Home Blog Page 16

Perkembangan Teknologi AI Tiongkok Dikhawatirkan Memicu Gelombang Penindasan Global terhadap Kelompok Oposisi

EtIndonesia. Sebuah laporan baru memperingatkan bahwa kemajuan teknologi Tiongkok di bidang kecerdasan buatan (AI) dan pengumpulan data—termasuk kemunculan model bahasa besar seperti DeepSeek—dapat memperluas kontrol sosial Beijing terhadap masyarakat dalam negeri. Tak hanya itu, ekspor teknologi tersebut juga berpotensi menyediakan alat baru bagi rezim otoriter di seluruh dunia untuk menindas oposisi dan kebebasan berekspresi.

“Kita hidup di era otoritarianisme berbasis data yang semakin menguat. Teknologi kecerdasan buatan dan sistem pengumpulan serta analisis data digital tengah mengubah cara para diktator membungkam perbedaan pendapat,” tulis laporan tersebut.

“Saat ini, Republik Rakyat Tiongkok menonjol dalam hal pengumpulan dan pemanfaatan data dalam skala serta jenis yang belum pernah terjadi sebelumnya, mencakup sektor publik dan swasta, baik di dalam negeri maupun di luar negeri—semua demi mencapai kendali sosial,”lanjutnya.

Laporan ini diterbitkan oleh International Forum for Democratic Studies, lembaga riset dari National Endowment for Democracy (NED) Amerika Serikat, dan ditulis oleh Valentin Weber, peneliti senior di German Council on Foreign Relations.

Empat Bidang Teknologi yang Patut Diwaspadai

Dalam laporannya, Weber mengidentifikasi empat kemajuan teknologi di Tiongkok yang sangat perlu diwaspadai:

1. Aplikasi AI dalam sistem pengawasan

2. Teknologi imersif dan neuroteknologi

3. Komputasi kuantum yang dapat memecahkan enkripsi data

4. Mata uang digital yang dikendalikan secara terpusat

Tiongkok kini menjadi salah satu pemimpin dunia dalam pengembangan sistem pengawasan berbasis AI. Teknologi ini dapat menganalisis ekspresi wajah, gaya berjalan, dan bahkan mengenali suara, untuk mengidentifikasi perilaku yang dianggap “tidak normal”—semua ini digunakan oleh otoritas untuk mendeteksi potensi gangguan sosial sedini mungkin. Contohnya adalah sistem “Otak Kota” (City Brain), yang sempat digunakan selama pandemi COVID-19 untuk memantau pergerakan warga. Teknologi serupa juga dilaporkan digunakan di wilayah Xinjiang.

“Jika kita membagi pengawasan gaya Tiongkok menjadi tiga tahap: tahap pertama adalah membangun infrastruktur—memasang kamera di mana-mana,” jelas Dr. Weber kepada Voice of America (VOA).  “Tahap kedua adalah dukungan pengambilan keputusan, di mana sistem bisa memberi peringatan seperti, ‘akan ada aksi protes di sini’, dan memungkinkan tindakan preventif.”

Tahap ketiga kini diperkuat oleh munculnya model AI seperti DeepSeek, yang dapat menjalankan tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan oleh aparat, seperti secara otomatis membatalkan reservasi hotel milik aktivis atau mencegah mereka berpindah lokasi untuk berunjuk rasa.

Teknologi Imersif dan Neuro: Pengawasan Lewat Pikiran

Teknologi imersif mencakup perangkat seperti virtual reality headset dan kacamata pintar, yang dapat mengumpulkan data seperti pergerakan pupil mata atau reaksi tubuh yang sulit diamati. Sementara itu, teknologi saraf (neurotechnology), termasuk chip otak, memungkinkan pengumpulan data langsung dari otak pengguna.

Teknologi semacam ini bisa digunakan untuk menyebarkan propaganda politik yang disetujui negara, bahkan dimanfaatkan dalam proses interogasi oleh aparat keamanan. Di Tiongkok, hukum mewajibkan penyedia perangkat semacam itu menyerahkan data pengguna kepada aparat jika diminta.

Komputasi Kuantum dan Risiko Dekripsi Global

Tiongkok juga menjadi negara terdepan dalam komputasi kuantum dan komunikasi kuantum. Jika terus berkembang, teknologi ini secara teoritis dapat memecahkan enkripsi yang saat ini melindungi komunikasi pribadi maupun data perusahaan di internet.

“Jika suatu negara berhasil membangun komputer kuantum yang cukup kuat, dia akan mampu mendekripsi data digital terenkripsi yang tersimpan di internet—baik itu komunikasi pribadi maupun data korporasi,” tulis Weber.

Digital Yuan: Alat Kendali Finansial

Sebagian besar mata uang digital yang beredar saat ini bersifat terdesentralisasi dan tidak berada di bawah kendali pemerintah. Namun Tiongkok telah meluncurkan versi digital dari yuan, yang disebut Digital Renminbi. Laporan menyatakan bahwa penggunaan mata uang ini memungkinkan pemerintah mengakses data keuangan pribadi pengguna, termasuk pola pengeluaran dan lokasi geografis.

“Mata uang ini memungkinkan pemerintah memantau aktivitas pengguna secara relatif mudah dan menjadikannya alat untuk menghukum perilaku yang dianggap tidak pantas—misalnya dengan membatasi atau memutus akses pembelian,” sebut laporan tersebut.

Ekspor Teknologi Pengawasan Gaya Otoriter

Tiongkok telah lama mengekspor teknologi pengawasan ke berbagai negara. Perusahaan seperti Hikvision dan Dahua Technology menguasai sekitar 34% pasar kamera pengawas global. Laporan juga menyebut bahwa teknologi kuantum Tiongkok kemungkinan besar akan diekspor ke Rusia. Negara-negara BRICS seperti Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, bahkan tengah mempertimbangkan untuk membangun jaringan komunikasi kuantum bersama.

