Pidato di Sidang Umum PBB, Trump Desak Pemimpin Dunia Meminta Pertanggungjawaban Tiongkok karena Menyebabkan Pandemi
Eva Fu
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa dunia “harus meminta pertanggungjawaban Tiongkok atas tindakan mereka” yang menyebabkan pandemi COVID-19 secara global.
“Kami sekali lagi terlibat dalam perjuangan global. Kami telah melakukan pertempuran sengit melawan musuh yang tak terlihat, virus China, yang telah merenggut nyawa yang tak terhitung jumlahnya di 188 negara,” kata Trump yang dikutip oleh The Epoch Times 23 September 2020 dalam pidato yang direkam sebelumnya, saat sidang Umum PBB ke-75 yang digelar secara virtual karena social distancing.
AS, kata Trump, saat ini sedang merintis vaksin COVID-19 yang telah memasuki tahap akhir uji klinis.
Trump mencirikan rezim Komunis Tiongkok sebagai “negara yang melepaskan wabah ini ke dunia.”
Trump mencatat bahwa pada tahap awal, ketika virus pertama kali muncul di pusat kota Wuhan di Tiongkok, Beijing memilih untuk mengunci kota sambil “mengizinkan penerbangan meninggalkan Tiongkok dan menginfeksi dunia. “
“Tiongkok mengutuk larangan perjalanan saya di negara mereka, bahkan saat mereka membatalkan penerbangan domestik dan mengunci warga di rumah mereka,” kata Trump
AS pertama kali meningkatkan peringatan perjalanan ke Tiongkok pada 21 Januari 2020 setelah pasien virus pertama dengan riwayat perjalanan ke Wuhan dikonfirmasi. Kemudian menutup perbatasannya untuk wisatawan dari Tiongkok pada 30 Januari 2020, pada hari yang sama Organisasi Kesehatan Dunia -WHO- menyatakan wabah itu sebagai darurat kesehatan global.
Trump juga mengkritik badan PBB karena terlibat dalam penyembunyian pandemi.
“Pemerintah Tiongkok dan WHO, yang secara virtual dikendalikan oleh Tiongkok, secara keliru menyatakan bahwa tidak ada bukti penularan dari manusia ke manusia. Kemudian, mereka secara keliru mengatakan orang tanpa gejala tidak akan menyebarkan penyakit,” ujar Trump.
Pada 14 Januari 2020, WHO, mengutip pernyataan otoritas Komunis Tiongkok yang mengatakan bahwa “tidak ada bukti jelas penularan dari manusia ke manusia”, tetapi “penularan dari manusia ke manusia yang terbatas” dimungkinkan dan “berpotensi di antara keluarga.”
Trump kemudian berkata : “PBB harus meminta pertanggungjawaban Tiongkok atas tindakan mereka.”
Rezim Komunis Tiongkok tidak secara terbuka memperingatkan tentang risiko penularan hingga 20 Januari 2020.
Dalam pidato video yang disiarkan kemudian selama sidang Umum PBB, pemimpin Komunis Tiongkok Xi Jinping berulang kali menyoroti perlunya “kerja sama” multilateral, sebagai tanggapan atas kritikan Trump. Xi menuturkan bahwa Negara-negara harus “mematuhi pedoman ilmu pengetahuan dan sepenuhnya menjalankan peran utama Organisasi Kesehatan Dunia,” dan menolak upaya “politisasi dan stigmatisasi.”
Pemerintah AS gencar mengkritik rezim Komunis Tiongkok karena kurangnya transparansi selama pandemi dan pelanggaran hak asasi manusia, seperti di wilayah Xinjiang dan Hong Kong, serta penganiayaan terhadap kelompok spiritual Falun Gong.
Pada 21 September 2020, anggota DPR AS dari Partai Republik merilis audit yang menyatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok dan WHO “bersalah” atas penyebaran pandemi. Seandainya mereka bertindak lebih cepat wabah kemungkinan dapat dicegah, menurut laporan Republikan di Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, yang berjudul THE ORIGINS OF THE COVID-19 GLOBAL PANDEMIC, INCLUDING THE ROLES OF THE CHINESE COMMUNIST PARTY AND THE WORLD HEALTH ORGANIZATION.
“Jelas sekali bahwa jika Partai Komunis Tiongkok transparan, dan jika kepala WHO lebih peduli tentang kesehatan global daripada menenangkan Partai Komunis Tiongkok, nyawa dapat diselamatkan dan kehancuran ekonomi yang meluas dapat dikurangi,” kata Michael McCaul, petinggi Partai Republik di komite tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Beberapa anggota parlemen AS telah mengusulkan Rancangan Undang-Undang -RUU- yang menargetkan peran Beijing dalam pandemi.
Pada bulan Juli 2020, enam senator Republik bersama-sama memperkenalkan rancangan undang-undang yang memungkinkan warga Amerika yang terkena dampak, untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap pemerintah Komunis Tiongkok di pengadilan AS.
“Warga Amerika yang telah menjadi korban kebohongan dan tipu daya Partai Komunis Tiongkok … berhak mendapatkan kesempatan untuk meminta pertanggungjawaban Tiongkok dan menuntut kompensasi yang adil,” kata Senator Martha McSally dalam pernyataan pada 20 Juli tentang rancangan undang-undang.
Pada bulan Juli 2020, Amerika Serikat, yang menjadi donator utama untuk WHO yang berbasis di Jenewa, mengumumkan akan menarik diri dari badan tersebut, dengan alasan gagalnya respon pandemi WHO. AS secara resmi keluar dari WHO pada tahun depan. (asr)
Keterangan Foto : Presiden Donald Trump berbicara dalam pesan yang direkam sebelumnya yang diputar selama sesi ke-75 Sidang Umum PBB di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York City, pada 22 September 2020. (United Nations / Handout via Reuters)
Bayi Tidak Bisa Berhenti Menertawakan Ibunya yang Gagal Memukul Bola Golf
Terkadang sepertinya semua orang adalah kritikus! Mackenzie dan Blake Haggett memutuskan untuk berlatih golf di driving range dekat rumah mereka di Las Vegas, Nevada, pada sore musim panas baru-baru ini.
Mereka membawa putri mereka yang berusia 16 bulan, Aria, yang duduk di kursi mobilnya saat mereka mengayunkan stik. Mackenzie, mantan pesenam, masih belajar bermain golf.

Anda bisa tahu dia belum cukup siap untuk menjadi profesional dengan caranya melewatkan bola sepenuhnya. Tapi bukan ayunannya yang membuat semua orang tertawa – itu adalah fakta bahwa Aria tertawa terbahak-bahak begitu ibunya membuat kesalahan!

“Anda tahu Anda payah dalam bermain golf ketika bayi Anda bahkan menertawakan Anda,” tulis Mackenzie di Instagram.
Jangan khawatir, Mackenzie! Anda akan segera mendapatkannya. Sementara itu, kami berharap Aria terus bersenang-senang!
Tonton Aria tertawa dalam video di bawah ini. (yn)
Sumber: inspiremore
Video Rekomendasi:
Atlet Triatlon Ini Mengorbankan Posisi Ketiganya untuk Pesaingnya yang Salah Mengambil Jalur
Diego Méntrida atlet triatlon dari dari Spanyol menginginkan kemenangan seperti atlet lainnya, tetapi dia juga memahami bahwa kemenangan bukanlah bagian terpenting dari kompetisi.
Sebagai atlet triatlon, pria berusia 21 tahun ini tahu berapa banyak darah, keringat, dan air mata yang dibutuhkan setiap peserta untuk bisa samapi di garis finis, apalagi di posisi pertama. Itu sebabnya dia tidak berpikir dua kali untuk berhenti sebelum garis finis di Santander Triathlon 2020 di bulan September.

