ETIndonesia-Beberapa waktu lalu, seorang nenek asal Chili (91) awalnya mengira kalau di dalam perutnya itu ditumbuhi tumor. Saat ia memeriksakan diri ke rumah sakit, baru diketahui kalau yang berada di dalam rahimnya itu ternyata adalah sesosok “litopedhian” (Janin batu yang dihasilkan dari kehamilan) yang sudah tersimpan selama 60 tahun lamanya.
Melansir laman CNN, Estela Meléndez (91), selama bertahun-tahun ia merasakan ada sesuatu di dalam perutnya, tapi tak pernah terlintas dalam benaknya kalau itu adalah sesosok janin. Menurut penuturan dokter setempat, bahwa janin itu telah bersarang di dalam rahimnya selama 60 tahun, dan telah membatu, karena itu tidak akan membahayakan kesehatannya.
Kondisi fisik Melendez secara keseluruhan dalam keadaan baik, hanya ada sedikit gangguan pada pendengarannya, dan dalam beberapa tahun terakhir ini, jalannya juga agak lamban karena arthritis (radang sendi.)
Suatu hari ia terjatuh dan dilarikan ke rumah sakit, dan setelah diperiksa dengan sinar X, dokter setempat menemukan benda asing di dalam perutnya. Setelah pemeriksaan pertama, dokter mendiagnosis kalau benda asing itu adalah tumor, sehingga perlu operasi. Namun, setelah diperiksa kembali dengan sinar X, para dokter yang menanganinya terkejut, ternyata itu bukan kanker, melainkan sesosok “janin batu”.
Melendez dan keluarganya juga merasa terkejut. Luis Meléndez, keponakannya menuturkan, sunggguh tidak bisa dibayangkan, satu sosok janin telah bersarang selama 60 tahun lamanya di dalam rahim, dan tidak merasakan kelainan atau ketidaknyamanan apa pun pada anggota badan (Melendez) meski janin itu sudah mati.
Menurut penuturan Melendez, hal itu mengingatkannya pada Manuel Gonzalez, almarhum suaminya yang meninggal pada awal Januari lalu. Ia dan almarhum suaminya berusia sama, telah menjalani hidup bersama selama 74 tahun, namun, tidak dikaruniahi anak, dan ini jugalah yang sangat disayanginya.
Selama bertahun-tahun, keluarga Melendez selalu mengharapkan punya anak sendiri, tapi sayangnya, hati Melendez tak terperihkan sedihnya ketika mengingat hal itu.
Awalnya, dokter terkait ingin melakukan operasi untuk mengeluarkan sang janin, tapi kemudian mengingat seorang wanita yang telah senja (91), risikonya akan semakin besar jika dilakukan operasi, sehingga para dokter setempat memutuskan mempertahankan kondisi seperti itu.
Terkadang akan terasa nyeri, namun sebagian besar hanya merasa tidak begitu nyaman dengan tumor itu.
Yang dimaksud dengan litopedhian adalah janin yang tinggal selama bertahun-tahun di dalam tubuh induk setelah sang janin tidak bernyawa lagi. Suatu kehamilan ektopik (kehamilan yang berkembang diluar rahim) yang perlahan-lahan membentuk deposit kalsium yang mengeras dari kematian janin. Fenomena litopedhian ini termasuk langka, dan tercatat lebih dari 300 kasus litopedhian selama 400 tahun sejarah medis.
Pada 2013 lalu, seorang wanita (82) asal Bogota, Kolumbia, memeriksakan diri ke rumah sakit setempat karena sakit perut, dan setelah diperiksa, dokter terkait melihat sesosok janin berusia 40 tahun di dalam perutnya, namun, telah membatu. Janin itu meninggal karena kehamilan ektopik (kehamilan yang berkembang diluar rahim).(Jhn/Yant)
ETIndonesia-Tanah dipenuhi dengan bakteri dan jamur. Puluhan ribu spesies yang berbeda dapat menghuni ruang yang sama. Jadi, bagaimana tanaman yang tumbuh di tengah-tengah itu semua dapat mengetahui perbedaan antara bakteri yang baik dan yang buruk bagi dirinya?
Hormon pertahanan asam salisilat membantu untuk memilih bakteri yang hidup baik di dalam dan di permukaan akar tanaman, menjaga agar mereka tidak keluar, bakteri-bakteri baik lainnya.
“Apa yang benar-benar kita ingin mengerti adalah bagaimana tanaman menetapkan hubungan mutualistik dengan mikroba yang mereka suka, dan menghindari mikroba yang tidak mereka suka,” kata Jeffery Dangl, profesor biologi di University of North Carolina di Chapel Hill, AS, yang memimpin penelitian tersebut.
“Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana tanaman merangkai dan memelihara hubungan dengan komunitas mikroba yang kompleks, terdapat kemungkinan untuk memanipulasi komunitas tersebut dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman,” kata Dangl.
3 Hormon Pertahanan
Dangl dan tim penelitinya sebelumnya menunjukkan bahwa ratusan spesies bakteri hidup di dalam dan di permukaan akar tanaman pada sebuah tanaman Arabidopsis thaliana ketika tumbuh di tanah liar.
Dalam studi baru yang dipublikasikan dalam Science Express, mereka menyelidiki bagaimana komunitas-komunitas mikroba berubah ketika tanaman kekurangan hormon pertahanan yang memediasi respon imun terhadap patogen.
Ada tiga hormon yaitu: asam salisilat, asam jasmonat, dan etilen. Produksi hormon pertahanan meningkat ketika sistem kekebalan tubuh tanaman mendeteksi pathogen (bakteri penyebab penyakit), dan mereka selalu hadir pada tingkatan tertentu. Karena tiga sistem hormone sebagian dapat mengimbangi satu sama lain ketika terjadi malfungsi di salah satu sistem, sehingga sulit untuk memancing keluar fungsi yang tepat dari masing-masing hormon.
Para peneliti membuat percobaan untuk menganalisis komunitas mikroba pada tanaman yang kehilangan kombinasi yang berbeda dari ketiga hormon tersebut. Tanaman yang kehilangan ketiga hormon itu gagal bertahan hidup di tanah liar, namun mereka tetap dapat hidup dengan hanya kehilangan satu atau dua hormon. (Osc/Yant)
ETIndonesia- Data yang disampaikan oleh Satgas Penanganan COVID-19 per 22 Juli 2021 melaporkan penambahan 49.509 kasus terkonfirmasi COVID-19.
