https://www.youmaker.com/video/971a58bb-fbae-4b33-a8d8-9492bc48c562
Amerika Serikat Harus Lebih Keras Menghadapi Serangan Komunis Tiongkok Terhadap Falun Gong
Anders Corr
Mari berharap semakin banyak orang Amerika Serikat akan mendukung Falun Gong dalam pencarian mereka untuk kebebasan dari sebuah tingkat penganiayaan yang sayangnya seharusnya disebut genosida
Antara 16 Juli hingga 20 Juli, ribuan pendukung Falun Gong yang mengenakan pakaian berwarna kuning turun ke jalan-jalan di Washington, New York, San Francisco, London, dan tempat lain dalam unjuk rasa tahunan koreografi mereka yang khas terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia tanpa belas kasihan yang dilakukan Tiongkok selama beberapa dekade.
Di acara Washington, D.C., seorang ahli di Institut Hudson mengenai kebebasan beragama dengan sepantasnya menduga bahwa yang dilakukan oleh Tiongkok adalah sebuah genosida terhadap Falun Gong.
Banyak sumber pemerintah Amerika Serikat telah mengakui pelaporan dan pengetahuan global mengenai penganiayaan terhadap Falun Gong, serta bukti signifikan dan tidak terbantahkan mengenai pemenjaraan massal, penyiksaan, dan panen organ secara paksa yang mungkin menimpa jutaan praktisi Falun Gong.
Tindakan Tiongkok memenuhi definisi hukum dan deskripsi ilmiah mengenai genosida menurut Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 mengenai Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan terhadap Genosida.
Falun Gong adalah spiritualitas yang berakar pada prinsip Buddhis dan Taois yang dipopulerkan di Tiongkok mulai tahun 1992. Tujuh tahun kemudian, Partai Komunis Tiongkok melihat praktik damai ini sebagai ancaman terbesar baginya.
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, mempromosikan tiga prinsip:
Sejati, Baik, dan Sabar, yang tampaknya bertentangan dengan filosofi-filosofi Partai Komunis Tiongkok sendiri, misalnya, kekuatan politik yang tumbuh dari laras senjata (menurut Mao Tse Tung pada tahun 1938).
Gerakan Falun Gong adalah sebuah ancaman khusus bagi pertumbuhan kekuatan Partai Komunis Tiongkok karena sering bersifat internal untuk bisnis, universitas, dan negara.
Para praktisi Falun Gong di Tiongkok, dipaksa merahasiakan penganiayaan yang dilakukan oleh negara, mengoperasikan setidaknya 200.000 “pencetakan rumah bawah tanah” di negara totaliter itu, “dalam apa yang mungkin merupakan perlawanan akar rumput tanpa kekerasan terbesar di dunia,” menurut sebuah situs web Falun Gong.
Para praktisi Falun Gong terkadang membocorkan informasi penting kepada publikasi-publikasi yang didirikan di luar Tiongkok.
Hal ini menjadikan Falun Gong sebagai sebuah sekutu alami dan kuat dari semua negara demokrasi yang berusaha mengungkapkan kebenaran mengenai kekejaman yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok.
Ada sebanyak 70 hingga 100 juta praktisi Falun Gong pada akhir 1990-an, menurut berbagai sumber, termasuk media pemerintah Tiongkok. Jumlah ini adalah lebih besar dari jumlah anggota Partai Komunis Tiongkok pada saat itu.
Perhatian yang semakin buruk dari Partai Komunis Tiongkok memaksa pendiri Falun Gong, Mr Li Hongzhi (李洪志), untuk bermukim kembali di Amerika Serikat pada tahun 1995. Karena perhatian negatif yang meningkat, terutama di media pemerintah, para praktisi Falun Gong di Tiongkok mulai memprotes.
Puncaknya adalah pada 25 April 1999, ketika setidaknya 10.000 praktisi Falun Gong mengajukan permohonan kepada Partai Komunis Tiongkok dengan mengadakan meditasi damai di Zhongnanhai, gedung pemerintah pusat Tiongkok di Beijing.
Partai Komunis Tiongkok merasa terancam. Partai Komunis Tiongkok menyatakan gerakan Falun Gong sebagai sebuah “agama sesat” dan ancaman terbesar bagi keamanan negara sejak gerakan demokrasi pada tahun 1989.
Ketua Partai Komunis Tiongkok Jiang Zemin melarang Falun Gong pada tanggal 20 Juli 1999, dan mendirikan “kantor 610” seperti Gestapo untuk mengesampingkan pengadilan dan polisi di Tiongkok, di mana kebebasan beragama seharusnya ada, tetapi tidak benar-benar dilindungi oleh konstitusi Tiongkok.
Penganiayaan terhadap Falun Gong dilaksanakan oleh para pejabat Partai Komunis Tiongkok seperti Chen Quanguo (陈全国), dan menggunakan teknik “pendidikan ulang” yang nantinya akan menjadi bagian genosida terhadap orang-orang Uyghur.
Penganiayaan terhadap Falun Gong di Tiongkok juga merupakan sebuah upaya “untuk menghancurkan, seluruhnya atau sebagian, suatu bangsa, etnis, ras atau kelompok agama,” termasuk dengan cara membunuh, dan menyakiti tubuh dan mental lainnya, dan oleh karena itu, hal tersebut adalah sebuah genosida menurut definisi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Penelitian akademis telah memperkirakan jumlah total transplantasi hati dan ginjal di Tiongkok dari tahun 2000 hingga 2014, terutama cenderung berasal dari praktisi Falun Gong, sebanyak 1,5 juta. Pengadilan Tiongkok tahun 2020, diadakan di London, mengutip statistik-statistik yang menunjukkan sebanyak 60.000 hingga 90.000 organ transplantasi setiap tahun (dikurangi sekitar 5.000 donor sukarela yang didokumentasikan, sebuah kesenjangan sekitar 55.000 hingga 85.000 transplantasi tahunan yang tidak dapat dijelaskan).
Pengadilan Tiongkok lebih lanjut menemukan bahwa, “Panen organ secara paksa telah terjadi di banyak tempat di Republik Rakyat Tiongkok dan pada beberapa kesempatan untuk sebuah jangka waktu minimal 20 tahun dan terus berlanjut hingga saat ini.… Dalam praktik jangka panjang penen organ secara paksa di Republik Rakyat Tiongkok, memang benar para praktisi Falun Gong digunakan sebagai sebuah sumber–—mungkin sumber utama–—organ-organ untuk panen organ secara paksa.”