Pada tahap terakhir balapan, Diego berada di belakang atlet Inggris James Teagle, yang hampir menempati posisi ketiga. Kemudian, dalam sekejap, James secara tidak sengaja salah mengambil jalur dan berlari menabrak pagar.

Kesalahan itu memberi Diego kesempatan untuk maju ke posisi ketiga, tetapi hati nuraninya tidak mengizinkannya untuk melanjutkan. Dalam tampilan sportivitas yang mengharukan, Diego berhenti, menunggu James melewati garis finis lebih dulu.
“James pantas mendapatkan medali ini,” katanya kepada Eurosport.

Video gerakan yang indah tersebut telah menginspirasi jutaan orang, termasuk pemain sepak bola profesional Adrián San Miguel, yang menulis bahwa video tersebut menangkap “nilai-nilai olahraga yang sebenarnya.”
Adapun Diego, menurutnya itu adalah hal yang benar untuk dilakukan.
“Ini adalah sesuatu yang diajarkan orangtua dan klub saya sejak saya masih kecil,” tulis Diego di Instagram-nya. “Menurut saya, hal itu harus dilakukan secara normal.”

Sungguh panutan yang luar biasa! Penyelenggara acara sangat terkesan sehingga mereka menganugerahi Diego dengan tempat kehormatan ketiga, tapi kami yakin penghargaan terbaik untuknya adalah tetap setia pada nilai-nilainya.(yn)
Sumber: inspiremore
Video Rekomendasi:
Anak Rusa yang Terpisah dari Induknya Berpikir Gembala Jerman Adalah Ibunya, Mengikutinya Berkeliling dan Meringkuk
Seekor anak rusa kecil tersesat di Southern Pines, North Carolina, AS, dan dapat dimaklumi dia sangat tertekan ketika tidak dapat menemukan jalan kembali ke ibunya.
Untungnya, anak rusa yang malang itu bertemu polisi yang baik hati dan berbulunya yang sedang dalam pelatihan yang dengan cepat datang membantunya.

Iris, gembala Jerman berusia tujuh bulan yang terdaftar dalam program pelatihan K-9, sedang berjalan-jalan bersama pemiliknya ketika dia melihat rusa kecil yang tersesat.
Iris dan ayah manusianya, Adrian Flores, berjalan-jalan bersama setiap pagi di sepanjang jalan setapak di Southern Pines.
Ini cara yang bagus untuk memulai hari, tetapi suatu pagi, perjalanan mereka terhenti ketika mereka melihat sosok kecil yang pemalu namun penasaran mengikuti mereka.

Anak rusa kecil itu tersesat dan ketika dia melihat Iris, dia mulai membuntutinya seolah-olah dia adalah ibunya.
Ketika Iris menyadari bahwa bayi malang itu ketakutan dan membutuhkan pertolongan, dia mendekati bayi rusa itu dan mencoba menghiburnya.
Anak rusa itu akhirnya lega setelah tahu ada yang menjaganya, dan segera menaruh semua kepercayaannya pada Iris.

Anak rusa itu mencium Iris dan memeluknya, dan Iris membalas cintanya dengan ciuman dan jilatan lembut.
Iris menghabiskan hampir satu jam untuk menghibur anak rusa kecil itu dan menjaganya tetap aman sampai akhirnya menemukan cara pulang ke rumah.

Iris, yang baru saja memulai pelatihan K9-nya, jelas sangat alami dalam melayani dan melindungi dan akan menjadi anjing polisi yang sangat baik suatu hari nanti. (yn)
Sumber: justsomething
Video Rekomendasi:
Memasuki Periode Awal Musim Hujan, Banjir Bandang dan Angin Kencang Melanda di Sejumlah Wilayah
ETIndonesia- Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB melaporkan beberapa kejadian bencana hidrometerologi di beberapa wilayah administrasi, seperti Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dan Kota Singkawang, Kalimantan Barat.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati mengatakan fenomena hidrometerologi yang berujung bencana mendominasi kejadian awal pekan ini, seperti banjir bandang, banjir dan angin kencang.
Kejadian terkini yakni banjir bandang di Kabupaten Sukabumi yang terjadi pada Senin (21/9) dan mengakibatkan dua orang meninggal dunia dan satu lagi masih dalam pencarian.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi masih terus melakukan pemutakhiran data dari lapangan. Dampak banjir bandang tersebut menyasar tiga kecamatan di Sukabumi, Jawa Barat, yaitu Kecamatan Cicurug, Parungkuda dan Cidahu.
Banjir juga terjadi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Senin (21/9) sekitar pukul 17.00 WIB. Banjir disebabkan luapan dua sungai Cianten dan Cisakati yang berada di wilayah kampung Muara 1. Lokasi terdampak di kabupaten ini berada di Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan.
Masih di wilayah Jawa Barat, Kota Bogor juga terdampak banjir pada awal pekan, Senin (21/9), pukul 18.30 WIB. Hujan dengan intensitas tinggi memicu meluapnya debit air Sungai Cisadane yang kemudian mengakibatkan genangan di Kota Bogor. Wilayah terpantau terjadi genangan yaitu di Kelurahan Panaragan, Kecamatan Bogor Tengah. Tinggi muka air terpantau sekitar 30 cm.
Sedangkan di Jawa Tengah, angin kencang melanda Kabupaten Cilacap. Satu rumah roboh akibat insiden angin kencang yang terjadi pada Senin (21/9), pukul 12.30 WIB. Angin kencang terjadi di Desa Sudagaran, Kecamatan Sidareja, Cilacap. Kejadian serupa terjadi di Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat, pada Minggu (20/9), pukul 13.30 WIB.
Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan waspada potensi hujan sedang hingga lebat bersifat lokal disertai angin kencang, kilat/petir pada siang/sore hingga menjelang malam hari (22/9) di wilayah Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten dan Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten dan Kota Bogor, serta Kabupaten dan Kota Sukabumi.
BMKG juga telah mengeluarkan informasi prakiraan awal musim hujan tahun 2020. Sebagian besar wilayah Indonesia diprediksikan akan memasuki periode awal musim hujan mulai akhir bulan Oktober-November 2020.
Selama bulan September-Oktober ini, periode peralihan musim atau pancaroba dari musim kemarau ke penghujan masih berlangsung di beberapa wilayah Indonesia. Kondisi tersebut dapat memicu kondisi hujan tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat.
Serangkaian kejadian bencana di atas menambah daftar jumlah kejadian dari awal Januari 2020 hingga pertengahan September 2020. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga kemarin (21/9), 2.069 bencana telah terjadi dengan korban meninggal dunia mencapai 283 jiwa. Bencana didominasi fenomena hidrometeorologi berupa banjir 773 kejadian, puting beliung 547, dan tanah longsor 378. Sedangkan fenomena hidrometeorologi lainnya yaitu kebakaran hutan dan lahan berjumlah 303 kejadian dan kekeringan 22. (asr)
Wall Street Tetap Mengambil Risiko untuk Tiongkok di Tengah Ketidakpastian Geopolitik
oleh Fan Yu
Bank dan pengelola dana terbesar di Wall Street meningkatkan kinerja kehadirannya di Tiongkok, bahkan saat ketegangan antara Beijing dengan Washington semakin meningkat. Manajer-manajer aset AS sedang bergerak untuk membangun tempat berpijak.
BlackRock, manajer aset terbesar di dunia, menerima persetujuan Beijing untuk mendirikan sebuah usaha Tiongkok dalam kemitraan dengan China Construction Bank dan Temasek, dana kekayaan kedaulatan Singapura.
