Penelitian Jerman Terhadap Sekuela Akibat COVID-19 — Sel Darah Mengalami Perubahan Jangka Panjang

NTD

Banyak pasien yang sembuh dari terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19) masih menghadapi gejala sisa jangka panjang. Sebuah tim penelitian di Jerman menemukan bahwa sel darah pasien yang terinfeksi, termasuk sel darah merah dan sel darah putih telah mengalami perubahan baik ukuran maupun kelenturan jangka panjang. Hal tersebut yang kemudian dicurigai sebagai penyebab dari timbulnya gejala sisa

Takipnea, kelelahan dan sakit kepala adalah gejala sisa dari banyak pasien yang sembuh dari terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19), dan gejala ini dapat berlangsung selama beberapa bulan.

Untuk mempelajari kemungkinan penyebab gejala sisa, tim ilmuwan Jerman Institut Max-Planck melakukan studi banding melalui 4 juta lebih sel darah milik 55 orang dari pasien yang terinfeksi parah, pasien sembuh, dan orang sehat.  Mereka menemukan bahwa meskipun pasien yang terpapar COVID-19 sudah sembuh, tetapi sel darah merah, putih mereka telah mengalami perubahan yang signifikan dan berjangka panjang.

Kepala institut tersebut Jochen Guck mengatakan : “Sifat fisik sel tentu saja terkait dengan kemampuannya untuk bersirkulasi di dalam tubuh, dan salah satu gejala yang muncul pada gejala sisa penyakit COVID-19 adalah terjadi kelelahan pada pasiennya. Ini mungkin terkait erat dengan sel-sel darah tidak dapat berfungsi secara normal, karena tidak dapat lagi bersirkulasi dengan lancar ke dalam paru-paru atau organ lainnya”.

Sel darah merah normal sangat lunak dan memiliki bentuk cakram cekung ganda dengan deformabilitas jangka panjang, sehingga dapat membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh penjuru tubuh melalui kapiler. 

Namun demikian, sebagian besar sel darah merah pasien yang terinfeksi berubah menjadi bentuk bulat dan tidak lagi memiliki deformabilitas yang diperlukan. Hal ini mungkin yang menjadi penyebab penyumbatan sirkulasi darah pasien, trombosis, dan penyumbatan pembuluh darah.

Untuk kepentingan penelitian ini, tim juga telah mengembangkan metode analisis baru yang disebut “Teknologi Sel Deformasi Waktu Nyata” (real-time deformability cytometry. RT-DC) yang memungkinkan sel darah diangkut dengan cepat dalam tabung sempit, meregangkan sel darah putih dan sel darah merah dalam prosesnya, dan merekamnya dengan kamera berkecepatan tinggi. Kemudian menggunakan perangkat lunak untuk menentukan jenis sel dan ukuran serta tingkat deformasinya.

Ilmuwan Martin Kraeter mengatakan : “Metode baru inilah yang memungkinkan kita untuk merekam hingga seribu sel per detik dan mengukur sifat mekaniknya. Dibandingkan dengan teknologi sebelumnya yang mengukur 100 sel per jam, metode ini 36.000 kali lebih cepat”.

Tim penelitian percaya bahwa teknologi baru ini dapat digunakan dalam diagnosis epidemi, yang melanda atau sebagai sistem peringatan dini untuk virus yang belum dikenal. Penemuan baru perubahan sel darah dapat digunakan sebagai target terapi baru, seperti pengembangan obat untuk menyesuaikan ukuran dan kekerasan sel agar peredaran darah lebih lancar. (hui)