Laporan mengungkap bahwa sejak pertengahan 2000-an, Tiongkok sudah mulai mengekspor teknologi pengawasan. Misalnya, pemerintah Beijing dilaporkan pernah mengirimkan perangkat pengganggu sinyal radio ke Zimbabwe, yang kemudian digunakan untuk menyadap percakapan jarak jauh antarwarga.

Kini, ekspor teknologi pengawasan Tiongkok dilakukan secara lebih sistematis—melalui skema “uji coba gratis”, subsidi, atau ditukar dengan sumber daya alam—terutama ditujukan kepada negara-negara berpenghasilan rendah atau sedang.

Tak hanya negara otoriter, Tiongkok juga menjual teknologinya ke negara-negara “abu-abu” atau swing states—negara demokrasi lemah yang rentan terjerumus ke arah otoritarianisme. Selain menjual perangkat keras, perusahaan Tiongkok juga memberikan pelatihan dan dukungan teknis kepada negara pembeli.

“Tiongkok secara tidak proporsional mengekspor sistem pengawasan berbasis AI ke negara-negara otoriter dan demokrasi rapuh, yang cenderung membeli teknologi ini saat mengalami ketidakstabilan domestik atau sedang meningkatkan penindasan,” tulis laporan.

Ekspor teknologi ini juga memperluas kapasitas represif lintas negara milik Beijing. Misalnya, lembaga penegak hukum asing yang menggunakan teknologi Tiongkok dapat lebih efisien memantau atau bahkan menangkap individu yang dianggap tidak disukai oleh Pemerintah Tiongkok. Laporan menyoroti kasus Thailand, yang kerap memulangkan para pembangkang Tiongkok yang melarikan diri ke sana—disebut sebagai konsekuensi langsung penggunaan sistem pengawasan asal Tiongkok.

“Setiap kali sebuah negara baru mengadopsi alat dan strategi ala Tiongkok untuk menindas warganya, dunia pun sedikit demi sedikit mulai menyerupai Tiongkok,” tulis laporan tersebut.

Perangkat Lunak dan Aplikasi Sebagai Alat Pengawasan Global

Perangkat lunak buatan perusahaan Tiongkok juga berfungsi sebagai saluran untuk mengumpulkan data pengguna asing. Contohnya adalah aplikasi TikTok milik ByteDance dan WeChat milik Tencent. Bahkan platform belanja Temu dari Pinduoduo pernah diturunkan dari Google Play Store karena ketahuan mengakses dan menganalisis data pribadi pengguna tanpa izin.

Rekomendasi: Perlu Aksi Bersama dari Negara Demokratis

Laporan ini menyarankan agar pemerintah negara-negara demokratis dan masyarakat sipil:

·        Mengembangkan teknologi yang melindungi privasi,

·        Membangun ekosistem teknologi berbasis nilai-nilai demokrasi, dan

·        Terlibat aktif dalam menetapkan standar teknologi internasional, agar praktik otoriter gaya Tiongkok tidak menjadi norma global.(jhn/yn)

Khawatir Serangan Rusia dan Penarikan Jaminan Keamanan AS, Uni Eropa Luncurkan Dana Pertahanan 150 Miliar Euro

EtIndonesia. Karena kekhawatiran akan kemungkinan serangan Rusia dalam beberapa tahun ke depan dan keraguan terhadap keberlanjutan jaminan keamanan dari Amerika Serikat, Uni Eropa (UE) hari ini resmi menyetujui pembentukan dana militer besar-besaran senilai 150 miliar euro.

Menurut laporan Reuters, para menteri dari negara-negara anggota Uni Eropa mengesahkan pembentukan dana ini dalam pertemuan di Brussel. Ini menandai langkah hukum terakhir untuk pendirian SAFE (Security Action for Europe), sebuah dana pertahanan bersama yang memungkinkan UE memberikan pembiayaan kepada negara-negara yang ikut serta dalam program pertahanan kolektif melalui skema pinjaman bersama antarnegara Eropa.

Menurut sumber diplomatik, dari 27 negara anggota Uni Eropa, sebanyak 26 negara mendukung pembentukan dana ini. Satu-satunya negara yang abstain adalah Hungaria.

Sebagai negara yang memegang presidensi bergilir Uni Eropa saat ini, Polandia mengumumkan di platform media sosial X:  “Kami telah mengesahkan SAFE—ini adalah rencana investasi pertahanan besar pertama yang diluncurkan di tingkat Uni Eropa.”

Polandia menambahkan: “Semakin besar investasi kami untuk menjaga keamanan sendiri, semakin besar pula kemampuan kami untuk mencegah pihak-pihak yang ingin mencelakai kami.”

Kekhawatiran terhadap komitmen Amerika Serikat terhadap pertahanan Eropa semakin meningkat, terutama di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, yang kerap mempertanyakan peran AS dalam NATO dan keengganannya untuk menjamin perlindungan militer terhadap Eropa. Karena ketidakpastian ini, pada bulan Maret lalu Komisi Eropa mengusulkan pembentukan dana militer SAFE.

Setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, negara-negara Eropa makin khawatir akan kemungkinan menjadi target Moskow berikutnya. Dalam tiga tahun terakhir, Eropa telah meningkatkan belanja pertahanan lebih dari 30%. Namun, menurut para pemimpin UE, hal itu masih belum cukup.

Moskow sendiri telah mengecam rencana rearmament (persenjataan ulang) Uni Eropa sebagai tanggapan terhadap “ancaman fiktif” yang diklaim berasal dari Rusia. Namun, pernyataan seperti ini tidak cukup meyakinkan Eropa, apalagi Rusia pernah menyampaikan retorika serupa sebelum akhirnya benar-benar menyerbu Ukraina.

