Pengamatan Qin Peng
Sudah seminggu penuh sejak Ukraina menginvasi Rusia, dan menduduki wilayah seluas 1.000 kilometer persegi! Putin bersumpah akan mengusir tentara Ukraina, tetapi menghadapi dilema. Kelanjutan perang akan berdampak besar pada dunia, termasuk Pemilu AS.
Apa tujuan serangan balik Kiev? Mengepung Wei dan menyelamatkan Zhao (Strategi menyerang bagian belakang musuh dan memaksa pasukan musuh mundur), atau bersiap menyerang Moskow?
Ukraina Invasi Rusia, Putin Sebut Kiev Demi Persiapkan Perundingan Damai
Pada awal 6 Agustus, tentara Ukraina melancarkan serangan mendadak, dengan memasuki wilayah Negara Bagian Kursk – Rusia dari berbagai arah dan dengan pesat menduduki beberapa pos pemeriksaan serta beberapa benteng pertahanan di daerah tersebut.
Tidak seperti serangan sebelumnya, yang sebagian besar dilakukan oleh sekelompok kecil relawan Rusia yang bertempur ala gerilyawan bersama pasukan Ukraina, kali ini pasukan penyerang berasal dari beberapa brigade Angkatan Darat Ukraina yang tangguh dan berpengalaman dalam pertempuran.
Perang kali ini membingungkan pihak militer Rusia, juga mengejutkan dan membuat sedih penduduk Rusia setempat. Ini juga pertama kalinya dalam sejarah manusia bahwa suatu negara yang memiliki senjata nuklir mengalami penyerbuan, sekaligus untuk kali pertama Rusia diserbu oleh negara lain sejak Perang Dunia II.
Karena blokade informasi yang ketat dari pihak Ukraina, sangat sedikit berita riil tentang perang yang dipublikasikan. Namun, di dalam negeri Rusia, semua jenis berita bertebaran di dunia maya.
Pada Senin (12/8), dalam pertemuan yang diadakan oleh Putin, hadir pejabat pemerintah, pejabat senior keamanan, pejabat daerah perbatasan Rusia, dan penjabat gubernur wilayah Kursk, Alexei Smirnov, yang melaporkan kepada Putin bahwa tentara Ukraina telah bergerak membentang sepanjang 40 kilometer serta 12 kilometer jauhnya ke wilayah Kursk, dan saat ini telah menguasai 28 titik pemukiman Rusia.
Menurut Smirnov, operasi tersebut telah menewaskan 12 warga sipil dan melukai 121 lainnya, di antaranya termasuk 10 anak-anak. Ia mengatakan, sekitar 121.000 warga sipil telah dievakuasi atau meninggalkan sendiri daerah yang terkena dampak pertempuran. Warga yang direncanakan untuk dievakuasi berjumlah 180.000 orang.
Karena kekhawatiran tentang tentara Ukraina yang melancarkan serangan di garis depan kedua, Belgorod, wilayah perbatasan Rusia lainnya yang berdekatan dengan Kursk, saat ini juga telah mengeluarkan perintah evakuasi baru.
Namun, wilayah yang sebenarnya diduduki oleh Ukraina mungkin lebih luas, pimpinan militer Ukraina, Oleksandr Syrskyi menyatakan pada Senin (12/08) lalu bahwa sekitar 1.000 kilometer persegi wilayah Rusia kini berada di bawah kendali Ukraina.
Serangan mendadak ini meninggalkan banyak misteri, misalnya, bagaimana sebenarnya pihak Ukraina merencanakannya? Untuk tujuan apakah? Mengapa pihak Rusia tidak melakukan persiapan? Bahkan dikatakan bahwa para jenderal di jajaran bawah tidak berani mengatakan hal yang sebenarnya kepada Putin, bahwa Putin dibiarkan dalam kegelapan, dan lain sebagainya.
