Home Blog Page 1388

Apakah Wuhan Institute Virologi Sumber Virus ? Mengapa Biden Instruksikan 17 Institusi Bantu Investigasi Melalui Superkomputer Mereka?

oleh Li Yun

Pandemi yang disebabkan oleh virus komunis Tiongkok (COVID-19) telah menginfeksi lebih dari 170 juta orang di berbagai negara. Biden memerintahkan badan intelijen AS untuk melakukan penyelidikan terhadap asal usul penyebaran virus dan menyerahkan laporan penyelidikan dalam waktu 90 hari. Media Inggris telah mengungkapkan bahwa Biden meminta 17 laboratorium nasional yang berada di bawah Kementerian Energi, untuk membantu badan intelijen dalam penyelidikan tentang apakah virus tersebut telah bocor dari laboratorium di Tiongkok.

Media Inggris ‘Daily Mail’ melaporkan bahwa Presiden Joe Biden pada 26 Mei menunjukkan 17 laboratorium nasional untuk membantu badan intelijen dalam pelacakan sumber virus, termasuk melakukan pemeriksaan secara cermat terhadap sejumlah besar data yang sebelumnya tidak diperiksa. 

Laporan terkait apakah virus itu bocor dari laboratorium di Tiongkok, dan apakah Beijing menutup-nutupi masalah kebocoran virus tersebut harus sudah diserahkan kepada presiden dalam waktu 90 hari.

Seorang pejabat Gedung Putih mengungkapkan bahwa, laboratorium nasional menerima instruksi demikian. Itu terutama karena memiliki super komputer canggih. Yang mana, mampu memproses data dalam jumlah besar dan melacak sumber virus yang sebenarnya.

Laporan tersebut mengatakan bahwa pejabat Gedung Putih tidak secara khusus mengungkapkan jenis data yang diajukan untuk dianalisa. Akan tetapi, hanya mengungkapkan harapannya bahwa ilmiah akan menjadi bagian penting darinya dan menggunakan semua sumber daya baik dari komunitas intelijen maupun komunitas ilmiah. Tak lain, untuk mencoba mencari tahu kebenaran tentang epidemi yang disebabkan oleh virus komunis Tiongkok ini.

Para ahli percaya bahwa data-data itu mungkin sudah dikumpulkan sebelumnya oleh pihak intelijen, seperti intersepsi sinyal atau bukti biologis, data-data mentah yang dikumpulkan secara teratur oleh badan intelijen yang umumnya sulit bisa didapatkan oleh para analis. Dengan memanfaatkan algoritma canggih untuk menemukan pola melalui jumlah data yang besar, tentu saja diharapkan mampu membawa terobosan baru.

Perubahan drastis sikap Biden 

Media ‘New York Times’ pada 27 Mei, memberitakan bahwa dalam beberapa hari terakhir, Gedung Putih telah mengurangi minatnya untuk melakukan investigasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan bersikeras menganggap WHO adalah badan yang tepat untuk melakukan penyelidikan internasional. Pernyataan Biden ini menunjukkan perubahan sikapnya.

Namun, dalam laporan New York Times itu juga disebutkan bahwa instruksi Biden adalah contoh yang tiba-tiba yang menunjukkan bahwa Presiden telah turut campur dalam pekerjaan mengumpulkan data mentah dari mereka, yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan menganalisis intelijen untuk dirinya. Pada umumnya, Presiden tidak mau melibatkan diri yang berlebihan dalam persiapan membuat laporan pengarahan intelijen yang akan diterima.

Menurut New York Times, bahwa pihaknya belum jelas apakah tindakan Biden disebabkan oleh perubahan opini publik dari beberapa ilmuwan atau karena tekanan politik dari sekutu Partai Republik mantan Presiden Trump di Capitol Hill. Pasalnya, telah berulang kali menuduh Biden dan Partai Demokrat yang menolak untuk menghadapi teori asal laboratorium.

Pada 26 Mei malam, Senator Republik Indiana Mike Braun dan Senator Republik Missouri, Josh Hawley meloloskan RUU demi deklasifikasi intelijen setiap koneksi potensial antara laboratorium Tiongkok dengan sumber epidemi. 

Sehari sebelumnya, Senat dengan suara bulat setuju untuk memasukkan dua klausul Partai Republik dalam paket besar yang terkait kasus komunis Tiongkok, dengan tujuan melarang transfer dana AS ke Wuhan Institute of Virology (WIV) atau Institut Virologi Wuhan, dan untuk kepentingan penelitian jenis “keuntungan fungsional” di Tiongkok yang dimanfaatkan para ilmuwan untuk membuat patogen lebih kuat.

Josh Hawley mengatakan : “Selama lebih dari setahun, siapa pun yang menyampaikan keraguan tentang WIV telah dicap sebagai ahli teori konspirasi”. “Dunia perlu tahu apakah pandemi itu akibat kelalaian di laboratorium Wuhan, tetapi pemerintah komunis Tiongkok telah berusaha sekuat tenaga untuk mencegah dilakukan penyelidikan tersebut”.

Pompeo : Virus sangat mungkin menyebar dari WIV

New York Times juga menyebutkan bahwa Mike Pompeo, telah merilis sebuah laporan singkat tentang WIV pada hari-hari menjelang selesainya tugas sebagai Menlu AS. Ia menyebutkan bahwa besar kemungkinan, virus menyebar dari institut tersebut karena suatu kecelakaan.

Salah satu data yang dirilis oleh Pompeo adalah pemerintah memiliki alasan untuk percaya bahwa sebelum kasus pertama yang dikonfirmasi dari epidemi muncul, beberapa peneliti di Institut Virologi Wuhan telah jatuh sakit pada musim gugur tahun 2019 dengan gejala yang mirip dengan COVID-19.

Pada 23 Mei, Wall Street Journal mengutip laporan intelijen AS yang mengatakan bahwa, 3 orang peneliti dari Institut Virologi Wuhan itu pergi ke rumah sakit untuk perawatan pada bulan November 2019. Laporan ini telah mendorong semakin banyak seruan dari kalangan politik dan publik AS untuk melakukan penyelidikan yang lebih komprehensif terhadap sumber virus.

Pada 25 Mei, Trump mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa dirinya sudah sejak awal menduga bahwa laboratorium Wuhan adalah sumber virus. “Menurut pendapat saya, hal ini sudah jelas sejak awal”.

209 orang anggota parlemen Republik menyerukan dilakukannya investigasi 

Pada saat yang sama, Steve Scalise, Perwakilan dari Partai Republik di DPR beserta lebih dari 200 anggota DPR-AS rekannya, bersama-sama menulis kepada Ketua DPR Nancy Pelosi yang isinya memintanya untuk menunjuk ketua komite Demokrat yang sesuai, agar segera bergabung dengan seruan Partai Republik untuk melakukan penyelidikan secara menyeluruh terhadap asal mula penyebaran virus komunis Tiongkok (COVID-19) 

Surat terbuka itu menyebutkan : Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa, epidemi itu berasal dari laboratorium Tiongkok, dan pemerintah komunis Tiongkok terus menutup-nutupi fakta tentang epidemi tersebut.

