WHO : Jangan Meremehkan Omicron, Setengah dari Populasi Eropa Mungkin Terinfeksi dalam 2 Bulan

oleh He Yating

Pada 11 Januari, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali memperingatkan bahwa kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh varian strain Omicron tidak sampai dianggap remeh. Lebih dari setengah orang Eropa diperkirakan akan terinfeksi oleh varian Omicron dalam dua bulan ke depan, tetapi COVID-19 sebaiknya tidak dianggap sebagai penyakit seperti flu yang endemik

Baru-baru ini, jumlah kasus varian Omicron di Eropa dan Amerika Serikat terus melonjak. Menurut data yang dilaporkan oleh negara-negara Eropa, tercatat hingga hari Minggu pertama tahun 2022, lebih dari 7 juta orang di Eropa dipastikan terinfeksi Omicron, dan jumlahnya meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dua minggu.

Hans Kluge, Direktur Regional Eropa Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan dalam jumpa pers yang diadakan pada 11 Januari, bahwa 50 dari 53 negara di Eropa dan Asia Tengah telah terkonfirmasi terjadi infeksi oleh varian Omicron.

Dia mengatakan bahwa karena Omicron mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas lebih dari paru-paru, pasien sekarang umumnya menunjukkan gejala yang lebih ringan daripada jenis infeksi yang terjadi sebelumnya. 

Namun, WHO percaya bahwa varian ini tidak bisa dianggap remeh, dan masih membutuhkan lebih banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli untuk mendukung kesimpulannya.

“Pada tingkat ini, Institute for Health Metrics Evaluation (IHME) memperkirakan bahwa dalam 6 hingga 8 minggu ke depan, lebih dari 50% populasi Eropa akan terinfeksi varian Omicron”, kata Hans Kluge.

IHME yang dimaksud adalah Institut Data dan Evaluasi Kesehatan (IHME) yang dimiliki Universitas Washington.

Saat ini, perusahaan farmasi di banyak negara sudah mulai mengembangkan vaksin generasi berikutnya. Sebagai tanggapan, WHO mengatakan bahwa butuh penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah vaksin COVID-19 yang ada memberikan perlindungan yang cukup terhadap Omicron yang sangat menular. 

Pada saat yang sama, juga perlu penelitian yang lebih mendalam terhadap potensi Omicron menghindari kekebalan dari vaksin, serta respons kekebalan yang disebabkan oleh infeksi alami.

Sebelumnya, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan pada hari Senin 10 Januari bahwa karena daya yang mematikan dari Omicron telah menurun, mungkin sekarang saatnya untuk mengubah cara virus berkembang dan diperlakukan sebagai penyakit mirip flu endemik.

Jika klaim Sanchez itu benar, berarti negara tidak lagi harus mencatat setiap kasus infeksi atau menguji setiap orang yang mengalami gejala.

Catherine Smallwood, seorang petugas darurat senior di kantor regional WHO untuk Eropa, menolak klaim tersebut. Dia mengatakan bahwa hanya transmisi yang stabil dan dapat diprediksi yang dapat didefinisikan sebagai penyakit endemik. Tetapi masih banyak ketidakpastian tentang COVID-19, dan virus ini berkembang sangat cepat sehingga terlalu dini untuk menggolongkannya sebagai wabah endemik.

“Ia mungkin saja bisa berubah menjadi epidemi pada waktunya, tetapi untuk menentukan waktunya adalah tahun 2022 ini, sekarang masih agak sulit”, kata Catherine Smallwood.

Faktanya, pejabat kesehatan Amerika Serikat juga pernah memperingatkan bahwa meskipun saat ini infeksi Omicron masih tampak memiliki gejala yang ringan, tetapi peningkatan tajam dalam jumlah kasus infeksi telah membebani sistem medis. Karena itu, beberapa rumah sakit di Amerika Serikat terpaksa harus menangguhkan operasi bedah elektif akibat kekurangan staf medis. (sin)