Di antara semuanya, mengenai asal-usul operasi khusus tersebut, harian “Times” Inggris mengungkapkan bahwa menyerang Rusia adalah keputusan paling berbahaya yang pernah dibuat Zelensky sejauh ini. Operasi rahasia itu telah direncanakan selama berbulan-bulan untuk mengejutkan Moskow, dan antara 6.000 hingga 10.000 tentara dialokasikan untuk itu.
“Mereka sempat ragu-ragu karena masalah jumlah pasukan dan sumber daya Ukraina, tetapi Zelensky berusaha mengubah persepsi bahwa Ukraina akan kalah berperang,” tulis Times.
Militer Rusia dibuat kelang-kabut, dn mereka pada dasarnya sama dengan pasukan Komunis Tiongkok, hal itu tidak mengherankan, karena mereka memiliki sistem komando birokrasi kuno dari atas ke bawah. Intelijen yang ditemukan di lapangan perlu dilaporkan lapis demi lapis ke atas, dan tidak mampu memberikan respon cepat terhadap invasi. Selain itu, karena pihak militer Ukraina memperoleh keunggulan udara dengan bantuan NATO, analisis informasi dari pihak Rusia juga tidak cukup komprehensif dan sensitif.
Pada saat yang sama, tentara Rusia mungkin tidak pernah berpikir bahwa tentara Ukraina akan menyerang wilayah Rusia. Oleh karena itu, pasukan utama mereka masih bertempur di Ukraina bagian timur, dan pasukan di sepanjang perbatasan sebagian besar terdiri dari tentara wajib militer yang dengan mudah dikalahkan oleh pasukan Ukraina dengan pengalaman bertempur yang lebih mumpuni.
Realitanya, saya pikir ada alasan penting lain mengapa Kremlin membuat kesalahan penilaian ini: Kemungkinan itu adalah kesalahan penilaian situasi. Tahun lalu, dalam kebocoran dokumen rahasia Pentagon terungkap bahwa Zelensky telah mencoba merencanakan serangan berani di daratan Rusia sejak Januari 2023. Berita ini seharusnya juga menarik perhatian Putin. Namun, kemudian kita melihat Rusia acap kali memperingatkan bahwa mereka akan menggunakan senjata nuklir, sementara AS dan negara-negara lain berusaha membatasi pasokan senjata ke Ukraina yang bisa digunakan untuk menyerang daratan Rusia. Meskipun situasinya sekarang telah berubah, dan mitra NATO telah secara terbuka menyetujui impor rudal serang jarak jauh ke Ukraina, Rusia mungkin masih percaya bahwa Ukraina akan mematuhi pembatasan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain dalam menyerang Rusia.
Misteri lainnya adalah mengapa Ukraina harus menggerakkan perang ini? Dari sudut pandang saat ini, saya pikir ada beberapa target:
Pertama, Meningkatkan Moral Dalam Negeri Sekaligus Memberikan Rasa Percaya Diri kepada Sekutu Barat
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengakui serangan itu pada Sabtu (10/8), dan ia memuji angkatan bersenjatanya atas “tindakan yang mendorong perang ke wilayah agresor”.
“Ukraina sedang membuktikan bahwa mereka betul-betul mengetahui bagaimana memulihkan keadilan, dan memastikan tekanan yang diperlukan pada para agresor,” tegasnya.
Bagi Ukraina, ketika kekurangan pasukan, senjata, dan peralatan, serta menghadapi serangan kejam dari Rusia di lebih dari 1.000 kilometer garis depan, serangan lintas batas ini telah sangat meningkatkan moral publik. Hal ini kondusif untuk membalikkan kekecewaan sekutu domestik maupun internasional lantaran serangan balik Ukraina di wilayah timur telah terjebak ke dalam perang posisional dalam 1 terakhir ini, namun kini dunia luar memperoleh lebih banyak kepercayaan diri.
Kedua, Persiapkan Diri untuk Perundingan Perdamaian di Masa Depan
Pada hari-hari awal invasi, ada spekulasi luas bahwa target utama Ukraina mungkin adalah PLTN Kursk, dengan maksud untuk menukarnya dengan PLTN Zaporozhye yang diduduki Rusia di Ukraina. Banyak teman juga percaya bahwa Ukraina berusaha menyerang Moskow, tetapi, saya tidak berpikir bahwa ini adalah tujuan strategis utama Zelensky. Sebaliknya, kemungkinan terbesar adalah bahwa Ukraina hendak menciptakan kondisi untuk perundingan damai terakhir.
