6 Januari: Warisan Sejumlah Pertanyaan yang Mengganggu

oleh Joseph M. Hanneman

Tongkat baja yang dikeraskan membuat bunyi  paling mengganggu saat memantul tengkorak Victoria White. Bunyi ini bervariasi antara sebuah dentingan dengan sebuah derik yang kencang, tergantung di bagian mana senjata logam itu menyentuh kepala Victoria White.

“Tolong jangan pukul dia!” kata seorang pria di antara kerumunan berteriak.

Itu adalah kekacauan di pintu masuk terowongan Serambi Barat Gedung Capitol Amerika Serikat pada  6 Januari 2021 sore. 

Di luar gedung, ribuan orang yang menghadiri reli “Save America” oleh Presiden Donald Trump berseliweran di Serambi Barat itu, sementara kelompok-kelompok perusuh melawan polisi di dekat terowongan Serambi Barat.

Sebuah hiruk-pikuk yang hampir seperti kesetanan memancar dari bawah lengkungan terowongan Serambi Barat.

“Saya bahkan tidak menyentuh anda,” tangis seorang wanita. 

“Saya membutuhkan bantuan! Saya membutuhkan bantuan,” teriak seorang pria.

“Bangun, sialan!” teriak seorang petugas polisi dengan perlengkapan anti huru-hara. “Keluar!” suara gelegar lainnya.

Kemudian sebuah jeritan yang menimbulkan rasa takut, diikuti oleh suara sirene darurat yang memekakkan telinga.

Setelah berulang kali memukul kepala Victoria White, petugas berbaju putih itu menyarungkan tongkatnya. Kemudian ia mengepalkan tangan kirinya dan meninju wajah Victoria White.

“Oh, tidak-tidak-tidak! Tolong! Tolong jangan pukul dia!” seseorang berteriak, tetapi ada pengaruhnya.

Victoria White tampak rawan atau hampir pingsan di beberapa bagian dari video berdurasi lima menit. (Tangkapan Layar/Joseph McBride)

Setelah tiga tinju ke kepala White, petugas berbaju putih itu berhenti. Kemudian petugas itu meninju dua kali lagi. Petugas itu menjambak rambut di belakang kepala Victoria White dan menariknya dengan keras.

Victoria White tampak linglung dan bingung. Tatapannya kosong. Petugas lain meraih dengan tongkat petugas itu dalam sebuah upaya nyata untuk mencegah lebih banyak pukulan. Petugas berbaju putih meraih lengan rekannya itu dan mendorong rekannya itu.

Kekerasan yang hampir tidak dapat dipercaya menimpa Victoria White dengan tinggi badan 1,6 meter yang tidak bersenjata adalah sangat kontras dengan narasi yang sering diberitakan bahwa  6 Januari adalah benar-benar sebuah pemberontakan yang dilakukan oleh massa pendukung Donald Trump yang ingin menggulingkan pemerintah.

Victoria White adalah seorang korban kebrutalan. Pengacara Victoria White sedang mempersiapkan sebuah gugatan perdata. Cerita Victoria White adalah satu dari cerita-cerita  6 Januari yang tersembunyi,  terungkap hanya setelah seorang hakim federal memerintahkan video pengawasan yang berdurasi tiga jam yang dipegang oleh Kementerian Kehakiman Amerika Serikat  dirilis kepada pengacara Victoria White.

Kesenjangan Politik Melebar

Gencarnya liputan media  dalam minggu-minggu menjelang satu tahun peringatan  6 Januari menunjukkan kesenjangan yang mendasar dan berkembang antara orang-orang Amerika Serikat dari jalur-jalur politik yang berbeda. 

Narasi yang berlaku adalah bahwa para pendukung Donald Trump, terguncang oleh sebuah pidato Donald Trump pada 6 Januari di Ellipse, menuju ke Gedung Capitol Amerika Serikat dalam sebuah upaya kekerasan untuk menjungkirbalikkan demokrasi.

Sebuah kerumunan besar pendukung Donald Trump—–perkiraan berkisar antara 30.000 hingga 2 juta orang –— berkerumun di Ellipse untuk mendengar reli sang presiden menentang pemilihan umum presiden tahun 2020. Donald Trump berpendapat, bersama dengan jutaan pendukung, bahwa penipuan pemilihan umum yang meluas di negara-negara bagian utama seperti Pennsylvania, Michigan, Georgia, Arizona, dan Wisconsin telah merampok masa jabatannya yang kedua dan menempatkan Joe Biden dari Partai Demokrat menjabat sebagai presiden yang tidak sah.

Aaron Babbitt bersama istrinya, Ashli, yang terbunuh di US Capitol pada 6 Januari 2021. “Dia mencintai kehidupan,” katanya. (Courtesy dari Aaron Babbitt)

Pidato tersebut dimulai sekitar satu jam lebih lambat dari yang dijadwalkan. Sebelum Donald Trump mengakhiri pidatonya, sekelompok pengunjuk rasa menerobos sebuah 

penghalang yang ringan yang dijaga di jalur pejalan kaki Gedung Capitol. Mereka dengan cepat menuju Gedung Capitol. 

Pada saat kerumunan penonton reli berjalan kaki menuju halaman Gedung Capitol, pagar keliling dan tanda-tanda keamanan yang menunjukkan Gedung Capitol dibatasi telah disingkirkan sesuai metodenya.