Steve Scalise mengatakan : “Meskipun ada bukti baru ini, Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat tetap acuh tak acuh terhadap peran komunis Tiongkok dalam pandemi ini. Hal lain yang juga sudah jelas terlihat adalah bahwa dalam setahun terakhir, pemerintah komunis Tiongkok yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi WHO. Sehingga ia dapat memengaruhi proses penyelidikan. Oleh karena itu, Amerika Serikat tidak dapat mengandalkan WHO untuk melakukan penyelidikan menyeluruh”.

Dalam surat terbuka itu yang dikirim ke Pelosi tersebut, ke-209 orang Anggota DPR dari Partai Republik mengatakan bahwa karena WHO gagal memberikan pendapat akhir tentang asal usul virus dan tanggung jawab pemerintah komunis Tiongkok. Tugas ini jatuh ke Kongres AS. Partai Republik di DPR, telah meminta Anda untuk mengungkap kebenaran ini. Sekarang saatnya bagi Anda untuk bergabung dalam perjuangan ini.

Epidemi COVID-19 yang mulai menyebar dari Kota Wuhan pada tahun 2019, menjadi wabah dunia akibat pemerintah komunis Tiongkok menyembunyikan fakta dan secara salah mengklaim bahwa virus itu dapat dicegah dan dikendalikan, virus itu tidak akan menyebar dari manusia ke manusia. 

Pada saat yang sama, pemerintah komunis Tiongkok, juga melakukan penekanan terhadap para pelapor epidemi, sehingga menyebabkan virus menyebar tanpa terkendali ke seluruh dunia. Hingga saat ini, virus telah menginfeksi 170 juta orang penduduk dunia dan membunuh lebih dari 3,5 juta jiwa.

Anggota Perwakilan Republik menyatakan, dalam surat itu bahwa jika terbukti pemerintah komunis Tiongkok menutupi fakta tentang epidemi, maka ia harus bertanggung jawab terhadap kematian hampir 600.000 orang warga Amerika Serikat dan jutaan orang lain di seluruh dunia. (Sin)

Hong Kong dan Otoritas Makau Melarang Peringatan Pembantaian Mahasiswa di Lapangan Tiananmen, Beijing, 4 Juni

0

Frank Yue

Otoritas Hong Kong dan Makau melarang orang-orang  berpartisipasi dalam acara mengenang aksi protes pro-demokrasi Lapangan Tiananmen 1989, beberapa hari sebelum tibanya 4 Juni—hari paling bersejarah ketika para pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) membantai pengunjuk rasa anti rezim.

Pada 1 Juni, pemimpin Hong Kong Carrie Lam menekankan selama konferensi pers bahwa semua agensi, kelompok, outlet media, dan sekolah harus mematuhi Undang-Undang Keamanan Nasional yang diberlakukan Beijing saat tibanya peringatan 4 Juni.

Ketika ditanya apakah warga diizinkan di bawah UU yang kejam  untuk meneriakkan slogan seperti “Akhiri Aturan Satu Partai,” Lam mengelak dari pertanyaan tersebut. Sebaliknya, dia menjawab bahwa seharusnya tak ada kegiatan yang bertentangan dengan Konstitusi Tiongkok di Hong Kong.

Seorang pria Tiongkok berdiri sendiri untuk memblokir sederet tank yang menuju ke timur di Beijing’s Cangan Blvd. pada tanggal 5 Juni 1989, di Lapangan Tiananmen, selama Pembantaian di Lapangan Tiananmen tahun 19189. (AP Photo / Jeff Widener, File)

Pada saat yang sama, otoritas Hong Kong pro-Beijing melarang Aliansi Hong Kong untuk Mendukung Gerakan Demokratik Patriotik Tiongkok menggelar acara nyala lilin tahunan  di Victoria Park pada 29 Mei. Bahkan, memblokir aksi demonstrasi untuk mengenang peringatan ke-32 pembantaian 4 Juni di Lapangan Tiananmen.

Meski demikian, aktivis Alexandra Wong, warga senior lokal berambut putih, ditangkap oleh sekelompok besar petugas polisi dengan tuduhan “pertemuan tidak sah” pada 31 Mei, saat dia terlihat seorang diri di Southorn Playground di Wan Chai—titik awal dari rute parade yang diusulkan. 

Ketika itu, ia memegang tanda protes dan berencana berjalan di jalur terlarang menuju Kantor Penghubung Pemerintah Pusat Rakyat—otoritas tertinggi Partai Komunis Tiongkok di Hong Kong. Dia dibebaskan setelah sempat semalam ditahan.

Pada hari yang sama, John Shum, seorang aktivis sosial terkenal, produser film, dan komentator, meminta sesama warga Hongkong untuk menunjukkan pendirian mereka dalam sebuah wawancara dengan pakar studi internasional Simon Shen.

“Kita harus setia pada hati nurani kita, tidak peduli apa yang terjadi pada Hong Kong atau tekanan apa pun yang mungkin kita hadapi,” kata Shum. Dia menyarankan warga Hongkong memegang lilin di dekat jendela mereka pada malam 4 Juni sebagai ekspresi pikiran mereka.

“Hati nurani tak akan pernah ditaklukkan, tidak ada kekuatan negara yang dapat mencegah saya untuk memperingati insiden itu,” ujarnya.

Chen Qinghua, mantan anggota Federasi Mahasiswa Hong Kong (HKFS) dan saksi pembantaian 4 Juni di Beijing, mengatakan kepada The Epoch Times dalam sebuah wawancara pada 28 Mei, “Logika penyeimbang—pemisahan kekuasaan yang kebarat-baratan di antara berbagai institusi— hancur total di Hong Kong meskipun sangat berharga di sini dalam sejarah.”

Dia mengatakan bahwa aksi protes mahasiswa—baik demonstrasi atau mogok makan—semuanya bersifat sukarela, dan tak pernah dihasut oleh orang lain, atau seperti yang diklaim rezim ada “permusuhan dari kekuatan asing.” 

Dengan diterapkannya, Undang-Undang Keamanan Nasional Beijing, kebebasan yang sebelumnya dinikmati oleh warga Hongkong menjadi semakin terkikis.

Pada 6 Mei, sebanyak 26 aktivis pro-demokrasi yang berpartisipasi dalam aksi tahun lalu dijatuhi hukuman empat hingga 10 bulan penjara dengan tuduhan “mengambil bagian dalam pertemuan yang tidak sah.” Mereka termasuk aktivis Joshua Wong, Lester Shum, Tiffany Yuen Ka-wai, dan Jannelle Rosalynne Leung.

