Bekukan Akun Bank Nasabah Tanpa Alasan Jelas, Komunis Tiongkok Dinilai Bertindak Kriminal

oleh Li Ming

Sejak tahun ini karena lingkungan internasional tidak menguntungkan bagi Partai Komunis Tiongkok untuk bertahan, pemerintah Komunis Tiongkok terus memperketat pengontrolan terhadap arus keluarnya modal. Partai Komunis Tiongkok  berulang kali menurunkan batasan konsumsi luar negeri yang bisa dilakukan bagi warga negaranya dengan 1001 alasan. Termasuk membekukan rekening bank nasabah yang terkait dengan perdagangan luar negeri, bahkan orang biasa yang melakukan transaksi valas. 

Baru-baru ini, sejumlah besar nasabah bank di Tiongkok yang terkait dengan perdagangan luar negeri menemukan bahwa rekening bank mereka telah dibekukan tanpa alasan yang jelas. Jika nasabah ingin memulihkan akun, prosedurnya selain sangat rumit, juga dikenakan biaya admin atau denda yang tinggi. Beberapa orang di industri  mengeluh dan menyatakan bahwa tindakan pengendalian modal  komunis Tiongkok yang ketat ini sepenuhnya adalah perbuatan kriminal.

Menurut laporan media ‘Sound of Hope’ pada hari Senin, 21 September, baru-baru ini, sejumlah besar pelaku perdagangan luar negeri di daratan Tiongkok memposting di komunitas online keluhan soal rekening bank perdagangan luar negeri mereka dibekukan oleh bank  tanpa alasan. 

Mereka menelepon bank untuk menanyakan alasannya, dan kebanyakan   hanya menyampaikan bahwa informasi yang didaftarkan kepada bank tidak lengkap. 

Ketika nasabah ingin memulihkan akunnya yang diblokir, mereka menemukan bahwa prosedurnya sangat rumit. Beberapa nasabah yang sedang berada di luar negeri atau tempat lain, diharuskan datang ke kantor bank dimana akunnya dibuka untuk menjalani prosedur. 

Bahkan beberapa nasabah diharuskan membayar terlebih dahulu “denda administratif” dalam jumlah besar, yang angkanya berkisar antara 15% hingga 30% dari jumlah dana yang dibekukan. 

Nasabha yang lainnya diancam bahwa jika biaya tidak dibayarkan tepat waktu, maka mereka akan menghadapi risiko akun dibekukan tanpa batas waktu.

Menurut paparan warganet daratan Tiongkok di platform jejaring sosial, sebagian besar tindakan pembekuan kartu debit atau kredit bank dilakukan oleh kantor keamanan publik setempat. Seperti di Wenxian, Henan, Luohe, Chongqing, Lanzhou, Lhasa, Mongolia Dalam, Yunnan, Xinjiang dan lainnya. Bank-bank itu semuanya pernah melakukan pembekuan terhadap kartu bank milik pedagang luar negeri warga negara Tiongkok yang sedang berada di luar negeri.

Blogger keuangan Weibo yang menggunakan nama ‘Feng zhong de chang zhang’ yang mengunggah berita pada 18 September, menyebutkan bahwa kartu bank miliknya yang dikeluarkan oleh bank di kota Yiwu telah dibekukan sepihak. Dia bertanya kepada warganet  di Yiwu bagaimana jalannya pasar di kota Yiwu sekarang.

Banyak orang di lingkaran perdagangan luar negeri, antara lain dari Yiwu, Guangzhou, Shenzhen, Shanghai, kota Quanzhou, Fujian meninggalkan pesan dan menanggapi posting blog itu dengan menyebutkan bahwa mereka juga mengalami pembekuan kartu bank seperti yang dialami ‘Feng zhong de chang zhang’ dengan jumlah uang yang dibekukan berkisar dari puluhan ribu hingga puluhan juta. 

Ketika banyak warganet  membincangkan situasi ini, mereka sangat terkejut. Terungkap bahwa Agricultural Bank of China merupakan bank yang paling rawan dalam membekukan kartu bank milik nasabahnya.

Seorang warganet daratan Tiongkok yang menggunakan nama samaran ‘Sang Jun’ mengungkapkan dalam wawancara dengan ‘Sound of Hope’, bahwa ketika dirinya sedang berlibur di Asia Tenggara pada bulan April tahun ini,  tiba-tiba menerima pesan dari keluarganya untuk meneruskan berita yang disampaikan oleh koperasi kredit pedesaan di Provinsi Heilongjiang. Isi pesannya memberitahu bahwa data yang disampaikan kepada bank pedesaan itu tidak lengkap. Pesan memintanya untuk segera datang ke kantor bank untuk melengkapinya. Sang Jun cenderung memilih menunda daripada langsung membeli tiket pulang hanya untuk mengurus hal ini.