Pejabat senior dari kedua negara baru-baru ini mengungkapkan pendapat yang serupa.
Pada Senin (11/08), Putin menyatakan bahwa serangan itu adalah upaya Ukraina untuk “memperbaiki posisi negosiasinya”.
“Namun, tidak mungkin bagi kami untuk bernegosiasi dengan mereka yang tanpa pandang bulu menyerang warga sipil, dan infrastruktur sipil, atau mencoba mengancam fasilitas tenaga nuklir. Apa lagi yang bisa kami bicarakan dengan mereka?” katanya.
Putin juga berjanji untuk “mengusir musuh” dari wilayah Rusia.
Akan tetapi, saya berpendapat bahwa penolakan Putin untuk terlibat dalam perundingan damai terutama karena perundingan damai akan merusak citra dirinya ketika tentara Ukraina menginvasi negara itu.
Dari pihak Ukraina, penasihat Presiden Zelensky, Mikhail Podoliak, menyatakan pada Kamis lalu (08/08) bahwa serangan lintas perbatasan akan menyebabkan Rusia “mulai menyadari bahwa perang sedang secara perlahan merembet ke dalam wilayah mereka”. Ia juga menyatakan, tindakan seperti itu akan meningkatkan keunggulan Kyiv dalam negosiasi mendatang dengan Moskow.
“Kapan kami bisa bernegosiasi dengan cara yang bisa mendorong mereka atau mendapatkan sesuatu dari mereka? Hanya ketika perang tidak berjalan seperti yang mereka bayangkan,” tukasnya.
Ketiga, Tujuan Operasionalnya adalah Mengepung Wei dan Menyelamatkan Zhao.
Menurut saya, sasaran operasional ketiga Kiev adalah mengepung Wei dan menyelamatkan Zhao (Strategi menyerang bagian belakang musuh dan memaksa pasukan musuh mundur), serta mencoba melepaskan kendali Rusia atas Ukraina bagian timur.
Seorang pejabat AS menyatakan, AS saat ini menilai bahwa salah satu alasan invasi Ukraina adalah untuk mengganggu jalur pasokan Rusia ke garis depan bagian utara di Kharkiv, pasukan Moskow juga pernah melancarkan invasi pada Mei lalu.
Amerika Serikat menyatakan, tidak diberitahu tentang operasi tersebut sebelum diluncurkan. Pemerintahan Biden telah mendesak Ukraina untuk tidak melancarkan serangan militer terhadap Rusia, tetapi pejabat AS menyatakan, serangan itu sesuai dengan aturan AS yang mengizinkan Ukraina menggunakan senjata yang disediakan AS untuk mempertahankan diri, mengingat serangan Rusia terhadap Provinsi Kharkiv. Namun, saya pikir pernyataan ini adalah retorika diplomatik. Sebelum melancarkan perang, Ukraina pasti telah berkomunikasi dengan AS.
Keempat, Secara Resmi Menyerang Moskow? Kemungkinan Kecil
Banyak warganet mengatakan bahwa mereka akan secara resmi menyerang Moskow, tetapi saya pikir itu kemungkinan kecil, dan Ukraina juga tidak memiliki kekuatan yang cukup.
Rybar, sebuah blog militer Rusia yang berpengaruh, menyatakan pada Senin (12/8), “Jelas, (angkatan bersenjata Ukraina) tidak menghindar dari rencana untuk memperluas formasi pertahanan kami, menciptakan jumlah titik ketegangan maksimum dan berencana berupaya menerobos dari bagian timur untuk mengurangi kemampuan pertahanan (Rusia).”
Gangguan semacam ini dipastikan adalah sasaran. Namun, dibandingkan dengan tentara Rusia, Ukraina masih kalah persenjataan dan kalah jumlah di sebagian besar wilayah.