Melalui SAFE, UE berupaya mengatasi hambatan antarnegara dengan menyatukan pembelian alat pertahanan dan memprioritaskan produk buatan Eropa. Salah satu ketentuan utama agar proyek dapat memenuhi syarat pembiayaan dari SAFE adalah bahwa minimal 65% nilai proyek harus berasal dari perusahaan yang berbasis di dalam wilayah Uni Eropa, Kawasan Ekonomi Eropa (EEA), atau Ukraina.

Proyek-proyek yang melibatkan perusahaan dari negara-negara non-UE yang telah menandatangani Perjanjian Kemitraan Keamanan dan Pertahanan dengan UE juga berpeluang mendapatkan pendanaan—selama memenuhi syarat tambahan tertentu.

Britania Raya, misalnya, baru-baru ini menandatangani perjanjian semacam itu dengan Uni Eropa. Hal ini membuka peluang lebih besar bagi perusahaan Inggris seperti BAE Systems untuk berpartisipasi dalam program SAFE.

Komisi Eropa telah mengaktifkan mekanisme legislasi cepat untuk mempercepat pembentukan dana ini, dengan menghindari proses pemungutan suara di Parlemen Eropa. Cukup dengan persetujuan dari negara-negara anggota Uni Eropa, dana SAFE dapat segera diluncurkan.(jhn/yn)

Aroma Perang Kian Menyengat! Eropa Menuju Perang Besar? Titik Waktu Terungkap

EtIndonesia. Apakah Benua Eropa tengah menuju perang besar yang tak terhindarkan? Menurut laporan terbaru dari media Inggris Daily Star dan Daily Mail, potensi konflik besar di Eropa kembali mencuat ke permukaan. Laporan tersebut mengutip hasil riset dari International Institute for Strategic Studies (IISS)—sebuah lembaga think tank pertahanan terkemuka asal Inggris—yang menyatakan bahwa Rusia bisa saja melancarkan serangan terhadap negara-negara Eropa paling cepat pada tahun 2027, dengan skenario tertentu.

Skenario Ancaman: Jika Gencatan Senjata dan Penarikan AS Terjadi

Analisis IISS didasarkan pada sejumlah asumsi strategis yang sangat mungkin terjadi dalam waktu dekat:

1. Ukraina dan Rusia menandatangani kesepakatan gencatan senjata pada akhir tahun ini.

2. Donald Trump kembali berkuasa di Amerika Serikat dan menarik diri dari NATO atau secara drastis mengurangi kehadiran militer AS di Eropa.

3. Amerika Serikat mengalihkan fokus strategisnya untuk menghadapi ancaman dari Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik.

Berdasarkan skenario ini, IISS memperingatkan bahwa jika perang Rusia–Ukraina berhenti sementara, Rusia akan memiliki waktu dua hingga tiga tahun untuk memulihkan kekuatan militernya ke tingkat sebelum invasi 2022. Artinya, mulai tahun 2027, Rusia berpotensi kembali menjadi ancaman militer serius bagi kawasan Eropa, terutama terhadap negara-negara kecil dan rentan di Timur Eropa.

Baltik dalam Ancaman: NATO Didesak untuk Tidak Lengah

IISS secara khusus menyebut bahwa negara-negara Baltik—Estonia, Latvia, dan Lituania—akan menjadi titik panas yang paling terancam jika Rusia kembali menyerang. Laporan itu menekankan bahwa meskipun saat ini kemungkinan Rusia menyerang anggota NATO secara langsung masih tergolong rendah, namun situasi dapat berubah drastis jika pertahanan kolektif NATO melemah.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, Kaja Kallas juga telah menyuarakan kekhawatiran serupa. Keduanya memperingatkan bahwa ambisi militer Rusia tidak hanya terbatas pada Ukraina, dan bahwa Eropa perlu waspada terhadap niat jangka panjang Moskow.

Amerika Tak Lagi Dapat Diandalkan?

Dalam laporan tersebut, IISS juga menyoroti keretakan dalam hubungan trans-Atlantik, khususnya ketergantungan Eropa terhadap kekuatan militer Amerika Serikat. 

Lembaga itu memperingatkan:“Negara-negara Eropa tidak bisa lagi mengasumsikan bahwa Amerika Serikat akan selalu memberikan dukungan militer yang dibutuhkan untuk mempertahankan benua ini dari agresi Rusia.”

Apabila pemerintahan AS berikutnya—misalnya di bawah kepemimpinan Trump—memulai penarikan bertahap pasukan Amerika dari Eropa pada pertengahan 2025, maka Eropa akan segera memasuki fase kerentanan militer, membuka celah bagi Rusia untuk bertindak lebih jauh.

Rusia Tak Akan Melepas Mode Perang

Laporan IISS sejalan dengan hasil riset dari lembaga think tank Amerika Serikat, RAND Corporation, yang dalam laporannya berjudul “Postwar Russian Military Power” menyatakan:

“Meski tercapai gencatan senjata dengan Ukraina, Kremlin kemungkinan besar tetap mempertahankan sistem ekonomi masa perang dan akan terus mendorong proses rekonstruksi militer.”

Artinya, Rusia tidak akan mundur dari jalur militernya, melainkan akan terus membangun kembali kekuatan dan kapabilitas tempurnya.

Peringatan Keras: Waktu Tidak Banyak

Ed Arnold, peneliti senior bidang keamanan Eropa di Royal United Services Institute (RUSI)—lembaga pertahanan ternama Inggris—menegaskan kepada Daily Mail: “Para pengambil keputusan di Barat tidak boleh lagi berpikir naif bahwa mereka masih memiliki waktu bertahun-tahun untuk mempersiapkan diri menghadapi Rusia.”