Laporan ini mencatatkan total secara kumulatif di Indonesia tembus 3.033.339 kasus.
Adapun angka kesembuhan harian sebanyak 36.370 orang, sehingga secara kumulatif berjumlah 2.392.923 orang.
Rincian harian penambahan kasus terkonfirmasi positif antara lain Jawa Barat 10.499 kasus dan kumulatifnya 547.255 kasus, diikuti DKI Jakarta menambahkan 7.058 kasus dan kumulatifnya 770.487 kasus.
Adapun Jawa Timur 6.625 kasus dan kumulatifnya 259.729 kasus, Jawa Tengah 5.371 kasus dan kumulatifnya 338.852 kasus serta Banten 3.333 kasus dan kumulatifnya 97.985 kasus. (asr)
ETIndonesia – Data yang disampaikan oleh Satgas Penanganan COVID-19 per 22 Juli 2021 menunjukkan dalam sehari sebanyak 1.449 Kasus kematian. Total kematian secara keseluruhan di Indonesia 79.032 kasus.
Rinciannya 5 provinsi dengan angka kematian tertinggi di Jawa Tengah berjumlah 402 kasus dan kumulatifnya 15.766 orang. Adapun Jawa Timur 270 kasus dan kumulatifnya 17.135 kasus, DKI Jakarta 194 kasus dan kumulatifnya 10.974 kasus, Jawa Barat 141 kasus dan kumulatifnya 7.752 kasus dan DI Yogyakarta 88 kasus dan kumulatifnya 2.683 kasus.
Sedangkan jumlah kumulatif spesimen mencapai 24.114.054 spesimen. Terdiri dari spesimen positif (kumulatif) sebanyak 5.778.060 spesimen dan spesimen negatif (kumulatif) sebanyak 16.651.724 spesimen.
Positivity rate spesimen (NAA dan Antigen) harian di angka 35,05% dan positivity rate spesimen mingguan (11 – 17 Juli 2021) di angka 38,92%. Sementara spesimen invalid dan inkonklusiv (per hari) berjumlah 431 spesimen.
Jumlah orang yang diperiksa per 22 Juli ada 228.702 orang dan kumulatifnya 16.381.056 orang. Lalu pada hasil terkonfirmasi negatif jumlah kumulatifnya meningkat menjadi 13.347.717 orang termasuk tambahan hari ini sebanyak 179.193 orang. (asr)
Banyak pasien yang sembuh dari terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19) masih menghadapi gejala sisa jangka panjang. Sebuah tim penelitian di Jerman menemukan bahwa sel darah pasien yang terinfeksi, termasuk sel darah merah dan sel darah putih telah mengalami perubahan baik ukuran maupun kelenturan jangka panjang. Hal tersebut yang kemudian dicurigai sebagai penyebab dari timbulnya gejala sisa
Takipnea, kelelahan dan sakit kepala adalah gejala sisa dari banyak pasien yang sembuh dari terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19), dan gejala ini dapat berlangsung selama beberapa bulan.
Untuk mempelajari kemungkinan penyebab gejala sisa, tim ilmuwan Jerman Institut Max-Planck melakukan studi banding melalui 4 juta lebih sel darah milik 55 orang dari pasien yang terinfeksi parah, pasien sembuh, dan orang sehat. Mereka menemukan bahwa meskipun pasien yang terpapar COVID-19 sudah sembuh, tetapi sel darah merah, putih mereka telah mengalami perubahan yang signifikan dan berjangka panjang.
Kepala institut tersebut Jochen Guck mengatakan : “Sifat fisik sel tentu saja terkait dengan kemampuannya untuk bersirkulasi di dalam tubuh, dan salah satu gejala yang muncul pada gejala sisa penyakit COVID-19 adalah terjadi kelelahan pada pasiennya. Ini mungkin terkait erat dengan sel-sel darah tidak dapat berfungsi secara normal, karena tidak dapat lagi bersirkulasi dengan lancar ke dalam paru-paru atau organ lainnya”.
Sel darah merah normal sangat lunak dan memiliki bentuk cakram cekung ganda dengan deformabilitas jangka panjang, sehingga dapat membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh penjuru tubuh melalui kapiler.
Namun demikian, sebagian besar sel darah merah pasien yang terinfeksi berubah menjadi bentuk bulat dan tidak lagi memiliki deformabilitas yang diperlukan. Hal ini mungkin yang menjadi penyebab penyumbatan sirkulasi darah pasien, trombosis, dan penyumbatan pembuluh darah.
Untuk kepentingan penelitian ini, tim juga telah mengembangkan metode analisis baru yang disebut “Teknologi Sel Deformasi Waktu Nyata” (real-time deformability cytometry. RT-DC) yang memungkinkan sel darah diangkut dengan cepat dalam tabung sempit, meregangkan sel darah putih dan sel darah merah dalam prosesnya, dan merekamnya dengan kamera berkecepatan tinggi. Kemudian menggunakan perangkat lunak untuk menentukan jenis sel dan ukuran serta tingkat deformasinya.
Ilmuwan Martin Kraeter mengatakan : “Metode baru inilah yang memungkinkan kita untuk merekam hingga seribu sel per detik dan mengukur sifat mekaniknya. Dibandingkan dengan teknologi sebelumnya yang mengukur 100 sel per jam, metode ini 36.000 kali lebih cepat”.
Tim penelitian percaya bahwa teknologi baru ini dapat digunakan dalam diagnosis epidemi, yang melanda atau sebagai sistem peringatan dini untuk virus yang belum dikenal. Penemuan baru perubahan sel darah dapat digunakan sebagai target terapi baru, seperti pengembangan obat untuk menyesuaikan ukuran dan kekerasan sel agar peredaran darah lebih lancar. (hui)
Kemanjuran vaksin COVID-19 yang diproduksi di Tiongkok dipertanyakan. Banyak orang-orang di sejumlah negara yang menerima dua dosis lengkap vaksin Tiongkok, tetapi masih banyak kasus kematian. Media asing menunjukkan bahwa efektivitas vaksin Tiongkok tidak tinggi. Sedangkan efektivitas terhadap varian virus Delta semakin berkurang. Banyak ahli mengingatkan bahwa vaksin dari negara lain harus digunakan sebagai booster sesegera mungkin.