Analis militer yang bermarkas di Wina, Franz-Stefan Gady, menyatakan, fase berikutnya dari invasi Kursk bergantung pada cadangan yang dimiliki kedua belah pihak dan bagaimana mereka mengerahkannya.
Menurut Gady, masalah utama dengan operasi tersebut adalah bahwa operasi itu tidak mengubah permukaan dasar front timur Ukraina. “Operasi Kursk membutuhkan banyak sumber daya, terutama personel infanteri, yang mungkin lebih dibutuhkan di tempat lain,” katanya.
“Setidaknya sejauh ini, kami belum merasakan adanya perubahan.” Seorang perwira militer Ukraina di dekat Chasiv Yar juga mengatakan, “Rusia tidak akan memindahkan pasukan apa pun dari timur ke Kursk. Mereka memiliki cadangan.”
Kendala utama bagi ketidakmampuan Ukraina untuk benar-benar menyerang Moskow datang dari sekutu Baratnya. Serangan kali ini menggunakan tank Bradley Amerika dan kendaraan infanteri MARDER Jerman, tetapi negara-negara seperti Prancis dan Italia saat ini menyatakan, mereka tidak ingin Ukraina menggunakan senjata mereka untuk menyerang wilayah Rusia.
Harap perhatikan bahwa saya menambahkan kata “benar-benar” karena jika mencoba menggerakkan pasukan Rusia agar kembali ke Rusia untuk bertahan, Ukraina mungkin akan berpura-pura maju menuju Moskow.
Korea Utara Tidak Konsisten – Kementerian Luar Negeri Partai Komunis Tiongkok Diejek Warganet
Kita masih perlu mengamati seberapa lama Ukraina dapat bertahan kali ini. Namun, tidak diragukan lagi bahwa serangan Ukraina telah mempermalukan RRT, Rusia, dan Korea Utara.
Bagi Moskow, hal itu sekali lagi telah melanggar garis merah Putin, bahkan garis batas bawah. Putin pernah mengatakan bahwa senjata nuklir akan digunakan, apabila wilayah Rusia atau negara bagian di timur Rusia diserbu.
Bahkan jika ia berperang secara konvensional, Putin akan menghadapi dilema: Jika ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk melawan, hal itu akan menghancurkan kotanya sendiri dan merusak citra kecintaannya terhadap rakyat yang ingin ia ciptakan; dan jika ia menanggapi dengan lamban dan membiarkan pasukan Ukraina bercokol di daratan Rusia untuk waktu yang lama, hal itu juga akan merugikan citranya sendiri.
PKT dan Korea Utara juga sangat canggung. Sebab, hal ini membuat komitmen mereka terhadap Rusia tampak tidak konsisten, dan kini tampak seperti kura-kura yang sering menyembunyikan kepalanya.
Pada 8 Agustus, waktu Beijing, Kantor Berita Xinhua melaporkan bahwa Rusia mengatakan, telah membendung serangan tentara Ukraina terhadap Oblast Kursk. Namun, seminggu kemudian, tentara Ukraina telah memperluas wilayah pendudukan.
Pada 9 Agustus, Stasiun Radio Pusat Partai Komunis Tiongkok mengulang kata-kata Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat, “Serangan Ukraina terhadap Oblast Kursk adalah tindakan terorisme.” Banyak warganet Tiongkok yang mencibirnya: “Serangan Rusia terhadap Ukraina adalah operasi militer khusus, dan serangan balik Ukraina terhadap Rusia adalah tindakan terorisme.”
Di bawah berita yang relevan, komentar warganet Tiongkok ini dianggap sebagai “juru bicara per kapita Kementerian Luar Negeri”: “Kami berharap Rusia akan menahan diri, menyelesaikan perbedaan melalui cara damai, serta menjaga perdamaian dan stabilitas regional. Masalah Kursk memiliki latar belakang sejarah yang kompleks. Situasi yang berkembang hingga hari ini adalah hasil dari upaya bersama semua pihak. Untuk memahami dan mencari solusi yang rasional dan damai, perlu untuk memahami seluk-beluk masalah Kursk dan menyelesaikannya dengan benar atas dasar kesetaraan dan rasa saling menghormati. Masalah keamanan. Rusia dan Ukraina harus menahan diri. Kami memahami dan mendukung keinginan Republik Rakyat Kursk untuk bergabung dengan Ukraina.”