Dia menekankan bahwa Eropa harus mulai bertindak sekarang, bukan menunggu hingga ancaman menjadi kenyataan.

Kesimpulan: Hitung Mundur Dimulai?

Meski belum ada tanda pasti bahwa Rusia akan memulai serangan ke negara-negara Eropa dalam waktu dekat, laporan-laporan dari IISS, RAND, dan RUSI jelas memperlihatkan satu hal: waktu untuk berjaga-jaga hampir habis. Kombinasi dari potensi gencatan senjata di Ukraina, berkurangnya dukungan militer AS, dan kebangkitan kembali mesin perang Rusia bisa menjadi resep bencana bagi keamanan Eropa.

Apakah kita akan melihat perang besar di Eropa terjadi kembali dalam dekade ini? Para analis menjawab—kemungkinan itu tidak bisa diabaikan.(jhn/yn)

Deng Xiaoping Sudah Memprediksikan Hasil Perang Tarif AS-PKT

oleh Zhou Xiaohui

Hanya beberapa hari setelah Partai Komunis Tiongkok (PKT) meneriakkan “tidak akan berlutut” kepada AS. Pada 12 Mei, PKT dan Amerika Serikat mencapai kesepakatan penurunan tarif selama 90 hari dalam negosiasi di Swiss. PKT setuju untuk menurunkan tarif 125% atas komoditas yang diimpor dari AS hingga menjadi 10%, dan membatalkan tarif balasan lainnya yang diberlakukan terhadap AS sejak 2 April tahun ini. Sedangkan Amerika Serikat setuju untuk menurunkan tarif impor atas sebagian besar komoditas yang diimpor dari Tiongkok dari 145% menjadi 30%. Namun, tarif hukuman sebesar 20% yang terkait isu fentanil tidak dibatalkan, yang berarti bahwa tarif yang dikenakan AS terhadap komoditas impor dari Tiongkok masih cukup tinggi.

Pada 13 dan 14 Mei, juru bicara PKT membuat dua pernyataan terkait masalah fentanil. Awalnya, ia mengatakan bahwa tanggung jawab dari masuk dan beredarnya fentanil di dalam negeri Amerika Serikat adalah urusan Washington, bukan urusan Beijing, dan menuduh Amerika Serikat yang bertindak kurang adil karena mengaikan tarif untuk fentanil, menuntut agar tindakan “fitnah dan upaya pengalihan kesalahan” ini dapat dihentikan. Namun dalam pernyataakn berikutnya, juru bicara PKT mengatakan bahwa pihak Tiongkok memberlakukan dua putaran tarif terhadap fentanil dari Amerika Serikat, dan tindakan balasan tarif dan non-tarif yang telah diambilnya masih tetap berlaku.

Dapat dikatakan bahwa PKT berupaya untuk menghindari tanggung jawab atas produksi dan peredaran narkotika jenis fentanil ini, sehingga tidak membantu utusan PKT dalam negosiasi penurunan labih jauh tarif. Karena dalam pandangan pemerintahan Trump, fentanil yang membunuh sedikitnya 70.000 warga Amerika Serikat setiap tahun, adalah suatu isu serius yang harus diatasi. Sebagai sumber, Partai Komunis Tiongkok dipaksa mengambil tindakan substantif dan efektif untuk mengekang aliran narkoba ke Amerika Serikat. Sebelum ada kemajuan nyata pada masalah ini, pemerintahan Trump tidak akan membatalkan tarif hukuman tersebut.

Sikap pemerintahan Trump yang telah meramalkan perang dagang dapat dilihat dari laporan CNN Amerika Serikat. Ketika Presiden Trump ditanya mengenai apakah tarif AS atas barang-barang asal Tiongkok akan kembali ke 145% jika batas waktu 90 hari berakhir, dan kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan jangka panjang, Trump menjawab: “Tarif dapat meningkat secara signifikan.” Dengan kata lain, Amerika Serikat akan tetap menaikkan tarif, meskipun tidak sampai ke tingkat yang keterlaluan.

Karena hakikat perang tarif AS-PKT adalah pertarungan sistem, maka tidak akan mudah bagi kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan jangka panjang yang dapat diterima oleh kedua belah pihak jika PKT tidak melakukan perubahan mendasar. Jika PKT memilih untuk menghadapi Amerika Serikat demi mempertahankan rezimnya, maka hasil prediksi Deng Xiaoping di tahun 1970-an bakal menjadi kenyataan.

Pada 16 Desember 1978, PKT dan Amerika Serikat mengeluarkan komunike tentang pembentukan hubungan diplomatik, mengumumkan bahwa kedua negara akan saling mengakui dan menjalin hubungan diplomatik mulai 1 Januari 1979. Segera setelah itu, sebagai seorang Wakil Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok, Deng Xiaoping mengunjungi Amerika Serikat selama 9 hari dari 28 Januari hingga 4 Februari 1979. Meskipun ada masalah status di internal PKT, tetapi kedatangan Deng di AS masih mendapat sambutan tingkat tinggi.

Menurut laporan media Tiongkok daratan, Li Shenzhi, Wakil Presiden Akademi Ilmu Sosial Tiongkok dan Direktur Institut Studi Amerika, yang mendampingi Deng Xiaoping dalam kunjungan tersebut, bertanya kepada Deng dalam pesawat: “Mengapa kita begitu mementingkan hubungan kita dengan Amerika Serikat?” Deng Xiaoping menjawab: “Dengan menengok kembali ke beberapa dekade terakhir, kita melihat bahwa semua negara yang memiliki hubungan baik dengan Amerika Serikat telah menjadi kaya.” Subteksnya adalah bahwa negara-negara yang tidak memiliki hubungan baik dengan Amerika Serikat relatif miskin, karena itu RRT juga perlu melakukan hal yang sama.