Menurut sebuah laporan Freedom House tahun 2015, “Ratusan ribu praktisi Falun Gong dijatuhi hukuman di kamp-kamp kerja paksa dan hukuman penjara, menjadikan praktisi Falun Gong sebagai kontingen tahanan hati nurani terbesar di Tiongkok,” dan saya dapat menambahkan, di unia. Sumber-sumber Falun Gong mengatakan bahwa lebih dari dua puluh tahun terakhir di Tiongkok, beberapa juta praktisi Falun Gong telah dihukum.
Freedom House pada tahun 2017 secara independen membuktikan 933 kasus hingga hukuman selama dua belas tahun kepada praktisi Falun Gong antara tahun 2013 hingga 2016, sering praktisi Falun Gong dihukum semata-mata karena keyakinan agamanya.
Menurut organisasi nirlaba tersebut, “Bukti yang tersedia menunjukkan bahwa panen organ secara paksa dari para praktisi Falun Gong yang ditahan untuk dijual dalam operasi-operasi transplantasi telah terjadi dalam sebuah skala besar-besaran dan mungkin terus berlanjut.”
Sebuah bagian penting dari kampanye anti-Falun Gong adalah penggunaan media pemerintah untuk menggambarkan praktisi Falun Gong sebagai manusia yang lebih rendah derajatnya untuk membenarkan penyiksaan dan pemberantasan terhadap praktisi Falun Gong.
Efek merendahkan martabat praktisi Falun Gong oleh media pemerintah Tiongkok yang meluas dan menghancurkan tidak boleh diremehkan dalam sebuah masyarakat tanpa kebebasan berbicara.
Namun menurut Freedom House, jutaan praktisi Falun Gong di Tiongkok telah bertahan selama penganiayaan yang berlangsung bertahun-tahun. Demonstrasi pada bulan ini memperingati ulang tahun kedua puluh dua penindasan Partai Komunis Tiongkok terhadap Falun Gong.
Semakin banyak orang Amerika Serikat yang sadar akan genosida yang dilakukan untuk melawan Falun Gong. Para politisi mengambil tindakan dalam sebuah tata krama bipartisan.
Dari tujuh belas Senator dan Perwakilan Amerika Serikat yang mendukung sebuah permintaan Falun Gong untuk menunjukkan dukungan pada peringatan dua puluh dua penganiayaan ulang tahun kedua puluh dua penindasan Partai Komunis Tiongkok terhadap Falun Gong, delapan adalah Partai Demokrat, dan sembilan adalah Partai Republik. Senator Robert Menendez (D-NJ) dan Marco Rubio (R-FL) keduanya menunjukkan dukungan dalam pernyataan terpisah pada tanggal 20 Juli untuk Falun Gong dan untuk agama kebebasan secara lebih umum.
Tahun ini, Perwakilan Demokrat yang menunjukkan dukungan, dan oleh karena itu layak mendapat pujian publik, adalah Zoe Lofgren (California), Mike Doyle (Pennsylvania), Bill Foster (Illinois), Sean Maloney (New York), Dean Phillips (Minnesota), David Trone (Maryland), Juan Vargas (California), dan Gerald Connolly (Virginia).
Partai Republik adalah Elise Stefanik (New York), Gus Bilirakis (Florida), Vicky Hartzler (Missouri), Tim Walberg (Michigan), Steve Chabot (Ohio), Glenn Grothman (Wisconsin), dan Jack Burgman (Michigan).
Senator Robert Menendez, yang merupakan ketua Komite Senat Hubungan Luar Negeri, memberikan pernyataan terbaik di kelasnya 20 Juli mengenai Falun Gong.
“Dua puluh dua tahun yang lalu dari hari ini, Republik Rakyat Tiongkok melakukan sebuah tindakan keras yang kejam dan brutal terhadap para pengikut gerakan spiritual Falun Gong yang berlanjut hingga hari ini,” tulisnya dalam sebuah surat.
“Dalam lebih dari dua dekade sejak itu, puluhan ribu warganegara Tiongkok telah dianiaya karena keyakinan agamanya, dipenjarakan, disiksa, menjadi sasaran kerja paksa, dan tuduhan-tuduhan yang dapat dipercaya mengenai panen organ.”
Senator Marco Rubio membuat sebuah pernyataan yang sangat sempurna pada tanggal 20 Juli berkata : “Partai Komunis Tiongkok telah menahan praktisi Falun Gong, dan dalam beberapa kasus, banyak kali, di pusat-pusat ‘transformasi-melalui-pendidikan ulang’—–sebuah pra-tinjau dari penahanan massal yang sedang berlangsung dan tindakan-tindakan genosida terhadap orang-orang Uyghur dan umat Muslim lainnya di Xinjiang.
Pejabat Partai Komunis Tiongkok telah memerintahan untuk melakukan penyerangan fisik dan seksual, kerja paksa, dan penyiksaan terhadap praktisi Falun Gong untuk membuat praktisi Falun Gong melepaskan keyakinannya. Yang lebih mengganggu adalah tuduhan-tuduhan yang dapat dieprcaya mengenai panen organ secara paksa.”
Sebuah laporan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pada tanggal 12 Mei mengenai kebebasan beragama mencatat laporan hingga puluhan juta praktisi Falun Gong di Tiongkok, penangkapan lebih dari 6.600 praktisi Falun Gong pada tahun 2019, dan lebih dari 600 praktisi Falun Gong dijatuhi hukuman hingga empat belas tahun penjara.
Laporan tersebut mencatat penyiksaan dan perampasan makanan dan perawatan medis untuk para praktisi Falun Gong di penjara, dan merujuk ke bukti panen organ secara paksa, termasuk seperti yang ditemukan dalam laporan oleh Pengadilan Tiongkok dan Yayasan Peringatan Korban Komunisme.
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengutip laporan media bahwa “pihak-pihak berwenang menerobos ke dalam rumah seorang wanita praktisi Falun Gong, menjepitnya, dan secara paksa mengambil sebuah sampel darahnya, mengatakan kepadanya bahwa pengambilan sampel darah adalah ‘diwajibkan oleh negara.’ Satu petugas berteriak, ‘Hukum tidak berlaku untuk anda. Kami akan meniadakan anda.'”
Pada rilis laporan tersebut, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dengan pantas memberlakukan sebuah larangan visa terhadap pejabat Tiongkok bernama Yu Hui dan keluarganya karena keterlibatan Yu Hui dengan penahanan sewenang-wenang terhadap para praktisi Falun Gong.
Laporan Komisi Kebebasan Beragama Internasional Amerika Serikat tahun 2021 juga mencatat penganiayaan terhadap Falun Gong di Tiongkok dan bukti panen organ secara paksa.
