EtIndonesia. Pada 6 Mei, Associated Press (AP) melaporkan bahwa Presiden Amerika Serikat, Donald Trump diperkirakan akan membuat pengumuman mengejutkan selama kunjungan resminya ke Timur Tengah pekan depan: Amerika Serikat akan mengganti sebutan “Teluk Persia” menjadi “Teluk Arab”. Karena sebelumnya Trump telah mengisyaratkan bahwa dirinya akan menyampaikan “pengumuman besar yang akan mengejutkan dunia”, publik pun mulai berspekulasi bahwa pernyataan ini mungkin berkaitan dengan perubahan nama tersebut.
Menurut laporan AP yang mengutip dua pejabat AS anonim, selama lawatannya ke Arab Saudi, Trump berniat untuk secara resmi menyatakan bahwa Amerika Serikat mulai sekarang akan menyebut wilayah perairan Teluk Persia (Persian Gulf) sebagai Teluk Arab (Arabian Gulf atau Gulf of Arabia).
Perlu diketahui bahwa wilayah Teluk ini berbatasan langsung dengan Iran di sisi timur, dan dengan sejumlah negara Arab di sisi barat, termasuk Kuwait, Arab Saudi, Bahrain, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
Secara historis, sejak abad ke-16 wilayah ini telah dikenal luas dengan nama “Teluk Persia”. Namun, sejumlah negara Timur Tengah, khususnya negara-negara Arab, menyebutnya sebagai “Teluk Arab”. Sejak tahun 1960-an, beberapa negara Arab bahkan mulai mendorong penggantian nama resmi Teluk tersebut menjadi “Teluk Arab”. Namun bagi masyarakat Iran, yang memandang wilayah ini sebagai bagian dari warisan kejayaan Kekaisaran Persia, perubahan nama ini merupakan isu sensitif yang menyentuh sisi emosional dan identitas nasional.
Hingga kini, Google Maps versi Bahasa Mandarin Tradisional dan versi Bahasa Inggris masih mencantumkan nama “Teluk Persia” sebagai penamaan utama, tetapi disertai tambahan dalam tanda kurung “Teluk Arab”.
Faktanya, selama bertahun-tahun, militer AS dalam berbagai siaran pers dan rilis visual kerap menggunakan istilah “Teluk Arab” secara sepihak. Namun, sebagaimana bila Trump mengubah nama Teluk Meksiko menjadi “Teluk Amerika”, keputusan AS untuk mengganti nama Teluk Persia hanya berlaku secara internal dalam dokumen dan pernyataan resmi Pemerintah AS. Keputusan ini tidak bersifat mengikat atau memaksa bagi negara-negara lain di dunia.
Perlu dicatat bahwa pada masa jabatan pertamanya, Trump juga pernah menyebut Teluk Persia sebagai Teluk Arab, yang kala itu langsung ditanggapi sinis oleh Presiden Iran saat itu, Hassan Rouhani, yang menyarankan agar Trump “belajar geografi lebih baik”.Yang juga menarik perhatian adalah bahwa pada 6 Mei, Trump telah menyatakan bahwa dia akan mengumumkan suatu “pernyataan sangat penting” menjelang kunjungannya ke Timur Tengah, yang katanya akan “mengguncang dunia” dan menjadi perkembangan yang sangat positif bagi Amerika Serikat. Namun demikian, harian New York Post mengomentari bahwa belum jelas apakah pengumuman yang dimaksud oleh Trump tersebut memang berkaitan dengan perubahan nama Teluk Persia.(jhn/yn)