Kenyataan membuktikan bahwa ekonomi Eropa, Jepang, Korea Selatan usai Perang Dunia II telah mengalami peningkatan pesat dan pembangunan yang sukses dengan bantuan Amerika Serikat. Namun, negara-negara Eropa Timur seperti Jerman Timur dan lainnya yang mengikuti Uni Soviet, serta negara-negara sosialis yang anti-AS seperti Korea Utara, Republik Rakyat Tiongkok, dan Kuba, manakah dari mereka ini yang tidak berada di bawah pemerintahan yang otokratis, bukan saja tanpa kebebasan, tetapi juga dengan ekonomi yang terbelakang dan rakyat yang sengsara?

Jelas, Deng Xiaoping juga menyadari pentingnya menjaga hubungan baik dengan Amerika Serikat, oleh karena itu ia menempatkan pengembangan hubungan baik PKT-AS di urutan tertinggi dalam kepemimpinannya. Pada 24 Januari 1979, saat Deng Xiaoping bertemu dengan tamu dari Amerika Serikat sebelum kunjungannya ke Washington ia mengatakan: “Kami percaya bahwa normalisasi hubungan PKT-AS akan menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan bagi Amerika Serikat untuk menggunakan produk-produk canggihnya membantu PKT mencapai Empat Modernisasi, yang juga bermanfaat bagi Amerika Serikat.”

Di kemudian hari Li Shenzhi pun menulis catatan berikut dalam memoarnya: “Deng Xiaoping sangat mementingkan Amerika Serikat karena ia percaya bahwa untuk melaksanakan kebijakan reformasi dan keterbukaan, kita harus terlebih dahulu membuka diri terhadap Amerika Serikat. Tanpa membuka diri terhadap Amerika Serikat, tidak ada gunanya membuka diri terhadap negara lain.”

Perkembangan ekonomi Tiongkok yang terjadi di era 1980-an tidak dapat dipisahkan dari investasi modal dan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat, tetapi keberhasilan negosiasi dengan Amerika Serikat dan bergabungnya PKT secara resmi ke dalam Organisasi Perdagangan Dunia pada tahun 2001-lah yang benar-benar mendongkrak perkembangan pesat ekonomi Tiongkok. Pada saat itu, para faksi “pemeluk panda” dalam pemerintahan AS tidak menyadari sifat jahat PKT, mereka cuma berharap PKT dapat bertransformasi politiknya melalui pembangunan ekonomi dengan mengintegrasikannya ke dalam sistem ekonomi global.

Namun, setelah sekian dekade berlalu, dan PKT mengalami perkembangan ekonomi yang cepat, orang Amerika Serikat baru menemukan bahwa PKT tidak hanya gagal memenuhi janjinya ketika bergabung dengan WTO, tetapi juga meningkatkan infiltrasi menyeluruhnya ke Amerika Serikat dan Eropa, dengan maksud untuk menguasai dunia dengan ideologi komunis. Menyadari akan adanya ancaman serius terhadap Amerika Serikat yang belum pernah terjadi sebelumnya, Trump melancarkan perang dagang AS-PKT selama masa jabatan pertamanya, kemudian melancarkan perang tarif selama masa jabatan keduanya, selain itu juga melakukan pengekangan multi-segi terhadap PKT.

Tidak diragukan lagi, akan sulit bagi Partai Komunis Tiongkok yang ingin mempertahankan kekuasaan untuk menyetujui tuntutan wajar pemerintahan Trump, seperti membuka pasar secara menyeluruh. Tetapi membuka pasar secara menyeluruh berarti rezim otoriter akan ambruk atau tidak dapat dipertahankan. Maka untuk menipu rakyat Tiongkok, PKT menciptakan opini publik yang menggambarkan dirinya sebagai korban atas perundungan pemerintah Amerika Serikat, dan menunjukkan sikap tegas untuk “tidak akan berlutut” kepada AS. Tetapi di bawah tekanan situasi, PKT terpaksa juga “berlutut” meskipun ia tetap mengaku telah “mencapai kemenangan”, hanya saja ia menggunakan metode kemenangan spiritual.

Jadi, pilihan apa yang akan diambil PKT setelah masa jeda perang tarif 90 hari? Para pemimpin tingkat atas di Zhongnanhai sebaiknya mempertimbangkan pernyataan Deng Xiaoping, apakah mereka sanggup menanggung konsekuensi dari konfrontasi dengan Amerika Serikat. Selain itu, para pemimpin tinggi di Zhongnanhai tidak boleh melupakan apa yang dikatakan Deng Xiaoping pada sidang khusus keenam Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa 1 April 1974: “Jika suatu hari Tiongkok berubah warna dan menjadi negara adikuasa, serta menjadi negara yang mendominasi dunia, menindas, menginvasi, dan mengeksploitasi pihak lain, maka warga dunia patut melabeli rezim Tiongkok sebagai ‘imperialisme sosial’. Hal itu harus diekspos, ditentang, dan digulingkan bersama rakyat Tiongkok.”

Tak seorang pun menyangkal bahwa Tiongkok di bawah kekuasaan PKT saat ini telah memenuhi apa yang pernah diucapkan oleh Deng. Dalam hal ini, bukankah pilihan yang paling tepat bagi warga dunia yang telah melihat wajah asli PKT yang jahat untuk bersama-sama dengan rakyat Tiongkok membubarkan PKT, memulihkan perdamaian di Tiongkok daratan dan dunia? (***)

Rezim Beijing Beralih Mengutuk Hamas, Setelah Gagal Mengacaukan Timur Tengah

Zhou Xiaohui 

Pada 7 Oktober 2023, kelompok militan Hamas Palestina di Jalur Gaza tiba-tiba melancarkan serangan teroris terhadap Israel, mereka memasuki komunitas Israel di Gaza untuk melakukan pembunuhan dan penyanderaan sejumlah warga sipil dari pintu ke pintu. Kekejaman Hamas membuat Israel marah dan tindakan keras militer Israel terhadap Hamas masih berlanjut hingga kini.