Saat puluhan ribu pengunjuk rasa mengepung Gedung Capitol, kantong-kantong kekerasan terjadi. Jendela-jendela dirusak, dan para pengunjuk rasa naik ke dalam Gedung Capitol, tepat setelah pukul 14.00. Di pintu-pintu masuk lain, para pengunjuk rasa menemukan pintu-pintu disangejakan terbuka dan mereka terus berjalan ke dalam seperti turis.

Keadaan kekerasan terburuk diperebutkan dengan ketat, tetapi hasilnya adalah nyata. Pendukung Donald Trump bernama Ashli ​​Babbitt, 35 tahun, ditembak dan dibunuh oleh seorang petugas polisi Gedung Capitol  saat ia berupaya memasuki Lobi Pembicara. Victoria White dan yang lainnya dipukuli oleh polisi di atau dekat terowongan Serambi Barat, kata pengacara-pengacara.

Sekitar 140 polisi terluka dalam pertempuran dengan para perusuh. Petugas Polisi Gedung Capitol Brian Sicknick meninggal pada  7 Januari 2021, meskipun kematiannya akhirnya ditetapkan akibat penyebab-penyebab alami. Petugas Polisi Gedung Capitol Howard Liebengood dan Petugas Polisi Metropolitan Washington Jeffrey Smith–— kedua adalah di antara polisi yang sedang bertugas di Capitol –— bunuh diri beberapa minggu setelah  6 Januari.

Presiden Joe Biden menggambarkan 6 Januari sebagai “serangan terburuk terhadap demokrasi kita sejak Perang Saudara.” Associated Press menegaskan itu adalah “serangan yang paling berkelanjutan terhadap kursi demokrasi Amerika Serikat sejak Perang tahun 1812.” 

Steven Sund, mantan Kepala Polisi Gedung Capitol Amerika Serikat, menyebutnya sebagai “sebuah serangan kekerasan yang terkoordinasi terhadap Gedung Capitol Amerika Serikat oleh ribuan pemberontak yang bersenjata lengkap.”

Banyak orang Amerika Serikat tidak melihat kata-kata itu sebagai hiperbola,  bersikeras massa yang sepenuhnya  didorong oleh Donald Trump dimaksudkan untuk mengganggu Kongres Amerika Serikat dan menggulingkan pemerintah federal.

Di seberang jurang politik adalah orang-orang yang menolak narasi dominan itu, dan menegaskan bahwa sementara  6 Januari adalah banyak hal, tetapi bukanlah pemberontakan. Mereka melihat karakterisasi itu sebagai sebuah cara yang nyaman untuk menekan kebenaran.

Mereka percaya, cerita  6 Januari yang sebenarnya tetap tersembunyi di dalam video pengawasan yang berdurasi sekitar 14.000 jam dari sekitar halaman Gedung Capitol. Sebagian video itu tidak diragukan lagi akan dibuka segelnya karena beberapa dari lebih dari 725 orang yang ditangkap karena dugaan kejahatan-kejahatan yang terkait  6 Januari diadili.

Apa pun kekacauan yang terjadi di hari yang terkenal itu, satu hal tampak jelas. Cerita keseluruhan  6 Januari belum diceritakan. Satu tahun kemudian, warisan  6 Januari adalah sebuah jejak pertanyaan yang meresahkan—–jawaban-jawaban yang dapat mengguncang politik-politik Amerika Serikat dan memperdalam jurang pemisah antara warganegara Amerika Serikat.

Apakah Ada Bukti Pengkhianatan atau Penghasutan?

Menanggapi kekerasan di Gedung Capitol, FBI meluncurkan salah satu penyelidikan yang paling menyeluruh dalam sejarahnya. Agen-agen FBI meneliti video telepon seluler, posting-posting media sosial, video pengawasan, dan rekaman kamera yang dipasang di tubuh polisi untuk mengidentifikasi orang-orang yang berada di Gedung Capitol pada hari itu. FBI membuka telepon pengaduan  nasional dan video-video dan foto-foto pengunjuk rasa yang diposting. Pengaduan-pengaduan datang dari banyak sumber, termasuk tetangga-tetangga dan anggota-anggota keluarga yang memberi informasi mengenai kerabat-kerabatnya.

Dari lebih dari 725 orang yang ditangkap selama setahun terakhir, tidak ada seorang pun yang didakwa dengan pengkhianatan atau penghasutan. Sedikitnya 225 terdakwa didakwa melakukan penyerangan, melawan, atau menghalangi polisi, termasuk 75 orang yang diduga menggunakan sebuah senjata mematikan atau senjata yang berbahaya, atau menyebabkan cedera tubuh yang serius pada seorang petugas.

Dua pria memanjat pemrotes lain dan menyerang petugas polisi yang menjaga pintu masuk terowongan West Terrace di US Capitol pada 6 Januari 2021. (Tangkapan Layar via The Epoch Times)

Tuduhan paling umum yang dikeluarkan oleh jaksa-jaksa federal–—yang  melibatkan 640 orang–—adalah untuk memasuki atau tetap berada di sebuah gedung federal yang dibatasi atau lapangan-lapangannya.

Sekitar 40 persen dari semua orang yang ditangkap didakwa karena menghalangi atau berupaya menghalangi sebuah proses resmi—–sertifikasi pemungutan suara Electoral College dari pemilihan umum presiden tahun 2020.

