Apakah Wuhan Institute Virologi Sumber Virus ? Mengapa Biden Instruksikan 17 Institusi Bantu Investigasi Melalui Superkomputer Mereka?

oleh Li Yun

Pandemi yang disebabkan oleh virus komunis Tiongkok (COVID-19)  telah menginfeksi lebih dari 170 juta orang di berbagai negara. Biden memerintahkan badan intelijen AS untuk melakukan penyelidikan terhadap asal usul penyebaran virus dan menyerahkan laporan penyelidikan dalam waktu 90 hari. Media Inggris telah mengungkapkan bahwa Biden meminta 17 laboratorium nasional yang berada di bawah Kementerian Energi, untuk membantu badan intelijen dalam penyelidikan tentang apakah virus tersebut telah bocor dari laboratorium di Tiongkok.

Media Inggris ‘Daily Mail’ melaporkan bahwa Presiden Joe Biden pada 26 Mei menunjukkan 17 laboratorium nasional untuk membantu badan intelijen dalam pelacakan sumber virus, termasuk melakukan pemeriksaan secara cermat terhadap sejumlah besar data yang sebelumnya tidak diperiksa. 

Laporan terkait apakah virus itu bocor dari laboratorium di Tiongkok, dan apakah Beijing menutup-nutupi masalah kebocoran virus tersebut harus sudah diserahkan kepada presiden dalam waktu 90 hari.

Seorang pejabat Gedung Putih mengungkapkan bahwa, laboratorium nasional menerima instruksi demikian. Itu terutama karena memiliki super komputer canggih. Yang mana, mampu memproses data dalam jumlah besar dan melacak sumber virus yang sebenarnya.

Laporan tersebut mengatakan bahwa pejabat Gedung Putih tidak secara khusus mengungkapkan jenis data yang diajukan untuk dianalisa. Akan tetapi, hanya mengungkapkan harapannya bahwa ilmiah akan menjadi bagian penting darinya dan menggunakan semua sumber daya baik dari komunitas intelijen maupun komunitas ilmiah. Tak lain, untuk mencoba mencari tahu kebenaran tentang epidemi yang disebabkan oleh virus komunis Tiongkok ini.

Para ahli percaya bahwa data-data itu mungkin sudah dikumpulkan sebelumnya oleh pihak intelijen, seperti intersepsi sinyal atau bukti biologis, data-data mentah yang dikumpulkan secara teratur oleh badan intelijen yang umumnya sulit bisa didapatkan oleh para analis. Dengan memanfaatkan algoritma canggih untuk menemukan pola melalui jumlah data yang besar, tentu saja diharapkan mampu membawa terobosan baru.

Perubahan drastis sikap Biden 

Media ‘New York Times’ pada 27 Mei, memberitakan bahwa dalam beberapa hari terakhir, Gedung Putih telah mengurangi minatnya untuk melakukan investigasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan bersikeras menganggap WHO adalah badan yang tepat untuk melakukan penyelidikan internasional. Pernyataan Biden ini menunjukkan perubahan sikapnya.

Namun, dalam laporan New York Times itu juga disebutkan bahwa instruksi Biden adalah contoh yang tiba-tiba yang menunjukkan bahwa Presiden telah turut campur dalam pekerjaan mengumpulkan data mentah dari mereka, yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan menganalisis intelijen untuk dirinya. Pada umumnya, Presiden tidak mau melibatkan diri yang berlebihan dalam persiapan membuat laporan pengarahan intelijen yang akan diterima.

Menurut New York Times, bahwa pihaknya belum jelas apakah tindakan Biden disebabkan oleh perubahan opini publik dari beberapa ilmuwan atau karena tekanan politik dari sekutu Partai Republik mantan Presiden Trump di Capitol Hill. Pasalnya, telah berulang kali menuduh Biden dan Partai Demokrat yang menolak untuk menghadapi teori asal laboratorium.

Pada 26 Mei malam, Senator Republik Indiana Mike Braun dan Senator Republik Missouri, Josh Hawley meloloskan RUU demi deklasifikasi intelijen setiap koneksi potensial antara laboratorium Tiongkok dengan sumber epidemi. 

Sehari sebelumnya, Senat dengan suara bulat setuju untuk memasukkan dua klausul Partai Republik dalam paket besar yang terkait kasus komunis Tiongkok, dengan tujuan melarang transfer dana AS ke Wuhan Institute of Virology (WIV) atau Institut Virologi Wuhan, dan untuk kepentingan penelitian jenis “keuntungan fungsional” di Tiongkok yang dimanfaatkan para ilmuwan untuk membuat patogen lebih kuat.