“Menurut laporan-laporan, ribuan praktisi Falun Gong dilecehkan dan ditangkap selama tahun 2020 karena mempraktikkan keyakinannya, dan beberapa praktisi Falun Gong kemungkinan meninggal karena pelecehan dan penyiksaan saat berada dalam tahanan,” tulis laporan tersebut.
“Laporan-laporan internasional yang dapat dipercaya juga menyatakan bahwa panen organ, termasuk dari praktisi Falun Gong, cenderung dilanjutkan.”
Kita mungkin tidak mengharapkan banyak akademisi atau perusahaan besar untuk memperjuangkan penyebab Falun Gong dalam waktu dekat, karena banyak orang mencari beberapa keuntungan bisnis dari Tiongkok, termasuk lebih banyak mahasiswa Tiongkok yang membayar uang sekolah penuh di universitas-universitas Amerika Serikat.
Namun, mari berharap semakin banyak orang Amerika Serikat akan mendukung Falun Gong dalam pencarian mereka untuk kebebasan dari sebuah tingkat penganiayaan yang sayangnya seharusnya disebut genosida.
Genosida ini adalah sangat menjijikkan karena prinsip dasar latihan Falun Gong, yaitu Baik, Sejati, Sabar, adalah begitu terpuji dan sayangnya hilang dalam pemerintahan Tiongkok saat ini. (Vv)
Virus Menyebar dengan Cepat, Komunis Tiongkok Melarang Orang Membicarakan Epidemi
Wawancara/Editor Changchun/Shang Yan Pascaproduksi/Wang Mingyu – NTD
Komunis Tiongkok selalu mengikuti model pencegahan epidemi “membersihkan ” virus Komunis Tiongkok lokal, tetapi virus masih menyebar dengan cepat di lebih dari belasan provinsi dan kota di seluruh negeri. Komunis Tiongkok tidak dapat “membersihkan” virus, sehingga meningkatkan upayanya untuk menekan opini publik dan “membersihkan” retorika epidemi
Seorang netizen Tiongkok daratan, Liu, mengungkapkan pada 13 Agustus bahwa, dia baru-baru ini diperingatkan oleh pihak berwenang karena dia memposting di Internet yang mengatakan bahwa dia tidak ingin divaksinasi terhadap virus Komunis Tiongkok.
Liu, seorang warga daratan mengatakan: “Sebelumnya, orang-orang dari komunitas datang ke rumahnya dan mengatakan apa yang akan terjadi pada dirinya jika ia tidak divaksin. Kemudian ia juga memposting posting di Internet, dan kemudian menyebar di mana-mana dan di luar negeri. Ya. Jadi biro keamanan publik segera menemukan dirinya. Meminta ia untuk tidak membicarakan masalah ini dengan orang lain. Dia menelepon dirinya lagi kemarin, dan menyuruh dirinya melapor ke biro keamanan publik lagi. Banyak departemen telah menghubungi dirinya dan mengatakan kepada dirinya untuk tidak berbicara dengan dunia luar.”
Gelombang baru epidemi telah menyebar ke lebih dari belasan provinsi di seluruh negeri. Otoritas Komunis Tiongkok sekali lagi secara ketat menutup kota dalam upaya untuk “membersihkan” virus Komunis Tiongkok lokal, dan pada saat yang sama meningkatkan upaya untuk menghentikan rumor di kalangan masyarakat.
Pernyataan yang telah “dibersihkan ke nol”, pertama kali mencakup peringatan dari publik tentang epidemi, yang merupakan pola yang sama seperti peringatan polisi Dr. Li Wenliang pada awal epidemi.
Misalnya, pada 10 Agustus, warganet Yi, XX di Kabupaten Tuanfeng, Kota Huanggang, Provinsi Hubei, memperingatkan semua orang untuk tidak keluar karena postingan yang mengatakan bahwa ada kasus di dekatnya, dan “dikritik dan di introgasi” oleh polisi.
Pada 10 Agustus, Yang, seorang netizen di Danau Caobu, Dangyang, Hubei, ditangkap pada hari yang sama karena memposting bahwa dua orang, telah terinfeksi di sebuah pabrik sepatu dan dia secara administratif ditahan selama 3 hari.
Selain itu, kecurigaan masyarakat terhadap vaksin juga menjadi sasaran upaya pihak berwenang untuk “zero out”.
Pada 9 Agustus, Marga Zhu, seorang penduduk Distrik Pengshan, Sichuan, dipanggil oleh kantor polisi dan dihukum oleh kantor polisi karena memposting ulang di lingkaran teman-temannya bahwa “vaksin tidak melindungi orang dari virus…”.
Gao Fei, seorang aktivis hak asasi manusia di Huanggang, Hubei, juga dibawa secara paksa ke kantor polisi karena mempertanyakan kebijakan vaksin Komunis Tiongkok di Twitter dan diborgol ke kursi besi untuk diinterogasi.
Gao Fei, seorang aktivis hak asasi manusia di Huanggang, Hubei mengatakan: “Alasan utamanya adalah dirinya berada di Twitter dan ia menolak dan mengkritik kebijakan vaksinasi besar mereka. Meskipun pejabat di atas tidak mengatakan wajib (vaksinasi), mereka memiliki syarat, yaitu , semuanya. Imunisasi membutuhkan 83% (tingkat vaksinasi), yang mungkin merupakan indeks yang diperintahkan untuk yang di bawah. Apakah ini wajib atau tidak wajib. Ia juga mengatakan di Twitter bahwa mendorong semua rasa bersalah ke tingkat bawah, dengan sengaja mengintensifkan kontradiksi mendasar ini. Jadi, sebagai tanggapan atas komentar di Twitter.”
“Vaksin menimbulkan kematian” telah menjadi larangan di Internet, dan pemerintah terus menghapus komentar non-pemerintah yang relevan.
Pada 3 Agustus, Zhu Mouping, seorang netizen di Yixing, Jiangsu, memposting pesan di beberapa grup WeChat bahwa “seorang siswa di Sekolah Menengah Jiangyin meninggal karena divaksinasi” dan secara administratif dihukum oleh Biro Keamanan Umum Kota.
Pada bulan Mei, Liu, seorang netizen di Xi’an, Shaanxi, juga ditahan selama lima hari dalam penahanan administratif karena menerbitkan informasi tentang kematian akibat vaksin. Pada bulan April, seorang netizen di Nanjing, Provinsi Jiangsu ditahan selama 7 hari dalam penahanan administratif.