Sementara itu, Vanguard, sebuah manajer investasi pasif utama Amerika Serikat, pada bulan Agustus mengatakan akan merelokasi kantor pusatnya di Asia ke Shanghai dari Hongkong.
Bank Amerika Serikat JPMorgan Chase dan Citigroup juga mengumumkan rencananya untuk mendirikan divisi pengelolaan dana di Tiongkok.
Mengenai perusahaan-perusahaan sekuritas, bank investasi Goldman Sachs berencana untuk mengambil kepemilikan penuh atas usaha patungan sekuritas Tiongkok, menurutmajalah bisnis Tiongkok Daratan Caixin.
Sedangkan saat ini Goldman Sachs memiliki 51 persen Goldman Sachs Gao Hua Securities Co. Ltd., berencana untuk membeli mitra domestik, menurut mereka yang memiliki pengetahuan informasi tersebut.
Bank lain dengan kepemilikan mayoritas atau 51 persen atau lebih di usaha-usahanya di Tiongkok yang mencakup Nomura Holdings dari Jepang, Credit Suisse dan UBS dari Swiss, dan Morgan Stanley dari Amerika Serikat.
Langkah-langkah para manajer investasi dan bank Wall Street, muncul saat Beijing mengambil langkah menuju pembukaannya yang luas tetapi pasar modal dan industri jasa keuangan yang sangat terlindungi.
Beijing pertama kali mengumumkan pada tahun 2017 bahwa Beijing akan memungkinkan kepemilikan asing mayoritas dalam jasa perusahaan keuangan, dan pada bulan Juli 2019, Beijing mengatakan akan menghapus semua batasan kepemilikan asing pada tahun 2020 terkait dengan broker, sekuritas, dan perusahaan asuransi.
Tetapi bank dan manajer investasi Wall Street bergegas ke Tiongkok, bahkan di tengah meningkatnya ketegangan politik dan perdagangan menjelang pemilu Presiden Amerika Serikat.
Tahun ini, pemerintahan Donald Trump telah menempatkan hubungan Amerika Serikat-Tiongkok di bawah pengawasan tambahan. AS memberlakukan sanksi terhadap Huawei dan sekelompok perusahaan Tiongkok lainnya yang memiliki hubungan dengan militer dan pemerintah Tiongkok, dan meningkatkan upaya untuk melenyapkan celah regulasi yang tersedia untuk perusahaan Tiongkok yang terdaftar di bursa saham Amerika Serikat.
Komunis Tiongkok menjadi lawan utama Amerika Serikat di bidang utama seperti perdagangan internasional, teknologi, dan ideologi.
Tikar Selamat Datang
Mengapa Komunis Tiongkok meliberalisasi industri keuangannya saat ini? Yang pasti, hal tersebut diamanatkan oleh fase satu kesepakatan dagang Amerika Serikat-Tiongkok yang diterbitkan pada bulan Januari.
Salah satu ketentuan menyatakan bahwa Tiongkok harus menghapus semua batas kepemilikan asing atas sekuritas, pengelolaan dana, dan masa depan industri kepemilikan asing dan menghapus “pembatasan diskriminatif.”
Salah satu area yang ditekan oleh pemerintahan Trump pada Beijing adalah mengenai timbal-balik akses pasar.
Selain jasa keuangan, baru-baru ini Trump berfokus pada kurangnya timbal-balik media dengan menempatkan pembatasan aktivitas media Tiongkok di Amerika Serikat. Media Tiongkok dapat dengan bebas menerbitkan dan menyebarkan sudut pandangnya di Amerika Serikat, sementara entitas media Amerika Serikat tidak memiliki kebebasan semacam itu di Tiongkok.
Komunis Tiongkok juga perlu mengadili investasi untuk mempertahankan pasokan dolar Amerika Serikat di pihak Tiongkok. Perusahaan-perusahaan Tiongkok memiliki hampir usd 2 triliun utang dalam mata uang dolar yang belum dibayar di mana perusahaan-perusahaan Tiongkok, perlu layanan menggunakan dolar Amerika Serikat.
Dan, bank-bank Tiongkok telah kehabisan dolar Amerika Serikat sejak tahun 2019, seperti yang dilaporkan pada awalnya oleh The Wall Street Journal.
Sedangkan People’s Bank of China memiliki cadangan devisa sebesar usd 3,2 triliun per bulan Agustus 2020 dan dapat campur tangan jika perlu, kebenaran jumlah itu dipertanyakan oleh beberapa orang peneliti.
Menimbang Risiko dan Manfaat
Ada banyak risiko bagi perusahaan-perusahaan Wall Street yang ingin beroperasi di Tiongkok.
Hambatan yang tiba-tiba baru-baru ini dalam penjualan TikTok yang tertunda oleh ByteDance adalah contoh utama campur tangan Komunis Tiongkok. Beijing mungkin membatalkan kesepakatan divestasi, yang pada akhirnya dapat menyempurnakan kehancuran penilaian TikTok (yang dimulai oleh pemerintahan Donald Trump).
Melihat para investor seperti Sequoia Capital dan KKR dihadapkan dengan sebuah penghapusan yang besar, akankah investor lain enggan berinvestasi di startup Tiongkok yang panas berikutnya? Korupsi adalah ranjau darat potensial lainnya, yang sudah ditimbulkan oleh bank-bank Wall Street.
Pada tahun 2016, JPMorgan didenda oleh regulator Amerika Serikat untuk apa yang disebut “sons and daughters program” atau “program putra dan putri,” yang mempekerjakan kerabat pejabat Partai Komunis Tiongkok untuk memenangkan bisnis untuk anak perusahaannya di Tiongkok.
Itu adalah memalukan bagi JPMorgan dan bank global lainnya, yang menjalankan rencana serupa dengan harapan untuk menjilat pejabat setempat. Dapatkah anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh perusahaan keuangan asing bersaing secara efektif di masa depan?
Ada juga isu-isu lingkungan, sosial, tata kelola dan kekhawatiran lainnya yang menambah kebermaknaan bagi investor. Satu klien utama bank Tiongkok adalah perusahaan domestik Tiongkok, di mana banyak di antara perusahaan domestik Tiongkok tersebut memiliki struktur kepemilikan dan masalah tata kelola yang meragukan.
Dan, bersujud kepada Partai Komunis Tiongkok — sebuah rezim dengan catatan hak asasi manusia yang menghebohkan — sebagai ganti bagi akses pasar adalah tidak akan ditambahkan ke tanda-tanda lingkungan, sosial, tata kelola sebuah bank.
Bencana “Mulan” Walt Disney Co. baru-baru ini adalah pengingat yang terbaru bahwa berbisnis di Tiongkok membawa reputasi risiko yang signifikan.
Dengan asumsi, usaha Tiongkok pada akhirnya akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan induk, pemulangan uang tunai sering menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan multinasional yang beroperasi di Tiongkok.
Beijing menerapkan kendali modal asing yang ketat, yang berarti dana mengalir masuk dan keluar Tiongkok dengan sangat diteliti. Selain pajak dan prasyarat lainnya, perusahaan-perusahaan menghadapi kesulitan tambahan saat membayar dividen kepada perusahaan induk.
Tetapi, mengingat sumber daya hukum dan kepatuhan yang tersedia untuk perusahaan-perusahaan Wall Street, hal tersebut cenderung merupakan masalah yang mahal — tetapi pada akhirnya dapat diselesaikan — Pada akhirnya, Partai Komunis Tiongkok, jika dianggap penting, dapat membelokkan hukum untuk melindungi perusahaan sekuritas setempat. Apa keuntungannya? Sepotong sektor layanan keuangan Tiongkok senilai 45 triliun dolar AS, dan biaya yang terkait dengan pengaturan utang dan ekuitas, manajemen investasi, dan konsultasi merger dan akuisisi. Wall Street mengandalkan merek namanya dan pengalaman luasnya untuk merebut pasar saham dengan cepat.