Efikasi vaksin buatan Tiongkok dipertanyakan oleh pakar luar negeri. Dr. Amesh Adalja, peneliti senior di Pusat Keamanan Kesehatan Universitas Johns Hopkins, mengatakan kepada VOA: “Apa yang kami lihat adalah bahwa vaksin Tiongkok tampaknya tidak efektif seperti vaksin yang diproduksi oleh Modena, Pfizer, Johnson & Johnson, dan AstraZeneca..”
Sebelum munculnya varian Delta, vaksin Sinopharm dan Sinovac yang diproduksi dari virus tidak aktif, jauh lebih tidak efektif daripada vaksin yang saat ini dikembangkan di negara-negara Barat.
Sebuah penelitian di Brasil menemukan bahwa efikasi vaksin Sinovac untuk mencegah infeksi virus serendah 50,4%. Angka ini mendekati ambang batas minimum 50% yang diakui oleh para ahli kesehatan masyarakat, hampir tidak dapat dianggap sebagai vaksin yang efektif. Sebaliknya, tingkat efikasi vaksin Pfizer adalah sekitar 97%. Ketika menghadapi virus mutan, efikasi vaksin Tiongkok bahkan lebih mencurigakan.
Dr Adalja menambahkan, Walaupun vaksin Tiongkok telah disetujui oleh WHO, pihaknya belum melihat data lengkap vaksin Tiongkok. Mereka belum mempublikasikan data fase ketiga dalam jurnal peer-review. Akan tetapi, pihaknya juga belum bisa menemukan melalui beberapa data informal bahwa vaksin Tiongkok tidak efektif, yang mungkin mendorong mereka untuk memberikan suntikan booster.”
Jin Dongyan, seorang profesor Fakultas Biomedis di Fakultas Kedokteran Li Ka-shing Universitas Hong Kong dan seorang ahli virologi, mengatakan kepada VOA, bahwa efikasi vaksin Tiongkok terhadap varian virus mungkin turun di bawah 50%. Angka itu adalah “sangat mendesak” untuk ditindaklanjuti dengan suntikan booster.
Jin Dongyan lebih lanjut mengatakan: “Titer antibodi penetral yang diproduksi oleh vaksin domestik Tiongkok lebih rendah daripada vaksin Pfizer dan Modena … sekitar 10 hingga 20 kali lebih rendah.”
Dia bahkan menambahkan, beberapa vaksinator Tiongkok, “tidak ada antibodi sama sekali.” Masalah ini lebih sering terjadi pada orangtua, dan vaksin Sinopharm tampaknya lebih serius daripada vaksin Sinovac. Selain itu, masih belum diketahui berapa lama vaksin Tiongkok akan bertahan.
Pada akhir Juni, “New York Times” melaporkan bahwa meskipun 50% hingga 70% dari populasi Seychelles, Chili, Bahrain, Mongolia dan negara-negara lain yang terutama bergantung pada vaksin Tiongkok telah menyelesaikan dua dosis vaksinasi, mereka termasuk di antara teratas di dunia, tetapi mereka juga termasuk dalam 10 negara dengan wabah terburuk.
Baru-baru ini, petugas kesehatan di Indonesia dan Thailand telah divaksinasi dengan dua dosis vaksin Tiongkok. Akan tetapi, masih dilaporkan terjadinya kasus kematian yang dikonfirmasi. Kedua negara sedang mempertimbangkan untuk memberikan dosis ketiga vaksin merek lain kepada petugas kesehatan. Hongaria, yang paling awal dan paling bergantung pada vaksin Tiongkok di Uni Eropa, juga bersiap untuk pemberian dosis ketiga.
Jin Dongyan mengkritik bahwa meskipun vaksin mRNA yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech terbukti lebih efektif melawan COVID-19, otoritas Tiongkok belum menyelesaikan persetujuan produk “Comirnaty” untuk waktu yang lama.
Jin Dongyan mengkritiknya, sebagai penundaan prosedur administrasi untuk melindungi pangsa pasar vaksin Tiongkok.
Jin Dongyan menegaskan: “Seharusnya sudah disetujui sejak lama. Model palsu seperti itu hanya menunda waktu. Ini sebenarnya tidak ada artinya. Vaksin Comirnaty telah disetujui di mana-mana di dunia, dan itu pasti lebih baik daripada semua vaksin yang ada di Tiongkok. .. Efikasi akan lebih efektif. Itu hanya bermain-main dengan prosedur administrasi. Mereka takut berdampak pada vaksin dalam negeri.” (hui)
Laporan Fox News dan banyak laporan media AS lainnya menyebutkan Catt Sandler, seorang mantan Host media entertainment E! di Amerika Serikat, memposting foto berbaring di tempat tidur di IG pada 14 Juli.
Ia memberitahukan kepada penggemarnya: “Saya menyelesaikan vaksinasi, tetapi saya masih mendapatkan terinfeksi. Saya katakan kepada kalian bahwa epidemi ini masih belum berakhir .”
Sandler mengatakan bahwa virus Delta yang kejam sangat menular. Karena dia harus merawat seorang yang dia kira hanya menderita flu, sehingga memang dia memiliki kontak dekat dengan virus itu. “Tapi saya memakai masker dan sudah menyelesaikan 2 dosis vaksin. Saya berpikir saya akan baik-baik saja.”
Sandler menggambarkan kondisinya bahwa dia masih terinfeksi setelah divaksinasi 2 dosis vaksin. Pada hari di memposting, dia mengalami demam selama 2 hari.
Pada saat yang sama, kepalanya sangat sakit, di matanya seperti keluar cairan yang aneh, dan tubuhnya sangat lelah, dia bahkan tidak memiliki kekuatan untuk bangun dari tempat tidur.
Dia mengingatkan mereka yang telah divaksinasi lengkap: “Tolong jangan melonggarkan kewaspadaan Anda dan memakai masker di dalam ruangan atau di tempat umum.”