Setelah tersandung berulang kali, Partai Komunis Tiongkok (PKT) menjadi “lebih pintar”. Pada 12 Agustus, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengomentari invasi tentara Ukraina ke wilayah Rusia. Nadanya telah berubah: “Pihak Tiongkok telah memperhatikan situasi yang relevan. Posisi Tiongkok terkait masalah Ukraina konsisten dan jelas, menyerukan semua pihak untuk mematuhi ‘tiga prinsip’ guna meredakan situasi, yaitu, medan perang tidak boleh meluap, perang tidak boleh meningkat, dan semua pihak tidak boleh menggunakan cara bertempur. Pihak Tiongkok akan terus menjaga komunikasi dengan komunitas internasional dan memainkan peran konstruktif dalam mendorong penyelesaian politik atas krisis tersebut.”
Beberapa warganet mengejek bahwa anak berbakti (PKT, red.) itu tidak menyangka ayahnya (Rusia, red.) begitu tak berguna.
Beberapa orang juga teringat akan Korea Utara, dengan dikatakan bahwa Kim Jong-un dan Putin menandatangani perjanjian bantuan pertahanan bersama beberapa waktu lalu, dan berjanji untuk “memberikan dukungan bersama ketika satu pihak diserang”. Namun mengapa Korut kini tidak mengirim pasukan?
Memang, pria tambun itu (Kim Jong-un, red.) agak tidak setia kawan. Putin menghadiahinya mobil mewah sebelum ini dan bahkan merendahkan diri sebagai “sopir pribadi” untuk mengantarnya jalan-jalan. Sekarang Rusia dalam masalah besar, Korea Utara seharusnya mengirimkan sejumlah tentara ke Rusia untuk membantu pertahanan. Di satu sisi, agar tentara Korut berkesempatan makan kenyang yang bergizi, di sisi lain, juga dapat menghabiskan lebih banyak proyektil (Korut, red.) yang mudah meledak di laras meriam sewaktu ditembakkan!
Namun, kita semua sebenarnya juga mengetahui bahwa baik PKT maupun Korea Utara tidak dapat diandalkan: Uni Soviet dulu awalnya yang membesarkan PKT, tetapi PKT dan Uni Soviet beberapa kali pecah kongsi; sebelum perang Rusia-Ukraina, Xi Jinping berjanji kepada Putin bahwa hubungan mereka “tidak akan dibatasi”, tetapi alhasil setelah Rusia mendapat sanksi keras dari komunitas internasional, bantuan RRT terhadap Rusia telah menyusut. Bagaimana dengan Korea Utara? Dengan bantuan PKT, keluarga Kim memenangkan kekuasaan, tetapi mereka juga beberapa kali berseteru. Oleh karena itu, jika Putin atau penggantinya cukup cerdas, ia harus memanfaatkan kesempatan, untuk berani mengkhianati PKT, dan kembali ke kelompok negara-negara demokrasi.
Ini sebenarnya juga merupakan hasil yang tak terelakkan. Orang dahulu berkata: “Jika Anda berteman dengan saling menguntungkan, Anda akan tercerai-berai ketika semua keuntungan habis; jika Anda berteman dengan saling demi kekuasaan, Anda akan runtuh jika kehilangan kekuasaan.” Interaksi di antara diktator selalu memiliki perhitungan kecil mereka sendiri dan tidak memiliki nilai-nilai bersama yang nyata. Faktanya, sulit untuk mempertahankannya dalam waktu yang lama.
Jadi, bagaimana perang Rusia-Ukraina akan berkembang selanjutnya, dan bagaimana hubungan trilateral antara RRT, Rusia, dan Korea Utara akan berkembang? Mari kita tunggu dan saksikan. (Osc/whs)