Perusahaan-perusahaan membuat taruhan jangka- panjang bahwa pertumbuhan di masa depan industri cenderung berasal dari Timur, bukannya Barat. Dan, jika Partai Komunis Tiongkok runtuh di masa depan, tren itu hanya akan mempercepat dan beberapa risiko ini akan hilang.
Ini mungkin adalah strategi yang valid, meskipun dengan tingkat ketidakpastian dan risiko yang tinggi dalam waktu dekat. (vv)
Video Rekomendasi :
Dua Warga yang Hanyut Saat Banjir Bandang di Sukabumi Ditemukan Meninggal Dunia
ETIndonesia- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat melaporkan perkembangan terkini pada Selasa (22/09/2020), pukul 10.00 WIB, dua warga ditemukan meninggal akibat banjir bandang. Satu warga lainnya masih dalam proses pencarian tim gabungan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati mengatakan data yang dilaporkan BPBD setempat masih terus dinamis dan masih dilakukan pendataan hingga kini.
“Data sementara menyebutkan 299 KK terdampak, 210 jiwa mengungsi dan 20 orang luka-luka. Mereka yang mengalami luka-luka sudah dirujuk ke rumah sakit,’ ujarnya dalam siaran persnya.
Pemerintah Kabupaten Sukabumi masih terus melakukan upaya penanganan darurat. Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Sukabumi bersama tim gabungan saat ini terus melakukan pencarian korban hilang.
Di samping itu, tim gabungan bersama masyarakat bergotong royong membersihkan sisa lumpur akibat banjir bandang yang terjadi kemarin (21/9/2020) sekitar pukul 17.00 WIB. Alat berat telah di turunkan guna melakukan pencarian korban dan membersihkan material lumpur.
Pusdalops BNPB melaporkan beberapa kejadian bencana hidrometerologi di beberapa wilayah administrasi, seperti Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kabupaten Cilacap. Selengkapnya : https://t.co/yEPFmQKdER#PusdalopsBNPB #InfoBencanaBNPB pic.twitter.com/Cih6IG1yiK
— BNPB Indonesia (@BNPB_Indonesia) September 22, 2020
BPBD setempat melaporkan Bupati Sukabumi telah meninjau lokasi kejadian dan melihat dampak bencana yang ditimbulkan. Genangan akibat banjir bandang tersebut terpantau telah surut.
TRC BPBD Sukabumi mencatat wilayah yang terdampak di Kabupaten Sukabumi ini yaitu di Kecamatan Cicurug, Parung Kuda dan Cidahu.
Lima desa yang terdampak di Kecamatan Cicurug antara lain Desa Pasawahan (Kampung Cibuntu), Desa Cisaat (Kampung Cipari), Desa Mekarsari (Kampung Lio dan Nyangkowek) dan Desa Bangbayang (Perum Setia Budi), Kelurahan Cicurug (Kampung Aspol).
Sedangkan desa terdampak di Kecamatan Parung Kuda berada di Desa Langensari (Kampung Bojong Astana) dan Desa Kompa (Kampung Bantar). Pusdalops BNPB masih memonitor situasi pascabanjir bandang di tiga kecamatan terdampak.
Sebelumnya diberitakan bahwa hujan dengan intensitas tinggi dan meluapnya Sungai Citarik – Cipeuncit pada hari Senin (21/9), pukul 17.00 WIB, memicu banjir bandang di wilayah Sukabumi, Jawa Barat.
Sementara itu, BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca wilayah Provinsi Jawa Barat pada 22 dan 23 September 2020 masih berpotensi hujan dengan disertai kilat atau petir dan angin kencang. Masyarakat diimbau selalu waspada terhadap potensi bahaya hidrometeorologi seperti angin kencang atau angin puting beliung, banjir, banjir bandang dan tanah longsor. (asr)
Foto : banjir bandang yang menerjang Sukabumi, Jawa Barat akibat meluapnya Sungai Citarik – Cipeuncit pada hari Senin (21/9), pukul 17.00 WIB (Dok BNPB)
Video Rekomendasi :
Dokumen yang Bocor Menunjukkan “Rencana Seribu Bakat” Tiongkok yang Terselubung Terus Berlanjut Meski Ada Pengawasan AS
Eva Fu
Rezim Komunis Tiongkok terus menargetkan orang-orang yang paling berbakat di luar negeri melalui program perekrutan “Rencana Seribu Bakat” yang didanai dengan baik. Program itu berada di bawah pengawasan ketat Amerika Serikat karena dianggap mengancam keamanan nasional.
Rencana Seribu Bakat diluncurkan oleh Beijing pada tahun 2008, yakni program perekrutan yang paling terkemuka yang dikelola negara Tiongkok. Ratusan operasi serupa hadir di tingkat pemerintah pusat dan daerah. Program bertujuan untuk menarik para ahli Tiongkok perantauan dan orang asing yang menjanjikan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendorong penggerak inovasi Tiongkok.
Dari tahun 2007 hingga 2017, lebih dari 7.000 “profesional kelas atas” yang sebagian besar dari luar negeri, berpartisipasi dalam Rencana Seribu Bakat saja, termasuk enam penerima Hadiah Nobel.
Di tengah memperdalam masalah pencurian rahasia dagang dan serangkaian tuntutan dari federal Amerika Serikat yang terkenal, Rencana Seribu Bakat telah disembunyikan, di mana sensor Tiongkok menghapus referensi daring untuk Rencana Seribu Bakat.
Sebuah dokumen mengungkapkan selusin peneliti dan ahli yang menerima nominasi untuk gelar doktor dari universitas Barat atau pernah bekerja di perusahaan Barat dan lembaga akademis Barat.
Salah satu daftar tersebut, disusun pada akhir tahun 2019 oleh badan pemerintah Provinsi Shaanxi. Daftar itu menampilkan semua rekrutan Rencana Seribu Bakat yang akan bekerja di kota Xi’an, ibukota Provinsi Shaanxi, Tiongkok.
Dokumen mencakup jabatan mereka sebelumnya dan kapan mereka akan mulai bekerja di perusahaan setempat di Xi’an, sesuai kontrak yang mereka tandatangani.
Para ahli, dari Amerika Serikat, Inggris, Australia, Denmark, Jerman, dan Jepang, mengkhususkan diri dalam bidang-bidang seperti kecerdasan buatan, biomedis, farmasi, dan biokimia. Industri yang dimiliki Beijing ditargetkan sebagai bagian ambisinya untuk menjadi tokoh pusat manufaktur berteknologi tinggi.
Dokumen itu menyebutkan, seorang profesor kimia di Universitas Illinois di Urbana-Champaign yang berspesialisasi dalam nanoteknologi dan biologi molekuler dinominasikan untuk Rencana Seribu Bakat dan menandatangani kontrak dengan perusahaan teknologi informasi di Xi’an pada bulan September 2019.
Profesor itu mengaku, pada waktu itu, ia berada “dalam transisi” ke pekerjaannya saat ini dan mempertimbangkan untuk pergi kembali ke Tiongkok untuk mengambil pekerjaan sebagai konsultan paruh-waktu di perusahaan Xi’an. Ia kemudian menolak tawaran pekerjaan dan nominasi untuk Rencana Seribu Bakat “justru karena Universitas Illinois di Urbana-Champaign dan media berita Amerika Serikat mendidik masyarakat bahwa Rencana Seribu Bakat itu mungkin memiliki perhatian ‘mata-mata’. Oleh karena itu, ia tidak pernah terlibat dalam program bakat apa pun.
