenda G20 Tahun 2022.
Dalam pelaksananya, protokol kesehatan ketat harus diterapkan dalam setiap agenda kegiatan. Pemerintah akan memperhatikan riwayat vaksinasi di daerah penyelenggara kegiatan, monitoring evaluasi beberapa kegiatan besar sebelumnya, serta partisipan kegiatan akan menerapkan sistem bubble untuk mencegah terjadinya penularan.
Selain itu pemerintah sudah mempersiapkan rencana kontijensi Jika terjadi kenaikan kasus. Baik melalui peningkatan akses pelayanan isolasi mandiri dalam telemedicine dan isolasi terpusat.
Untuk akses pelayanan isolasi mandiri bagi kasus positif agar ditangani dengan cepat termasuk bermitra dengan platform telemedicine serta rumah sakit rujukan COVID-19 di Indonesia. (Satgas COVID-19/asr)
ETIndonesia- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada, Senin (10/1/2022), melakukan penandatanganan kerja sama (Memorandum of Cooperation/MoC) tentang “Realization of Energy Transitions” bersama Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang Hagiuda Koichi. Penandatangan ini dimaksudkan memfasilitasi kerja sama energi antara kedua pihak guna merealisasikan transisi energi.
“Terima atas inisiatif terlaksananya kerja sama dan penandatangan MoC ini. Ini tentu saja upaya yang luar biasa dari pihak Jepang,” kata Arifin usai penandatangan MoC di Gedung Heritage Kementerian ESDM, Jakarta dalam keterangan persnya.
Pelaksanaan transisi energi di Indonesia, sambung Arifin, perlu mendapat dukungan dari mitra internasional demi target pencapaian Net Zero Emission (NZE) di 2060.
“Kami mengundang partisipasi investor supaya bisa mendukung program Indonesia. Beberapa perangkat kebijakan yang kami lakukan adalah memberikan kemudahan berbisnis dan menyiapkan Rancangan Peraturan Menteri ESDM terkait tarif EBT,” jelasnya.
Arifin mengakui, sektor energi dipastikan akan menghadapi tantangan besar di masa mendatang. Masih ada kecenderungan akan tingginya ketergantungan energi fosil. Adanya kerja sama ini diharapkan mampu menjadi proses alih teknologi demi mewujudkan percepatan transisi energi.
“Indonesia dan Jepang bisa mengembangkan bersama-sama teknologi Carbon, Capture, Utilization, and Storage (CCUS) dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Indonesia,” kata Arifin.
Sementara itu, Menteri Ekonomi, Perdangangan, dan Industri (METI) Jepang Hagiuda Koichi, menyambut baik kerja sama guna membantu mempercepat pencapaian proses transisi energi di Indonesia. “Jepang ingin membantu merealisasikan target tersebut melalui kerangka Asia Energy Transition Inisiative,” kata Haguida.
Adapun rincian kerja sama yang disepakati dalam MoC, yaitu penyusunan roadmap transisi energi menuju emisi net-zero berdasarkan target nasional masing-masing, pengembangan dan penyebaran teknologi yang berkontribusi pada transisi energi yang realistis antara lain hidrogen, bahan bakar amonia, carbon recycling, dan CCS/CCUS, mendukung upaya dalam forum multilateral untuk mempercepat kerja sama teknologi yang berkontribusi pada transisi energi yang realistis, dan dukungan untuk pengembangan kebijakan, pengembangan sumber daya manusia, dan berbagi pengentahuan tentang transisi energi dan teknologi yang digunakan.
Pada tataran teknis, saat ini tengah berlangsung studi bersama antara Mitsubishi Indonesia Reperesentative dengan Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” mengenai co-combustion fuel ammonia pada PLTU. Studi yang dijadwalkan selesai pada Januari 2022 ini bertujuan untuk menilai kelayakan teknis dan ekonomis penggunaan ammonia untuk mensubstitusi sebagian batubara sehingga umur operasional PLTU dapat dipertahankan.
“Dengan senang hati saya sampaikan bahwa Jepang telah menjadi mitra penting bagi perjalanan Indonesia menuju transisi energi. Dengan dukungan nyata, kami percaya untuk mencapai NZE 2060, dengan tetap menjaga keamanan, akses, dan keterjangkauan energi,” pungkasnya. (ESDM/asr)
ETIndonesia- Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menegaskan, Kementerian Perdagangan mendukung “Program Migor 14 Ribu” dan dan “Holding BUMN Pangan ‘ID Food’” yang diluncurkan Badan Usaha Milik Negara di Museum Fatahillah, Jakarta, Rabu (12/1/2022).
Program tersebut diluncurkan pemerintah sebagai langkah konkret untuk memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia, khususnya barang kebutuhan pokok (bapok), seperti minyak goreng.
Hal ini ditegaskan Mendag Lutfi saat menghadiri peluncuran program “Migor 14 Ribu” dan peluncuran “Holding BUMN Pangan ‘ID Food’” di Museum Fatahillah, Jakarta, hari ini (12/1).
Turut hadir dalam acara tersebut Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohi, Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury, dan Direktur Utama PT RNI (Persero) Arief Prasetyo Adi.
“Sesuai mandat Presiden Joko Widodo kepada Kementerian Perdagangan untuk menjamin stabilitas harga bapok, program ‘Migor 14 Ribu’ diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pokok masyarakat terhadap minyak goreng, terutama bagi masyarakat yang kurang mampu,” ujar Mendag Lutfi.
Mendag Lutfi menjelaskan, program ‘Migor 14 Ribu’ diharapkan dapat terus mempertahankan penerimaan devisa kelapa sawit yang harganya sangat baik di pasar internasional. Selain itu, juga dapat menjaga keterjangkauan serta ketersediaan minyak goreng bagi masyarakat.
“Kami saat ini sedang melakukan intervensi dengan menggunakan mekanisme Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yaitu menyiapkan 1,2 miliar liter untuk enam bulan pertama 2022. Saya jamin harga minyak goreng akan berada di Rp14.000/liter,” tegas Mendag Lutfi.
Mendag Lutfi menambahkan, pada 2022, tren permintaan bapok akan lebih besar daripada pasokan. Saat ini, Kementerian Perdagangan sedang mengatur logistik di 2022. Sehingga, Holding BUMN Pangan ‘ID Food’ yang juga diluncurkan hari ini diharapkan dapat turut mendukung pemerintah dalam menjaga stabilitas dan ketersediaan bapok.