Tanpa diduga, ketika ia ingin menarik RMB. 7.000 lewat kartu bank di luar negeri pada bulan Mei, bank tersebut mengirim pesan untuk memperingatkannya bahwa akunnya dicurigai terlibat pencucian uang. Pesan itu mengancam akan memblokir akunnya jika ia tidak datang ke kantor bank tempat ia membuka rekening untuk melengkapi informasi pada tanggal yang sudah ditetapkan.

Hampir sepanjang tahun Sang Jun berada di luar negeri dengan kartu bank tersebut yang telah digunakan sejak lama dengan tanpa masalah. Mengapa ia sekarang tiba-tiba dihakimi dengan ada informasi yang tidak lengkap ? 

Sang Jun bingung bercampur marah  kemudian menelepon bank pedesaan tersebut untuk mengetahui situasinya. Dari penerima telepon di seberang diketahui bahwa pembekuan kartu bank karena adanya instruksi atasan. 

Sang Jun menelepon kantor pusat Heilongjiang yang bertanggung jawab atas bank pedesaan tersebut untuk menanyakan alasannya, tetapi informasi yang didapat adalah kebijakan tersebut dijalankan sesuai dengan aturan yang ditetapkan bank sentral.

Kabarnya, menurut peraturan Bank Sentral Tiongkok bahwa warga negara Tiongkok pemegang kartu bank tidak diperkenankan untuk menarik dana di luar negeri melebihi RMB. 100.000 dalam setahun. Namun Sang Jun yang hanya menarik dana RMB. 7.000,- seharusnya tidak ada masalah. Adapun mengapa ia dituduh melakukan pencucian uang, pihak kantor pusat bank di Heilongjiang hanya menjawab : “Tidak tahu”.

Sang Jun mengungkapkan bahwa Bank Sentral Tiongkok menetapkan bahwa semua kartu bank atas nama warga negara Tiongkok tidak dapat menarik dana melebihi RMB. 100.000,- dalam 1 tahun, dan penarikan satu kartu pada hari yang sama tidak dapat melebihi RMB. 10.000,- 

Akun nasabah dapat ditutup jika melakukan pelanggaran. Bahkan jika konsumsi luar negeri pemilik kartu telah melebihi RMB. 1.000 dalam sehari, bank diwajibkan untuk melapor ke otoritas pengawas tingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang ditentukan. Jika tidak bank yang bersangkutan akan dimintai pertanggungjawaban. Sang Jun mengungkapkan bahwa ini adalah cara Partai Komunis Tiongkok dalam upayanya untuk memperketat kontrol devisa.

Sang Jun menilai, alasannya sederhana saja, yaitu komunis Tiongkok mencegah warganya membawa uang renminbi ke luar negeri untuk dibelanjakan. Meskipun standar resminya RMB. 100.000 tetapi RMB. 7.000 pun tidak diperbolehkan.

Hal serupa juga dialami miss Wang dari kota Shenyang, Provinsi Liaoning. Dia biasanya menggunakan kartu bank di luar negeri yang sudah dipakainya selama 6 atau 7 tahun, tiba-tiba dibekukan pada bulan Agustus tahun ini. Bank memberikan alasan yang sama bahwa informasi pribadi perlu diperbarui dan menghendaki miss Wang untuk  pulang   untuk mengurusnya. 

Seorang wanita warganet daratan Tiongkok dengan nama samaran ‘Qin Yang’ juga menyampaikan berita bahwa setelah dia melakukan beberapa penarikan di luar negeri, bank memperingatkannya bahwa penarikan tersebut akan dilaporkan kepada pihak berwenang.

Qin Yang menyampaikan, “Dia menelepon untuk memperingatkan Anda, jangan menarik dananya lagi. Artinya Anda sudah dalam pengawasan. Meskipun pengumuman resmi menentukan bahwa satu orang memiliki kuota penarikan dalam setahun tidak melebihi RMB. 100.000 untuk konsumsi di luar negeri, tetapi pengambilan yang hanya RMB. 20.000 atau 30.000 saja mereka sudah mencak-mencak. Apakah bukan menipu rakyat?”

Masih banyak warganet daratan Tiongkok di platform sosial juga menginformasikan bahwa kartu bank mereka telah dibekukan, tetapi mereka bahkan tidak tahu alasannya. Beberapa warganet meninggalkan komentar.

“Pada dasarnya, hampir setiap hari ada saja teman dalam lingkaran produsen telah memberitahu bahwa akun mereka dibekukan.”

Warganet Tiongkok lainnya mengeluh, “Ini adalah gejala dalam mencegah arus modal keluar dari daratan Tiongkok. Bahkan akun perdagangan luar negeri saja tidak segan-segan untuk dibekukan. Ini tak lain adalah perbuatan kriminal.”  (sin) 

Video Rekomendasi :