Bakat yang Dikendalikan Partai Komunis Tiongkok
Catatan Laporan Senat pada tahun 2019 menyebutkan bahwa Partai Komunis Tiongkok, yang memainkan peran sentral dalam melaksanakan Rencana Seribu Bakat, mampu “mengerahkan kendali tingkat yang luar biasa” terhadap para anggota untuk memastikan program tersebut memenuhi prioritasnya.
Para anggota Seribu Bakat menandatangani kontrak yang mengikat dengan lembaga-lembaga Tiongkok yang mungkin berisi perjanjian kerahasiaan, yang dapat memberi insentif kepada mereka untuk berbohong saat mengajukan hibah federal Amerika Serikat, mendirikan “laboratorium bayangan” di Tiongkok, dan mentransfer kekayaan intelektual Amerika Serikat, menurut catatan Laporan Senat tersebut.
“Partai Komunis Tiongkok mengendalikan para pemilik bakat,” kata Rencana Pelaksanaan Seribu Bakat Shaanxi yang diterbitkan pada tahun 2017.
Frase yang muncul dalam banyak pidato dan kebijakan Partai Komunis Tiongkok selama bertahun-tahun. “Kata-kata itu sendiri seharusnya menimbulkan kecurigaan,” kata komentator urusan Tiongkok Li Linyi.
Alasan penekanan seperti itu, menurut Li Linyi, adalah bahwa Partai Komunis Tiongkok membutuhkan ahli luar negeri untuk mematuhi Partai Komunis Tiongkok dan membantu Partai Komunis Tiongkok mencuri teknologi asing yang canggih.
Antara tahun 2008 hingga 2016, Tiongkok merekrut sekitar 60.000 orang ilmuwan, akademisi, wirausaha, dan peneliti di luar negeri melalui lebih dari 200 program perekrutan bakat luar negeri, termasuk Seribu Bakat. Menurut laporan bulan Agustus oleh lembaga wadah pemikir Institut Kebijakan Strategis Australia, yang mengutip statistik resmi, setidaknya 600 perekrutan bakat stasiun perekrutan Partai Komunis Tiongkok di luar negeri.
Amerika Serikat sendiri memiliki 146 stasiun perekrutan, jumlah tertinggi di dunia.
Imbalan yang Menguntungkan
Manfaat finansial dari bergabung dengan Seribu Bakat adalah sangat menarik.
Informasi terbaru yang tersedia untuk umum dari pemerintah Shaanxi menunjukkan bahwa selain gaji, “para pemilik bakat terbaik” dan mereka yang dipilih untuk bergabung dengan “tim inovasinya” dapat mengharapkan hingga 2 juta yuan dalam bantuan keuangan. Ditambah dengan insentif tambahan untuk pelatihan dan pengembangan penelitian yang diatur secara individual.
Di bawah program tersebut, para rekrutan dikategorikan sebagai “bakat muda” dan “ahli asing” juga menerima penghargaan pemerintah sebesar 300.000 hingga 1 juta yuan.Para ahli asing menikmati perlakuan hak istimewa untuk visa tinggal, perumahan, perawatan kesehatan, transportasi, asuransi, dan pendidikan anak-anaknya. Kementerian terkait akan menyediakan layanan yang sangat efisien dan nyaman.
Untuk mendorong mereka bekerja di zona teknologi tinggi di Xi’an, pihak berwenang dapat memberi hadiah hingga 4,5 juta yuan per individu, dengan tambahan subsidi perumahan hingga 700.000 yuan, bersama dengan tambahan tunjangan hidup.
Menurut pemerintah Provinsi Shaanxi, zona teknologi tinggi pada tahun 2018 telah melatih 77 ahli untuk program perekrutan bakat nasional Tiongkok dan 82 ahli untuk Program Seribu Bakat tingkat Provinsi Shaanxi, dan telah merekrut lebih dari 4.600 orang ahli asing dan lebih dari 5.400 sarjana Tiongkok yang belajar di luar negeri.
Beberapa ahli yang terlibat dalam Program Seribu Bakat tingkat Provinsi Shaanxi bekerja
dalam mengembangkan teknologi 5G, sistem navigasi satelit Tiongkok BeiDou, dan sirkuit terintegrasi fotonik skala-besar (chip komputer) untuk bersaing dengan perusahaan perangkat keras komputer Amerika Serikat seperti IBM dan Intel,menurut dokumen internal terpisah yang merangkum prestasi Program Seribu Bakat.
Tindakan Amerika Serikat
Jaksa federal dalam beberapa bulan terakhir telah menuntut setidaknya setengah lusin peneliti Amerika Serikat yang terkait dengan hubungan dengan Seribu Bakat.
Pada bulan Juli, James Patrick Lewis, mantan profesor Universitas Virginia Barat yang bekerja untuk Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok yang dikelola negara di bawah Program Seribu Bakat, divonis tiga tahun penjara karena penipuan program federal.
Hampir bersamaan, seorang profesor kelahiran Malaysia di Universitas Arkansas sejak tahun 1988 didakwa atas 42 dakwaan penipuan dan dua dakwaan penipuan paspor. Sebagian besar terkait dengan kegagalannya untuk mengungkapkan ikatan ke perusahaan Tiongkok dan Tiongkok.
Charles Lieber, mantan ketua kimia Universitas Harvard dan departemen biologi kimia Universitas Harvard, didakwa pada bulan Juni untuk dua dakwaan yaitu membuat pernyataan palsu kepada pihak berwenang federal, dan sekali lagi pada bulan Juli untuk merahasiakan pendapatan yang diterimanya dari Seribu Bakat.
Dalam pidatonya tanggal 7 Juli, Direktur FBI Christopher Wray mengatakan FBI membuka kasus baru setiap 10 jam sekali untuk melawan ancaman yang datang dari Tiongkok.
“Pembayar pajak Amerika Serikat secara efektif menanggung tagihan untuk perkembangan teknologi Tiongkok. Tiongkok kemudian memanfaatkan keuntungan haramnya untuk melemahkan lembaga dan perusahaan penelitian Amerika Serikat, menumpulkan kemajuan bangsa Amerika Serikat dan biaya pekerjaan Amerika Serikat,” kata Christopher Wray dalam pidatonya. (vv)
Kampus yang Terpedaya Karena Narasi Komunis Tiongkok Mengenai Pandemi
oleh James Gorrie
Menurut administrasi Universitas Syracuse, tidak ada perbedaan antara orang keturunan Tiongkok dengan Partai Komunis Tiongkok.
Bayangkan tunduk pada sebuah kebijakan yang tidak rasional dan merusak semacam itu.
Membatalkan Profesor
Sayangnya, profesor kimia Universitas Syracuse Jon Zubieta yang berperingkat tinggi
tidak harus membayangkannya, karena ia mengetahuinya secara langsung. Ia ditangguhkan oleh Universitas Syracuse karena menggunakan istilah “flu Wuhan” dan “flu Partai Komunis Tiongkok” untuk menggambarkan virus Partai Komunis Tiongkok (jenis Coronavirus baru) dalam catatan silabusnya.
Beberapa mahasiswa mengeluh, dan tiba-tiba, profesor tetap tersebut diskors dari pekerjaannya. Tetapi di benak mahasiswa yang tersinggung, bahkan skorsing saja tidak cukup sebagai hukuman. Mereka bersikeras, Profesor Jon Zubieta harus dipecat.
Bagaimana ini dapat terjadi di sebuah universitas besar di Amerika Serikat?