“Kami mohon kerja sama pemerintah, BUMN, dan swasta untuk menjaga kekompakan, kebersamaan, dan membulatkan tekad untuk membuat Indonesia maju. Saya yakin kita bisa dan mudah-mudahan ini dapat menjadi bekal kita ke depan,” pungkasnya. (asr)
ETIndonesia- Presiden Jokowi secara resmi mengumumkan vaksin Covid-19 dosis booster dimulai pada 12 Januari 2022 dengan prioritas masyarakat lanjut usia (lansia) dan kelompok rentan.
“Saya telah memutuskan pemberian vaksin ketiga ini gratis bagi seluruh masyarakat Indonesia karena sekali lagi saya tegaskan bahwa keselamatan rakyat adalah yang utama,” ujar Presiden.
Hal demikian disampaikannya di Istana Merdeka, pada Selasa, 11 Januari 2022.
Ia mengatakan, pemberian vaksin dosis ketiga (booster) Covid-19 dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kekebalan tubuh masyarakat dari paparan virus korona yang terus bermutasi. Vaksin dosis ketiga ini pun akan diberikan kepada masyarakat sesuai dengan syarat dan ketentuan yang dibutuhkan penerima vaksin.
“Syarat dan ketentuan yang dibutuhkan untuk menerima vaksinasi ketiga ini adalah calon penerima sudah menerima vaksin Covid-19 dosis kedua lebih dari enam bulan sebelumnya,” ungkap Presiden.
Presiden mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan meski telah divaksin.
“Saya mengingatkan masyarakat untuk tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, karena vaksinasi dan disiplin protokol kesehatan merupakan kunci dalam mengatasi pandemi Covid-19,” lanjutnya. (BPMI Setpres/asr)
Tongkat baja yang dikeraskan membuat bunyi paling mengganggu saat memantul tengkorak Victoria White. Bunyi ini bervariasi antara sebuah dentingan dengan sebuah derik yang kencang, tergantung di bagian mana senjata logam itu menyentuh kepala Victoria White.
“Tolong jangan pukul dia!” kata seorang pria di antara kerumunan berteriak.
Itu adalah kekacauan di pintu masuk terowongan Serambi Barat Gedung Capitol Amerika Serikat pada 6 Januari 2021 sore.
Di luar gedung, ribuan orang yang menghadiri reli “Save America” oleh Presiden Donald Trump berseliweran di Serambi Barat itu, sementara kelompok-kelompok perusuh melawan polisi di dekat terowongan Serambi Barat.
Sebuah hiruk-pikuk yang hampir seperti kesetanan memancar dari bawah lengkungan terowongan Serambi Barat.
“Saya bahkan tidak menyentuh anda,” tangis seorang wanita.
“Saya membutuhkan bantuan! Saya membutuhkan bantuan,” teriak seorang pria.
“Bangun, sialan!” teriak seorang petugas polisi dengan perlengkapan anti huru-hara. “Keluar!” suara gelegar lainnya.
Kemudian sebuah jeritan yang menimbulkan rasa takut, diikuti oleh suara sirene darurat yang memekakkan telinga.
Setelah berulang kali memukul kepala Victoria White, petugas berbaju putih itu menyarungkan tongkatnya. Kemudian ia mengepalkan tangan kirinya dan meninju wajah Victoria White.
“Oh, tidak-tidak-tidak! Tolong! Tolong jangan pukul dia!” seseorang berteriak, tetapi ada pengaruhnya.
Victoria White tampak rawan atau hampir pingsan di beberapa bagian dari video berdurasi lima menit. (Tangkapan Layar/Joseph McBride)
Setelah tiga tinju ke kepala White, petugas berbaju putih itu berhenti. Kemudian petugas itu meninju dua kali lagi. Petugas itu menjambak rambut di belakang kepala Victoria White dan menariknya dengan keras.
Victoria White tampak linglung dan bingung. Tatapannya kosong. Petugas lain meraih dengan tongkat petugas itu dalam sebuah upaya nyata untuk mencegah lebih banyak pukulan. Petugas berbaju putih meraih lengan rekannya itu dan mendorong rekannya itu.
Kekerasan yang hampir tidak dapat dipercaya menimpa Victoria White dengan tinggi badan 1,6 meter yang tidak bersenjata adalah sangat kontras dengan narasi yang sering diberitakan bahwa 6 Januari adalah benar-benar sebuah pemberontakan yang dilakukan oleh massa pendukung Donald Trump yang ingin menggulingkan pemerintah.
Victoria White adalah seorang korban kebrutalan. Pengacara Victoria White sedang mempersiapkan sebuah gugatan perdata. Cerita Victoria White adalah satu dari cerita-cerita 6 Januari yang tersembunyi, terungkap hanya setelah seorang hakim federal memerintahkan video pengawasan yang berdurasi tiga jam yang dipegang oleh Kementerian Kehakiman Amerika Serikat dirilis kepada pengacara Victoria White.
Kesenjangan Politik Melebar
Gencarnya liputan media dalam minggu-minggu menjelang satu tahun peringatan 6 Januari menunjukkan kesenjangan yang mendasar dan berkembang antara orang-orang Amerika Serikat dari jalur-jalur politik yang berbeda.
Narasi yang berlaku adalah bahwa para pendukung Donald Trump, terguncang oleh sebuah pidato Donald Trump pada 6 Januari di Ellipse, menuju ke Gedung Capitol Amerika Serikat dalam sebuah upaya kekerasan untuk menjungkirbalikkan demokrasi.
Sebuah kerumunan besar pendukung Donald Trump—–perkiraan berkisar antara 30.000 hingga 2 juta orang –— berkerumun di Ellipse untuk mendengar reli sang presiden menentang pemilihan umum presiden tahun 2020. Donald Trump berpendapat, bersama dengan jutaan pendukung, bahwa penipuan pemilihan umum yang meluas di negara-negara bagian utama seperti Pennsylvania, Michigan, Georgia, Arizona, dan Wisconsin telah merampok masa jabatannya yang kedua dan menempatkan Joe Biden dari Partai Demokrat menjabat sebagai presiden yang tidak sah.