Ia juga menulis : “Saya bukan ahli medis, tetapi saya harus memberitahu Anda bahwa divaksinasi tidak berarti mendapatkan kekebalan penuh.” Sandler mengatakan bahwa vaksin dapat mengurangi tingkat keparahan dan kematian, tetapi masih mungkin terjadi infeksi, jadi kita harus terus melindungi diri kita sendiri. (hui)
Kota Zhengzhou, Provinsi Henan, Tiongkok dilanda badai hujan lebat hingga banjir terjadi di mana-mana. Namun demikian, tindakan peringatan dini setempat tidak dilakukan. Ketika itu beberapa stasiun kereta bawah tanah masih buka. Akibatnya, jalur kereta bawah tanah berubah menjadi sungai, dan banyak orang terjebak di terowongan stasiun kereta bawah tanah atau bahkan tenggelam
Pada 20 Juli, berita resmi Weibo Zhengzhou menyatakan bahwa sekitar pukul 16.00 di hari yang sama, air masuk ke terowongan dari Stasiun Haitansi ke Stasiun Jalan Shakou di Jalur 5 Metro Zhengzhou,hingga membuat kereta terhenti.
Menurut berita, sejumlah besar penumpang berdiri di trotoar terowongan setelah turun dari kereta.
Video menunjukkan bahwa jalur kereta bawah tanah telah menjadi sungai. Banjir mengalir cepat ke depan, dan air mengalir deras. Orang-orang hanya bisa berdiri di trotoar dengan hati-hati dan bergerak maju perlahan.
Seorang wanita berbaju biru tua memeluk seorang bayi dan berjalan maju bersama semua orang, sementara bayi itu menyaksikan banjir. Warga yang mendokumentasikan kejadian itu berkata: “Apakah ini terlihat seperti sedang syuting film horor?”
Video lain juga menunjukkan sejumlah besar orang-orang berdiri di trotoar di kedua sisi terowongan di stasiun kereta bawah tanah. Sejumlah orang mulai was-was dan mereka meminta bantuan: “Masih ada ratusan orang di kereta menunggu penyelamatan darurat.”
Dalam video itu, terlihat banjir besar di rel kereta api, dan orang-orang di kedua sisi jalan berdiri bersebelahan, memandangi “aliran sungai”. (hui)
Beberapa hari terakhir, banyak tempat di Henan, Tiongkok dilanda hujan deras. Kota Zhengzhou mengalami hujan lebat yang jarang terjadi pada 20 Juli 2021. Curah hujan melebihi catatan historis dan beberapa sungai mencatatkan banjir yang memecahkan rekor.
Menurut akun Weibo resmi dari Stasiun Meteorologi Zhengzhou, dari pukul 20:00 pada 17 Juli hingga pukul 20:20 pada 20 Juli, curah hujan selama tiga hari mencapai 617.1 mm. Tingginya curah hujan dalam sehari melampaui catatan sejarah 60 tahun, sejak stasiun cuaca Zhengzhou didirikan pada tahun 1951. Postingan tersebut menyatakan bahwa curah hujan tahunan rata-rata di Zhengzhou adalah 640.8mm, setara dengan curah hujan setahun sebelumnya dalam tiga hari.
Pemerintah Kota Zhengzhou menyatakan bahwa, Zhengzhou mengalami hujan deras yang “tidak pernah terjadi dalam seratus tahun.” Akun Weibo resmi Biro Meteorologi Henan juga menyatakan bahwa curah hujan di Provinsi Henan “menembus sejarah ekstrem.”
Menurut laporan media daratan Tiongkok, sejak 16 Juli, hujan deras terus menerus menyebabkan lebih dari 140.000 orang di Pingdingshan, Anyang, Jiaozuo, Sanmenxia, Nanyang, Xinyang, Zhoukou, Zhumadian dan kota-kota lain serta 17 kabupaten yang masih berada di yurisdiksi Jiyuan ikut terdampak. Sebanyak 10.152 orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka.
Dari pukul 07:00 pada 19 Juli hingga 07: 24 pada 20 Juli, hujan lebat dan badai lebat terjadi di sebagian besar Provinsi Henan. Sedangkan badai hujan terjadi di Zhengzhou barat, Kabupaten Pingdingshan Lushan, Luoyang tenggara dan tempat lainnya di 61 stasiun dengan curah hujan 250 mm. Sedangkan curah hujan tertinggi di Kabupaten Lushan mencapai 400,8 mm. Sebanyak 17 waduk besar dan sedang melebihi ambang batas banjir.
Saat ini, ketinggian air sungai dan waduk lokal di Henan telah melonjak. Ketinggian air setidaknya 17 waduk besar dan menengah telah melampaui batas banjir. Adapun ketinggian air di banyak sungai telah melampaui ambang peringatan banjir. Banjir parah terjadi di banyak kota besar dan kecil, termasuk ibu kota provinsi Zhengzhou. Kota ini mengalami genangan air yang parah, jalanan terendam banjir, angkutan umum dihentikan. Sedangkan angkutan kereta api dan penerbangan sipil tertunda.
Sebuah video yang diunggah oleh netizen Tiongkok di media sosial menunjukkan bahwa sebuah jembatan di Zhengzhou hancur dilanda banjir. Jalanan di kota menjadi sungai, sejumlah besar mobil telah terjebak banjir. Selain itu, banyak mobil telah hanyut. Beberapa mobil tertumpuk dan sisi jalanan runtuh yang menghantam kendaraan di dekatnya. Pabrik Aluminium Dengfeng Power Group Co Ltd meledak akibat diterjang banjir.
Selain itu, lokasi Warisan Dunia UNESCO “Longmen Grottoes” juga terdampak akibat banjir yang parah. Aliran deras juga muncul di depan Kuil Songshan Shaolin. Menjadi pemandangan yang mengejutkan.
Shi, seorang warga Zhengzhou, mengatakan kepada “Interface News” media Daratan Tiongkok bahwa pada malam 20 Juli tentang pengalamannya yang mendebarkan saat menghadapi hujan lebat ketika dia berpergian pada hari itu.
Shi mengatakan bahwa, ketika dirinya hendak pulang dia terhalang oleh aliran air di persimpangan jalan yang lebarnya kurang dari 20 meter. Dikarenakan arusnya sangat deras sehingga tak bisa melewatinya. Pada saat itu, dia melihat ada beberapa orang yang nekad menyeberang jalan, dia melihat dengan matanya sendiri bahwa dua wanita tersebut hanyut diterjang banjir.