Namun, Partai Komunis Tiongkok yang telah lama mendukung kemerdekaan Palestina, enggan secara terbuka mengutuk Hamas, kecuali hanya dengan himbauan agar “semua pihak terkait tetap tenang dan menahan diri, segera menghentikan baku tembak, melindungi warga sipil, dan mencegah supaya situasi tidak semakin memburuk.” 

Jelas sikap seperti itu secara objektif menguntungkan Hamas. Tidak hanya itu, Partai Komunis Tiongkok juga secara sepihak berkolaborasi dengan beberapa anggota inti Hamas dan Hizbullah untuk melakukan beberapa tindakan dari belakang layar.

Anehnya, sikap Partai Komunis Tiongkok (PKT) tiba-tiba berubah drastis setelah serangan teror lebih dari setahun lalu itu, dan setelah militer Israel berhasil melumpuhkan Hamas. Pada 20 Mei, Xiao Jun, Dubes Partai Komunis Tiongkok untuk Israel melalui membacakan teks yang sudah dipersiapkan menyatakan dalam sebuah wawancara dengan reporter ILTV NEWS: “Kekejaman Hamas tidak manusiawi, tidak dapat ditolerir, dan memalukan. PKT menentang dan mengutuk apa yang telah dilakukan Hamas pada 7 Oktober. Hal ini sangat jelas.”

Dalam konferensi pers rutin Kementerian Luar Negeri PKT pada 21 Mei, seorang wartawan media asing bertanya: “Apakah ini merupakan pertama kalinya PKT secara tegas mengutuk serangan Hamas pada 7 Oktober 2023? Jika benar, mengapa sikap PKT berubah saat ini?” 

Kendati Mao Ning, juru bicara PKT tidak memberikan penjelasan yang menjawab topik pertanyaan, melainkan dengan serangkaian ungkapan yang tidak terarah, tetapi juga tidak memberikan penyangkalan. Dari sini terlihat bahwa PKT memang telah mengubah sikapnya terhadap Hamas, dan ini memang untuk pertama kalinya PKT mengutuk kekejaman Hamas.

Mengapa sikap Partai Komunis Tiongkok berubah 180 derajat? Dilihat dari tanda-tanda dan laporan sebelumnya, seperti diketahui bahwa PKT, Rusia dan Iran adalah tiga rezim utama yang mendukung Hamas. Meskipun di permukaan Iranlah yang menyediakan senjata untuk Hamas, tetapi peran yang dimainkan oleh Partai Komunis Tiongkok dari balik layar juga tidak boleh diremehkan.

Tentu kita semua masih ingat, setelah Hamas melakukan serangan teror di Jalur Gaza, seorang juru bicara Hamas mengatakan kepada BBC bahwa serangan itu selain didukung oleh Iran juga oleh negara lain, tetapi ia tidak mengungkap negara mana yang dimaksud. Apakah negara tersebut bukan Partai Komunis Tiongkok? Karena saat itu Rusia sendiri sedang terjebak dalam Perang Rusia-Ukraina dan menghadapi penurunan ekonomi lantaran sanksi, sehingga tidak memiliki kekuatan ekonomi tambahan untuk mendukung Hamas. Jadi satu-satunya pilihan jatuh pada PKT yang berambisi, punya kekuatan, sumber daya keuangan dan niat untuk mengacaukan situasi di Timur Tengah.

Saat itu, beberapa media di Tiongkok mengungkap bahwa dalam konflik lanjutan Israel-Hamas, roket yang ditembakkan ke Israel bukan roket “Qassam” tanpa sistem pemandu (low-end rokets) yang dibuat Hamas sebelumnya, melainkan sistem peluncur roket ganda yang lebih mirip dengan yang digunakan pasukan reguler dan roket dengan spesifikasi seragam yang dapat menembus pertahanan udara Israel “Iron Dome.” Bahkan dalam artikel itu disebutkan bahwa Partai Komunis Tiongkok adalah “militer di dunia yang paling tidak kekurangan senjata penekan seperti peluncur roket ini.”

Kemudian, setelah Israel menyerang bunker bawah tanah Hamas, roket buatan PKT ditemukan di sana. Padahal di awal 2009, media Jerman sudah menerbitkan sebuah artikel berjudul “Roket Hamas buatan PKT.” 

Faktanya, Hamas telah lama bersekongkol dengan Partai Komunis Tiongkok, yang merupakan pendukung finansial terbesar Hamas. Jadi bahwa PKT berada di belakang serangan Hamas ke Israel itu bukan spekulasi tanpa dasar.

Adapun PKT menimbulkan kekacauan dunia, di Timur Tengah lewat mendukung Iran dan Hamas, di Eropa lewat mendukung Rusia, di Semenanjung Korea lewat mendukung Korea Utara, juga rencana mencaplok Taiwan lewat kekuatan, semua tujuannya tak lain adalah mengalihkan perhatian dan menguras energi AS, dan membuatnya tidak dapat berfokus pada kawasan Indo-Pasifik, yang intinya adalah tidak dapat sepenuhnya menanggapi provokasi PKT. Ini sebenarnya yang diharapkan oleh PKT. 