Aaron Babbitt bersama istrinya, Ashli, yang terbunuh di US Capitol pada 6 Januari 2021. “Dia mencintai kehidupan,” katanya. (Courtesy dari Aaron Babbitt)
Pidato tersebut dimulai sekitar satu jam lebih lambat dari yang dijadwalkan. Sebelum Donald Trump mengakhiri pidatonya, sekelompok pengunjuk rasa menerobos sebuah
penghalang yang ringan yang dijaga di jalur pejalan kaki Gedung Capitol. Mereka dengan cepat menuju Gedung Capitol.
Pada saat kerumunan penonton reli berjalan kaki menuju halaman Gedung Capitol, pagar keliling dan tanda-tanda keamanan yang menunjukkan Gedung Capitol dibatasi telah disingkirkan sesuai metodenya.
Saat puluhan ribu pengunjuk rasa mengepung Gedung Capitol, kantong-kantong kekerasan terjadi. Jendela-jendela dirusak, dan para pengunjuk rasa naik ke dalam Gedung Capitol, tepat setelah pukul 14.00. Di pintu-pintu masuk lain, para pengunjuk rasa menemukan pintu-pintu disangejakan terbuka dan mereka terus berjalan ke dalam seperti turis.
Keadaan kekerasan terburuk diperebutkan dengan ketat, tetapi hasilnya adalah nyata. Pendukung Donald Trump bernama Ashli Babbitt, 35 tahun, ditembak dan dibunuh oleh seorang petugas polisi Gedung Capitol saat ia berupaya memasuki Lobi Pembicara. Victoria White dan yang lainnya dipukuli oleh polisi di atau dekat terowongan Serambi Barat, kata pengacara-pengacara.
Sekitar 140 polisi terluka dalam pertempuran dengan para perusuh. Petugas Polisi Gedung Capitol Brian Sicknick meninggal pada 7 Januari 2021, meskipun kematiannya akhirnya ditetapkan akibat penyebab-penyebab alami. Petugas Polisi Gedung Capitol Howard Liebengood dan Petugas Polisi Metropolitan Washington Jeffrey Smith–— kedua adalah di antara polisi yang sedang bertugas di Capitol –— bunuh diri beberapa minggu setelah 6 Januari.
Presiden Joe Biden menggambarkan 6 Januari sebagai “serangan terburuk terhadap demokrasi kita sejak Perang Saudara.” Associated Press menegaskan itu adalah “serangan yang paling berkelanjutan terhadap kursi demokrasi Amerika Serikat sejak Perang tahun 1812.”
Steven Sund, mantan Kepala Polisi Gedung Capitol Amerika Serikat, menyebutnya sebagai “sebuah serangan kekerasan yang terkoordinasi terhadap Gedung Capitol Amerika Serikat oleh ribuan pemberontak yang bersenjata lengkap.”
Banyak orang Amerika Serikat tidak melihat kata-kata itu sebagai hiperbola, bersikeras massa yang sepenuhnya didorong oleh Donald Trump dimaksudkan untuk mengganggu Kongres Amerika Serikat dan menggulingkan pemerintah federal.
Di seberang jurang politik adalah orang-orang yang menolak narasi dominan itu, dan menegaskan bahwa sementara 6 Januari adalah banyak hal, tetapi bukanlah pemberontakan. Mereka melihat karakterisasi itu sebagai sebuah cara yang nyaman untuk menekan kebenaran.
Mereka percaya, cerita 6 Januari yang sebenarnya tetap tersembunyi di dalam video pengawasan yang berdurasi sekitar 14.000 jam dari sekitar halaman Gedung Capitol. Sebagian video itu tidak diragukan lagi akan dibuka segelnya karena beberapa dari lebih dari 725 orang yang ditangkap karena dugaan kejahatan-kejahatan yang terkait 6 Januari diadili.
Apa pun kekacauan yang terjadi di hari yang terkenal itu, satu hal tampak jelas. Cerita keseluruhan 6 Januari belum diceritakan. Satu tahun kemudian, warisan 6 Januari adalah sebuah jejak pertanyaan yang meresahkan—–jawaban-jawaban yang dapat mengguncang politik-politik Amerika Serikat dan memperdalam jurang pemisah antara warganegara Amerika Serikat.
Apakah Ada Bukti Pengkhianatan atau Penghasutan?
Menanggapi kekerasan di Gedung Capitol, FBI meluncurkan salah satu penyelidikan yang paling menyeluruh dalam sejarahnya. Agen-agen FBI meneliti video telepon seluler, posting-posting media sosial, video pengawasan, dan rekaman kamera yang dipasang di tubuh polisi untuk mengidentifikasi orang-orang yang berada di Gedung Capitol pada hari itu. FBI membuka telepon pengaduan nasional dan video-video dan foto-foto pengunjuk rasa yang diposting. Pengaduan-pengaduan datang dari banyak sumber, termasuk tetangga-tetangga dan anggota-anggota keluarga yang memberi informasi mengenai kerabat-kerabatnya.
Dari lebih dari 725 orang yang ditangkap selama setahun terakhir, tidak ada seorang pun yang didakwa dengan pengkhianatan atau penghasutan. Sedikitnya 225 terdakwa didakwa melakukan penyerangan, melawan, atau menghalangi polisi, termasuk 75 orang yang diduga menggunakan sebuah senjata mematikan atau senjata yang berbahaya, atau menyebabkan cedera tubuh yang serius pada seorang petugas.
Dua pria memanjat pemrotes lain dan menyerang petugas polisi yang menjaga pintu masuk terowongan West Terrace di US Capitol pada 6 Januari 2021. (Tangkapan Layar via The Epoch Times)
Tuduhan paling umum yang dikeluarkan oleh jaksa-jaksa federal–—yang melibatkan 640 orang–—adalah untuk memasuki atau tetap berada di sebuah gedung federal yang dibatasi atau lapangan-lapangannya.
Sekitar 40 persen dari semua orang yang ditangkap didakwa karena menghalangi atau berupaya menghalangi sebuah proses resmi—–sertifikasi pemungutan suara Electoral College dari pemilihan umum presiden tahun 2020.
Dari 165 orang yang mengaku bersalah hingga saat ini, hampir 90 persen kasus yang melibatkan pelanggaran. Sisanya adalah kasus kejahatan-kejahatan.
Apakah Ada Kesimpulan Penyelidikan?
Ketua DPR AS Nancy Pelosi (D-Calif.) menunjuk sebuah komite terpilih untuk menyelidiki pelanggaran pada 6 Januari dan kekerasan yang menyertainya. Pekerjaan komite tersebut sedang berlangsung. Temuan awal dapat diumumkan pada musim panas. Anggota-Anggota DPR dari Partai Republik sedang melakukan penyelidikannya sendiri, tetapi mengeluh bahwa Partai Demokrat menolak untuk bekerja sama atau berbagi catatan-catatan dengan rekan-rekannya dari Partai Republik.