Dia berkata: “Kemudian setelah saya menyeberang jalan dan bertanya kepada orang-orang di sebelah saya. Mereka mengatakan bahwa wanita itu hanyut jauh ke hilir dan kemudian diselamatkan orang.”
Pada 20 Juli, kereta bawah tanah Zhengzhou juga dilanda banjir. Sebuah video pendek yang diposting oleh netizen Tiongkok menunjukkan bahwa seluruh jalur kereta bawah tanah telah berubah menjadi sungai yang bergejolak. Penumpang yang menggendong anak-anak mereka berjalan melalui jalan untuk menyelamatkan diri. Banyak juga penumpang yang belum sempat meloloskan diri, terjebak di gerbong kereta bawah tanah, dan ketinggian air mencapai dada orang dewasa.
Seorang netizen mengirim pesan teks yang mengatakan, “Di Zhengzhou, ratusan orang terjebak di terowongan Jalur 5 (Kuil Bansi-Stasiun Jalan Shakoulu). Air di dalam kereta mencapai dada! Saya tidak dapat berbicara lagi, jadi saya minta bantuan dari luar.”
Video pendek lain yang beredar di Internet menunjukkan, banyak orang-orang berjuang dan jatuh bangun akibat banjir. Sebuah pemandangan yang mengejutkan.
Tidak hanya Zhengzhou, Kota Luoyang dan Kota Dengfeng di Provinsi Henan juga dilanda banjir karena hujan lebat. Toko-toko di kedua sisi jalan dan rumah warga di lantai satu terendam banjir. Akibatnya beberapa jalan serta jembatan hanyut.
Menurut ramalan cuaca dari Administrasi Meteorologi Tiongkok, dari 20-21 Juli, masih akan ada hujan lebat di utara Sungai Kuning di Provinsi Henan dan Zhengzhou, Luoyang, Kaifeng, Pingdingshan dan tempat lainnya. (Hui)
Wabah di Thailand akibat varian Alpha dan Delta semakin parah sejak merebak pada April lalu. Pada Sabtu (17/7), terdapat 10,082 kasus baru yang dikonfirmasi dari penyakit virus Komunis Tiongkok (COVID-19), 141 kasus kematian, dan jumlah kasus yang dikonfirmasi dan kematian mencapai titik tertinggi baru. Total 391.989 orang, di mana 3.240 orang di antaranya telah meninggal dunia.
Jumlah diagnosis yang dikonfirmasi dalam sehari terus mencapai titik tertinggi terbaru, yang membawa tekanan ke rumah sakit. Lambatnya kemajuan dalam pengadaan vaksin oleh pemerintah menyebabkan peningkatan jumlah kematian. Hal ini menuai kritik dari semua pihak. Sedangkan pembatasan yang semakin ketat diberlakukan menimbulkan dampak serius bagi masyarakat.
Misalnya pada 18 Juli, para demonstran mengabaikan larangan berkumpul lebih dari lima orang. Massa menumpuk kantong mayat yang dicat dengan cat merah di dekat persimpangan Monumen Demokrasi di Bangkok. Kemudian bergerak ke Gedung Pemerintah untuk memprotes.
Seorang penyelenggara protes berteriak: “Bahkan jika kita tinggal di rumah, kita masih akan mati karena COVID-19. Itu sebabnya kami harus keluar!”
Dia mengajukan tiga tuntutan utama, termasuk Prayut Chan-O-Cha mengundurkan diri tanpa syarat; potong anggaran kerajaan dan militer dan berinvestasi dalam perang melawan epidemi, dan memperkenalkan vaksin mRNA .
Infeksi di klub malam elite
Central News Agency melaporkan bahwa gelombang epidemi di Thailand sedang mengamuk. Secara umum diyakini bahwa titik wabah gelombang ini adalah infeksi klaster dari klub malam kelas atas yang terkenal di Bangkok.
Klub malam ini terkenal dengan klub yang ramai dan merupakan tempat di mana banyak selebriti suka pergi untuk bersantai. Tepatnya sebelum epidemi mereda. Merebaknya infeksi di klub malam itu, menyebabkan banyaknya ketidakpuasan dari golongan atas di Thailand.
Karena virus Komunis Tiongkok yang bermutasi ganda mengamuk, perkembangan epidemi menjadi semakin parah. Bahkan jika pemerintah menerapkan berbagai lockdown, jumlah kasus yang dikonfirmasi masih meningkat pesat, terutama di wilayah Bangkok dan sekitarnya. Jumlah tempat tidur rumah sakit tidak mencukupi. Ada berita kematian di rumah atau bahkan bunuh diri. Selain itu, kuil penuh dengan mayat-mayat karena krematorium tidak dapat menanganinya.
“Thailand is the land of Compromise” “Thailand is the land of Compromise” “Thailand is the land of Compromise” “Thailand is the land of Compromise” “Thailand is the land of Compromise” “Thailand is the land of Compromise” #ม็อบ18กรกฎา
Di sisi lain, berita di media sosial melaporkan rakyat yang mengantre di malam hari atau bahkan terjebak hujan hanya untuk mendapatkan cek antigen gratis yang terbatas, membuat orang-orang mempertanyakan kemampuan pemerintah dalam menanggapi epidemi.
Keraguan tentang kemanjuran vaksin Buatan Tiongkok
Rencana pengiriman vaksin berikutnya tampaknya tidak semulus yang diharapkan pemerintah. Meskipun Siam Bioscience Thailand menandatangani kontrak dengan perusahaan Inggris AstraZenaca untuk memberi wewenang kepada Siam Bioscience untuk memproduksi vaksin AZ di Thailand, akan tetapi kecepatan pengiriman vaksin AZ tidak seperti yang diharapkan. Thailand bahkan terus membeli vaksin Sinovac buatan Tiongkok.
Namun demikian, orang-orang Thailand meragukan efektivitas vaksin buatan Tiongkok itu, hingga berita yang melaporkan tentang staf medis garis depan yang telah divaksinasi 2 dosis vaksin Sinovac, tetapi tetap terdiagnosis positif COVID-19.