Makau

Di bekas jajahan Spanyol di Makau, polisi untuk pertama kalinya menetapkan setiap peristiwa terkait Tiananmen sebagai “menghasut subversi kekuasaan negara” dalam balasan 25 Mei kepada Macao Union for Democratic Development.

Au Kam San, mantan anggota Majelis Legislatif Makau, mengatakan kepada The Epoch Times pada 29 Mei bahwa polisi kini mengklaim acara nyala lilin untuk mengenang insiden 4 Juni bertentangan dengan hukum pidana.

Dia mengatakan, sebuah tindakan konyol untuk menyatakan kegiatan yang sudah digelar selama 30 tahun terakhir sebagai “ilegal,” sementara itu hukum pidana  yang dikembangkan pada tahun 1995 tetap tidak berubah.

Secara historis, penduduk Hong Kong dan Makau  memberikan dukungan moral dan finansial yang luar biasa kepada para pengunjuk rasa Lapangan Tiananmen selama kampanye demokrasi di Tiongkok.

Pada 21 Mei 1989, sehari setelah Partai Komunis Tiongkok membersihkan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Zhao Ziyang, yang bersimpati dengan pengunjuk rasa, dan mengumumkan darurat militer di Beijing, pawai yang belum pernah terjadi sebelumnya terjadi di Hong Kong, menarik lebih dari 1 juta orang untuk mendukung mahasiswa pro-demokrasi di Beijing.

Sebagai penyelenggara demonstrasi Hong Kong, Lee Cheuk-Yan, mantan Anggota Dewan Legislatif (LegCo), mengatakan kepada BBC berbahasa Mandarin pada tahun 1999: “Hanya ketika Tiongkok menikmati demokrasi dan kebebasan, Hong Kong dapat memperoleh perlindungan terbaik.”

Setelah Beijing melancarkan tindakan berdarah terhadap pengunjuk rasa pada 3-4 Juni 1989, warga Hong Kong menyumbangkan uang  untuk meluncurkan “Operasi Burung Kuning” secara diam-diam, tujuannya menyelamatkan aktivis demokrasi yang dicari atau dianiaya dari daratan Tiongkok.

Warga di Makau juga menunjukkan dukungan mereka untuk aksi protes di Beijing.

Pada sore hari 4 Juni 1989, hampir 200.000 penduduk Makau—setengah dari warga setempat pada saat itu—turun ke jalan dan meluncurkan demonstrasi  menentang pembunuhan partai Komunis Tiongkok terhadap warga sipil untuk demokrasi. Beberapa massa membakar gambar Deng Xiaoping, Li Peng, dan Yang Shangkun, yang bertanggung jawab untuk memerintahkan pembantaian ketika itu. (asr)

https://youtube.com/watch?v=lLc9lj-0rzk

Penularan Terbaru! Kasus Pertama Flu Burung H10N3 Menginfeksi Manusia Dilaporkan di Tiongkok

0

Jack Phillips

Seorang pria di Tiongkok timur tertular apa yang tampaknya menjadi kasus pertama kalinya H10N3 pada manusia, sejenis flu burung, menurut pejabat rezim Tiongkok. 

Pria berusia 41 tahun yang tak disebutkan namanya itu, dirawat di rumah sakit pada akhir April dengan H10N3 di Zhenjiang, Provinsi Jiangsu, yang terletak di dekat Shanghai, menurut Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok dalam sebuah pernyataan di situsnya. Lembaga itu menyatakan,  tidak ada kasus lain yang dilaporkan.

“Infeksi ini adalah penularan lintas spesies yang tak disengaja,” demikian pernyataan resminya, sementara itu juga mengklaim “risiko penularan skala besar rendah,” menurut terjemahan dari bahasa Mandarin.

Badan tersebut menyatakan, pria yang dimaksud mengalami demam dan gejala lainnya. Dia didiagnosis dengan H10N3 sekitar sebulan kemudian yakni pada 28 Mei.

Filip Claes, dari Organisasi Pangan dan Pertanian di kantor regional untuk Asia dan Pasifik  kepada  Reuters mengatakan bahwa, Strain flu burung ini “bukan virus yang biasa.”

Selama bertahun-tahun, beberapa jenis flu burung ditemukan di antara hewan di Tiongkok, meskipun laporan wabah secara massal di antara manusia jarang terjadi.

Epidemi manusia terakhir terkait jenis flu burung, H7N9, terjadi di daratan Tiongkok pada 2016 dan 2017. H7N9, memiliki tingkat kematian yang relatif tinggi, telah menginfeksi sekitar 1.700 orang dan menewaskan 613 orang sejak 2013, menurut organisasi Pangan dan Pertanian PBB atau  United Nations’ Food and Agriculture Organization (FAO).

Tahun lalu, pejabat kesehatan Tiongkok melaporkan wabah flu burung H5N1, termasuk pemusnahan 18.000 akor yam di Provinsi Hunan.

Laporan penularan kasus H10N3 di Tiongkok, muncul ketika Komunis Tiongkok menghadapi meluasnya sorotan dari pejabat AS tentang asal-usul virus Komunis Tiongkok, atau dikenal sebagai virus corona yang menyebabkan penyakit COVID-19, dan apakah virus itu bocor atau sedang diteliti di laboratorium di Wuhan. 

Pejabat partai Komunis Tiongkok sudah lama mengklaim virus tersebut ditularkan dari hewan ke manusia di pasar basah Wuhan. Akan tetapi, rezim tidak memberikan bukti atas klaim tersebut dan belum mengidentifikasi hewan yang dimaksud.

Akhir bulan lalu, Presiden Joe Biden merilis pernyataan yang mengatakan bahwa banyak di antara 17 agen komunitas intelijen AS percaya virus tersebut berasal dari Institut Virologi Wuhan, sebuah laboratorium keamanan tertinggi. Biden meminta mereka untuk merilis laporan dalam waktu dekat tentang asal-usul virus Komunis Tiongkok.

Sebelumnya, sepanjang tahun 2020, outlet media perusahaan dan situs web pengecekan fakta berusaha memperkecil pernyataan tentang virus itu mungkin berasal dari lab, terkadang melabeli klaim tersebut sebagai “teori konspirasi.”

Tetapi selama akhir pekan, jurnalis top termasuk Jonathan Karl dari ABC News mengakui  teori kebocoran laboratorium Wuhan masuk akal. Ia mengatakan hal demikian tidak dianggap serius hanya karena Presiden Donald Trump dan pejabat pemerintah sering membuat klaim tersebut.