Nah, menurut Karin Ruhlandt, Dekan Fakultas Seni dan Ilmu Pengetahuan, dan Wakil Rektor sementara dan Rektor John Liu, Profesor Jon Zubieta tidak hanya anti-Partai Komunis Tiongkok, namun ia juga bersalah, secara implisit, atas “pidato bernada kebencian” terhadap orang Tiongkok.
“Bahasa menghina yang digunakan seorang profesor di silabus perkuliahannya adalah merusak lingkungan belajar bagi mahasiswa kami dan menyinggung orang Tiongkok, internasional, dan orang Asia-Amerika di mana-mana yang mendapat ujaran kebencian, retorika, dan tindakan sejak pandemi dimulai,” kata John Liu dan Karin Ruhlandt dalam sebuah pernyataan.
Dengan kata lain, Profesor Jon Zubieta sedang ditangguhkan.
Tidak Ada Perbedaan Antara Rakyat dengan Partai Komunis Tiongkok
Entah bagaimana, dosa Profesor Jon Zubieta melampaui menyalahkan Partai Komunis Tiongkok atas pandemi Coronavirus atau dengan menyebut Coronavirus sebagai “virus Wuhan.” Profesor Jon Zubieta dituduh oleh Karin Ruhlandt dan John Liu karena ia mengkritik semua orang keturunan Tionghoa, di mana pun berada di seluruh dunia, terlepas dari afiliasi politik atau asal kebangsaannya.
Tuduhan itu, tentu saja, adalah salah.
Bukan berarti fakta penting bagi kepemimpinan Universitas Syracuse atau menyadarkan mahasiswa, tetapi mari kita lihat menurut beberapa cara.
Virus itu memang berasal dari Wuhan. Terlebih lagi, Partai Komunis Tiongkok mengizinkan
wabah virus setempat menjadi pandemi global. Tindakan-tindakan tersebut mencakup membungkam dokter yang berupaya memperingatkan dunia, berbohong mengenai penularan virus ke manusia, mencegah dokter Amerika Serikat untuk memeriksa virus pada tahap awal, dan memungkinkan orang yang terinfeksi virus tersebut bepergian ke luar dari Tiongkok beberapa bulan setelah wabah untuk memastikan virus menjadi pandemi global.
Tentu saja, pembiaran yang dilakukan Partai Komunis Tiongkok terhadap orang-orang Tiongkok yang terinfeksi bepergian ke Eropa dan Amerika Serikat. Semua kebijakan ini ditentukan oleh
Partai Komunis Tiongkok, maka kesalahan dan penyebab virus dan pandemi terletak pada
Partai Komunis Tiongkok. Itulah mengapa Profesor Jon Zubieta adalah benar saat ia merujuk “virus Wuhan” dengan cara yang dilakukannya. Tidak ada nama yang lebih baik atau lebih deskriptif untuk “virus Wuhan.”
Namun, terlihat jelas bahwa dalam pandangan Universitas Syracuse, orang-orang yang mengerikan di Beijing yang mengambil organ manusia dari “para donor” yang masih hidup, yang memenjarakan jutaan orang di kamp kerja, dan menghadiahkan pandemi Coronavirus bagi orang-orang di seluruh dunia, pada kenyataannya, mewakili semua orang Tionghoa.
Bagi para pemimpin universitas yang cemerlang, tampaknya tidak ada bedanya antara Partai Komunis Tiongkok dengan orang-orang yang dihancurkannya dan dirusak oleh Partai Komunis Tiongkok. Jika anda mengkritik Partai Komunis Tiongkok, maka anda adalah seorang rasis anti-Tiongkok dan serba jijik dengan kemanusiaan, dan oleh karena itu, tidak layak untuk mengajar kimia.
Tiongkok Merusak Sekolah-Sekolah Amerika Serikat
Tetapi bukan hanya Universitas Syracuse yang telah menjadi corong dan penegak hukum bagi Partai Komunis Tiongkok. Bahkan sekolah yang paling bergengsi, seperti Harvard,
telah berubah menjadi lembaga penelitian yang benar secara politis dengan cara membantu dan mendukung kebangkitan Tiongkok menuju dominasi global.
Mungkin yang lebih buruk lagi, pengaruh Partai Komunis Tiongkok menjadi tersebar luas di seluruh Amerika Serikat dari sekolah dasar hingga lembaga pascasarjana.
Melalui “inisiatif kebudayaan” seperti Institut Konfusius di kampus universitas dan program seperti Seribu Bakat, Partai Komunis Tiongkok telah berhasil tidak hanya mengubah persepsi siswa Amerika Serikat dan pendidiknya terhadap Tiongkok, tetapi juga membawa mahasiswa dan peneliti Amerika Serikat untuk melayani Partai Komunis Tiongkok dengan memberi akses bagi Partai Komunis Tiongkok untuk memperoleh rahasia teknologi Amerika Serikat.
Untungnya, Institut Konfusius dan program Seribu Bakat ditutup oleh pemerintahan Donald Trump. Tetapi kerusakan sekolah-sekolah dan universitas di Amerika Serikat akibat korupsi yang dipimpin Partai Komunis Tiongkok dan kebenaran politik paling kiri yang telah menyesatkan begitu banyak pikiran adalah masih tersisa.
Anehnya, John Liu dari Universitas Syracuse yang bernama asli Liu Zhanjiang sangat secara terbuka mengutuk dan menghukum rekannya karena pelanggaran rasial yang palsu, John Liu sendiri sangat terlibat dalam komunitas ilmiah Tiongkok.
Misalnya, saat mengunjungi sejumlah universitas di Tiongkok beberapa tahun terakhir, ia juga seorang konsultan untuk Laboratorium Nasional Qingdao untuk Ilmu dan Teknologi Kelautan di Tiongkok dan merupakan anggota Chinese Natural Science Foundation, di antara banyak janji lainnya.
Adalah penting untuk dipahami bahwa tidak ada lembaga ilmu pengetahuan dan akademi Tiongkok di mana John Liu menjadi bagiannya, dapat berjaya tanpa dukungan dan pengawasan Partai Komunis Tiongkok. Namun, di sanalah John Liu menjabat, di struktur kekuasaan teratas Universitas Syracuse.
Tuduhan John Liu terhadap Profesor Jon Zubieta — yang tidak melanggar hukum — paling banter, hampa. Paling buruk, tuduhan-tuduhan tersebut adalah upaya bersama untuk memicu ketegangan rasial dan menghilangkan pengaruh anti-Partai Komunis Tiongkok. Tampaknya hal tersebut berhasil membuat Universitas Syracuse menjadi seperti yang diinginkan Partai Komunis Tiongkok.
Sementara itu, Profesor Jon Zubieta, yang memenangkan Penghargaan Presiden Universitas yang bergengsi untuk Keunggulan dalam Penelitian pada tahun 1988, ACS Division Medal Universitas Syracuse pada tahun 2004, dan dinamai untuk Fakultas 1000, Biologi, dan seorang rekan dari Royal Society of Chemistry, tetap berada di luar kelas. (vv)
James R. Gorrie adalah penulis buku “The China Crisis” (Wiley, 2013) dan menulis di blognya, TheBananaRepublican.com. Dia berbasis di California Selatan.
Keterangan Foto : Pertandingan bola basket Syracuse Orange melawan Cornell Big Red di Carrier Dome di Syracuse, New York, pada 8 November 2013. (Brett Carlsen / Getty Images)
Bekukan Akun Bank Nasabah Tanpa Alasan Jelas, Komunis Tiongkok Dinilai Bertindak Kriminal
oleh Li Ming
Sejak tahun ini karena lingkungan internasional tidak menguntungkan bagi Partai Komunis Tiongkok untuk bertahan, pemerintah Komunis Tiongkok terus memperketat pengontrolan terhadap arus keluarnya modal. Partai Komunis Tiongkok berulang kali menurunkan batasan konsumsi luar negeri yang bisa dilakukan bagi warga negaranya dengan 1001 alasan. Termasuk membekukan rekening bank nasabah yang terkait dengan perdagangan luar negeri, bahkan orang biasa yang melakukan transaksi valas.