Komite Senat untuk Keamanan Dalam Negeri dan Urusan-Urusan Pemerintah, dan Komite Aturan-Aturan dan Administrasi, mengeluarkan sebuah laporan mengenai pelanggaran yang terjadi di Gedung Capitol yang mengutip serangkaian kegagalan intelijen dan kegagalan penegakan hukum yang memungkinkan terjadinya kekerasan.
Di antara temuan dalam laporan Senat adalah bahwa baik FBI atau pun Kementerian Keamanan Dalam Negeri tidak mengeluarkan buletin-buletin intelijen resmi mengenai potensi kekerasan di Gedung Capitol pada 6 Januari.
Kantor lapangan Norfolk FBI mengirimkan sebuah laporan informasi yang berubah pada 5 Januari, yang memperingati orang-orang yang bepergian ke Washington untuk “perang” di Gedung Capitol, tetapi FBI secara keseluruhan tidak melihat postingan-postingan online kredibel yang menyerukan kekerasan.
Polisi Gedung Capitol tidak memiliki sebuah rencana operasional atau rencana kepegawaian di seluruh kementerian untuk sesi gabungan Kongres pada 6 Januari, kata laporan itu. Laporan itu menyalahkan kurangnya pelatihan dalam gangguan sipil dan sebuah kegagalan untuk memberikan perlindungan dasar peralatan untuk petugas polisi yang biasa.
Siapa yang Menghasut Pelanggaran dan Kekerasan di Gedung Capitol?
Media independen dan detektif online memperingati adanya orang-orang yang tidak didakwa di antara orang-orang yang pertama kali melakukan pelanggaran di Gedung Capitol sekitar pukul 12.50. Orang-orang ini memainkan sebuah peran sentral dalam pelanggaran tersebut, menyemangati para pengunjuk rasa untuk pergi ke Gedung Capitol, dan mengarahkan orang-orang masuk ke dalam Gedung Capito. Namun mereka belum ditangkap, didakwa, atau diidentifikasi oleh FBI sebagai orang-orang yang dicari. Siapakah mereka itu?
Seorang pria—–sekarang dikenal sebagai Ray Epps dari Queen Creek, Arizona—–tertangkap kamera video pada 5 Januari 2021, berupaya merekrut pendukung-pendukung Donald Trump untuk menyerang Gedung Capitol keesokan harinya.
“Besok, kita harus pergi ke Gedung Capitol,” kata Ray Epps, seperti yang terlihat dalam sebuah cuplikan video. “Ke Gedung Capitol!”
Ray Epps terlihat pada 5 Januari 2021, mencoba merekrut orang untuk menyerang Capitol. Mereka menuduhnya sebagai agen federal. (CapitolPunishmentTheMovie.com/Bark di Hole Productions)
Seorang pria di dekatnya berkata, “Apa?” dan orang-orang lainnya terdengar berteriak, “Tidak!” Kemudian kerumunan meneriakkan sebuah nyanyian: “Makan! Makan! Makan! Makan!”–—menuduh Ray Epps sebagai seorang agen federal.
Ray Epps terlibat perdebatan verbal dengan beberapa pendukung Donald Trump. “Anda adalah kontra-produktif dengan tujuan kita,” teriak seorang pemuda. Ray Epps teriak balik, tetap pada pesan: “Tidak masalah. … Bukan untuk itu kita berada di sini. …Anda keluar dari topik. … Kita di sini untuk alasan lain.”
Video lain menunjukkan Ray Epps berkata, “Besok–—saya bahkan tidak suka mengatakan karena saya akan ditangkap,” mendorong seorang pria di dekatnya untuk menjawab, “Kalau begitu jangan katakan itu.”
Ray Epps menjawab: “Saya akan mengatakannya. Kita harus pergi ke Gedung Capitol!” Seorang pria muda di kerumunan itu, yang mengenakan pelindung leher bendera Amerika Serikat, menjawab, “Saya tidak lihat hal itu datang!”
Pada 6 Januari, saat orang banyak berkerumun di Monumen Washington dalam antrean panjang untuk masuk untuk menonton pidato Donald Trump, Ray Epps dapat terdengar berteriak melalui sebuah megafon: “Begitu presiden kita selesai berbicara, kita akan pergi ke Gedung Capitol, di mana masalah-masalah kita berada. Itu arahnya. Tolong sebarkan berita ini!”
Ray Epps terlihat lagi dalam rekaman video yang diambil di barikade logam di luar Gedung Capitol pada pukul 12.50, ketika sebuah kerumunan kecil meneriakkan, “USA! USA!”
Ray Epps ditampilkan di kiri bawah pada poster buronan FBI awal, tetapi fotonya telah dihapus dari situs web FBI. (FBI.gov/Wayback Machine)
Ray Epps membisikkan sesuatu di telinga seorang pria yang mengenakan topi terbalik bertuliskan Make America Great Again. Beberapa detik kemudian, pemuda itu membantu mendorong barikade logam saat Ray Epps mundur untuk menyaksikan. Pelanggaran perimeter keamanan yang pertama terjadi 20 menit sebelum Donald Trump menyelesaikan pidatonya. Ray Epps kemudian terlihat berlari dengan kerumunan orang itu menaiki tangga menuju Gedung Capitol.
Beberapa hari setelah kekerasan 6 Januari, FBI menempatkan sebuah foto Ray Epps di sebuah poster bertuliskan “Mencari Informasi,” meminta bantuan masyarakat untuk mengidentifikasi orang-orang yang melakukan pelanggaran di Gedung Capitol. Ray Epps dapat dilihat di Foto No. 16. Sejak itu, foto tersebut telah dihapus dari situs FBI.
Pada daftar yang berisi 1.559 foto orang-orang yang ingin diidentifikasi oleh FBI saat ini, tidak ada lagi sebuah foto No. 16. Daftar melompat dari Foto No. 15 ke Foto No. 17. Ray Epps belum ditangkap atau didakwa.
John Guandolo, seorang mantan agen FBI dan ahli kontra-terorisme yang berada di lapangan Gedung Capitol pada 6 Januari, mengatakan ia melihat agen-agen FBI berpakaian seperti para pengunjuk rasa.