Liu menuturkan : “Banyak orang meninggal setelah divaksinasi di Jepang. Setiap orang memiliki statistik resmi. Di Taiwan, ada 23 juta orang, dan kemudian 400 atau 500 orang meninggal dunia. Ini mungkin dapat dimengerti. Kemudian Anda harus memberi tahu orang lain bagaimana dia meningga dunial. Apa metode kematiannya, kan? Lalu ada statistik. Tapi 1,4 miliar orang menerima 1,8 miliar vaksin Anda sepertinya tidak mengatakan dikota mana, ada yang meninggal setelah divaksinasi, dan tidak satupun dari mereka. Analisis dalam hal kemungkinan. Dari segi poin, maka benar-benar tidak normal.”
Jika orang-orang berani mengajukan saran yang berbeda tentang strategi “pembersihan nol” Komunis Tiongkok, mereka juga tidak akan diizinkan mengatakannya.
Pada 11 Agustus, seorang guru di Fengcheng, Jiangxi, ditahan selama 15 hari dalam penahanan administratif, karena menyatakan bahwa Yangzhou “meninggalkan pencegahan epidemi yang ketat dan hidup berdampingan dengan virus.”
Zheng Haochang, seorang komentator tentang urusan saat ini di Amerika Serikat mengatakan: “Ini adalah karakteristik pemikiran Komunis Tiongkok dalam menjaga stabilitas. Setiap masalah yang dihadapinya menghalangi. Kapan Anda melihat bahwa ia bersedia untuk hidup berdampingan dengan pengacara hak asasi manusia, pembangkang, dan para pemohon? Tidak pernah.”
Bloomberg melaporkan bahwa, sebagian besar negara di dunia sekarang mencoba untuk hidup berdampingan dengan virus Komunis Tiongkok, dan bersikeras “pembersihan nol” akan menempatkan Tiongkok dalam bahaya isolasi dalam beberapa tahun ke depan.
Reuters mengatakan bahwa jika “teori nol” dipatuhi, Olimpiade Musim Dingin Beijing tahun depan akan menjadi tantangan terbesar, dengan hanya setengah tahun tersisa. Apakah layak untuk “menghilangkan virus di lautan perang rakyat”? (hui)
Para Ahli Peringatkan Komunis Tiongkok Dapat Segera Menggunakan Senjata Nuklir untuk ‘Memaksa’ Amerika Serikat
Frank Fang
Rezim Tiongkok dapat menggunakan penguatan kemampuan nuklirnya untuk memaksa Amerika Serikat dalam waktu beberapa tahun, para ahli mengatakan, mengikuti laporan baru-baru ini yang mengungkap upaya rahasia Beijing untuk memperluas persenjataan nuklirnya.
Komunis Tiongkok akan memiliki sekitar 250 silo baru, fasilitas bawah tanah untuk perumahan dan meluncurkan rudal-rudal balistik antar-benua, setelah Tiongkok selesai membangun silo-silo baru tersebut, demikian Federasi Ilmuwan Amerika Serikat mengatakan dalam sebuah laporan yang dirilis minggu lalu.
Menurut Federasi Ilmuwan Amerika Serikat, angka itu adalah lebih dari jumlah semua rudal balistik antar-benua berbasis-silo yang dioperasikan oleh Rusia dan sekitar setengah jumlah kekuatan rudal balistik antar-benua Amerika Serikat.
“Program silo rudal Tiongkok merupakan konstruksi silo yang paling luas sejak konstruksi konstruksi silo rudal Amerika Serikat dan Soviet selama Perang Dingin,” kata laporan itu.
Sekitar 110 silo baru berada di lapangan dekat Hami, sebuah kota di bagian timur wilayah Xinjiang, yang terletak di barat jauh Tiongkok, Federasi Ilmuwan Amerika Serikat mengungkapkan, mengutip foto-foto satelit.
Situs lain ditemukan oleh Pusat James Martin yang berbasis di California pada Juni. Para peneliti menemukan sebuah bidang yang belum selesai di mana terdapat sekitar 120 silo terletak di Yumen, sebuah kota di Provinsi Gansu, tetangga Xinjiang.
“Pembangunan silo di Yumen dan Hami merupakan ekspansi persenjataan nuklir Tiongkok yang paling bermakna,” demikian laporan Federasi Ilmuwan Amerika Serikat menyatakan.
Pemaksaan Nuklir
Pentingnya penemuan silo terbaru adalah bahwa militer Tiongkok“mungkin dalam perjalanannya menuju sebuah inventaris hulu ledak awal lebih dari 3.000,” kata Rick Fisher, seorang rekan senior di Pusat Penilaian dan Strategi Internasional, lembaga pemikir yang berbasis di Virginia, kepada The Epoch Times.
“Kini Tiongkok sedang memulai sebuah sprint menuju keunggulan hulu ledak nuklir,” kata Rick Fisher dalam sebuah email.
Penemuan kegiatan rahasia Beijing juga menimbulkan pertanyaan apa lagi yang mungkin dilakukan Beijing untuk membangun kemampuan nuklirnya yang tidak diketahui masyarakat internasional, kata Patty-Jane Geller, seorang analis kebijakan untuk pencegahan nuklir dan pertahanan rudal di Heritage Foundation, lembaga pemikir yang berbasis di Washington.
Patty-Jane Geller mencatat bahwa beberapa negara telah mengabaikan ancaman yang ditimbulkan oleh Beijing dengan mengutip perkiraan publik mengenai cadangan nuklirnya Beijing yang menempatkannya di 350 hulu ledak, masih sebagian kecil dari persediaan yang dimiliki oleh Amerika Serikat dan Rusia. Tetapi temuan itu menunjukkan bahwa “kita seharusnya tidak hanya mengandalkan angka ini,” kata Patty-Jane Geller.
“Kita tidak boleh lagi hanya mempertimbangkan Tiongkok sebagai sebuah negara yang hanya sedikit memiliki nuklir senjata. Kita harus menganggap Tiongkok lebih serius,” kata Patty-Jane Geller kepada The Epoch Times.
“Saya tidak berpikir sebagian besar orang Amerika Serikat akan baik-baik saja hidup dengan Tiongkok yang dapat memaksa Amerika Serikat dengan sebuah kemampuan militer yang kuat.”
Amerika Serikat mungkin mulai melihat “pemaksaan nuklir” oleh Beijing “sebagai” paling tidak pada pertengahan dekade kecuali Amerika Serikat mengambil tindakan balasan sekarang,” menurut Rick Fisher.
Ancaman tersebut meningkat jika rezim Tiongkok bekerja sama dengan Rusia untuk menggabungkan kekuatan nuklir untuk memaksa Amerika Serikat. Misalnya, ancaman tersebut dapat mencegah “seorang Presiden Amerika Serikat yang lemah di masa depan datang untuk mempertahankan Taiwan” jika Beijing menyerang, kata Rick Fisher.