Dengan cara ini, PKT juga dapat mengurangi tekanan akibat terjebak dalam krisis internal dan eksternal serta menghadapi pengepungan dunia. Selain itu, sepanjang sejarah Partai Komunis Tiongkok, taktik umum yang ia gunakan untuk mengalihkan, menyita perhatian dan kekuatan nasional Amerika Serikat adalah melalui cara mendukung negara, rezim, atau organisasi teroris.

Yang sangat mengecewakan PKT adalah gagasan MAGA (Make America Great Again) Trump. Sejak kembali menjabat Presiden AS pada Januari tahun ini, Trump selain mereformasi kebijakan sebelumnya yang dianggap buruk dan mempromosikan pembangunan ekonomi di dalam negeri, tetapi juga menunjukkan pengaruh global Amerika Serikat yang unik kepada dunia luar. 

Contohnya, Amerika Serikat sedang membentuk kembali tatanan ekonomi dunia melalui perang tarif, yang menjadi pukulan telak bagi PKT, yang dianggap sebagai “ancaman nomor satu”. Selain itu AS juga mempromosikan pembicaraan damai Rusia-Ukraina. Di Timur Tengah, AS memberikan peringatan keras kepada Iran, Hamas, Hizbullah, dan angkatan bersenjata Houthi, memperkuat kerja sama dengan Israel, Arab Saudi, dan negara Timur Tengah lainnya, serta mendorong dimulainya kembali perundingan gencatan senjata di Gaza.

Pada awal masa jabatannya, Trump mengeluarkan peringatan keras kepada Hamas, menuntut agar Hamas segera membebaskan para sandera atau mereka akan menghadapi pukulan yang menghancurkan. Pada 12 Mei, Hamas membebaskan seorang sandera warga AS etnis Israel terakhir.

Dalam konferensi pers bersama PM. Kanada Mark Carney yang sedang berkunjung pada 6 Mei, Presiden Trump menyatakan bahwa angkatan bersenjata Houthi Yaman telah sepakat untuk menghentikan tindakan mengancam keselamatan navigasi di perairan Timur Tengah, dan atas dasar ini Amerika Serikat akan menghentikan pemboman terhadap angkatan bersenjata Houthi. Pernyataan Trump yang sebenarnya adalah bahwa Houthi telah mengumumkan bahwa mereka “tidak ingin berperang lagi”, “mereka telah menyerah.”

Pada 14 Mei, sebagai tanggapan terhadap usulan Trump untuk menghancurkan energi nuklir dengan imbalan pencabutan sanksi, Ali Shamkhani, penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Khamenei, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan NBC bahwa Iran telah berjanji untuk tidak lagi memproduksi senjata nuklir, dan melenyapkan uranium yang diperkaya tinggi yang digunakan untuk memproduksi senjata nuklir, setuju untuk memperkaya uranium ke konsentrasi tingkat rendah yang diperlukan bagi penggunaan sipil, selain itu juga mengizinkan inspektur internasional untuk memantau seluruh proses, dengan imbalan pencabutan segera semua sanksi ekonomi terhadap Iran. Ia juga mengatakan Iran bersedia menandatangani perjanjian dengan pemerintahan Trump di Amerika Serikat.

Dari 13 sampai 16 Mei, Trump mengunjungi tiga negara Timur Tengah (Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab) untuk mempraktikkan gagasan baru usungan Amerika Serikat yakni “non-intervensionisme”.  

Sebuah konsep dimana Amerika Serikat tidak akan lagi mendikte gaya hidup negara-negara Timur Tengah, tidak akan terlibat dalam penggulingan rezim, tetapi akan berfokus terhadap kerjasama ekonomi dan penciptaan perdamaian regional. Trump selain berhasil membawa kembali kesepakatan bisnis bernilai triliunan dolar, perjalanan Trump ke Timur Tengah kali ini juga mengkonsolidasikan kerja sama ekonomi, teknologi, dan militer dengan sekutunya di Timur Tengah. Ia juga memperkuat hubungan dengan Suriah, mengisolasi Iran, dan berhasil mencapai reposisi geostrategis Timur Tengah untuk sepenuhnya mengepung PKT.

Bagaikan mengisi air ke dalam keranjang rotan, upaya habis hasil tidak kelihatan. Partai Komunis Tiongkok yang menginvestasikan sejumlah besar dananya untuk “sahabat-sahabat karib” nya di Timur Tengah, dengan maksud membuat gangguan situasi di Timur Tengah untuk mengalihkan perhatian AS dari strategi Indo-Pasifik, akhirnya harus menerima kenyataan bahwa satu per satu dari mereka pergi menjauh. 

Memang kasihan. Agar tidak tampak kesepian dan terasa sendirian, Partai Komunis Tiongkok terpaksa mengubah pendiriannya terhadap Hamas. Namun, kendati sikap diubah, pemerintahan Trump tidak akan menganggap enteng kemampuan kamuflase bunglon tiruan PKT yang merupakan akar penyebab kekacauan dunia. Tampaknya, kisah petani dan ular tidak akan terulang kembali. (sin/whs)

Jari Kelingking Gadis Remaja di Thailand Tersangkut di Gagang Pintu Selama 9 Jam, Dokter Menggunakan Perkakas Listrik untuk Membebaskannya

EtIndonesia. Seorang gadis remaja di Thailand mendapati dirinya dalam situasi aneh dan menyakitkan ketika jari kelingkingnya tersangkut di gagang pintu yang rusak selama lebih dari sembilan jam.

Pada hari Minggu (26/5), gadis berusia 16 tahun itu dilaporkan mencoba membuka kunci pintu kamar tidur yang rusak dengan memasukkan jari kelingkingnya ke lubang tengah gagang pintu, dalam upaya putus asa untuk keluar.

Namun, jarinya malah tersangkut di dalam, dan upaya berulang kali untuk menariknya keluar hanya memperburuk keadaan.