“Ya, saya pikir banyak orang malu dengan mereka, ini adalah ide yang pertama kali dikemukakan oleh Mike Pompeo, menteri luar negeri, Donald Trump, dan lihat, beberapa hal mungkin benar, bahkan jika Donald Trump mengatakannya. Karena Trump mengatakan begitu banyak hal lain yang di luar kendali. Da mengatakan dengan datar ini berasal dari lab itu, dan ditolak secara luas. Akan tetapi sekarang orang-orang yang serius mengatakan perlu penyelidikan secara serius.”

Pejabat di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) tidak segera menanggapi permintaan komentar dari The Epoch Times. (asr)

Fasilitas Medis Runtuh, Terungkap Keluarga di India Melempar Jenazah Korban Covid 19 ke Sungai

0

NTDTV.com

Epidemi virus Komunis Tiongkok atau Covid 19 di India semakin parah dan fasilitas perawatan medisnya runtuh. Dilaporkan bahwa sejumlah besar mayat mengambang di sungai. Baru-baru ini, beberapa orang menyaksikan jenazah itu dibuang ke sungai oleh anggota keluargnya. Belakangan dipastikan bahwa yang meninggal dunia adalah pasien COVID-19. 

Hal itu memicu perbincangan yang hangat di kalangan netizen di internet. Pemerintah daerah akan menggugat keluarga mendiang dan memperkuat patroli sungai.

Menurut laporan media asing yang komprehensif, insiden itu terjadi di Distrik Balrampur, Uttar Pradesh. Laporan menyebutkan, terlihat bahwa seorang pengemudi yang sedang melintasi jembatan melihat seorang pria yang mengenakan pakaian pelindung dan seorang berbaju hitam, yang hendak melempar mayat ke Sungai Rapti. Terlihat mereka mencoba mengeluarkan mayat dari kantong mayat. 

Laporan tersebut menunjukkan bahwa jenazah adalah orang yang terinfeksi virus Komunis Tiongkok. Dia dirawat di rumah sakit untuk perawatan pada tanggal 5 Mei lalu, tetapi sayangnya meninggal tiga hari kemudian. Rumah sakit mengembalikan jenazah ke kerabatnya.

Kepala petugas medis Distrik Barrampur menyatakan bahwa pihak berwenang akan mengajukan gugatan terhadap kerabatnya itu  karena membuang jenazah ke sungai.

Selama puncak epidemi baru-baru ini di India, terdapat lebih dari 400.000 kasus baru setiap hari. Menurut statistik dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan India pada 29 Mei lalu, jumlah kasus baru dalam 24 jam terakhir adalah 173.790 kasus. Itu merupakan  angka terendah dalam 45 hari. Namun karena kurangnya pasokan medis di berbagai tempat, dalam keadaan tersebut, jumlah kematian belum turun, dan 3.617 kasus kematian baru telah ditambahkan.

Gelombang infeksi virus Komunis Tiongkok ini tidak hanya memenuhi rumah sakit di India, tetapi juga menyebabkan kekurangan oksigen dan obat-obatan utama. 

Krematorium dan tempat pemakaman juga kelabakan. Muncul antrian panjang yang mengerikan dan tumpukan mayat dalam antrean panjang. Pada saat yang sama, masyarakat juga menemukan mayat-mayat yang diduga terinfeksi penyakit tersebut, terapung di Sungai Gangga, atau dikuburkan di kuburan dengan kedalaman yang dangkal. (hui)

KPI Ingatkan Prinsip Perlindungan Anak dan Remaja Soal Sinetron “Suara Hati Istri” dengan Aktris Berusia 15 Tahun

ETIndonesia- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) meningatkan kembali tentang prinsip perlindungan anak dan remaja. Hal demikian disampaikan saat sinetron berjudul “Suara Hati Istri” yang tayang di stasiun Indosiar menjadi sorotan publik. Pasalnya, aktris bernama Lea Ciarachel dijadikan memainkan peran sebagai istri ketiga. Walaupun diketahui, ia baru berusia 15 tahun.

Aturan yang dimaksud adalah Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 & SPS) Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) 2012.  

Komisioner KPI Pusat Bidang Kelembagaan Nuning Rodiyah mengingatkan agar semua rumah produksi yang menjadi penyedia konten siaran untuk lembaga penyiaran memahami betul aturan yang ada dalam P3 & SPS, khususnya terkait perlindungan terhadap anak. Pasal 15 ayat (1) SPS KPI 2012 menyebutkan bahwa lembaga penyiaran wajib memperhatikan dan melindungi kepentingan anak dan/ remaja. 

“Jangan sampai diberi peran-peran yang akan berpengaruh secara negatif bagi tumbuh kembang dan psikologis anak,” tegasnya dikutip dari situs resmi KPI, Rabu (2/6/2021).

Ia juga menekan, agar tidak menampilkan materi yang menstimulasi pernikahan usia muda dalam program siaran. Menurut dia, lembaga penyiaran justru arus mendukung upaya pemerintah menekan angka pernikahan di bawah usia dewasa yang masih tinggi di Indonesia.

Selain itu, lembaga penyiaran dan rumah-rumah produksi dapat menyesuaikan konten siaran yang dibuat agar mendukung anak-anak Indonesia tumbuh dan berkembang dengan baik, sebagai upaya menghadirkan generasi muda bangsa yang unggul dan berkualitas. (KPI/asr)

Protes Penyusupan 16 Jet Tempur Tiongkok, Malaysia Panggil Dubes Tiongkok

oleh Reuters

Kementerian luar negeri Malaysia mengatakan, akan memanggil utusan Tiongkok untuk menjelaskan “penyusupan” sebanyak 16 pesawat angkatan udara Tiongkok ke wilayah udaranya. Militer Malaysia sebelumnya mendeteksi aktivitas “mencurigakan” di wilayah Laut China Selatan.

Angkatan udara Malaysia mengatakan, pihaknya mengerahkan jet tempurnya pada Senin (31/5/2021) sebagai konfirmasi visual setelah terdeteksi pesawat dalam jarak 60 mil laut dari negara bagian Sarawak. 

Angkatan udara Malaysia mengatakan pesawat tersebut terdiri dari pesawat pengangkut strategis Ilyushin il-76 dan Xian Y-20 sedang dalam formasi “in-trail” di antara 23.000 dan 27.000 kaki.

Otoritas Malaysia menggambarkan insiden itu sebagai “ancaman serius terhadap kedaulatan nasional dan keselamatan penerbangan.”

Angkatan Udara Malaysia menyatakan pesawat Angkatan Udara Tiongkok tak menghubungi kontrol lalu lintas udara regional meskipun sudah diinstruksikan beberapa kali. 

Menteri Luar Negeri Malaysia, Hishammuddin Hussein mengatakan Malaysia akan mengeluarkan nota protes diplomatik dan meminta Duta Besar Tiongkok untuk Malaysia menjelaskan “pelanggaran wilayah udara dan kedaulatan Malaysia.”