Dalam perhitungan pemerintah Thailand pada pertengahan Juli bahwa 677.348 staf medis telah menyelesaikan 2 dosis. Di antara mereka, 618 orang terinfeksi virus Komunis Tiongkok. Salah seorang perawat meninggal dunia dan satu dalam kondisi kritis. Pemerintah Thailand segera mengumumkan, bahwa mereka akan memberikan staf medis dosis ketiga vaksin untuk memperkuat mereka.
Karena jumlah kasus baru per hari semakin tinggi, pemerintah Thailand meluncurkan proyek Kotak Pasir Phuket atau Phuket Sandbox pada 1 Juli untuk menyelamatkan ekonomi. Namun demikian, jumlah kasus yang dikonfirmasi mencapai titik tertinggi terbaru dalam sehari pada hari itu. Ada 5.000 kasus baru dalam sehari, dan jumlah kematian terus meningkat. Sebuah foto yang menjadi viral di media sosial saat pejabat makan di pantai di Phuket, menimbulkan ketidakpuasan bagi rakyat Thailand.
Thailand meluncurkan rencana vaksinasi skala besar nasional pada 7 Juni lalu. Namun, banyak rumah sakit di Bangkok harus menunda jadwal vaksinasi karena vaksin yang tidak mencukupi, yang menyebabkan meluasnya keluhan warga. Perdana Menteri Thailand meminta maaf atas hal ini pada 15 Juni. Ia menyatakan bersedia bertanggung jawab atas insiden ini.
Prayut terus berkuasa setelah pemilu 2019, tetapi politikus oposisi terus menderita. Pada pertengahan 2020, terinspirasi oleh rakyat Hong Kong, orang-orang yang tidak puas dengan pemerintah meluncurkan gerakan demokrasi.
Setahun lalu, ribuan orang berkumpul di depan Monumen Demokrasi, menuntut agar Prayut mengundurkan diri, mengamandemen konstitusi, dan mereformasi monarki Thailand yang sudah lama tak tergoyahkan.
Ledakan Covid-19 yang dengan cepat melemahkan ekonomi Thailand, respons pemerintah yang tidak tepat selama pandemi juga menjadi sorotan utama dari masyarakat. (Hui)
Baru-baru ini, ada seruan terus-menerus untuk melacak sumber virus Komunis Tiongkok yang diduga berasal dari kebocoran laboratorium. Berbagai pihak menunjukkan bahwa otoritas Komunis Tiongkok perlu bekerja sama dalam penyelidikan.
Soal dugaan teori kebocoran lab, menurut analisis para ahli nuklir, ada kemungkinan besar penggunaan senjata biologi dan kimia oleh Komunis Tiongkok yang menyebabkan virus bocor. Dikarenakan racun militer diserahkan kepada orang-orang yang tidak cukup levelnya sebagai direktur, siapa yang melakukan kerja keras?
Analisis menunjukkan bahwa keluarga mantan pemimpin partai Komunis Tiongkok, Jiang Zemin terlibat. Sebelum ini, Institut Angkatan Bersenjata terungkap menjadi lokasi penting untuk senjata biokimia militer.
Sumber Epidemi Langsung Menunjuk ke Wuhan dan Beijing di Bawah Tekanan?
Wabah virus Komunis Tiongkok yang terjadi di Wuhan, Tiongkok pada akhir tahun 2019 telah menyebabkan lebih dari 3,9 juta kematian di seluruh dunia per 24 Juni. Pada saat yang sama, diskusi bahwa sumber virus Komunis Tiongkok mungkin berasal dari kebocoran laboratorium terus memanas.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Komunis Tiongkok, Zhao Lijian, membantahnya dengan marah, mengklaim itu adalah “teori konspirasi.”
Namun demikian, tekanan pada komunitas internasional untuk menyelidiki kebocoran di laboratorium Wuhan telah meningkat.
The Voice of America melaporkan pada 24 Juni bahwa Chunhuei Chi, direktur Pusat Kesehatan Global di Oregon State University, menganalisis bahwa ada banyak dan alasan rumit mengapa dunia menuntut Komunis Tiongkok.
Dia berkata: “Pertama-tama, WHO memperoleh penyelidikan (laporan), dan gagal melihat informasi yang memadai. WHO tidak mendapatkan kerja sama yang memadai ketika pergi ke Tiongkok untuk penyelidikan. Jadi meskipun Tiongkok (Komunis Tiongkok) mengklaim bahwa penyelidikan telah selesai, Tapi sejauh menyangkut WHO dan sebagian besar negara, survei ini belum selesai.”
Yang Jianli, pendiri organisasi hak asasi manusia “Citizen Force”, mengatakan bahwa selama sumber investigasi disebutkan, Komunis Tiongkok akan tersinggung. Dia mengatakan: “Bagaimana Australia menyinggung Komunis Tiongkok? Itu karena Australia adalah negara pertama di Barat yang mengedepankan “sumber investigasi”. Jadi semua pertunjukan ini telah menunjukkan kepada masyarakat internasional bahwa pemerintah Tiongkok, tidak hanya menutupi epidemi di tempat pertama, tapi menyesatkan komunitas internasional. Bahkan, membuat berbagai hambatan dalam menyelidiki asal muasal virus itu.
Sebelumnya pada 21 Juni, Gedung Putih menyatakan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya akan “bekerja sama” untuk “memberikan tekanan yang diperlukan pada Tiongkok, tak lain untuk menyelidiki asal usul pneumonia Wuhan, Gedung Putih mendesak Komunis Tiongkok untuk memberikan “data secara transparan” dan hak akses.
Pada 13 Juni, pernyataan bersama yang dikeluarkan setelah upacara penutupan KTT Kelompok G7 menunjukkan bahwa, Kelompok G7 dengan suara bulat mendukung Amerika Serikat dalam mempromosikan babak baru penelusuran sumber epidemi, mendesak Beijing untuk bekerja sama dengan penyelidikan menyeluruh dan memberikan peneliti “akses penuh.” Dirjen WHO Tedros Adhanom juga setuju.
Sebelum 26 Mei, Presiden Biden memerintahkan badan intelijen AS untuk menyelidiki sumber virus dan melaporkan kepadanya dalam waktu 90 hari.