“Untuk sebagian besar hari itu, saya bersama penegak hukum, FBI, dan sebagainya,” kata John Guandolo dalam sebuah wawancara untuk film dokumenter “Capitol Punishment.” “Para pria berjalan lewat, dan kami akan saling memandang dan berkata, ‘Dua lagi di sini. Ini datang lagi yang lain. Ada satu lagi.’ Mereka ada di mana-mana.”
Revolver, sebuah outlet berita alternatif, mengidentifikasi orang-orang lain di sekitar lapangan-lapangan Gedung Capitol yang merupakan peserta-peserta yang aktif melakukan pelanggaran tetapi foto-foto mereka itu tidak termasuk dalam daftar buronan FBI. Seorang pria, mengenakan jaket Bulwark abu-abu, topi rajut, dan kacamata hitam, terlihat di video sedang menggulung pagar plastik berwarna hijau di sekitar perimeter keamanan. Ia menarik pasak-pasak dan menyingkirkan tanda-tanda “Area Tertutup.”
Seorang pria bertopi biru dengan pengeras suara berwarna biru terlihat di beberapa video di atas menara media yang didirikan untuk acara pelantikan. Dijuluki “Komandan Perancah” oleh peneliti-peneliti online, pria tersebut meneriakkan arahan-arahan dan dorongan-dorongan selama 90 menit. “Jangan hanya berdiri di sana! Terus bergerak!” “Maju ke depan! Bantu seseorang melompati dinding!” Begitu kerumunan memenuhi sekitar Gedung Capitol, Komandan Perancah itu berubah haluan. “Kita masuk! Ayo! Kita harus memenuhi Gedung Capitol! Ayo, masuk sekarang, kita butuh bantuan!”
Penyelidikan video Revolver mengatakan bahwa apakah Rau Epps dan Komandan Perancah saling mengenal, kata-kata dan tindakan mereka bekerja sama dengan baik.
“Jadi kami memiliki Komandan Perancah yang mengarahkan tubuh kerumunan iu dari menara di atas, dan Ray Epps mengarahkan garis depan barisan depan di bawah batas polisi,” cerita tanggal 18 Desember itu berbunyi. “Namun tidak satu pun dari mereka telah dituntut, juga saat ini tidak satu pun dari mereka ‘dicari’ oleh FBI.”
Pendiri Revolver Darren Beattie melalui Twitter untuk meminta Rau Epps mengungkap siapa penangan-penangan dirinya. “Tetapi sekarang, saatnya untuk memikirkan diri anda sendiri, Ray Epps. Lupakan perahu anda dan peternakan anda dan panggangan anda. Jika anda membuat langkah yang benar dan memberitahu kebenarannya, anda mengubah segalanya,” tulis Darren Beattie pada 29 Desember.
I just played this video for AG Merrick Garland. He refused to comment on how many agents or assets of the federal government were present in the crowd on Jan 5th and 6th and how many entered the Capitol. pic.twitter.com/lvd9n4mMHK
Baik Ray Epps, FBI, atau pun jaksa-jaksa federal tidak mengomentari tindakan-tindakan Ray Epps pada hari itu, apakah ia bekerja untuk FBI, atau mengapa ia belum juga didakwa. Ray Epps memberitahu seorang reporter Arizona Republic pada 12 Januari 2021, “Saya tidak melakukan kesalahan apa pun.”
Senator Partai Republik Thomas Massie (R-Ky.) meminta kepada Jaksa Agung Merrick Garland pada tanggal 21 Oktober untuk menghilangkan kekhawatiran mengenai video-video Ray Epps, tetapi Merrick Garland tidak mau berkomentar.
“Anda mengatakan ini adalah salah satu penyelidikan yang paling menyeluruh dalam sejarah,” kata Thomas Massie selama sebuah dengar pendapat masyarakat. “Pernahkah anda melihat video itu, bingkai-bingkai dari video itu?”
Merrick Garland mulai berbicara mengenai melakukan di luar kebiasaan untuk tidak mengomentari spesifik untuk penyelidikan, sebelum Thomas Massie menyelanya: “Berapa banyak agen atau aset pemerintah federal yang hadir pada tanggal 6 Januari, apakah mereka gelisah untuk pergi ke Gedung Capitol, dan apakah ada di antara mereka yang melakukannya?”
Balasan Merrick Garland: “Saya tidak akan mengomentari sebuah penyelidikan yang sedang berlangsung.”
Apa Signifikansi Para Aktor yang Tidak Dituduh Melakukan Sebuah Kejahatan yang Khusus?
Pengacara-pengacara yang mewakili para terdakwa 6 Januari mengatakan jika Ray Epps atau peserta-peserta lain adalah informan atau agen-agen FBI, maka hal tersebut menggagalkan gagasan bahwa para pendukung Donald Trump bertanggung jawab penuh atas kekerasan yang terjadi di Gedung Capitol. Partisipasi oleh aktor-aktor pemerintah secara hukum dapat membatalkan tuduhan konspirasi, kata pengacara-pengacara itu.
Pengacara Jonathon Moseley, yang mewakili terdakwa 6 Januari Kelly Meggs dari Dunnellon, Florida, seorang anggota Penjaga Sumpah, mengeluarkan panggilan pengadilan kepada Ray Epps, Pendiri Penjaga Sumpah Stewart Rhodes, dan pria-pria lain yang memainkan peran yang terlihat pada l 6 Januari. Saat persidangan Kelly Meggs pada bulan April atas tuduhan konspirasi mendekat, Jonathon Moseley ingin tahu mengapa Ray Epps ada di rapat umum Donald Trump dan di Gedung Capitol, dan apakah waktu itu Ray Epps sedang bekerja untuk pemerintah.
Ray Epps di U.S. Capitol pada 6 Januari 2021, tak lama sebelum gas merica ditembakkan ke kerumunan. “Sudah lama,” katanya setelah batuk. “Aah, aku menyukainya!” (Tangkapan Layar/Rumble)
Jonathon Moseley mengatakan Ray Epps terlihat pada pelanggaran pertama sebuah garis polisi di jalan setapak pejalan kaki, sekitar 200 meter dari Gedung Capitol. Video menunjukkan Ray Epps karena Ray Epps tampaknya bergegas ke barikade darurat yang didirikan oleh polisi, “lalu berhenti,” kata Jonathon Moseley.