“Sikap Malaysia jelas—memiliki hubungan diplomatik yang bersahabat dengan negara mana pun, tak berarti kami berkompromi dengan keamanan nasional kami,” kata Hishammuddin dalam sebuah pernyataan.

Kedutaan Tiongkok sebelumnya mengklaim pesawatnya hanya menggelar latihan penerbangan rutin dan “dipatuhi secara ketat” atas hukum internasional tanpa melanggar wilayah udara negara lain.

Rezim Komunis Tiongkok mengklaim ekspansif atas Laut China Selatan, yang dilalui perdagangan kapal senilai sekitar $3 triliun setiap tahunnya. Bahkan, rezim Tiongkok sudah membangun fasilitas militernya di pulau-pulau buatan.

Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam adalah negara-negara yang memiliki klaim atas berbagai pulau dan fitur di daerah tersebut. Selain itu, Kapal Penjaga Pantai Tiongkok kerap memperingatkan kapal dan pesawat asing untuk meninggalkan yang diklaim sebagai wilayahnya.

Tahun lalu,  kapal survei Tiongkok juga terlibat kebuntuan dengan kapal eksplorasi minyak Malaysia di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Malaysia.

Protes dari Malaysia yang terbaru ini menyusul kecaman Filipina atas kehadiran ratusan kapal penangkap ikan Tiongkok di Zona Ekonomi Eksklusifnya. Kapal-kapal tersebut diawaki oleh milisi Tiongkok. Sebagian besar rezim Tiongkok mengabaikan protes yang disampaikan. (asr)

Laboratorium Institut Virologi Wuhan, Tiongkok Masih Beroperasi

0

Samuel Allegri / disusun oleh Gaoshan

Institut Penelitian Virus Wuhan Komunis Tiongkok tempat awal mula virus Komunis Tiongkok (COVID-19) muncul, ternyata masih beroperasi. Diduga kegiatan kontroversialnya mungkin masih berlangsung di sana.

Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo dan Senator Republik Kentucky Rand Paul memberikan peringatan kepada publik bahwa Institut Penelitian Virus Wuhan dari Komunis Tiongkok masih beroperasi dan kegiatan kontroversialnya mungkin masih berlangsung di sana.

“Saya sangat khawatir bahwa hal semacam ini masih terjadi, dan pemerintah AS telah mendanainya,” kata Senator Republik Kentucky Rand Paul dalam sebuah penampilan di Fox TV. 

Pekan lalu, Paul mengusulkan amandemen yang disahkan di Senat yang melarang penggunaan uang pembayar pajak Amerika Serikat untuk mendanai penelitian “keuntungan fungsi” Komunis Tiongkok. Partai Demokrat Amerika Serikat menyetujui Rancangan undang Undang – RUU tersebut.

“Setahun yang lalu, siapa pun yang menyebutkan bahwa virus itu mungkin berasal dari laboratorium Wuhan akan dianggap sebagai orang gila sayap kanan atau ahli teori konspirasi. Tapi sekarang, sayap kiri juga mulai bertanya-tanya tentang ini. Ketika amandemen diusulkan untuk mengatakan bahwa kita harus berhenti mendanai penelitian ini di Tiongkok, akhirnya semua anggota partai Demokrat mengikuti,” kata Paul. 

Paul menjelaskan bahwa berita yang terungkap minggu lalu menyebutkan tiga anggota staf laboratorium Wuhan ditemukan sakit pada November tahun lalu, dengan gejala yang mirip dengan infeksi COVID atau virus Komunis Tiongkok. 

“Ini adalah pengenalan awal dari penyakit ini. epidemi di pihak Tiongkok. Itu pernah terjadi sebelumnya. Ini masalah besar. Oleh karena itu, menurut saya tidak ada lagi yang menyangkal kemungkinan ini. Kami belum yakin, tetapi sekarang kami memiliki banyak bukti yang mengarah ke laboratorium ini,” jelas Paul. 

Sementara itu menurut Mike Pompeo, ada hubungan antara laboratorium dan militer Tiongkok dan bahwa laboratorium Wuhan masih beroperasi dan mungkin masih melakukan jenis eksperimen yang sama.

“Laboratorium virus masih berjalan. Penelitian yang sama mungkin masih berlangsung,” kata Pompeo. 

Pompeo yakin, Komunis Tiongkok melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan Tentara Pembebasan Rakyat di laboratorium Virologi Wuhan itu. Jadi Komunis Tiongkok melakukan apa yang mereka klaim sebagai penelitian sipil dan pekerjaan militer yang baik. 

“Mereka menolak untuk memberitahu. Apa yang kami katakan. adalah, mereka menolak untuk menjelaskan sifat keduanya, mereka menolak untuk membiarkan Organisasi Kesehatan Dunia masuk ke sana,” kata Pompeo. 

Sebagai informasi, belum lama ini, di banyak platform media sosial, postingan yang menunjukkan bahwa virus Komunis Tiongkok yang berasal dari laboratorium virus Komunis Tiongkok dilarang dan ditandai sebagai informasi palsu. (hui)

Ledakan Pandemi di Asia Tenggara dan Sejumlah Negara Asia, Varian Strain Mutan Bermunculan

0

Ye Yifan

Virus varian Komunis Tiongkok (COVID-19) yang menyebar dengan cepat (B.1.617) di India kini telah menyebar ke 44 negara dan wilayah. Di negara-negara dan wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan, situasi epidemi mengalami ledakan. Ada beberapa kasus yang dikonfirmasi dari strain varian India dan Inggris yang sangat menular di Tiongkok selatan.

Pada 31 Mei 2021, India telah menambahkan lebih dari 165.000 kasus pneumonia Corona baru yang dikonfirmasi dalam sehari. Meskipun jumlah kasus yang dikonfirmasi menurun menjadi paling rendah dalam satu setengah bulan, jumlah total infeksi telah melebihi 28 juta kasus, dengan 3.460 kasus kematian baru. Secara total 329.000 orang yang meninggal dunia.

Saat ini, Inggris Raya, Amerika Serikat, Jepang, Uganda, Hong Kong, dan negara serta kawasan lain telah mengadopsi langkah-langkah untuk membatasi masuknya penumpang yang berangkat dari India.

Jumlah kasus yang dikonfirmasi dan kematian di Malaysia memecahkan rekor

Saat ini, Malaysia sedang menghadapi gelombang epidemi ketiga. Negara tersebut melaporkan pada 29 Mei bahwa ada 9.020 kasus baru virus Komunis Tiongkok yang dikonfirmasi dalam 24 jam terakhir. Angka yang dilaporkan terbesar sejak wabah. Malaysia mencatatkan rekor tertinggi untuk hari kelima berturut-turut, dengan total 558.534 kasus yang dikonfirmasi dan 2.650 kasus kematian. 