Dari 165 orang yang mengaku bersalah hingga saat ini, hampir 90 persen kasus yang melibatkan pelanggaran. Sisanya adalah kasus kejahatan-kejahatan.

Apakah Ada Kesimpulan Penyelidikan?

Ketua DPR AS Nancy Pelosi (D-Calif.) menunjuk sebuah komite terpilih untuk menyelidiki pelanggaran pada  6 Januari dan kekerasan yang menyertainya. Pekerjaan komite tersebut sedang berlangsung. Temuan awal dapat diumumkan pada musim panas. Anggota-Anggota DPR dari Partai Republik sedang melakukan penyelidikannya sendiri, tetapi mengeluh bahwa Partai Demokrat menolak untuk bekerja sama atau berbagi catatan-catatan dengan rekan-rekannya dari Partai Republik.

Komite Senat untuk Keamanan Dalam Negeri dan Urusan-Urusan Pemerintah, dan Komite Aturan-Aturan dan Administrasi, mengeluarkan sebuah laporan mengenai pelanggaran yang terjadi di Gedung Capitol yang mengutip serangkaian kegagalan intelijen dan kegagalan penegakan hukum yang memungkinkan terjadinya kekerasan.

Di antara temuan dalam laporan Senat adalah bahwa baik FBI atau pun Kementerian Keamanan Dalam Negeri tidak mengeluarkan buletin-buletin intelijen resmi mengenai potensi kekerasan di Gedung Capitol pada 6 Januari.

Kantor lapangan Norfolk FBI mengirimkan sebuah laporan informasi yang berubah pada  5 Januari, yang memperingati orang-orang yang bepergian ke Washington untuk “perang” di Gedung Capitol, tetapi FBI secara keseluruhan tidak melihat postingan-postingan online kredibel yang menyerukan kekerasan.

Polisi Gedung Capitol tidak memiliki sebuah rencana operasional atau rencana kepegawaian di seluruh kementerian untuk sesi gabungan Kongres pada  6 Januari, kata laporan itu. Laporan itu menyalahkan kurangnya pelatihan dalam gangguan sipil dan sebuah kegagalan untuk memberikan perlindungan dasar peralatan untuk petugas polisi yang biasa.

Siapa yang Menghasut Pelanggaran dan Kekerasan di Gedung Capitol?

Media independen dan detektif online memperingati adanya  orang-orang yang tidak didakwa di antara orang-orang yang pertama kali melakukan pelanggaran di Gedung  Capitol sekitar pukul 12.50. Orang-orang ini memainkan sebuah peran sentral dalam pelanggaran tersebut, menyemangati para pengunjuk rasa untuk pergi ke Gedung Capitol, dan mengarahkan orang-orang masuk ke dalam Gedung Capito. Namun mereka belum ditangkap, didakwa, atau diidentifikasi oleh FBI sebagai orang-orang yang dicari. Siapakah mereka itu?

Seorang pria—–sekarang dikenal sebagai Ray Epps dari Queen Creek, Arizona—–tertangkap kamera video pada  5 Januari 2021, berupaya merekrut pendukung-pendukung Donald Trump untuk menyerang Gedung Capitol keesokan harinya.

“Besok, kita harus pergi ke Gedung Capitol,” kata Ray Epps, seperti yang terlihat dalam sebuah cuplikan video. “Ke Gedung Capitol!”

Ray Epps terlihat pada 5 Januari 2021, mencoba merekrut orang untuk menyerang Capitol. Mereka menuduhnya sebagai agen federal. (CapitolPunishmentTheMovie.com/Bark di Hole Productions)

Seorang pria di dekatnya berkata, “Apa?” dan orang-orang lainnya terdengar berteriak, “Tidak!” Kemudian kerumunan meneriakkan sebuah nyanyian: “Makan! Makan! Makan! Makan!”–—menuduh Ray Epps sebagai seorang  agen federal.

Ray Epps terlibat perdebatan verbal dengan beberapa pendukung Donald Trump. “Anda adalah kontra-produktif dengan tujuan kita,” teriak seorang pemuda. Ray Epps teriak balik, tetap pada pesan: “Tidak masalah. … Bukan untuk itu kita berada di sini. …Anda keluar dari topik. … Kita di sini untuk alasan lain.”

Video lain menunjukkan Ray Epps berkata, “Besok–—saya bahkan tidak suka mengatakan karena saya akan ditangkap,” mendorong seorang pria di dekatnya untuk menjawab, “Kalau begitu jangan katakan itu.” 

Ray Epps menjawab: “Saya akan mengatakannya. Kita harus pergi ke Gedung Capitol!” Seorang pria muda di kerumunan itu, yang mengenakan pelindung leher bendera Amerika Serikat, menjawab, “Saya tidak lihat hal itu datang!”

Pada  6 Januari, saat orang banyak berkerumun di Monumen Washington dalam antrean panjang untuk masuk untuk menonton pidato Donald Trump, Ray Epps dapat terdengar berteriak melalui sebuah megafon: “Begitu presiden kita selesai berbicara, kita akan pergi ke Gedung Capitol, di mana masalah-masalah kita berada. Itu arahnya. Tolong sebarkan berita ini!”

Ray Epps terlihat lagi dalam rekaman video yang diambil di barikade logam di luar Gedung Capitol pada pukul 12.50, ketika sebuah kerumunan kecil meneriakkan, “USA! USA!”