Baru-baru ini, sejumlah besar nasabah bank di Tiongkok yang terkait dengan perdagangan luar negeri menemukan bahwa rekening bank mereka telah dibekukan tanpa alasan yang jelas. Jika nasabah ingin memulihkan akun, prosedurnya selain sangat rumit, juga dikenakan biaya admin atau denda yang tinggi. Beberapa orang di industri mengeluh dan menyatakan bahwa tindakan pengendalian modal komunis Tiongkok yang ketat ini sepenuhnya adalah perbuatan kriminal.
Menurut laporan media ‘Sound of Hope’ pada hari Senin, 21 September, baru-baru ini, sejumlah besar pelaku perdagangan luar negeri di daratan Tiongkok memposting di komunitas online keluhan soal rekening bank perdagangan luar negeri mereka dibekukan oleh bank tanpa alasan.
Mereka menelepon bank untuk menanyakan alasannya, dan kebanyakan hanya menyampaikan bahwa informasi yang didaftarkan kepada bank tidak lengkap.
Ketika nasabah ingin memulihkan akunnya yang diblokir, mereka menemukan bahwa prosedurnya sangat rumit. Beberapa nasabah yang sedang berada di luar negeri atau tempat lain, diharuskan datang ke kantor bank dimana akunnya dibuka untuk menjalani prosedur.
Bahkan beberapa nasabah diharuskan membayar terlebih dahulu “denda administratif” dalam jumlah besar, yang angkanya berkisar antara 15% hingga 30% dari jumlah dana yang dibekukan.
Nasabha yang lainnya diancam bahwa jika biaya tidak dibayarkan tepat waktu, maka mereka akan menghadapi risiko akun dibekukan tanpa batas waktu.
Menurut paparan warganet daratan Tiongkok di platform jejaring sosial, sebagian besar tindakan pembekuan kartu debit atau kredit bank dilakukan oleh kantor keamanan publik setempat. Seperti di Wenxian, Henan, Luohe, Chongqing, Lanzhou, Lhasa, Mongolia Dalam, Yunnan, Xinjiang dan lainnya. Bank-bank itu semuanya pernah melakukan pembekuan terhadap kartu bank milik pedagang luar negeri warga negara Tiongkok yang sedang berada di luar negeri.
Blogger keuangan Weibo yang menggunakan nama ‘Feng zhong de chang zhang’ yang mengunggah berita pada 18 September, menyebutkan bahwa kartu bank miliknya yang dikeluarkan oleh bank di kota Yiwu telah dibekukan sepihak. Dia bertanya kepada warganet di Yiwu bagaimana jalannya pasar di kota Yiwu sekarang.
Banyak orang di lingkaran perdagangan luar negeri, antara lain dari Yiwu, Guangzhou, Shenzhen, Shanghai, kota Quanzhou, Fujian meninggalkan pesan dan menanggapi posting blog itu dengan menyebutkan bahwa mereka juga mengalami pembekuan kartu bank seperti yang dialami ‘Feng zhong de chang zhang’ dengan jumlah uang yang dibekukan berkisar dari puluhan ribu hingga puluhan juta.
Ketika banyak warganet membincangkan situasi ini, mereka sangat terkejut. Terungkap bahwa Agricultural Bank of China merupakan bank yang paling rawan dalam membekukan kartu bank milik nasabahnya.
Seorang warganet daratan Tiongkok yang menggunakan nama samaran ‘Sang Jun’ mengungkapkan dalam wawancara dengan ‘Sound of Hope’, bahwa ketika dirinya sedang berlibur di Asia Tenggara pada bulan April tahun ini, tiba-tiba menerima pesan dari keluarganya untuk meneruskan berita yang disampaikan oleh koperasi kredit pedesaan di Provinsi Heilongjiang. Isi pesannya memberitahu bahwa data yang disampaikan kepada bank pedesaan itu tidak lengkap. Pesan memintanya untuk segera datang ke kantor bank untuk melengkapinya. Sang Jun cenderung memilih menunda daripada langsung membeli tiket pulang hanya untuk mengurus hal ini.
Tanpa diduga, ketika ia ingin menarik RMB. 7.000 lewat kartu bank di luar negeri pada bulan Mei, bank tersebut mengirim pesan untuk memperingatkannya bahwa akunnya dicurigai terlibat pencucian uang. Pesan itu mengancam akan memblokir akunnya jika ia tidak datang ke kantor bank tempat ia membuka rekening untuk melengkapi informasi pada tanggal yang sudah ditetapkan.
Hampir sepanjang tahun Sang Jun berada di luar negeri dengan kartu bank tersebut yang telah digunakan sejak lama dengan tanpa masalah. Mengapa ia sekarang tiba-tiba dihakimi dengan ada informasi yang tidak lengkap ?
Sang Jun bingung bercampur marah kemudian menelepon bank pedesaan tersebut untuk mengetahui situasinya. Dari penerima telepon di seberang diketahui bahwa pembekuan kartu bank karena adanya instruksi atasan.
Sang Jun menelepon kantor pusat Heilongjiang yang bertanggung jawab atas bank pedesaan tersebut untuk menanyakan alasannya, tetapi informasi yang didapat adalah kebijakan tersebut dijalankan sesuai dengan aturan yang ditetapkan bank sentral.
Kabarnya, menurut peraturan Bank Sentral Tiongkok bahwa warga negara Tiongkok pemegang kartu bank tidak diperkenankan untuk menarik dana di luar negeri melebihi RMB. 100.000 dalam setahun. Namun Sang Jun yang hanya menarik dana RMB. 7.000,- seharusnya tidak ada masalah. Adapun mengapa ia dituduh melakukan pencucian uang, pihak kantor pusat bank di Heilongjiang hanya menjawab : “Tidak tahu”.
Sang Jun mengungkapkan bahwa Bank Sentral Tiongkok menetapkan bahwa semua kartu bank atas nama warga negara Tiongkok tidak dapat menarik dana melebihi RMB. 100.000,- dalam 1 tahun, dan penarikan satu kartu pada hari yang sama tidak dapat melebihi RMB. 10.000,-
Akun nasabah dapat ditutup jika melakukan pelanggaran. Bahkan jika konsumsi luar negeri pemilik kartu telah melebihi RMB. 1.000 dalam sehari, bank diwajibkan untuk melapor ke otoritas pengawas tingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang ditentukan. Jika tidak bank yang bersangkutan akan dimintai pertanggungjawaban. Sang Jun mengungkapkan bahwa ini adalah cara Partai Komunis Tiongkok dalam upayanya untuk memperketat kontrol devisa.
Sang Jun menilai, alasannya sederhana saja, yaitu komunis Tiongkok mencegah warganya membawa uang renminbi ke luar negeri untuk dibelanjakan. Meskipun standar resminya RMB. 100.000 tetapi RMB. 7.000 pun tidak diperbolehkan.
Hal serupa juga dialami miss Wang dari kota Shenyang, Provinsi Liaoning. Dia biasanya menggunakan kartu bank di luar negeri yang sudah dipakainya selama 6 atau 7 tahun, tiba-tiba dibekukan pada bulan Agustus tahun ini. Bank memberikan alasan yang sama bahwa informasi pribadi perlu diperbarui dan menghendaki miss Wang untuk pulang untuk mengurusnya.