Rata-rata 63 orang meninggal setiap hari minggu ini, dengan kasus yang dikonfirmasi dan jumlah korban tewas memecahkan rekor.

Menteri Kesehatan Malaysia, Adham Baba membenarkan bahwa Malaysia memiliki lebih banyak kasus virus Komunis Tiongkok yang dikonfirmasi per satu juta orang per hari daripada India. Ia mengatakan, virus yang bermutasi sudah ada di komunitas Malaysia, termasuk yang ditemukan di Afrika Selatan, Inggris, India, Nigeria, dan tempat lain.

Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin dengan segera mengumumkan pada 28 bahwa dari 1 Juni hingga 14 Juni, negara itu akan “lockdown”, hanya membuka area ekonomi dan layanan yang diperlukan, dan semua kegiatan sosial dan ekonomi akan dihentikan sepenuhnya.

Pada 24 Mei, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit -CDC- A.S. mencantumkan Malaysia di situs resminya sebagai negara siaga tingkat keempat dengan wabah terburuk. AS menyarankan warganya untuk menghindari mengunjungi negara tersebut.

Di Vietnam ditemukan campuran virus varian India dan Inggris

Reuters mengutip Vietnam Express (VnExpress) melaporkan bahwa Menteri Kesehatan Vietnam, Nguyen Thanh Long  mengatakan pada Sabtu (29 Mei) bahwa negara tersebut menemukan varian baru dari virus Komunis Tiongkok, yang merupakan campuran varian India dan Inggris, yang dapat dengan cepat menyebar melalui udara.

Nguyen Thanh Long mengatakan bahwa kultivasi laboratorium dari varian baru menunjukkan bahwa virus mereplikasi diri dengan sangat cepat, yang menjelaskan mengapa begitu banyak kasus baru muncul di tempat yang berbeda dalam waktu singkat. Tenaga transmisi dari strain varian baru, lebih kuat dari pada varian yang telah diketahui sebelumnya.

Vietnam sebelumnya telah melaporkan 7 varian virus, termasuk 4 varian Inggris (B.1.222, B.1.619, D614G, B.1.1.7) dan 3 varian India (B.1.351, A.23.1 dan B.1.1.7). 1.617.2).

Sejauh ini, Vietnam telah melaporkan 6.396 kasus virus Komunis Tiongkok dan 47 kematian. 

Thailand, Empat Varian Virus yang Bermutasi Muncul

Sejak April, gelombang ketiga epidemi virus Komunis Tiongkok di Thailand telah menyebar, dan jumlah diagnosis yang dikonfirmasi telah meningkat lebih dari tiga kali lipat. 

Empat virus Corona baru mutan yang pertama kali ditemukan di Inggris, Brasil, India, dan Afrika Selatan, kini telah muncul di Thailand.

Dr Somsak Akksilp, Direktur Departemen Medis Kementerian Kesehatan Thailand, mengungkapkan pada 28 Mei, bahwa setelah 62 kasus infeksi virus Komunis Tiongkok yang bermutasi yang muncul di India di lokasi konstruksi di distrik Langsi, Bangkok, penyelidikan menemukan bahwa virus bermutasi telah menyebar. 

Pada 31 Mei, laporan konferensi pers epidemi COVID (virus komunis Tiongkok) Thailand menunjukkan bahwa, Thailand menambahkan 5.485 kasus yang dikonfirmasi pada hari itu, yaitu 3.475 kasus baru di luar penjara, 1.953 kasus baru di dalam penjara, dan 57 kasus baru importir adalah 19 kasus kematian.

Saat ini, total 159.792 kasus telah dikonfirmasi gelombang tiga epidemi di Thailand, dan total 1.031 kasus kematian.

Filipina memiliki lebih dari 1,22 juta kasus yang dikonfirmasi

Filipina mengumumkan sebanyak 7.443 kasus baru terkonfirmasi pada 29 Mei, dan 156 orang meninggal dunia, per 31 Mei, jumlah kumulatif kasus terkonfirmasi mencapai 1.223.627 kasus, dengan total 20.860 kasus kematian.

Kementerian Kesehatan Filipina mengkonfirmasi pada 11 Mei, bahwa strain virus mutan yang ditemukan di India telah muncul di Filipina.

Perdana Menteri Kamboja Hun Sen: Kamboja “di Ambang kematian”

Ada lonjakan kasus yang tiba-tiba di Kamboja bulan lalu. Perdana Menteri Hun Sen mengatakan bahwa Kamboja “di ambang kematian”. Meski jumlah kasus baru mengalami penurunan, per 31 Mei total kasus menjadi 29.404 kasus, dan angka awal April hanya satu persen dari jumlah saat ini. 

Per 31 Mei, jumlah kasus yang dikonfirmasi di ibu kota Phnom Penh adalah 28.825 kasus, dan jumlah kematian 203 orang, meningkat lebih dari 15% dari minggu lalu.

Or Vandine, juru bicara Kementerian Kesehatan Kamboja, mengkonfirmasi pada 11 Mei bahwa Kamboja telah menemukan kasus virus Komunis Tiongkok yang terinfeksi virus mutan India.

Pembatalan Obor Olimpiade di Prefektur Ishikawa, Jepang

Hingga malam 31 Mei waktu setempat, ada 742.386 kasus yang dikonfirmasi dan 12.933 kasus kematian di Jepang. 

Untuk mencegah penyebaran epidemi, deklarasi darurat ketiga yang diterapkan di Tokyo, Osaka, Kyoto, Aichi, Hyogo, Okayama, Hiroshima, Fukuoka, Okinawa, Hokkaido, dan tempat lain juga telah mengumumkan perpanjangan hingga 20 Juni.

Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga menyatakan keprihatinan tentang dampak virus mutan pada 7 Mei. Saat ini proporsi virus mutan sekitar 80% di Kansai, 60% di Tokyo, dan 70% di Aichi, menunjukkan tren peningkatan.

Obor  Olimpiade Tokyo yang dimulai di Prefektur Ishikawa pada awalnya direncanakan akan dibawa  oleh 190 pembawa obor melalui 19 kota besar dan kecil pada 31 Mei. Namun, karena dampak epidemi virus Komunis Tiongkok, semua obor estafet di jalan umum dibatalkan. Acara digantikan oleh upacara penyalaan obor yang diadakan di Sanomaru Plaza di Taman Kastil Kanazawa di Kota Kanazawa.

Saat ini, virus mutan utama di Jepang adalah virus mutan yang dikonfirmasi di Inggris (VOC-202012/01), virus mutan yang dikonfirmasi di Afrika Selatan (501Y.V2), virus mutan yang dikonfirmasi di Brasil (501Y.V3), dan virus mutan dikonfirmasi di Filipina. 