“Sepertinya Ray Epps menipu orang-orang untuk bergegas bersamanya, tetapi kemudian ia cuci tangan,” kata Jonathon Moseley. “Seorang petugas polisi jatuh–—saya pikir itu mungkin seorang wanita–—dan secara naluri Ray Epps langsung membantu wanita itu, dan Ray Epps berpikir lebih baik begitu dan mundur. Sepertinya Ray Epps benar-benar menyamar.”
Jonathon Moseley mengatakan keterlibatan aktor-aktor yang dibayar pemerintah dalam memfasilitasi atau menghasut pelanggaran yang terjadi di kompleks Gedung Capitol akan menimbulkan keraguan yang masuk akal dalam hampir semua kasus 6 Januari.
“Ada konsultan hukum yang terus-menerus menekankan bahwa secara hukum anda tidak boleh bersekongkol dengan pemerintah. Jadi jika Ray Epps bekerja secara langsung atau tidak langsung untuk pemerintah, maka orang-orang adalah tidak bersalah atas konspirasi itu,” kata Jonathon Moseley. “Ini adalah sebuah aturan hukum. Jika ada 10 orang yang bersekongkol dan salah satu orang tersebut bersekongkol dengan pemerintah, tidak hanya itu jebakan, tetapi juga dapat membatalkan sebuah konspirasi.”
Jenis masalah hukum itu telah diangkat dalam sebuah kasus Michigan di mana sekelompok pria dituduh di pengadilan federal dari sebuah plot untuk menculik Gubernur Michigan Gretchen Whitmer, dari Partai Demokrat. Pengacara pembela baru-baru ini mengajukan sebuah mosi untuk memberhentikan kasus tersebut, berpendapat bahwa agen-agen dan informan-informan pemerintah mengarang rencana penculikan dan mendorong untuk meyakinkan para terdakwa untuk berpartisipasi.
Apakah Tahanan Kasus 6 Januari Adalah Tahanan Politik?
Republik pisang dunia ketiga terkenal dengan kondisi penjara yang mengerikan dan perlakuan brutal terhadap terdakwa dan terpidana. Beberapa pengacara, anggota keluarga, dan terdakwa percaya bahwa Distrik Kolumbia mengoperasikan sebuah penjara yang
akan berada di rumah di salah satu negara tersebut. Penjara itu kadang disebut “DC-GITMO,” setelah kamp tahanan teroris yang dikelola Amerika Serikat di Teluk Guantanamo, Kuba.
Akomodasi-anggota yang buruk di penjara Distrik Kolumbia telah lama menjadi subjek diskusi di ibukota Kolumbia. The Washington Post mengatakan kondisi di sana adalah “menyedihkan”, sebuah deskripsi yang ironis, mengingat siapa penghuni utama penjara tersebut saat ini. Isu tersebut mendapat perhatian nasional pada tahun 2021 karena tuduhan-tuduhan berulang mengenai perlakuan brutal dan kasar terhadap pria-pria yang dituduh melakukan kejahatan pada 6 Januari.
Sebuah laporan setebal 28 halaman yang dikeluarkan pada akhir tahun 2021 oleh Rep. Marjorie Taylor Greene (R-Ga.) mengatakan perlakuan terhadap tahanan 6 Januari adalah “tidak manusiawi.” (Sampul Dokumen/Marjorie Taylor Greene)
“Para warganegara Amerika Serikat sedang disiksa sekarang dalam jarak lima mil dari Gedung Putih,” kata Joseph McBride, seorang pengacara New York yang mewakili enam orang terdakwa kasus 6 Januari.
“Amerika Serikat tidak menghukum para warganegara sebelum diadili,” tulis McBride di Twitter.
“Rezim-rezim otoriter melakukannya.”
Joseph McBride mengatakan klien-kliennya telah menderita perlakuan yang seharusnya tidak pernah terjadi di Amerika Serikat, semua karena mereka mendukung Donald Trump karena berada di Gedung Capitol Amerika Serikat pada hari yang menentukan itu. Selama penahanan, mereka menderita—–antara hal-hal lain–—pemukulan parah oleh penjaga; penolakan perhatian medis, termasuk obat-obat untuk kemoterapi; dan penolakan makanan, kata Joseph McBride.
Christopher Quaglin, didakwa menyerang petugas-petugas polisi selama kerusuhan tersebut, menderita penyakit celiac, tetapi penjara hanya memberinya makanan yang mengandung gluten, kata Joseph McBride.
Christopher Quaglin telah ditolak perawatan medisnya. “Ya, kami sangat khawatir dia akan mati,” tulis Joseph McBride di Twitter pada 27 Desember.
Ted Hull, pengawas Penjara Wilayah Leher Utara, tempat Christopher Quaglin ditempatkan, mengatakan pernyataan-pernyataan Joseph McBride adalah salah.
“Terlepas dari pernyataan-pernyataan fiktif Joseph McBride,” kata Ted Hull kepada The Epoch Times, “narapidana Christopher Quaglin sedang dan telah menerima diet yang dirancang konsisten oleh ahli diet yang sesuai dengan persyaratan-persyaratan diet Christopher Quaglin yang spesifik dan tingkat pelayanan medis yang sesuai dengan diagnosis Christopher Quaglin.”
Senator Partai Republik Marjorie Taylor Greene (R-Ga.) mengunjungi penjara Distrik Kolumbia. bersama Senator Partai Republik Louie Gohmert (R-Texas) pada November, kemudian mengeluarkan sebuah laporan setebal 28 halaman berjudul “Luar Biasa Kejam.” Laporan itu mengatakan kondisi-kondisi para tahanan untuk kasus 6 Januari adalah “tidak manusiawi.”
Couy Griffin, pendiri Cowboys for Trump yang menghadiri reli Donald Trump pada 6 Januari dan berada di halaman-Trump Gedung Capitol, tidak pernah masuk ke dalam Gedung Capitol. Couy Griffin didakwa memasuki dan tinggal di sebuah gedung terlarang, dan perilaku tidak tertib dan mengganggu di sebuah gedung yang dijaga. Couy Griffin ditahan dan dipenjara, tetapi akhirnya dibebaskan sambil menunggu persidangan.
Christopher Quaglin bersama istrinya, Moria, yang khawatir suaminya bisa meninggal tanpa perawatan medis di tahanan federal. (Courtesy Quaglin Family)
“Saya menghabiskan sembilan hari berikutnya di sel isolasi total. Tidak mandi, tidak ada telepon, tidak ada pengacara,” kata Couy Griffin dalam film “Capitol Punishment.”