Seorang wanita warganet daratan Tiongkok dengan nama samaran ‘Qin Yang’ juga menyampaikan berita bahwa setelah dia melakukan beberapa penarikan di luar negeri, bank memperingatkannya bahwa penarikan tersebut akan dilaporkan kepada pihak berwenang.
Qin Yang menyampaikan, “Dia menelepon untuk memperingatkan Anda, jangan menarik dananya lagi. Artinya Anda sudah dalam pengawasan. Meskipun pengumuman resmi menentukan bahwa satu orang memiliki kuota penarikan dalam setahun tidak melebihi RMB. 100.000 untuk konsumsi di luar negeri, tetapi pengambilan yang hanya RMB. 20.000 atau 30.000 saja mereka sudah mencak-mencak. Apakah bukan menipu rakyat?”
Masih banyak warganet daratan Tiongkok di platform sosial juga menginformasikan bahwa kartu bank mereka telah dibekukan, tetapi mereka bahkan tidak tahu alasannya. Beberapa warganet meninggalkan komentar.
“Pada dasarnya, hampir setiap hari ada saja teman dalam lingkaran produsen telah memberitahu bahwa akun mereka dibekukan.”
Warganet Tiongkok lainnya mengeluh, “Ini adalah gejala dalam mencegah arus modal keluar dari daratan Tiongkok. Bahkan akun perdagangan luar negeri saja tidak segan-segan untuk dibekukan. Ini tak lain adalah perbuatan kriminal.” (sin)
Video Rekomendasi :
Krisis Pangan Tiongkok di Depan Mata, Otoritas Setempat Memaksa Petani Menebang Pohon Diganti Menanam Padi
Reporter : Li Yun / editor : Li Quan
Pemerintah daerah di Tiongkok memaksa para petani segera menebang tanaman komersial seperti pohon buah-buahan dan kebun sayur, diganti dengan menanam tanaman pangan pokok. Selain itu, mengirim preman untuk mengintimidasi petani, dan mengancam para lansia untuk bertani.
Laporan ini ditegaskan “Bitter Winter”, majalah daring tentang kebebasan beragama dan hak asasi manusia di Tiongkok yang berbasis di Turin, Italia. Pada 14 September 2020 dalam laporannya menyebutkan bahwa Tiongkok sedang menghadapi krisis pangan di tengah pandemi, banjir yang menghancurkan, meningkatnya ketegangan antara Tiongkok-Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia.
Untuk mengatasi krisis pangan, Pemimpin Tiongkok, Xi Jinping pada awal Agustus lalu secara langka menghimbau untuk menghentikan pemborosan makanan di Tiongkok. Sekarang semakin banyak petani yang mengatakan bahwa pemerintah Komunis Tiongkok menggunakan tindakan keras untuk memaksa mereka menanam tanaman pangan.
Pada awal April 2020, Pemerintah Kotapraja Shilai, Kota Xintai, Provinsi Shandong mewajibkan semua desa untuk tidak menanam pohon dalam lima tahun ke depan, hanya menanam tanaman pangan. Pohon yang telah ditanam harus ditebang dalam waktu terbatas untuk bercocok tanam.
Selanjutnya, pemerintah Kotapraja Shilai juga mengirim preman untuk menebang semua pohon populus yang baru ditanam di Desa Zuojiagou tanpa meminta persetujuan penduduk desa. Penduduk desa mengajukan komplain kepada pemerintah daerah setempat, namun jawaban yang mereka dapatkan adalah, “Pemerintah tidak mengizinkan menanam pohon, tetapi menanam padi.”
Penduduk desa di sebuah kabupaten di Kota Xintai mengatakan bahwa pohon yang ditanam di puluhan desa di kota itu dihancurkan oleh preman sewaan pemerintah pada Juli lalu. Para petani tidak berdaya menghadapi para preman yang membawa tongkat kayu panjang. Kebijakan penebangan pohon kali ini merupakan pemaksaan dan tidak ada ruang untuk negosiasi.
Warga desa menuturkan, “Kami tidak bisa menjual pohon yang ditebang, kami hanya bisa menggunakannya sebagai kayu bakar. Lagi pula, orang-orang yang menderita di Tiongkok selalu rakyat jelata.”

Di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, pemerintah memaksa para lansia yang lemah untuk bercocok tanam.
Seorang warga desa mengatakan, “Pemerintah sudah mengeluarkan pemberitahuan bahwa mulai 1 Mei, semua sawah akan ditanami padi, tidak boleh menanam pohon. Jika tidak, hak pengelolaan lahan kami akan dicabut.”
Banyak anak muda setempat yang bekerja di luar daerah, sementara para orang tua yang tinggal di rumah terpaksa bertani karena takut pemerintah merampas ladang mereka. Seorang warga desa berkata dengan sedih, “Saya sudah berusia 70-an, kesehatan saya kurang baik. Sudah puluhan tahun tidak bercocok tanam, tetapi sekarang dipaksa bertani.”
Seorang warga desa paruh baya hanya bisa menghela napas sambil mengatakan, “Pemerintah menyuruh menanam pohon buah-buahan, sesaat kemudian meminta untuk menanam padi, jika tidak, lahan akan disita. Rakyat Tiongkok bahkan tidak memiliki seinci tanah pun. Hanya menurut pasrah apa kata penguasa/ pemerintah.
Bagi petani yang sudah terlanjur menanam buah dan sayur, kerugiannya bahkan jauh lebih parah. Di sebuah desa di Guangzhou, semua pohon buah dan sayuran yang akan segera dipanen dihancurkan dan ditanam dengan tanaman padi dalam tempo 17 hari.
Seorang warga desa berkata dengan kesal, “Berita di media maupun TV mengatakan bahwa negara memiliki banyak cadangan pangan, tepi sekarang memaksa kami menanam padi. Pemerintah tidak pernah mengatakan yang sebenarnya. Bukankah sudah jelas memang tidak ada cadangan pangan?”

Sejak awal Maret 2020, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau World Food Programme (UNWFP), David Beasley telah memperingatkan bahwa epidemi virus Komunis Tiongkok telah berdampak pada ekonomi global. Jumlah orang yang menghadapi krisis pangan yang parah di dunia kemungkinan mencapai 265 juta jiwa pada tahun 2020 ini.
Di bawah serangan epidemi, hujan lebat terus terjadi di Tiongkok selatan sejak Juni hingga Agustus 2020. Sebagian besar wilayah Tiongkok diterjang banjir, dan dalam kondisi darurat. Ketinggian air sepanjang ribuan kilometer di daerah aliran sungai Sungai Yangtze melebihi garis peringatan, dan kondisi banjir di perkotaan dan pedesaan di sepanjang sungai sangat parah.
Dari sekitar Danau Poyang hingga Delta Sungai Yangtze, yang dikenal sebagai “perkampungan ikan dan beras”, dimana lebih dari 5,26 juta hektar lahan, atau setara dengan 1,5 ladang subur di Taiwan, terendam di dalam air. Para ahli mengatakan bahwa krisis pangan akan meletus di Tiongkok pada paruh kedua tahun ini.
Selain itu, karena salju lebat, hujan es, dan kekeringan, daerah penghasil gandum utama di Tiongkok telah menurun tajam produksinya. Sekarang bagian selatan dikepung banjir, dan beberapa bagian provinsi utara mengalami kekeringan yang parah.
Tanaman pokok seperti padi dan jagung gagal panen. Ditambah lagi dengan ngengat atau ulat grayak sang “pembunuh tanaman pokok”, dan serangan belalang dan bencana lainnya, menyebabkan pasokan pangan Tiongkok mungkin telah menyentuh garis aman. (jon)
Video Rekomendasi :