Korea Selatan, penyebaran virus Komunis Tiongkok telah melonjak dalam seminggu terakhir

Menurut berita pada 12 Mei, Korea Selatan memperkirakan bahwa tingkat deteksi mutasi besar yakni varian Inggris, Republik Afrika Selatan, Brasil, dari penyebaran virus Komunis Tiongkok di Korea Selatan menunjukkan tren kenaikan  dalam seminggu terakhir, sampai 25%. Sedangkan virus mutasi India terjadi dua kali di Korea Selatan, ada juga 7 kasus penularan.

Pada malam 31 Mei, Korea Selatan memiliki 430 kasus yang baru dikonfirmasi, dengan total 140.340 kasus yang dikonfirmasi dan 1.959 kasus kematian.

Strain varian di Guangzhou dan Shenzhen, Tiongkok

Pada tanggal 30 Mei, pejabat Guangzhou dan Shenzhen, masing-masing mengakui bahwa gelombang baru orang yang terinfeksi terinfeksi virus Komunis Tiongkok varian India di Guangzhou. Sedangkan yang terinfeksi oleh epidemi Shenzhen, semuanya telah terinfeksi virus Komunis Tiongkok varian Inggris. 

Konferensi pers pencegahan dan pengendalian epidemi Guangzhou menunjukkan bahwa pada 29 Mei, Guangdong menambahkan 13 infeksi lokal baru, termasuk 12 kasus di Guangzhou dan 1 kasus di Foshan. 

Chen Bin, wakil direktur Komisi Kesehatan Kota Guangzhou, melaporkan bahwa dari 21 Mei hingga 30 Mei, hasil pengurutan genom yang terdeteksi dari orang terinfeksi  di Guangzhou sangat homolog, dan semuanya adalah virus Komunis Tiongkok varian India.

Di Shenzhen, Chang Juping, wakil direktur Komisi Kesehatan Kota Shenzhen, melaporkan pada malam 30 Mei bahwa kasus putaran epidemi ini berkisar dari 1 hingga 11 Mei, dan hasil pengujian genetik virus dan sekuensing sangat homolog, dan mereka termasuk dalam strain mutan yang ditemukan di Inggris (B117).

Selain itu, pada 30 Mei, dua kasus tambahan yang dikonfirmasi dikonfirmasi di Shenzhen, yaitu Xia, seorang pekerja berusia 52 tahun di Zona Perdagangan Bebas Komprehensif Pelabuhan Yantian, dan istrinya yang berusia 50 tahun.

Karena otoritas Komunis Tiongkok selalu menyembunyikan kebenaran tentang epidemi, sulit bagi dunia luar untuk mengetahui berapa banyak orang yang sebenarnya terinfeksi.

Asia Selatan menunjukkan tren yang memburuk

Di Asia Selatan, negara-negara tetangga di India, termasuk Nepal, Bangladesh dan Pakistan, juga menunjukkan tren epidemi yang memburuk.

Nepal, yang berbatasan dengan Tiongkok dan India, menewaskan lebih dari 3.500 orang yang terinfeksi, termasuk 400 orang yang meninggal akibat virus Komunis Tiongkok dalam dua minggu terakhir.

Menurut laporan dari Australian Broadcasting Corporation (ABC), Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) mengeluarkan pengarahan berita Asia Selatan minggu lalu bahwa Presiden Palang Merah Nepal percaya bahwa Setelah epidemi di Nepal lepas kendali, situasinya kemungkinan akan mendekati India saat ini.

Dua dari mutasi virus corona baru yang dilaporkan pertama kali di India, telah ditemukan di Nepal sebelumnya.

Pengarahan tersebut juga menyebutkan bahwa jumlah kasus yang tercatat di Nepal bulan ini, adalah 57 kali lipat dari periode yang sama di bulan April. Sebanyak 44% penduduk negara tersebut telah dites positif yang menunjukkan bahwa sejumlah besar orang yang terinfeksi belum didiagnosis.

Perbatasan antara Tiongkok dan Nepal adalah 1.389 kilometer panjang dan membentang di sepanjang Himalaya di barat laut dan tenggara, termasuk puncak tertinggi di dunia, Gunung Everest. (hui)

Komunis Tiongkok Memaksa Warganya yang Terdampar di Myanmar untuk Pulang dengan Dalih Menindak Para Penjahat Penipuan

0

Sejak Mei tahun ini, banyak provinsi di daratan Tiongkok telah mengeluarkan “Pemberitahuan tentang Membujuk Kembalinya Orang yang Terdampar di Myanmar Utara.” Mulai 30 Juni mendatang, mereka yang tidak mau kembali akan dibatalkan kartu keluarganya dan rekening bank akan dibekukan.

Seorang warga bernama samaran Liu Jun, yang bekerja sebagai sopir taksi menyelundupkan ke Mongla utara beberapa tahun yang lalu. Dia  mengatakan kepada wartawan bahwa mereka masih tidak tahu mengapa mereka harus kembali ke Tiongkok. 

Pihak berwenang Tiongkok mengatakan bahwa ada banyak penipu di Myanmar utara, tetapi bahkan orang Tiongkok orang-orang yang terlibat dalam bisnis yang serius juga diminta pulang ke rumah.

Menurut Liu Jun hampir semua orang Tionghoa di Myanmar utara telah menerima telepon dari kepala desa atau kantor polisi. Mereka  menuntut semua orang Tionghoa di Myanmar utara, termasuk mereka yang dari Xiaomeng, Kokang, dan Wa, mendesak untuk pulang dalam waktu yang ditentukan.

Warga bernama samaran Wang Hong,  yang kembali dari Negara Bagian Wa mengatakan, “Mereka diberitahu oleh Biro Keamanan Umum yang menelepon untuk menanyakan, apa yang Anda lakukan, Anda harus kembali, atau keluarga Anda akan menghubungi Anda.”

Wang Hong menyatakan bahwa banyak orang takut untuk kembali karena mereka mendengar bahwa mereka disiksa untuk mendapatkan pengakuan ketika mereka kembali ke Majelis Nasional.

“Saya mendengar banyak orang mengatakan bahwa beberapa orang kembali. Tidak peduli bisnis apa yang Anda lakukan di sini, banyak orang disiksa untuk mendapatkan pengakuan. Mereka dipukuli selama tiga hari tiga malam,” kata Wang Hong.

Dia menambahkan, “Mereka yang mengakui bahwa Anda berbisnis di sini akan memukul Anda. Anda hanya harus mengakuinya. Misalnya, jika Anda narkoba atau melakukan penipuan di sini, selama Anda mengakuinya, Anda tidak akan dipukuli dan Anda akan dibebaskan. Mereka sepertinya punya tugas, yaitu setiap tempat harus mendapatkan beberapa orang.”