Pada tanggal 13 Mei, sebuah tim internasional yang terdiri dari 18 ahli biologi, imunologi, dan ilmuwan lain mengeluarkan pernyataan di majalah AS “Science” yang menyerukan: “Sebelum memperoleh data yang memadai, kita harus menganggap serius dua masalah yang berkaitan dengan kebocoran alam dan laboratorium termasuk dari hipotesis”.
Pakar nuklir: kemungkinan senjata biologi dan kimia membocorkan virus sangat tinggi
Fei Liangyong seorang ahli energi nuklir yang kini tinggal di Jerman, mencurigai bahwa sumber virus Komunis Tiongkok terkait dengan penelitian senjata biologi dan kimia. Ia percaya bahwa putra mantan pemimpin Komunis Tiongkok Jiang Zemin berperan dalam hal ini.
Sound of hope melaporkan pada 22 Juni bahwa Fei Liangyong menyatakan, bahwa dirinya menganggap kejadian itu sangat aneh sejak awal. Dia menduga ada kemungkinan besar virus itu bocor dari laboratorium. Bahkan mungkin terkait dengan penelitian senjata biologi dan kimia. Jika bukan kebocoran dari laboratorium berasal dari alam, seharusnya segera melacak sumbernya !
Sosok insinyur analisis keselamatan reaktor nuklir, yang lulus dari Universitas Tsinghua itu juga bertanya-tanya tentang mengapa Komunis Tiongkok sejak awal telah menyembunyikan kebenaran dan menuntut agar bukti dihancurkan? Bahkan, menghancurkan rantai penyakit, dan informasi yang relevan harus dihancurkan. Oleh karena itu, ia curiga langkah ini adalah satu penyembunyian dan menghancurkan bukti.”
Fei Liangyong menganalisis dari perspektif peneliti ilmiah dan membuat penelitian dan penilaian multi-level, kemungkinan pengembangan senjata biologis dan kimia di laboratorium Virologi Wuhan. Dia menilai, Ilmuwan Institut Virologi Wuhan yakni Shi Zhengli, melakukan penelitian dan penelitian lintas spesies, menginfeksi orang dengan virus yang tidak dapat ditularkan ke manusia. Apakah penelitian semacam ini berharga? Ini setara dengan memproduksi dan membuat satu kotak Pandora?”
Di sisi lain, Fei Liangyong mempertanyakan bahwa, setelah penyebaran virus Komunis Tiongkok, Rumah Sakit Pusat Wuhan melakukan segala kemungkinan untuk menekan staf medis. Lebih parah lagi, pada tahap awal mengklaim bahwa penyakit tidak menular, melarang para ahli penyakit menular memakai masker, dan mengklaim mencegah kepanikan sosial? Langkah ini tidak normal dalam tanggung jawab manusia, oleh karena itu seharusnya berasal dari perintah atasan untuk mengendalikan pesan.
“Itu tidak boleh dibocorkan. Itu adalah rahasia negara. Itu pasti diperoleh dengan memperoleh informasi seperti itu, dan kemudian mengambil tindakan brutal untuk mengendalikan dan menekan berita itu,” ujar Fei Liangyong.
Komisi Kesehatan Wuhan mengeluarkan pemberitahuan yang meminta semua rumah sakit untuk memverifikasi informasi ini tentang virus Corona baru agar semuanya dihancurkan. Jadi pasti dari latar belakang militer. Fei Liangyong khawatir itu karena kebocoran penelitian senjata biologi dan kimia, jadi permintaan untuk menghilangkan bukti kriminal adalah untuk menutup-nutupinya.”
Senjata biokimia terlibat dalam Geng keluarga Jiang dari Komunis Tiongkok
Fei Liangyong menjelaskan bahwa laboratorium P4 Institut Virologi Wuhan, pasti tidak digunakan untuk rencana militer pada awalnya, itu pasti hasil penelitian virus lintas spesies Shi Zhengli pada tahun 2017, mungkin saja senior militer Komunis Tiongkok pejabat selanjutnya akan menggunakan virus untuk mengembangkan penelitian senjata biologi dan kimia.
“Orang-orang militer harus berpikir begitu. Ini memiliki nilai militer. Shi Zhengli mungkin mendapatkan lebih banyak dana penelitian sehingga dia memiliki cukup tenaga dan sumber daya material untuk melakukan eksperimen semacam ini. Latar belakangnya pasti demikian, tetapi saya dapat menyimpulkannya,” kata Fei Liangyong.
Pakar yang tinggal di Nuremberg itu, menganalisis bahwa teknologi militer Komunis Tiongkok jauh lebih rendah daripada Amerika Serikat dan Rusia, sehingga militer mungkin merasa bahwa senjata biologi dan kimia dapat menjadi poin yang kuat. Khususnya pada tahun 2019, militer Komunis Tiongkok menggelar latihan militer untuk mengalihkan pengamatan soal pneumonia Wuhan. Ia menduga, pengaturan internal ini telah lama diatur, sehingga sangat mungkin untuk terlibat dalam penelitian senjata biologi dan kimia.
Fei Liangyong percaya bahwa faktor yang sangat penting dalam masalah kebocoran virus dari laboratorium Virologi adalah bahwa “manajemen administratif tidak cukup ketat.”
Dia menganalisis lebih lanjut bahwa Shu Hongbing, suami Wang Yanyi, direktur Institut Toksikologi Militer, adalah bawahan putra Jiang Zemin, Jiang Mianheng. Dia menjadi wakil presiden Universitas Wuhan dan akademisi Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok karena pengaruhnya. Sedangkan Wang Yanyi menjadi sutradara karena hubungan ini.
Fei Liangyong menekankan bahwa, jika seseorang tanpa bukan Ahli menjadi direktur, siapa lagi yang akan melakukan pekerjaan dengan serius?
Mengungkap Wang Yanyi, Shu Hongbing menikah 4 kali
Fei Liangyong harus mengomentari mengapa dia mengkritik Wang Yanyi, direktur Institut Penelitian virologi Militer, sebagai tidak kompeten. Perlu untuk melacak sejarah keluarga Wang Yanyi dan suaminya Shu Hongbing.
Dilaporkan bahwa Wang Yanyi adalah seorang mahasiswa penerimaan khusus.Pada tahun 2000, ia menurunkan nilai ujiannya dan masuk Universitas Peking atas nama keahlian artistiknya. Netizen lain menyampaikan berita: “Dia adalah seorang mahasiswa seni dan belajar cello.”