Couy Griffin mengatakan para penjaga, sering meneriakkan “F Trump! F Trump!” dan memanggil Donald Trump sebagai “kerupuk putih [sumpah serapah].”
Couy Griffin mengeluh mengenai perlakuannya kepada sipir deputi, yang kata Couy Griffin mengatakan kepadanya, “Satu-satunya pekerjaan yang dimiliki penjaga-penjaga ini adalah menjaga dada bergerak naik turun.”
Richard Barnett dari Gravette, Arkansas, menghadapi tujuh dakwaan atas dugaan tindakan-tindakannya pada 6 Januari, termasuk duduk di kursi kantor Ketua DPR AS Nancy Pelosi, direkam dalam sebuah foto berita yang sekarang menjadi ikon.
Suatu hari selama empat bulan penahanannya, Richard Barnett mengalami nyeri dada dan lengan. Ia meminta bantuan, tetapi penjaga itu yang hanya menjawab mengejek dan menertawakannya. Richard Barnett kemudian memanggil seorang anggota staf wanita, yang mengatakan ia akan mendapatkan bantuan. “Richard [berbaring] di sana untuk sebuah periode waktu yang signifikan–— tentu saja cukup baginya untuk mati,” baca laporan Joseph McBride mengenai kondisi-kondisi penjara, yang ia kirim ke Amnesty International.
Setelah diberikan sebuah pemeriksaan medis dan kembali ke selnya, Richard Barnett tertidur. Seorang penjaga mulai menggedor pintu kaca ke sel Richard Barnett, menyentak Richard Barnett untuk bangun dengan cepat sehingga ia berdiri dan kemudian pingsan, kepalanya membentur wastafel. Sekarang Richard Barnett berdarah dari sebuah luka di kepala, Richard Barnett berteriak selama satu jam sebelum bantuan datang, kata laporan itu.
Suatu hari, pintu sel Richard Barnett terbuka, dan sekitar sembilan petugas masuk, memborgol kedua pergelangan tangannya dan membelenggu kedua kakinya. Petugas itu dengan keras mengguncangnya bolak-balik, mengangkatnya kakinya dengan belenggu, dan membantingnya dengan kepala lebih dulu ke lantai beton, menurut laporan Joseph McBride, sebuah salinan laporan tersebut juga dikirim ke American Civil Liberties Union.
Dinas Marshal Amerika Serikat melakukan sebuah inspeksi mendadak terhadap fasilitas-fasilitas penjara di Distrik Kolumbia pada Oktober dan mewawancarai 300 tahanan. Kondisi-kondisi di penjara tersebut “tidak memenuhi standar minimum kurungan,” kata laporan Dinas Marshal Amerika Serikat. Akibatnya, Dinas Marshal Amerika Serikat memindahkan semua tahanan itu ke fasilitas-fasilitas di Biro Penjara federal. Ini tidak termasuk para tahanan 6 Januari.
Emery Nelson, juru bicara Biro Penjara-Penjara, mengatakan Biro Penjara-Penjara tidak mengomentari “tuduhan-tuduhan anekdot” atau memberikan informasi mengenai masing-masing tahanan.
“Biro Penjara berkomitmen untuk mengakomodir kebutuhan pelanggar federal serta memastikan keselamatan dan keamanan semua tahanan di populasi kami, staf kami, dan masyarakat,” kata Emery Nelson.
“Biro Penjara-Penjara menganggap dengan serius tugas kita untuk melindungi masing-masing tahanan yang dipercayakan dalam perawatan kita,” ujarnya.
Siapa yang Meninggal di Gedung Capitol pada 6 Januari?
Satu orang tewas di tangan Polisi Gedung Capitol Amerika Serikat, dan tindakan polisi mungkin telah berkontribusi pada dua kematian lainnya, tetapi empat kematian lainnya terkait dengan 6 Januari baik dari penyebab alami atau pun bunuh diri.
Ashli Babbitt tertembak di bahu kiri dan terbunuh saat ia merangkak melalui sebuah jendela pecah di pintu masuk ke Lobi Pembicara. Suami Ashli Babbitt, Aaron Babbitt, mengatakan sebuah pemeriksaan yang cermat terhadap rekaman video dari lorong tersebut menunjukkan Ashli Babbitt kesal dengan perusuh-perusuh yang memecahkan kaca di pintu-pintu ganda.
Polisi Capitol AS menahan pengunjuk rasa di luar Kamar DPR selama sesi gabungan Kongres pada 06 Januari 2021. (Drew Angerer/Getty Images)
Menurut Aaron Babbitt, Ashli Babbitt panik dan mencari cara melarikan diri melalui jendela itu, namun ditembak oleh Letnan Michael Byrd sebagai akibatnya. Ashli Babbitt tidak bersenjata dan tidak memberikan ancaman kepada siapa pun, kata Aaron Babbitt.
Rosanne Boyland, 34 tahun, dari Georgia, meninggal di atau dekat terowongan Serambi Barat di Gedung Capitol. Joseph McBride mengatakan video pengawasan menunjukkan Rosanne Boyland dipukuli oleh petugas polisi saat ia berbaring di tanah. Pemeriksa medis Distrik Kolumbia memutuskan kematian karena kecelakaan: keracunan obat dari sebuah resep.
Kevin Greeson, 51 tahun, dari Georgia, meninggal di Gedung Capitol karena serangan jantung yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, pemeriksa medis memutuskan.
Benjamin Phillips, 50 tahun, dari Pennsylvania, meninggal karena aterosklerosis, penyakit jantung yang ditandai dengan plak-plak lemak yang menumpuk di arteri-arteri, pemeriksa medis memutuskan.
Dari tiga petugas polisi yang meninggal dalam minggu-minggu setelah tanggal 6 Januari, Sicknick meninggal karena sebab alami, serta Liebengood dan Smith meninggal karena bunuh diri.
Apakah Anggota Partai Demokrat Mempersenjatai 6 Januari?
Rodney Davis (R-Ill.) dari Partai Republik, anggota peringkat Komite Administrasi DPR, menuduh Ketua DPR Nancy Pelosi (D-Calif.) dan anggota-anggota Partai Demokrat “mempersenjatai peristiwa 6 Januari untuk melawan musuh-musuh politiknya.”