Wang Hong memperoleh foto dari seorang teman yang menunjukkan bahwa seseorang di telapak kakinya dipukuli dengan tongkat karet oleh polisi Komunis Tiongkok yang memaksanya untuk mengakui bahwa dia melakukan bisnis ilegal di utara Myanmar.

Wang Hong mengaku dirinya dikarantina di Negara Bagian Wa selama tiga hari dalam kondisi yang sangat buruk. Saat ini, dia dikarantina di suatu tempat di Yunnan. Ada sekitar 450 orang yang telah kembali ke Tiongkok dalam kelompok yang sama dengannya.

Tidak jelas apakah kebijakan pemerintah Tiongkok ini terkait dengan situasi di Myanmar yang berada di ambang perang saudara. 

Sementara “Front Persatuan Myanmar Utara” yang dibentuk oleh Tentara Kemerdekaan Kachin dan Tentara Rakhine baru-baru ini mengalami banyak konflik bersenjata dengan pasukan keamanan Myanmar. (hui)

Terungkap, Seorang Anggota Keluarga Institut Virologi Wuhan Meninggal karena Virus Khusus Tahun 2019

0

He Yating

Seorang mantan pejabat senior Departemen Luar Negeri Amerika Serikat  yang bertanggung jawab atas penyelidikan asal mula epidemi virus Komunis Tiongkok atau Covid 19 mengungkapkan kepada media bahwa seorang anggota keluarga peneliti dari Institut Virologi Wuhan, Tiongkok, meninggal karena virus khusus pada Desember 2019 silam dengan menunjukkan gejala. Gejalanya sama dengan Pneumonia virus  Komunis Tiongkok atau COVID-19. Hal itu memberikan petunjuk penting bahwa penularan virus  dari manusia ke manusia telah disembunyikan oleh Komunis Tiongkok. .

 “Sound of Hope”, pada 29 Mei melaporkan bahwa David Asher, mantan kepala investigasi asal muasal wabah di Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, melapor ke News Foundation, yang termasuk dalam situs konservatif Amerika “The Daily Caller . 

Asher mengungkapkan bahwa data intelijen yang diperoleh badan intelijen Amerika Serikat menyebutkan bahwa istri seorang peneliti yang mengkhususkan diri dalam penelitian virus corona di laboratorium Institut Angkatan Bersenjata Institut Virologi Wuhan meninggal karena virus khusus pada Desember 2019 silam. Gejalanya mirip dengan gejala pneumonia Komunis Tiongkok.

Ini awalnya merupakan petunjuk penting tentang “penularan dari manusia ke manusia” dari virus di hari-hari awal wabah, tetapi pejabat Komunis Tiongkok menyembunyikan informasi yang relevan itu. 

Tidak sampai sebulan setelah kasus muncul, otoritas lokal mengumumkan bahwa pneumonia Komunis Tiongkok bisa menular “dari orang ke orang.” Itu adalah penyembunyian yang disengaja oleh otoritas Tiongkok atas petunjuk penting yang menyebabkan meledaknya  penyebaran epidemi global.

Selama pemerintahan mantan Presiden  Amerika Serikat, Donald Trump, Departemen Luar Negeri Amerika mengeluarkan pemberitahuan pada awal Januari 2020 silam. Pemberitahuan itu mengungkapkan untuk pertama kalinya bahwa tiga pekerja laboratorium Wuhan dirawat di rumah sakit pada November 2019 karena gejala yang mirip dengan pneumonia Komunis Tiongkok. 

Belum lama, “Wall Street Journal” menyebutkan pesan penting ini lagi dan mengungkapkan rincian yang lebih rinci tentang insiden tersebut. Hal itu menimbulkan kekhawatiran luas di masyarakat Amerika bahwa epidemi pneumonia Komunis Tiongkok mungkin berasal dari kebocoran laboratorium Angkatan Bersenjata Institut Virologi Wuhan.

Menanggapi pemberitaan di atas, Asher lebih lanjut mencontohkan bahwa staf Institute Virologi yang sakit parah pada November 2019 kebetulan berada di laboratorium virus yang sedang melakukan percobaan peningkatan virus Corona RaTG13. Asher mempertanyakan seberapa besar kemungkinan beberapa orang yang bekerja bersama seperti ini “kebetulan” sakit parah bersama?

“Berapa banyak orang normal berusia 30-an hingga 40-an yang begitu sakit sehingga mereka harus dirawat di rumah sakit karena flu? Saya diberi tahu bahwa staf laboratorium hampir pasti telah divaksinasi untuk melawan flu,” kata  Asher.

Menurut informasi publik, strain RaTG13 diduga dikumpulkan oleh personel Institut Virus Wuhan dari Gua Kelelawar di Yunnan beberapa tahun yang lalu. Strain tersebut lebih dari 96% mirip dengan strain yang menyebabkan epidemi virus Komunis Tiongkok global. 

Berita tentang kemungkinan merebaknya virus Komunis Tiongkok di Wuhan pertama kali diungkapkan oleh beberapa dokter garis depan di Wuhan pada akhir Desember 2019, tetapi berita tersebut segera diblokir oleh otoritas Komunis Tiongkok. 

Para dokter yang pertama kali mengungkap berita tersebut kepada dunia luar bahkan pernah ditahan oleh polisi  dan dipaksa menandatangani pengakuan untuk memastikan bahwa mereka tidak akan merilis berita apapun ke dunia luar. Baru pada 20 Januari 2020 Komunis Tiongkok secara resmi mengakui wabah epidemi di Wuhan untuk pertama kalinya.

Amerika Serikat menyatakan bahwa soal peneliti Institut Virologi telah terinfeksi wabah, Komunis Tiongkok selalu membantahnya dan bersikeras bahwa tidak ada peneliti di Institut Virologi yang terinfeksi virus Komunis Tiongkok. 

Namun, ketika epidemi meletus dalam skala besar di seluruh dunia, pihak berwenang Tiongkok telah berulang kali menolak organisasi investigasi internasional untuk pergi ke Wuhan guna melakukan penyelidikan independen terhadap sumber epidemi. Komunis Tiongkok dituding sengaja menutupi fakta.

Tidak sampai setahun setelah wabah, Komunis Tiongkok mengizinkan tim ahli yang dikirim oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memasuki Institut Virologi Wuhan pada Januari tahun ini. Akan tetapi, Komunis Tiongkok masih menolak untuk mengizinkan ahli asing dari tim investigasi memiliki akses ke data utama apa pun dari laboratorium. 

Para ahli juga tidak diizinkan mengunjungi gua kelelawar di Yunnan, tempat strain RaTG13 dikatakan pertama kali ditemukan. Tidak hanya itu, seluruh proses penyelidikan tim ahli WHO di Tiongkok daratan juga telah berada di bawah pengawasan  otoritas Komunis Tiongkok. (hui)

https://www.youtube.com/watch?v=LZWplcNl770