“Kecuali Amerika Serikat menanggapi dengan cepat, kita akan menghadapi sebuah era penindasan yang strategis yang bersifat merendahkan secara terus-menerus, dan bahkan serangan nuklir oleh Tiongkok dan Rusia,” kata Rick Fisher.
Pencegahan Minimum
Ekspansi nuklir Tiongkok menimbulkan pertanyaan apakah Beijing masih berkomitmen untuk sebuah sikap pencegahan minimum, yang telah dipertahankan secara umum selama beberapa dekade. Kebijakan tersebut meminta rezim Tiongkok untuk menjaga persediaan nuklirnya ke tingkat minimum yang diperlukan untuk mencegah ancaman-ancaman nuklir.
Fu Cong, Direktur Jenderal Kementerian Kendali Senjata di Kementerian Luar Negeri Tiongkok, mengulangi komitmen rezim Tiongkok selama Konferensi Non-Proliferasi dan Perlucutan Senjata Uni Eropa tahunan pada bulan November lalu.
“Saya pikir sudah jelas sekarang bahwa Tiongkok sedang bergerak menjauh dari [pencegahan minimum] dan menjadi lebih ambisius,” kata Patty-Jane Gellar.
Patty-Jane Gellar mengatakan bahwa selain membangun silo-silo baru, Tiongkok juga mengerahkan pengebom-pengebom berkemampuan nuklir yang baru dan mengembangkan rudal balistik antar-benua yang dapat membawa beberapa hulu ledak sekaligus.
Laporan Federasi Ilmuwan Amerika Serikat berpendapat bahwa mengingat silo-silo baru tersebut, Tiongkok telah “bergerak[d] keluar dari kategori ‘pencegahan minimum’.”
“Pembangunan ini adalah sangat memprihatinkan, [dan] menimbulkan pertanyaan apa maksud Republik Rakyat Tiongkok,” kata seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan kepada The Epoch Times.
Juru bicara itu menambahkan: “Terlepas dari kebingungan Republik Rakyat Tiongkok, pembangunan yang cepat ini menjadi lebih sulit untuk disembunyikan dan menyoroti bagaimana Tiongkok menyimpang dari beberapa dekade strategi nuklir yang didasarkan pada pencegahan minimum.”
Pada saat penulisan, Kementerian Luar Negeri Tiongkok belum mengomentari silo-silo baru tersebut.
Di dalam negeri Tiongkok, seruan-seruan telah meningkat agar rezim Tiongkok memperluas gudang senjata nuklirnya. Misalnya, pada bulan Mei lalu, Hu Xijin, pemimpin redaksi surat kabar yang dikelola pemerintah Tiongkok Global Times, menggunakan akun media sosial Tiongkok miliknya yang menyerukan agar Beijing segera meningkatkan jumlah hulu ledak nuklirnya menjadi lebih dari 1.000, termasuk minimal rudal-rudal balistik antar-benua 100 DF-41. Hu Xijin mengatakan hulu ledak diperlukan untuk “mengekang agresi strategis Amerika Serikat.”
Para ahli memperkirakan bahwa rudal-rudal balistik antar-benua DF-41 memiliki jangkauan operasional 15.000 kilometer, membuat rudal-rudal balistik antar-benua DF-41 itu mampu mencapai benua Amerika Serikat.
Juga pada Mei 2020, ahli militer Tiongkok Song Zhongping mengatakan kepada Global Times bahwa Beijing “perlu meningkatkan jumlah senjata nuklirnya” untuk secara efektif mengekang serangan nuklir Amerika Serikat dan pencegahan nuklir oleh Amerika Serikat terhadap Tiongkok.”
Minggu lalu, Global Times menerbitkan sebuah tajuk rencana sebagai tanggapan atas dua laporan mengenai Amerika Serikat-ladang silo baru Tiongkok. Artikel itu tidak menyangkal atau menegaskan temuan-temuan itu, tetapi mengatakan bahwa rezim Tiongkok harus memiliki sebuah kekuatan nuklir yang cukup “kuat” untuk membuat Amerika Serikat—==dari militer hingga pemerintah–—takut.”
Peringatan Amerika Serikat
Patty-Jane Geller mengatakan laporan Federasi Ilmuwan Amerika Serikat menegaskan peringatan-peringatan sebelumnya oleh Laksamana Charles Richard mengenai kemampuan nuklir Tiongkok yang berkembang. Charles Richard adalah Kepala Komando Strategis Amerika Serikat, yang mengawasi senjata-senjata nuklir Amerika Serikat.
Selama sebuah sidang kongres pada bulan April, Charles Richard mengatakan bahwa cadangan nuklir Tiongkok sedang mengalami sebuah “ekspansi yang belum pernah terjadi sebelumnya” dan Beijing “pada kecepatan yang diperlukan untuk menggandakan persediaan nuklirnya per akhir dekade itu.”
Charles Richard menambahkan bahwa rezim Tiongkok berada di puncak penyebaran sebuah strategi triad nuklir—rudal darat, kapal selam, dan pesawat pengebom yang menyeluruh.
“Tiongkok mampu melakukan strategi pekerjaan nuklir yang masuk akal secara regional sekarang dan akan segera dapat melakukan strategi pekerjaan nuklir di jangkauan antar-benua,” kata Charles Richard.
Menanggapi penemuan baru silo-silo Tiongkok, Komando Strategi Amerika Serikat mengatakan dalam tweet: “masyarakat telah menemukan apa yang telah kami katakan selama ini mengenai meningkatnya ancaman yang dihadapi dunia dan tabir rahasia yang melingkupinya.”
Kursus Baru
Washington perlu memetakan sebuah arah baru dalam menghadapi pertumbuhan ancaman militer yang ditimbulkan oleh Beijing.
“Untuk mengamankan Amerika dari ancaman nuklir Tiongkok dan Rusia di masa depan, pemerintahan Joe Biden harus membalikkan kendali senjata awalnya
dan preferensi pengurangan nuklir untuk menjadi memimpin pembangunan nuklir yang paling agresif oleh Amerika Serikat sejak Perang Dingin,” kata Rick Fisher.
Setelah menjabat pada Januari, Presiden Joe Biden memperbarui perjanjian pengendalian senjata New START untuk lima tahun ke depan hingga tanggal 5 Februari 2026. Perjanjian tersebut, yang ditandatangani pada tahun 2010, membatasi Rusia dan Amerika Serikat tidak memiliki lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir.
Rick Fisher mengatakan perjanjian tersebut harus ditinggalkan karena perjanjian tersebut “tidak lagi memajukan keamanan Amerika Serikat.”