Josh Hawley mengatakan : “Selama lebih dari setahun, siapa pun yang menyampaikan keraguan tentang WIV telah dicap sebagai ahli teori konspirasi”. “Dunia perlu tahu apakah pandemi itu akibat kelalaian di laboratorium Wuhan, tetapi pemerintah komunis Tiongkok telah berusaha sekuat tenaga untuk mencegah dilakukan penyelidikan tersebut”.

Pompeo : Virus sangat mungkin menyebar dari WIV

New York Times juga menyebutkan bahwa Mike Pompeo, telah merilis sebuah laporan singkat tentang WIV pada hari-hari menjelang selesainya tugas sebagai Menlu AS. Ia menyebutkan bahwa besar kemungkinan, virus menyebar dari institut tersebut karena suatu kecelakaan.

Salah satu data yang dirilis oleh Pompeo adalah pemerintah memiliki alasan untuk percaya bahwa sebelum kasus pertama yang dikonfirmasi dari epidemi muncul, beberapa peneliti di Institut Virologi Wuhan telah jatuh sakit pada musim gugur tahun 2019 dengan gejala yang mirip dengan COVID-19.

Pada 23 Mei, Wall Street Journal mengutip laporan intelijen AS yang mengatakan bahwa, 3 orang peneliti dari Institut Virologi Wuhan itu pergi ke rumah sakit untuk perawatan pada bulan November 2019. Laporan ini telah mendorong semakin banyak seruan dari kalangan politik dan publik AS untuk melakukan penyelidikan yang lebih komprehensif terhadap sumber virus.

Pada 25 Mei, Trump mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa dirinya sudah sejak awal menduga bahwa laboratorium Wuhan adalah sumber virus. “Menurut pendapat saya, hal ini sudah jelas sejak awal”.

209 orang anggota parlemen Republik menyerukan dilakukannya investigasi 

Pada saat yang sama, Steve Scalise, Perwakilan dari Partai Republik di DPR beserta lebih dari 200 anggota DPR-AS rekannya, bersama-sama menulis kepada Ketua DPR Nancy Pelosi yang isinya memintanya untuk menunjuk ketua komite Demokrat yang sesuai, agar segera bergabung dengan seruan Partai Republik untuk melakukan penyelidikan secara menyeluruh terhadap asal mula penyebaran virus komunis Tiongkok (COVID-19) 

Surat terbuka itu menyebutkan : Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa, epidemi itu berasal dari laboratorium Tiongkok, dan pemerintah komunis Tiongkok terus menutup-nutupi fakta tentang epidemi tersebut.

Steve Scalise mengatakan : “Meskipun ada bukti baru ini, Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat tetap acuh tak acuh terhadap peran komunis Tiongkok dalam pandemi ini. Hal lain yang juga sudah jelas terlihat adalah bahwa dalam setahun terakhir, pemerintah komunis Tiongkok yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi WHO. Sehingga ia dapat memengaruhi proses penyelidikan. Oleh karena itu, Amerika Serikat tidak dapat mengandalkan WHO untuk melakukan penyelidikan menyeluruh”.

Dalam surat terbuka itu yang dikirim ke Pelosi tersebut, ke-209 orang Anggota DPR dari Partai Republik mengatakan bahwa karena WHO gagal memberikan pendapat akhir tentang asal usul virus dan tanggung jawab pemerintah komunis Tiongkok. Tugas ini jatuh ke Kongres AS. Partai Republik di DPR, telah meminta Anda untuk mengungkap kebenaran ini. Sekarang saatnya bagi Anda untuk bergabung dalam perjuangan ini.

Epidemi COVID-19 yang mulai menyebar dari Kota Wuhan pada tahun 2019, menjadi wabah dunia akibat pemerintah komunis Tiongkok menyembunyikan fakta dan secara salah mengklaim bahwa virus itu dapat dicegah dan dikendalikan, virus itu tidak akan menyebar dari manusia ke manusia. 

Pada saat yang sama, pemerintah komunis Tiongkok, juga melakukan penekanan terhadap para pelapor epidemi, sehingga menyebabkan virus menyebar tanpa terkendali ke seluruh dunia. Hingga saat ini, virus telah menginfeksi 170 juta orang penduduk dunia dan membunuh lebih dari 3,5 juta jiwa.

Anggota Perwakilan Republik menyatakan, dalam surat itu bahwa jika terbukti pemerintah komunis Tiongkok menutupi fakta tentang epidemi, maka ia harus bertanggung jawab terhadap kematian hampir 600.000 orang warga Amerika Serikat dan jutaan orang lain di seluruh dunia. (Sin)