Ray Epps ditampilkan di kiri bawah pada poster buronan FBI awal, tetapi fotonya telah dihapus dari situs web FBI. (FBI.gov/Wayback Machine)

Ray Epps membisikkan sesuatu di telinga seorang pria yang mengenakan topi terbalik bertuliskan Make America  Great Again. Beberapa detik kemudian, pemuda itu membantu mendorong barikade logam saat Ray Epps mundur untuk menyaksikan. Pelanggaran perimeter keamanan yang pertama terjadi 20 menit sebelum Donald Trump menyelesaikan pidatonya. Ray Epps kemudian terlihat berlari dengan kerumunan orang itu menaiki tangga menuju Gedung Capitol.

Beberapa hari setelah kekerasan  6 Januari, FBI menempatkan sebuah foto Ray Epps di sebuah poster bertuliskan “Mencari Informasi,” meminta bantuan masyarakat untuk mengidentifikasi orang-orang yang melakukan pelanggaran di Gedung Capitol. Ray Epps dapat dilihat di Foto No. 16. Sejak itu, foto tersebut telah dihapus dari situs FBI.

Pada daftar yang berisi 1.559 foto orang-orang yang ingin diidentifikasi oleh FBI saat ini, tidak ada lagi sebuah foto No. 16. Daftar melompat dari Foto No. 15 ke Foto No. 17. Ray Epps belum ditangkap atau didakwa.

John Guandolo, seorang mantan agen FBI dan ahli kontra-terorisme yang berada di lapangan Gedung Capitol pada 6 Januari, mengatakan ia melihat agen-agen FBI berpakaian seperti para pengunjuk rasa.

“Untuk sebagian besar hari itu, saya bersama penegak hukum, FBI, dan sebagainya,” kata John Guandolo dalam sebuah wawancara untuk film dokumenter “Capitol Punishment.” “Para pria berjalan lewat, dan kami akan saling memandang dan berkata, ‘Dua lagi di sini. Ini datang lagi yang lain. Ada satu lagi.’ Mereka ada di mana-mana.”

Revolver, sebuah outlet berita alternatif, mengidentifikasi orang-orang lain di sekitar lapangan-lapangan Gedung Capitol yang merupakan peserta-peserta yang aktif melakukan pelanggaran tetapi foto-foto mereka itu tidak termasuk dalam daftar buronan FBI. Seorang pria, mengenakan jaket Bulwark abu-abu, topi rajut, dan kacamata hitam, terlihat di video sedang menggulung pagar plastik berwarna hijau di sekitar perimeter keamanan. Ia menarik pasak-pasak dan menyingkirkan tanda-tanda “Area Tertutup.”

Seorang pria bertopi biru dengan pengeras suara berwarna biru terlihat di beberapa video di atas menara media yang didirikan untuk acara pelantikan. Dijuluki “Komandan Perancah” oleh peneliti-peneliti online, pria tersebut meneriakkan arahan-arahan dan dorongan-dorongan selama 90 menit. “Jangan hanya berdiri di sana! Terus bergerak!” “Maju ke depan! Bantu seseorang melompati dinding!” Begitu kerumunan memenuhi sekitar Gedung Capitol, Komandan Perancah itu berubah haluan. “Kita masuk! Ayo! Kita harus memenuhi Gedung Capitol! Ayo, masuk sekarang, kita butuh bantuan!”

Penyelidikan video Revolver mengatakan bahwa apakah Rau Epps dan Komandan Perancah saling mengenal, kata-kata dan tindakan mereka bekerja sama dengan baik.

“Jadi kami memiliki Komandan Perancah yang mengarahkan tubuh kerumunan iu dari menara di atas, dan Ray Epps mengarahkan garis depan barisan depan di bawah batas polisi,” cerita tanggal 18 Desember itu berbunyi. “Namun tidak satu pun dari mereka telah dituntut, juga saat ini tidak satu pun dari mereka ‘dicari’ oleh FBI.”

Pendiri Revolver Darren Beattie melalui Twitter untuk meminta Rau Epps mengungkap siapa penangan-penangan dirinya. “Tetapi sekarang, saatnya untuk memikirkan diri anda sendiri, Ray Epps. Lupakan perahu anda dan peternakan anda dan panggangan anda. Jika anda membuat langkah yang benar dan memberitahu kebenarannya, anda mengubah segalanya,” tulis Darren Beattie pada 29 Desember.

Baik Ray Epps, FBI, atau pun jaksa-jaksa federal tidak mengomentari tindakan-tindakan Ray Epps pada hari itu, apakah ia bekerja untuk FBI, atau mengapa ia belum juga didakwa. Ray Epps memberitahu seorang reporter Arizona Republic pada 12 Januari 2021, “Saya tidak melakukan kesalahan apa pun.”

Senator Partai Republik Thomas Massie (R-Ky.) meminta kepada Jaksa Agung Merrick Garland pada tanggal 21  Oktober untuk menghilangkan kekhawatiran mengenai video-video Ray Epps, tetapi Merrick Garland tidak mau berkomentar.

“Anda mengatakan ini adalah salah satu penyelidikan yang paling menyeluruh dalam sejarah,” kata Thomas Massie  selama sebuah dengar pendapat masyarakat. “Pernahkah anda melihat video itu, bingkai-bingkai dari video itu?”

Merrick Garland mulai berbicara mengenai melakukan di luar kebiasaan  untuk tidak mengomentari spesifik untuk penyelidikan, sebelum Thomas Massie menyelanya: “Berapa banyak agen atau aset pemerintah federal yang hadir pada tanggal 6 Januari, apakah mereka gelisah untuk pergi ke Gedung Capitol, dan apakah ada di antara mereka yang melakukannya?”