Sementara upaya telah dilakukan untuk membawa Tiongkok untuk negosiasi kendali senjata trilateral, Beijing telah menolak panggilan mengatakan bahwa angka persenjataan nuklir milik Tiongkok adalah rendah dibandingkan dengan angka persenjataan nuklir milik Amerika Serikat dan Rusia.
Menurut Patty-Jane Geller, perjanjian kendali senjata New START sudah usang karena perjanjian tersebut ditandatangani pada suatu waktu itu–—11 tahun yang lalu—–ketika “kami secara pasti tidak tahu akan ekspansi Tiongkok yang kita lihat saat ini.”
“Hal minimum yang perlu kita lakukan adalah menyelesaikan sendiri upaya modernisasi nuklir kita ,” kata Patty-Jane Geller. (Vv)
Muhyiddin Yassin Ditunjuk Sebagai PM Sementara Hingga Terpilih Perdana Menteri yang Baru
NTD
Situasi politik Malaysia bergolak pada saat epidemi parah. Menteri Sains Malaysia Khairy Jamaluddin menulis di media sosial bahwa kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri Muhyiddin “telah mengajukan pengunduran dirinya kepada (kepala negara).” Pada saat yang sama, Muhyiddin ditunjuk sebagai perdana menteri sementara sampai perdana menteri baru terpilih.
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin pergi ke Istana Nasional pada 16 Agustus untuk bertemu dengan Raja Abdullah Sultan Ahmad Shah. Setelah lebih dari satu jam pembicaraan, Istana Nasional pada pukul 14:47 mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa Kepala Negara telah menerima pengunduran diri Muhyiddin dan kabinetnya.
Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa kepala negara, juga menunjuk Muhyiddin sebagai perdana menteri sementara hingga perdana menteri baru terpilih.
Setelah Muhyiddin berkuasa tanpa terpilih pada Maret tahun lalu, dengan celah yang sangat kecil untuk memegang mayoritas Kongres, skandal sering menyebar, yang menyebabkan hilangnya dukungan sekutu dan ambang kehancuran.
Pada Januari tahun ini, karena merebaknya virus Komunis Tiongkok (COVID-19, Penyakit Coronavirus 2019), Malaysia menyatakan keadaan darurat dan sejak itu, parlemen tetap ditunda.
Namun, Muhyiddin setuju untuk melanjutkan Kongres di bawah tekanan dari pihak luar yang tidak puas dengan penutupan Kongres dan tekanan dari kepala negara.
Menteri Departemen Perdana Menteri Malaysia, Takiyuddin Hassan, yang bertanggung jawab atas parlemen dan urusan hukum, mengatakan kepada parlemen pada 26 Juli bahwa keadaan darurat akan berakhir pada 1 Agustus, dan beberapa undang-undang yang berlaku selama periode tersebut akan dibatalkan..
Kritikus percaya bahwa ini adalah cara Muhyiddin untuk menjaga rezim yang goyah.
Kepala negara, Al-Sultan Abdullah jarang secara terbuka mengutuk pemerintah Muhyiddin karena menyesatkan parlemen pada 29 Juli. Muhyiddin, yang dipermalukan di semua sisi, menghadapi krisis pengunduran diri.
Pada 13 agustus, Muhyiddin telah menyatakan bahwa kabinet telah setuju untuk bernegosiasi dengan pihak-pihak di luar pemerintahan Liga Nasional untuk memastikan, mosi percaya kepadanya berjalan lancar pada bulan September. Dia berjanji bahwa pemilihan umum berikutnya akan diadakan sebelum akhir Juli. Paling cepat tahun depan. Saat itu, dia juga mengatakan bahwa dia masih mendapat dukungan mayoritas dari Kongres.
Muhyiddin juga mengatakan bahwa saat ini wabah di Malaysia sangat parah, sehingga dia tidak bisa gegabah mengundurkan diri selama krisis politik ini.
Namun baru-baru ini, partai terbesar dalam koalisi yang berkuasa “UMNO”, beberapa anggota parlemen UMNO tidak lagi mendukungnya, meningkatkan tekanan pada Muhyiddin.
Pada 15 Agustus, situs berita Malaysia “MalaysiaKini” melaporkan bahwa Muhyiddin, karena pertikaian dalam koalisi yang berkuasa, telah kehilangan mayoritasnya di Parlemen dan mengundurkan pada tanggal 16 Agustus.
Karena Malaysia saat ini tidak memiliki anggota parlemen dengan dukungan mayoritas yang jelas, tidak jelas siapa yang akan maju untuk membentuk pemerintahan berikutnya. Selain itu, juga tidak diketahui apakah pemilihan dapat diadakan selama epidemi. Selanjutnya, Raja Abdullah akan memutuskan langkah selanjutnya. (hui)
Taliban Membebaskan Ribuan Orang Teroris dari Penjara di Afghanistan
oleh Zheng Gusheng
Setelah Taliban berhasil merebut kekuasaan di Afghanistan, mereka langsung membebaskan sejumlah besar tahanan termasuk para pejuang Taliban, ISIS dan anggota al-Qaeda. Masyarakat internasional khawatir Afghanistan akan kembali menjadi basis organisasi teroris global
Media AS ‘Business Insider’ melaporkan pada 15 Agustus, bahwa ribuan orang tahanan, termasuk anggota ISIS dan Al Qaeda telah dibebaskan dari penjara yang terletak di pinggiran Ibukota Kabul.
Laporan itu mengatakan bahwa pada hari yang sama, Taliban mengambil alih Pangkalan Udara Bagram, yang sebelumnya telah dikuasai oleh militer AS. Pul-e-Charki, penjara terbesar dan terkenal di Afghanistan yang memiliki sekitar 5.000 orang tahanan berada dalam lokasi tersebut.
Sejumlah anggota Al-Qaida dan Taliban ditahan dalam sel dengan penjagaan tingkat tertinggi di penjara tersebut. Laporan itu juga mengutip informasi dari CNN menyebutkan bahwa anggota ISIS yang tertangkap juga ditahan dalam penjara itu.
Sebuah video yang dirilis oleh media Afghanistan yang mendukung Taliban menunjukkan bahwa setelah gerilyawan Taliban menduduki penjara, sejumlah besar tahanan dibebaskan. BBC mengutip ucapan penduduk setempat memberitakan bahwa mereka mendengar suara tembakan dari arah penjara.
Banyak video yang beredar di media sosial, termasuk Twitter menunjukkan bahwa sejumlah besar tahanan berjalan keluar dari penjara dengan barang bawaan di punggung mereka. Di halaman luar penjara terlihat banyak sekali orang yang berjalan menjauhi penjara. Bahkan ada yang sambil jalan berbicara lewat ponsel.
Media corong pemerintah komunis Tiongkok ‘Global Times’ juga menerbitkan video terkait, mengatakan bahwa Taliban membebaskan semua tahanan dari Penjara Pul-e-Charki.