Rodney Davis mengirim sebuah surat ke Nancy Pelosi pada 3 Januari 2022, mengeluh bahwa para anggota Partai Demokrat di DPR berulang kali menghalangi banyak upaya anggota-anggota parlemen Partai Republik untuk menyelidiki kerentanan keamanan di Gedung Capitol Amerika Serikat sebelum dan selama terjadi kekerasan pada 6 Januari. Hambatan itu datang melalui penolakan catatan DPR dan mengabaikan permintaan berulang yang kali untuk dokumen tersebut, tulis Rodney Davis.
“Sayangnya, selama dua belas bulan terakhir, anggota-anggota Partai Demokrat di DPR lebih tertarik memanfaatkan peristiwa pada 6 Januari untuk tujuan politik daripada melakukan pengawasan yang dasar terhadap kerentanan keamanan yang terpapar pada hari itu,” tulis Rodney Davis.
Secara khusus, anggota-anggota parlemen ingin tahu mengenai sebuah permintaan di mana mantan Kepala Polisi Gedung Capitol Amerika Serikat Steven Sund mengatakan bahwa ia menghubungi Sersan DPR saat itu Paul Irving sebelum 6 Januari untuk “bantuan Garda Nasional,” tulis Rodney Davis. Steven Sund melaporkan bahwa Paul Irving “merasa khawatir akan ‘optik-optik’ dari sebuah kehadiran Garda Nasional di Gedung Capitol.” Selama kekerasan yang terjadi pada 6 Januari, ketika Steven Sund meminta untuk mendapatkan otorisasi untuk Garda Nasional, Paul Irving menjawab bahwa ia “perlu menjalankannya di rantai komando,” kata surat itu.
Mantan Kepala Polisi Capitol A.S. Steven Sund bersaksi di sidang bersama Komite Keamanan Dalam Negeri dan Urusan Pemerintahan Senat dan Komite Administrasi dan Aturan Senat di Capitol Hill di Washington pada 23 Februari 2021. (Erin Scott/Pool/AFP via Getty Images)
Dalam kesaksian Februari 2021 sebelum di hadapan Senat Amerika Serikat, Paul Irving membantah klaim-klaim Steven Sund. Anggota-anggota parlemen Partai Republik kemudian meminta akses ke komunikasi-komunikasi Paul Irving untuk mendukung penolakan itu. Rodney Davis mengatakan ia menulis ke Surat Douglas Penasihat Umum DPR untuk meminta catatan-catatan itu, tetapi Surat Douglas Penasihat Umum DPR tidak pernah menjawab.
“Baik Sersan Persenjataan dan kepala petugas administrasi gagal untuk memberikan dokumen apa pun kepada anggota-anggota Partai Republik sesuai dengan permintaan kami,” tulis Rodney Davis, “menyatakan bahwa anggota-anggota DPR ini mungkin hanya memberikan dokumen kepada anggota Partai Demokrat atas sebuah dasar partisan.”
Rodney Davis mengatakan anggota-anggota Partai Republik ingin tahu mengapa Steven Sund pada 4 Januari 2021, yang meminta dukungan Garda Nasional untuk 6 Januari ditolak, dan apakah Nancy Pelosi atau stafnya memerintahkan penolakan tersebut. Anggota-anggota Partai Republik juga ingin tahu percakapan apa yang terjadi selama kekerasan di Gedung Capitol pada 6 Januari, ketika Steven Sund kembali meminta bantuan Garda Nasional. Akhirnya, mereka ingin tahu mengapa panitia pemilih pada tanggal 6 Januari, yang ditunjuk oleh Nancy Pelosi, tidak akan memeriksa peran pembicara “dalam memastikan persiapan keamanan DPR yang tepat,” kata surat itu.
Ketika ditanya apakah pembicara itu telah menanggapi Rodney Davis, Henry Connelly, direktur komunikasi Nancy Pelosi, merujuk The Epoch Times ke sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Ketua Komite Administrasi DPR Zoe Lofgren (D-Calif.).
“Surat Anggota Ranking adalah fiksi revisionis murni. Kepala Petugas Administrasi dan House Sergeant at Arms telah memberitahu Anggota Peringkat Davis mereka mematuhi permintaan-permintaan pelestarian dan akan sepenuhnya bekerja sama dengan berbagai penyelidikan penegakan hukum dan penyelidikan kongres bonafid,” kata Zoe Lofgren dalam pernyataannya.
Dari awal Komite Seleksi untuk Menyelidiki Serangan tanggal 6 Januari di Gedung Capitol Amerika Serikat, kepemimpinan Partai Republik mengabaikan kerja samanya karena Nancy Pelosi menolak dua dari lima anggota Partai Republik yang dipilih oleh Pemimpin Minoritas DPR Kevin McCarthy (R-Calif.) untuk penyelidikan itu. Kevin McCarthy kemudian menarik pilihan-pilihannya. Nancy Pelosi menunjuk Liz Cheney (R-Wyo.) dan Adam
Kinzinger (R-Ill.) dari Partai Republik untuk melayani di panel yang beranggota sembilan anggota.
Komite terpilih itu dapat mengeluarkan setidaknya sebuah laporan sementara pada pertengahan tahun 2022 dan sebuah laporan akhir pada musim gugur, sumber komite tersebut mengatakan kepada beberapa outlet-outlet media.
Ketua komite tersebut Bennie Thompson (D-Miss.) dari Partai Republik mengatakan pada bulan Desember bahwa tidak ada jadwal yang ditetapkan untuk audiensi-audiensi umum untuk merilis temuan komite itu.
Diminta oleh The Epoch Times untuk mengomentari kemungkinan agen-agen federal yang disematkan pada 6 Januari, William Miller, petugas informasi umum untuk Kementerian Kehakiman, menjawab: “Kami biasanya tidak mengomentari kasus-kasus dan penyelidikan-penyelidikan di luar pernyataan dan pengajuan kami ke Pengadilan dan tidak ada komentar di sini.”
The Epoch Times menghubungi Ray Epps melalui bisnisnya untuk memberikan komentar tetapi tidak menerima sebuah balasan. (Vv)
Joseph Hanneman adalah reporter The Epoch Times yang meliput Negara Bagian Wisconsin. Karyanya selama hampir 40 tahun karirnya telah muncul di Catholic World Report, Racine Journal Times, Wisconsin State Journal dan Chicago Tribune. Hubungi dia di: joseph.hanneman@epochtimes.us