Informasi publik menunjukkan bahwa dari tahun 2000 hingga 2004, Wang Yanyi belajar untuk gelar sarjana di School of Life Sciences di Universitas Peking; Shu Hongbing adalah profesor terkemuka di sekolah itu pada waktu itu.
Menurut laporan, Wang Yanyi lahir pada tahun 1981 dan menikah dengan Shu Hongbing, yang 14 tahun lebih tua darinya, segera setelah dia lulus dari universitas.Keduanya menjalin hubungan guru-murid. Ada keterbukaan informasi di Internet, sejauh ini Shu telah menikah sebanyak 4 kali.
Pada tahun 2005, Universitas Wuhan merekrut secara terbuka di dalam dan luar negeri, dan Shu Hongbing berpartisipasi dalam kompetisi untuk menjadi dekan School of Life Sciences.
Segera setelah itu, Shu Hongbing mengerahkan istrinya Wang Yanyi, yang merupakan mahasiswa PhD di Amerika Serikat, untuk pulang lebih awal.
Pada tahun 2006, Wang Yanyi kembali dari belajar di luar negeri dan pergi ke School of Life Sciences Universitas Wuhan untuk gelar Ph.D.
Pada November 2010, Wang Yanyi, yang baru saja menerima gelar PhD selama 5 bulan, menjadi associate professor di School of Life Sciences of Wuhan University. Pada saat ini, dekan rumah sakit adalah Shu Hongbing.
Pendaftaran khusus adalah direktur Institut virologi. Suaminya adalah bawahan Jiang Mianheng .
Pada tahun 2012, Wang Yanyi menjabat sebagai kepala kelompok imunologi molekuler dan kelompok peneliti/disiplin dari Institut Virologi Wuhan, Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok.
Saat ini, Shu Hongbing adalah seorang akademisi dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok.
Pada November 2014, Wang Yanyi dinobatkan sebagai pemudi berprestasi Komunis Tiongkok (dinilai sebagai pemudi berprestasi selama 4 tahun setelah gelar doktornya). Kini, Shu Hongbing adalah wakil presiden Universitas Wuhan dan anggota National Komite Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok.
Pada Desember 2018, Wang Yanyi dipromosikan menjadi direktur Institut Virologi Wuhan, dan direkrut sebagai anggota Komite Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok ke-13 di Komite Kota Wuhan. Dia baru berusia 37 tahun. Saat ini, Shu Hongbing adalah anggota Komite Tetap Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok (deputi tingkat menteri).
Setelah itu, status Wang Yanyi menyebabkan badai opini publik, dilaporkan bahwa Rao Yi, mantan dekan ilmu kehidupan di Universitas Peking, mengirim surat kepada Shu Hongbing, menyarankan agar istrinya Wang Yanyi mengundurkan diri. Rao Yi mengatakan dalam surat itu bahwa Wang Yanyi tidak cocok untuk memimpin Institut Virus Wuhan karena tiga alasan: profesionalisme yang tidak konsisten, tingkat yang buruk, dan senioritas yang rendah.
Institut virologi dituduh sebagai situs penting senjata biokimia militer
Selain itu, pada 1 Februari 2020, situs web opinion.cw.com.tw menerbitkan tulisan dengan nama pena “cwing” dengan judul “Perkelahian? Dilaporkan bahwa Wang Yanyi, direktur P4 Wuhan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, berada di posisi itu, dan suaminya Shu Hongbing adalah bawahan Jiang Mianheng .”
Postingan tersebut mengatakan bahwa junior Wang Yanyi berada di posisi teratas, dan suaminya Shu Hongbing, seorang akademisi dari Chinese Academy of Sciences, adalah Jiang Mianheng, dan Chinese Academy of Sciences adalah milik keluarga Jiang. Para pemimpin menyukai nama mereka sendiri dan terlihat mirip. Ketika Shu Hongbing dan Jiang Mianheng melihat foto-foto itu, mereka mengira mereka adalah saudara. Postingan tersebut disertai dengan foto Shu dan Jiang Mianheng.
Menurut laporan sebelumnya dari The Epoch Times, seseorang yang mengetahui masalah ini dari Institut Ilmu Biologi Shanghai dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, Mr. Q, mengkonfirmasi kepada “Yan Ming Times Review” bahwa setelah mantan pemimpin Komunis Tiongkok Jiang Zemin berkuasa pada 4 Juni 1989, putranya Jiang Mianheng memasuki sistem Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok dan bertanggung jawab atas Institut Teknologi Tinggi.
Ia kemudian memimpin reorganisasi Institut Ilmu Biologi Shanghai (Akademi Ilmu Biologi Shanghai), membangun Sistem Biotek Shanghai, mengendalikan pembentukan proyek penelitian besar di bidang biologi dan alokasi dana besar.
Shu Hongbing adalah anggota penting dari lingkaran kepentingan Sistem Pekerja Kesehatan Shanghai. Dia dimasukkan ke Universitas Wuhan oleh Jiang Mian Heng dan secara tidak langsung mengendalikan Institut Virologi Wuhan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, sebuah situs penting yang melibatkan biokimia senjata militer.
Selain itu, Mr Q, sumber yang mengetahui situasi politik Zhongnanhai, mengatakan bahwa Wang Yanyi, direktur Institut Penelitian Obat Wuhan, hanyalah boneka dan Jiang Mianheng mengendalikan posisinya melalui beberapa posisi penting dalam sistem Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok.
Mr Q itu juga mengungkapkan kepada “Yan Ming Times Review” bahwa militer Komunis Tiongkok dan sistem bioteknologi medis pusat dan lokal, tidak hanya terkait dengan pengembangan senjata biokimia Komunis Tiongkok. Akan tetapi, terkait erat dengan kehidupan dan kesehatan para pemimpin tertinggi Komunis Tiongkok. Setelah Jiang Zemin berkuasa, putranya Jiang Mianheng dan Geng Shanghai dengan tegas menguasai bidang ini.
Sejak Jiang Zemin melancarkan penganiayaan terhadap Falun Gong, sistem bioteknologi medis yang dikendalikan oleh keluarga Jiang dan Geng Shanghai terlibat dalam kegiatan kriminal seperti pengambilan organ hidup-hidup. (hui)