Setelah Al Qaeda melancarkan serangan teroris 11 September, Pemerintah Amerika Serikat menyatakan perang terhadap para teroris di Afghanistan dan dengan cepat menggulingkan rezim Taliban yang dituduh menyembunyikan Al Qaeda.
Tapi, tahun ini setelah AS menarik pasukannya dari Afghanistan, kelompok bersenjata Taliban mulai menyerang kota, memasuki ibu kota Kabul pada 15 Agustus, dan mengumumkan berakhirnya perang dan akan membangun kembali negara berbentuk Islamic emirate.
Setelah jatuhnya ibu kota, sejumlah besar penduduk Afghanistan yang takut akan tirani Taliban, berbondong-bondong ke bandara dan melarikan diri dari Afghanistan. Banyak negara Eropa dan Amerika telah menarik warga maupun diplomatnya dari Afghanistan dan menutup kedutaan besar mereka.
Namun, pada 16 Agustus, juru bicara Kementerian Luar Negeri komunis Tiongkok Hua Chunying mengumumkan bahwa Kedutaan Besar komunis Tiongkok di Afghanistan, masih beroperasi seperti biasa dan memberikan layanan dan bantuan yang diperlukan kepada setiap warga negara Tiongkok di Afghanistan.
Dengan kata lain, pemerintah komunis Tiongkok yang disebut Taliban sebagai sahabat baik tidak bermaksud untuk mengevakuasi warganya yang berada di sana.
Dalam pidatonya, Hua Chunying juga menyampaikan selamat kepada Taliban yang telah merealisasikan perdamaian di Afghanistan dan berharap bahwa Taliban dapat membangun struktur politik yang luas dan inklusif yang sesuai dengan kondisi nasional Afghanistan sendiri. Pihak komunis Tiongkok bersedia untuk terus mengembangkan hubungan bertetangga yang baik, bersahabat dan kooperatif dengan Afghanistan, dan sebagainya. Pernyataan-pernyataan ini ditafsirkan oleh dunia luar bahwa pemerintah komunis Tiongkok akan secara resmi mengakui rezim Taliban.
Sesaat sebelum Taliban merebut kekuasaan, Menteri Luar Negeri komunis Tiongkok Wang Yi secara terbuka menerima delegasi Taliban dengan standar tinggi di Kota Tianjin. Sebelum ini, juru bicara Taliban menyatakan Beijing sebagai sahabat baik dan berjanji tidak akan melakukan serangan bersenjata terhadap komunis Tiongkok, dan menyambut baik investasi Tiongkok di Afghanistan.
Sehari sebelum Taliban memasuki ibu kota, Nathan Law Kwun-chung, Ketua Demosistō menyatakan di akunnya Facebook bahwa, kolusi terang-terangan pemerintah komunis Tiongkok dengan diktator brutal pada dasarnya adalah melakukan kesepakatan dengan iblis.
Nathan Law menunjukkan bahwa setelah “cendekiawan teologis” Taliban merebut kota-kota, mereka segera menerapkan aturan teror. Personel pemerintah Afghanistan terbunuh, gadis-gadis berusia di atas 13 tahun dipaksa untuk menikah dengan pejuang Taliban, dan para wanita dipaksa meninggalkan sekolah, hukuman rajam dan pemenggalan dipulihkan. Ketika metode hukuman abad pertengahan ini kembali diberlakukan, bencana kemanusiaan bakal terjadi.
Nathan Law dalam akunnya di Facebook menyebutkan bahwa pemerintah komunis Tiongkok mengklaim sebagai negara beradab, tetapi mengakui legitimasi Taliban, ini adalah bentuk kolusi terang-terangan dengan diktator brutal yang pada dasarnya adalah melakukan kesepakatan dengan iblis.
Dia berharap dunia melihat watak sesungguhnya dari pemerintah komunis Tiongkok, dan menyadari bahwa aliansi antara pemerintah totaliter hanya akan menjadi lebih kuat, dan bahwa masyarakat demokratis membutuhkan strategi dan taktik terpadu untuk menghadapi ekspansi dan ancaman mereka. (sin)
Ahli Ungkap Krisis Banjir Buatan yang Mencelakakan Rakyat Tiongkok Sebagai Pemilik Bendungan Air Terbanyak di Dunia
oleh Chi Qianli
Beberapa waktu terakhir, hujan lebat dan banjir acap kali terjadi di Tiongkok yang menyebabkan bencana serius bagi warga masyarakat. Ahli konservasi air Tiongkok, Wang Weiluo menunjukkan bahwa Tiongkok memiliki sekitar 100.000 unit bendungan air yang setara dengan separo dari jumlah bendungan air yang ada di dunia, tetapi 73 % bendungannya tidak aman. Para ahli juga mempertanyakan, berapa banyak pintu air bendungan yang dibuka bersamaan pada Juli itu sehingga banjir besar melanda Provinsi Henan.
Warga hanyut terbawa air banjir yang arusnya sangat deras. Provinsi Henan, Tiongkok pada 20 Juli memang mengalami hujan lebat, tetapi pihak berwenang baru menginformasikan kepada masyarakat 14 jam setelah Bendungan Changzhuang membuka pintu air untuk mengurangi daya tampungnya.
Para ahli lebih lanjut mempertanyakan tentang berapa banyak pintu air bendungan yang diam-diam dibuka pada saat itu.
Wang Weiluo, seorang ahli dalam perencanaan lahan dan konservasi air mengatakan :
“Katanya hanya 2 bendungan yang membuka pintu airnya untuk mengurangi luapan air pada saat itu, tapi saya memperkirakan ada belasan bendungan yang bersamaan membuka pintu air untuk mengurangi daya tampung. Saya juga telah melihat laporan bahwa ada 47 unit bendungan yang membuka pintu air dalam waktu yang hampir bersamaan. Oleh karena itu, sungai-sungai di Zhengzhou, terutama Sungai Jialu, tidak mampu menampung begitu besarnya debit banjir”.
Menyusul kejadi di Henan, Provinsi Hubei juga dilanda hujan lebat baru-baru ini. Banjir di Kota Liulin, Kota Suizhou mencapai setinggi hampir lantai dua rumah. Aliran listrik dan air bersih terputus karenanya.
Media resmi komunis Tiongkok mengklaim bahwa 3 bendungan yang berada di sepanjang Sungai Sandao di Kabupaten Nanzhang membuang kelebihan airnya pada 12 dan 13 Agustus. Netizen mencurigai banjir di Henan dan Hubei ini, merupakan akibat otoritas membuka pintu air pada waktu bersamaan untuk mengurangi daya tampung bendungan.