Balasan Merrick Garland: “Saya tidak akan mengomentari sebuah penyelidikan yang sedang berlangsung.”

Apa Signifikansi Para Aktor  yang Tidak Dituduh Melakukan Sebuah Kejahatan yang Khusus?

Pengacara-pengacara yang mewakili para terdakwa 6 Januari mengatakan jika Ray Epps atau peserta-peserta lain adalah informan atau agen-agen FBI, maka hal tersebut menggagalkan gagasan bahwa para pendukung Donald Trump bertanggung jawab penuh atas kekerasan yang terjadi di Gedung Capitol. Partisipasi oleh aktor-aktor pemerintah secara hukum dapat membatalkan tuduhan konspirasi, kata pengacara-pengacara itu.

Pengacara Jonathon Moseley, yang mewakili terdakwa  6 Januari Kelly Meggs dari Dunnellon, Florida, seorang anggota Penjaga Sumpah, mengeluarkan panggilan pengadilan kepada Ray Epps, Pendiri Penjaga Sumpah Stewart Rhodes, dan pria-pria lain yang memainkan peran yang terlihat pada l 6 Januari. Saat persidangan Kelly Meggs pada bulan April atas tuduhan konspirasi mendekat, Jonathon Moseley ingin tahu mengapa Ray Epps ada di rapat umum Donald Trump dan di Gedung Capitol, dan apakah waktu itu Ray Epps sedang bekerja untuk pemerintah.

Ray Epps di U.S. Capitol pada 6 Januari 2021, tak lama sebelum gas merica ditembakkan ke kerumunan. “Sudah lama,” katanya setelah batuk. “Aah, aku menyukainya!” (Tangkapan Layar/Rumble)

Jonathon Moseley mengatakan Ray Epps terlihat pada pelanggaran pertama sebuah garis polisi di jalan setapak pejalan kaki, sekitar 200 meter dari Gedung Capitol. Video menunjukkan Ray Epps karena Ray Epps tampaknya bergegas ke barikade darurat yang didirikan oleh polisi, “lalu berhenti,” kata Jonathon Moseley.

“Sepertinya Ray Epps menipu orang-orang untuk bergegas bersamanya, tetapi kemudian ia cuci tangan,” kata Jonathon Moseley. “Seorang petugas polisi jatuh–—saya pikir itu mungkin seorang wanita–—dan secara naluri Ray Epps langsung membantu wanita itu, dan Ray Epps berpikir lebih baik begitu dan mundur. Sepertinya Ray Epps benar-benar menyamar.”

Jonathon Moseley mengatakan keterlibatan aktor-aktor yang dibayar pemerintah dalam memfasilitasi atau menghasut pelanggaran yang terjadi di kompleks Gedung Capitol akan menimbulkan keraguan yang masuk akal dalam hampir semua kasus 6 Januari.

“Ada konsultan hukum yang terus-menerus menekankan bahwa secara hukum anda tidak boleh bersekongkol dengan pemerintah. Jadi jika Ray Epps bekerja secara langsung atau tidak langsung untuk pemerintah, maka orang-orang adalah tidak bersalah atas konspirasi itu,” kata Jonathon Moseley. “Ini adalah sebuah aturan hukum. Jika ada 10 orang yang bersekongkol dan salah satu orang tersebut bersekongkol dengan pemerintah, tidak hanya itu jebakan, tetapi juga dapat membatalkan sebuah konspirasi.”

Jenis masalah hukum itu telah diangkat dalam sebuah kasus Michigan di mana sekelompok pria dituduh di pengadilan federal dari sebuah plot untuk menculik Gubernur Michigan Gretchen Whitmer, dari Partai Demokrat. Pengacara pembela baru-baru ini mengajukan sebuah mosi untuk memberhentikan kasus tersebut, berpendapat bahwa agen-agen dan informan-informan pemerintah mengarang rencana penculikan dan mendorong untuk meyakinkan para terdakwa untuk berpartisipasi.

Apakah Tahanan Kasus  6 Januari Adalah Tahanan Politik?

Republik pisang dunia ketiga terkenal dengan kondisi penjara yang mengerikan dan perlakuan brutal terhadap terdakwa dan terpidana. Beberapa pengacara, anggota keluarga, dan terdakwa percaya bahwa Distrik Kolumbia mengoperasikan sebuah penjara yang

akan berada di rumah di salah satu negara tersebut. Penjara itu kadang disebut “DC-GITMO,” setelah kamp tahanan teroris yang dikelola Amerika Serikat di Teluk Guantanamo, Kuba.

Akomodasi-anggota yang buruk di penjara Distrik Kolumbia telah lama menjadi subjek diskusi di ibukota Kolumbia. The Washington Post mengatakan kondisi di sana adalah “menyedihkan”, sebuah deskripsi yang ironis, mengingat siapa penghuni utama penjara tersebut saat ini. Isu tersebut mendapat perhatian nasional pada tahun 2021 karena tuduhan-tuduhan berulang mengenai perlakuan brutal dan kasar terhadap pria-pria yang dituduh melakukan kejahatan pada  6 Januari.

Sebuah laporan setebal 28 halaman yang dikeluarkan pada akhir tahun 2021 oleh Rep. Marjorie Taylor Greene (R-Ga.) mengatakan perlakuan terhadap tahanan 6 Januari adalah “tidak manusiawi.” (Sampul Dokumen/Marjorie Taylor Greene)

“Para warganegara Amerika Serikat sedang disiksa sekarang dalam jarak lima mil dari Gedung Putih,” kata Joseph McBride, seorang pengacara New York yang mewakili enam orang terdakwa kasus 6 Januari.

“Amerika Serikat tidak menghukum para warganegara sebelum diadili,” tulis McBride di Twitter.

“Rezim-rezim otoriter melakukannya.”

Joseph McBride mengatakan klien-kliennya telah menderita perlakuan yang seharusnya tidak pernah terjadi di Amerika Serikat, semua karena mereka mendukung Donald Trump karena berada di Gedung Capitol Amerika Serikat pada hari yang menentukan itu. Selama penahanan, mereka menderita—–antara hal-hal lain–—pemukulan parah oleh penjaga; penolakan perhatian medis, termasuk obat-obat untuk kemoterapi; dan penolakan makanan, kata Joseph McBride.

Christopher Quaglin, didakwa menyerang petugas-petugas polisi selama kerusuhan tersebut, menderita penyakit celiac, tetapi penjara hanya memberinya makanan yang mengandung gluten, kata Joseph McBride. 

Christopher Quaglin telah ditolak perawatan medisnya. “Ya, kami sangat khawatir dia akan mati,” tulis Joseph McBride di Twitter pada 27 Desember.

Ted Hull, pengawas Penjara Wilayah Leher Utara, tempat Christopher Quaglin ditempatkan, mengatakan pernyataan-pernyataan Joseph McBride adalah salah.

“Terlepas dari pernyataan-pernyataan fiktif Joseph McBride,” kata Ted Hull kepada The Epoch Times, “narapidana Christopher Quaglin sedang dan telah menerima diet yang dirancang konsisten oleh ahli diet yang sesuai dengan persyaratan-persyaratan diet Christopher Quaglin yang spesifik dan tingkat pelayanan medis yang sesuai dengan diagnosis Christopher Quaglin.”

Senator Partai Republik Marjorie Taylor Greene (R-Ga.) mengunjungi penjara Distrik Kolumbia. bersama Senator Partai Republik Louie Gohmert (R-Texas) pada  November, kemudian mengeluarkan sebuah laporan setebal 28 halaman berjudul “Luar Biasa Kejam.” Laporan itu mengatakan kondisi-kondisi para tahanan untuk kasus  6 Januari adalah “tidak manusiawi.”

Couy Griffin, pendiri Cowboys for Trump yang menghadiri reli Donald Trump pada 6 Januari dan berada di halaman-Trump Gedung Capitol, tidak pernah masuk ke dalam Gedung Capitol. Couy Griffin didakwa memasuki dan tinggal di sebuah gedung terlarang, dan perilaku tidak tertib dan mengganggu di sebuah gedung yang dijaga. Couy Griffin ditahan dan dipenjara, tetapi akhirnya dibebaskan sambil menunggu persidangan.

Christopher Quaglin bersama istrinya, Moria, yang khawatir suaminya bisa meninggal tanpa perawatan medis di tahanan federal. (Courtesy Quaglin Family)

“Saya menghabiskan sembilan hari berikutnya di sel isolasi total. Tidak mandi, tidak ada telepon, tidak ada pengacara,” kata Couy Griffin dalam film “Capitol Punishment.”

Couy Griffin mengatakan para penjaga, sering meneriakkan “F Trump! F Trump!” dan memanggil Donald Trump sebagai “kerupuk putih [sumpah serapah].” 

Couy Griffin mengeluh mengenai perlakuannya kepada sipir deputi, yang kata Couy Griffin mengatakan kepadanya, “Satu-satunya pekerjaan yang dimiliki penjaga-penjaga ini adalah menjaga dada bergerak naik turun.”

Richard Barnett dari Gravette, Arkansas, menghadapi tujuh dakwaan atas dugaan tindakan-tindakannya pada 6 Januari, termasuk duduk di kursi kantor Ketua DPR AS Nancy Pelosi, direkam dalam sebuah foto berita yang sekarang menjadi ikon.

Suatu hari selama empat bulan penahanannya, Richard Barnett mengalami nyeri dada dan lengan. Ia meminta bantuan, tetapi penjaga itu yang hanya menjawab mengejek dan menertawakannya. Richard Barnett kemudian memanggil seorang anggota staf wanita, yang mengatakan ia akan mendapatkan bantuan. “Richard [berbaring] di sana untuk sebuah periode waktu yang signifikan–— tentu saja cukup baginya untuk mati,” baca laporan Joseph McBride mengenai kondisi-kondisi penjara, yang ia kirim ke Amnesty International.

Setelah diberikan sebuah pemeriksaan medis dan kembali ke selnya, Richard Barnett tertidur. Seorang penjaga mulai menggedor pintu kaca ke sel Richard Barnett, menyentak Richard Barnett untuk bangun dengan cepat sehingga ia berdiri dan kemudian pingsan, kepalanya membentur wastafel. Sekarang Richard Barnett berdarah dari sebuah luka di kepala, Richard Barnett berteriak selama satu jam sebelum bantuan datang, kata laporan itu.