Wang Weiluo mengatakan : “Saya pikir Tiongkok saat ini memiliki 100.000 unit bendungan. Sungai-sungai di daratan Tiongkok kecuali Sungai Nu di bagian batang utama sungainya tidak dibangun bendungan. Sungai-sungai lainnya semua memiliki bendungan yang memang dibangun guna pengendalian jumlah airnya, sehingga air dalam sungai, juga termasuk banjir itu keluar dari pintu air bendungan yang ditangani oleh manusia. Jadi, banjir di Henan itu adalah perbuatan tangan karena dikendalikan oleh manusia”.
Wang Weiluo menunjukkan bahwa setengah dari bendungan air di dunia berada di daratan Tiongkok, yang jumlahnya mencapai 100.000. Tetapi 73%-nya tidak aman. Saat banjir melanda Provinsi Henan, tanggul bendungan di hilir Bendungan Guojiazui di Zhengzhou tergerus oleh arus sehingga ambrol. Tetapi, Kementerian Sumber Daya Air Tiongkok mengklaim bahwa tidak ada tanggul bendungan yang jebol, sedangkan jebolnya 2 bendungan air di Mongolia Dalam itu akibat terkikis air,
“Daya destruktif dari banjir akibat jebolnya tanggul berbeda dari daya destruktif banjir biasa, karena laju aliran dan kekuatan terjangan airnya berbeda”, kata Wang Weiluo.
Namun, sejauh ini, Kementerian Sumber Daya Air Tiongkok belum mengungkapkan status bendungan, dan tidak ada pejabat pemerintah di semua tingkatan yang dimintai pertanggungjawaban.
Li Guoying, Menteri Sumber Daya Air Tiongkok hanya menginformasikan bahwa, air sejumlah sungai seperti Sungai Heilongjiang, Nenjiang dan Songhua masih tinggi, dan beberapa bagian dari sungai berada dalam status waspada karena ketinggian airnya belum menurun. Sedangkan situasi demikian diperkirakan akan berlanjut hingga September. (hui)
Seekor Labrador Menyelamatkan Pemiliknya yang Telah Meninggal Selama 30 Detik, Dia Menggonggong Sampai Pacar Pemiliknya Terbangun
ETIndonesia-Leo, Labrador sang pahlawan yang telah menyelamatkan nyawa pemiliknya saat jantungnya berhenti berdetak selama 30 menit ketika dia mendapat serangan jantung saat sedang tidur — Anjing pemberani itu menggonggong sampai pacar pemiliknya terbangun.

Joanna Mellor, seorang terapis kecantikan berusia 24 tahun, diselamatkan oleh anjing peliharaannya yang berusia 5 tahun secara intuitif ketika dia mengalami serangan jantung mendadak dan berhenti bernapas.
Leo terus menggonggong tidak putus asa sampai pacar Joanna, Andrew Rayment bangun. Andrew segera menelepon 999 dan melakukan CPR pada pacarnya sampai petugas medis datang dan membawanya ke Pusat Medis Queen di Nottingham.
Dia menerima kejutan dari hidupnya ketika mereka mengatakan kepadanya bahwa jantungnya telah berhenti berdetak selama 30 menit!
Untungnya, wanita 24 tahun itu pulih sepenuhnya tetapi kemudian didiagnosis dengan sindrom Wolff-Parkinson-White (WPW), suatu kondisi jantung yang menyebabkan jantung berdebar-debar.
Jika bukan karena anjing pintar Leo, dia mungkin tidak hidup sekarang.

“Saya berutang hidup kepada anjing dan pacar saya. Jika Leo tidak membangunkan Andrew, saya mungkin tidak ada di sini hari ini, “kata Joanna.
“Saya ingat pergi tidur dan tertidur dan berikutnya saya tahu saya berada di perawatan intensif di rumah sakit dan dikatan bahwa saya menderita serangan jantung. Para dokter mengatakan saya secara teknis mati karena Andrew membutuhkan waktu 30 menit untuk menghidupkan jantung saya, ”tambahnya.
Dokter bahkan mengira otaknya mungkin rusak akibat kejadian itu.

“Saya sudah bekerja selama 14 tahun dan saya belum pernah melihat yang seperti ini. Ketika orang menderita serangan jantung, cukup sering mereka dibiarkan dengan masalah neurologis. Mereka biasanya tidak membuat pemulihan 100 persen, “kata paramedis Glenn Radford.
Leo menyelamatkan keluarga ini dari akhir yang berpotensi tragis. Kita seharusnya tidak pernah meremehkan cinta yang dimiliki anjing kita untuk kita! Leo melakukan dengan baik.(yant)
Sumber: goodtimes.com
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.
Empat Anjing dengan Setia Menjaga Teman Mereka yang Mati Setelah Tertabrak Mobil
ETIndonesia-Empati ada di dalam diri kita semua dan itu juga termasuk hewan. Pada kasus biasa, kita sering melihat gajah berkabung atas kematian teman-teman mereka, sapi-sapi menjadi tertekan saat dipisahkan dari sahabat terbaik mereka, dan bahkan anjing-anjing menangis karena kematian tuannya.
Baru-baru ini, video lain telah muncul di internet, sekali lagi membuktikan bahwa hewan tidak kekurangan empati.

Seperti dilansir oleh Medium, sebuah video dari empat anjing liar yang menjaga kawan mereka yang tergeletak di tengah jalan yang sibuk telah menjadi berita viral di seluruh dunia maya.
Anjing yang malang itu tertabrak dan terbunuh oleh sebuah mobil di jalan Lanzhou, Gansu (Cina) pada tanggal 19 Januari. Menurut Knews, setelah mengetahui teman mereka terbaring, keempatnya segera bergegas ke jalan dan berdiri di sisinya.
Anjing-anjing itu menolak meninggalkan temannya betapa pun sibuknya jalan tersebut dengan mobil-mobil yang melaju dengan cepat.

Setelah berita yang menghangatkan hati ini beredar, sudah jelas, para netizen memberikan komentar mereka. “Emosi anjing lebih murni daripada manusia,” kata seorang pengguna Weibo setelah menonton klip tersebut.
“Dalam banyak kasus, hewan lebih mulia daripada manusia,” komentar seorang pengguna Reddit.
Itu benar!
Sekarang, kita semua tahu bahwa anjing dikenal sebagai hewan yang setia, oleh karena itu pantas saja keempat teman berbulu itu tidak meninggalkan teman mereka, terutama saat berada dalam situasi yang berpotensi bahaya. Sekarang, andai saja manusia bisa menunjukkan empati yang sama seperti mereka!(iin/yant)
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.