Suatu hari, pintu sel Richard Barnett terbuka, dan sekitar sembilan petugas masuk, memborgol kedua pergelangan tangannya dan membelenggu kedua kakinya. Petugas itu dengan keras mengguncangnya bolak-balik, mengangkatnya kakinya dengan belenggu, dan membantingnya dengan kepala lebih dulu ke lantai beton, menurut laporan Joseph McBride, sebuah salinan laporan tersebut juga dikirim ke American Civil Liberties Union.

Dinas Marshal Amerika Serikat melakukan sebuah inspeksi mendadak terhadap fasilitas-fasilitas penjara di Distrik Kolumbia pada  Oktober dan mewawancarai 300 tahanan. Kondisi-kondisi di penjara tersebut “tidak memenuhi standar minimum kurungan,” kata laporan Dinas Marshal Amerika Serikat. Akibatnya, Dinas Marshal Amerika Serikat memindahkan semua tahanan itu ke fasilitas-fasilitas di Biro Penjara federal. Ini tidak termasuk para tahanan  6 Januari.

Emery Nelson, juru bicara Biro Penjara-Penjara, mengatakan Biro Penjara-Penjara tidak mengomentari “tuduhan-tuduhan anekdot” atau memberikan informasi mengenai masing-masing tahanan.

“Biro Penjara berkomitmen untuk mengakomodir kebutuhan pelanggar federal serta memastikan keselamatan dan keamanan semua tahanan di populasi kami, staf kami, dan masyarakat,” kata Emery Nelson. 

“Biro Penjara-Penjara menganggap dengan serius tugas kita untuk melindungi masing-masing tahanan yang dipercayakan dalam perawatan kita,” ujarnya. 

Siapa yang Meninggal di Gedung Capitol pada 6 Januari?

Satu orang tewas di tangan Polisi Gedung Capitol Amerika Serikat, dan tindakan polisi mungkin telah berkontribusi pada dua kematian lainnya, tetapi empat kematian lainnya terkait dengan  6 Januari baik dari penyebab alami atau pun bunuh diri.

Ashli ​​Babbitt tertembak di bahu kiri dan terbunuh saat ia merangkak melalui sebuah jendela pecah di pintu masuk ke Lobi Pembicara. Suami Ashli Babbitt, Aaron Babbitt, mengatakan sebuah pemeriksaan yang cermat terhadap rekaman video dari lorong tersebut menunjukkan Ashli ​​Babbitt kesal dengan perusuh-perusuh yang memecahkan kaca di pintu-pintu ganda. 

Polisi Capitol AS menahan pengunjuk rasa di luar Kamar DPR selama sesi gabungan Kongres pada 06 Januari 2021. (Drew Angerer/Getty Images)

Menurut Aaron Babbitt, Ashli ​​Babbitt panik dan mencari cara melarikan diri melalui jendela itu, namun ditembak oleh Letnan Michael Byrd sebagai akibatnya. Ashli ​​Babbitt tidak bersenjata dan tidak memberikan ancaman kepada siapa pun, kata Aaron Babbitt.

Rosanne Boyland, 34 tahun, dari Georgia, meninggal di atau dekat terowongan Serambi Barat di Gedung Capitol. Joseph McBride mengatakan video pengawasan menunjukkan Rosanne Boyland dipukuli oleh petugas polisi saat ia berbaring di tanah. Pemeriksa medis Distrik Kolumbia memutuskan kematian karena kecelakaan: keracunan obat dari sebuah resep.

Kevin Greeson, 51 tahun, dari Georgia, meninggal di Gedung Capitol karena serangan jantung yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, pemeriksa medis memutuskan.

Benjamin Phillips, 50 tahun, dari Pennsylvania, meninggal karena aterosklerosis, penyakit jantung yang  ditandai dengan plak-plak lemak yang menumpuk di arteri-arteri, pemeriksa medis memutuskan.

Dari tiga petugas polisi yang meninggal dalam minggu-minggu setelah tanggal 6 Januari, Sicknick meninggal karena sebab alami, serta Liebengood dan Smith meninggal karena bunuh diri.

Apakah Anggota Partai Demokrat Mempersenjatai 6 Januari?

Rodney Davis (R-Ill.) dari Partai Republik, anggota peringkat Komite Administrasi DPR, menuduh Ketua DPR Nancy Pelosi (D-Calif.) dan anggota-anggota Partai Demokrat “mempersenjatai peristiwa 6 Januari untuk melawan musuh-musuh politiknya.”

Rodney Davis mengirim sebuah surat ke Nancy Pelosi pada  3 Januari 2022, mengeluh bahwa para anggota Partai Demokrat di DPR berulang kali menghalangi banyak upaya anggota-anggota parlemen Partai Republik untuk menyelidiki kerentanan keamanan di Gedung Capitol Amerika Serikat sebelum dan selama terjadi kekerasan pada  6 Januari. Hambatan itu datang melalui penolakan catatan DPR dan mengabaikan permintaan berulang yang kali untuk dokumen tersebut, tulis Rodney Davis.

“Sayangnya, selama dua belas bulan terakhir, anggota-anggota Partai Demokrat di DPR lebih tertarik memanfaatkan peristiwa pada 6 Januari untuk tujuan politik daripada melakukan pengawasan yang dasar terhadap kerentanan keamanan yang terpapar pada hari itu,” tulis Rodney Davis.

Secara khusus, anggota-anggota parlemen ingin tahu mengenai sebuah permintaan di mana mantan Kepala Polisi Gedung Capitol Amerika Serikat Steven Sund mengatakan bahwa ia menghubungi Sersan DPR saat itu Paul Irving sebelum  6 Januari untuk “bantuan Garda Nasional,” tulis Rodney Davis. Steven Sund melaporkan bahwa Paul Irving “merasa khawatir akan ‘optik-optik’ dari sebuah kehadiran Garda Nasional di Gedung Capitol.” Selama kekerasan yang terjadi pada  6 Januari, ketika Steven Sund meminta untuk mendapatkan otorisasi untuk Garda Nasional, Paul Irving menjawab bahwa ia “perlu menjalankannya di rantai komando,” kata surat itu.

Mantan Kepala Polisi Capitol A.S. Steven Sund bersaksi di sidang bersama Komite Keamanan Dalam Negeri dan Urusan Pemerintahan Senat dan Komite Administrasi dan Aturan Senat di Capitol Hill di Washington pada 23 Februari 2021. (Erin Scott/Pool/AFP via Getty Images)

Dalam kesaksian  Februari 2021 sebelum di hadapan Senat Amerika Serikat, Paul Irving membantah klaim-klaim Steven Sund. Anggota-anggota parlemen Partai Republik kemudian meminta akses ke komunikasi-komunikasi Paul Irving untuk mendukung penolakan itu. Rodney Davis mengatakan ia menulis ke Surat Douglas Penasihat Umum  DPR untuk meminta catatan-catatan itu, tetapi Surat Douglas Penasihat Umum  DPR tidak pernah menjawab.

“Baik Sersan Persenjataan dan kepala petugas administrasi gagal untuk memberikan dokumen apa pun kepada anggota-anggota Partai Republik sesuai dengan permintaan kami,” tulis Rodney Davis, “menyatakan bahwa anggota-anggota DPR ini mungkin hanya memberikan dokumen kepada anggota Partai Demokrat atas sebuah dasar partisan.”

Rodney Davis mengatakan anggota-anggota Partai Republik ingin tahu mengapa Steven Sund pada  4 Januari 2021, yang meminta dukungan Garda Nasional untuk  6 Januari ditolak, dan apakah Nancy Pelosi atau stafnya memerintahkan penolakan tersebut. Anggota-anggota Partai Republik juga ingin tahu percakapan apa yang terjadi selama kekerasan di Gedung Capitol pada  6 Januari, ketika Steven Sund kembali meminta bantuan Garda Nasional. Akhirnya, mereka ingin tahu mengapa panitia pemilih pada tanggal 6 Januari, yang ditunjuk oleh Nancy Pelosi, tidak akan memeriksa peran pembicara “dalam memastikan persiapan keamanan DPR yang tepat,” kata surat itu.

Ketika ditanya apakah pembicara itu telah menanggapi Rodney Davis, Henry Connelly, direktur komunikasi Nancy Pelosi, merujuk The Epoch Times ke sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Ketua Komite Administrasi DPR Zoe Lofgren (D-Calif.).

“Surat Anggota Ranking adalah fiksi revisionis murni. Kepala Petugas Administrasi dan House Sergeant at Arms telah memberitahu Anggota Peringkat Davis mereka mematuhi permintaan-permintaan pelestarian dan akan sepenuhnya bekerja sama dengan berbagai penyelidikan penegakan hukum dan penyelidikan kongres bonafid,” kata Zoe Lofgren dalam pernyataannya.

Dari awal Komite Seleksi untuk Menyelidiki Serangan tanggal 6 Januari di Gedung Capitol Amerika Serikat, kepemimpinan Partai Republik mengabaikan kerja samanya karena Nancy Pelosi menolak dua dari lima anggota Partai Republik yang dipilih oleh Pemimpin Minoritas DPR Kevin McCarthy (R-Calif.) untuk penyelidikan itu. Kevin McCarthy kemudian menarik pilihan-pilihannya. Nancy Pelosi menunjuk Liz Cheney (R-Wyo.) dan Adam

Kinzinger (R-Ill.) dari Partai Republik untuk melayani di panel yang beranggota sembilan anggota.

Komite terpilih itu dapat mengeluarkan setidaknya sebuah laporan sementara pada pertengahan tahun 2022 dan sebuah laporan akhir pada musim gugur, sumber komite tersebut mengatakan kepada beberapa outlet-outlet media.

Ketua komite tersebut Bennie Thompson (D-Miss.) dari Partai Republik mengatakan pada bulan Desember bahwa tidak ada jadwal yang ditetapkan untuk audiensi-audiensi umum untuk merilis temuan komite itu.

Diminta oleh The Epoch Times untuk mengomentari kemungkinan agen-agen federal yang disematkan pada 6 Januari, William Miller, petugas informasi umum untuk Kementerian Kehakiman, menjawab: “Kami biasanya tidak mengomentari kasus-kasus dan penyelidikan-penyelidikan di luar pernyataan dan pengajuan kami ke Pengadilan dan tidak ada komentar di sini.”

The Epoch Times menghubungi Ray Epps melalui bisnisnya untuk memberikan komentar tetapi tidak menerima sebuah balasan. (Vv)

Joseph Hanneman adalah reporter The Epoch Times yang meliput Negara Bagian Wisconsin. Karyanya selama hampir 40 tahun karirnya telah muncul di Catholic World Report, Racine Journal Times, Wisconsin State Journal dan Chicago Tribune. Hubungi dia di: joseph.hanneman@epochtimes.us