Seiring berjalannya waktu, jarinya mulai membengkak, membuatnya hampir mustahil untuk dilepaskan.

Akhirnya, keluarganya mendobrak pintu kamar tidur, tetapi bahkan saat itu, gagang pintu masih tersangkut di kelingkingnya.

Tanpa pilihan lain, mereka membawanya — gagang pintu dan semuanya — ke Rumah Sakit Maharat Nakhon Ratchasima sekitar pukul 01: 50 dini hari, menurut Thairath.

Para dokter segera meminta bantuan dari Yayasan Penyelamatan Hook 31 Nakhon Ratchasima, dan bersama-sama mereka mulai bekerja menggunakan peralatan khusus.

Di antara peralatan yang digunakan adalah pemotong plasma dan gerinda sudut, yang biasanya ditemukan di lingkungan industri.

Karena kelingking gadis itu tersangkut sangat dalam, ada risiko tinggi cedera serius.

Dia diberi tiga kali anestesi untuk membuat area tersebut mati rasa saat mereka bekerja.

Meskipun kehilangan banyk darah, gadis itu akhirnya berhasil mengeluarkan jarinya dengan selamat oleh tim medis dalam waktu satu jam.

Untungnya, prosedurnya berhasil, dan gadis itu diharapkan pulih sepenuhnya.(yn)

Sumber: mustsharenews

Wanita yang Koma Selama 3 Minggu Menjelaskan Seperti Apa Rasanya dan Bagaimana Dia ‘Menjalani Kehidupan Kedua’

EtIndonesia. Seorang wanita berbicara tentang mimpi ‘paling gila dan paling menakutkan’ saat koma selama pengakuan yang cukup mengejutkan.

YouTuber Kanada, Amanda van der Gulik berterus terang kepada penggemarnya ketika dia merinci insiden yang mengubah hidup yang terjadi padanya.

Dia menjelaskan bahwa dia telah tertular pneumonia yang semakin parah setelah dokter gagal menyadari sejauh mana penyakitnya, percaya bahwa dia hanya menderita flu berat.

Setelah mendapatkan antibiotik, Amanda menjelaskan bahwa kondisinya sampai pada titik di mana dia tidak bisa bergerak dan kesehatannya terus menurun.

Bersama pasangannya, dia memilih untuk kembali ke dokter, kali ini di UGD dan mereka menemukan bahwa penyakitnya telah menyebar ke kedua paru-parunya, kadar oksigennya rendah dan dia dirawat di rumah sakit.

Sayangnya, rumah sakit setempat yang dia kunjungi tidak memiliki ICU dan dokter menyarankan dia untuk dikirim ke rumah sakit yang memilikinya karena kondisinya memburuk.

Satu ditemukan 45 menit jauhnya, tetapi agar dia dapat dipindahkan, dia harus diinduksi koma secara medis.

Pada saat itu, dokter memberi tahu pasangan Amanda bahwa dia hanya akan koma selama beberapa hari, hanya waktu baginya untuk stabil dan kemudian dia akan dihentikan pengobatannya dan proses penyembuhan akan dimulai.

Tetapi keadaan berubah menjadi lebih buruk lagi, karena kondisi Amanda tidak membaik, malah mulai menurun sekali lagi, dan dia mengatakan bahwa dia mengalami ARDS, yang merupakan sindrom gangguan pernapasan akut. Ini akhirnya berarti bahwa ‘paru-parunya telah menyerah’ dan tidak dapat lagi berfungsi sendiri.

Ini memperpanjang waktu komanya menjadi total tiga minggu dan dalam video tersebut Amanda berbicara tentang mimpi dan mimpi buruk yang menakutkan dan nyata yang dialaminya.

Dia berkata: “Saya mengalami mimpi yang paling gila. Saya mengalami mimpi buruk yang paling menakutkan dalam hidup saya, itu mengerikan.

“Mereka menyebutnya psikosis ICU tetapi itu sangat nyata sehingga hampir lebih nyata daripada kenyataan.

“Setiap pengalaman dalam hidup saya yang berarti bagi saya, setiap ketakutan yang pernah saya alami, setiap manipulasi yang pernah terjadi pada saya, semuanya bercampur menjadi cerita mimpi buruk yang mengerikan.

“Seolah-olah saya menjalani kehidupan kedua dan ingatan itu begitu kuat, lebih kuat dari ingatan kehidupan normal yang saya miliki dan ingatan itu begitu jelas hingga masih jelas, ingatan itu tidak pernah hilang.”

Kedengarannya sama sekali tidak ideal, dan agak menakutkan, tetapi Amanda mencatat bahwa dampak dari mimpi-mimpi ini telah berkurang seiring berjalannya waktu.

Setelah tiga minggu, Amanda mengatakan paru-parunya mulai bekerja sama dan ia dapat dikeluarkan dari koma dan memulai proses penyembuhannya.(yn)

Sumber: unilad

Wanita Memergoki Suami Selingkuh dengan Sikat Gigi Elektrik

EtIndonesia. Seorang wanita Inggris mulai curiga suaminya selingkuh setelah memeriksa data pada aplikasi pendamping sikat gigi elektriknya dan menyadari bahwa mereka menyikat gigi pada waktu-waktu yang tidak biasa.

Paul Jones, seorang detektif swasta Inggris dengan pengalaman lebih dari satu dekade, baru-baru ini menceritakan salah satu kasusnya yang paling tidak biasa. Memergoki pasangan yang selingkuh saat beraksi jarang terjadi, tetapi yang lebih jarang lagi adalah memergoki mereka selingkuh dengan sikat gigi elektrik. Namun, itu bisa saja terjadi!

Salah satu klien Jones, seorang ibu dua anak yang sudah menikah yang mencoba memperbaiki kebiasaan menyikat gigi anak-anaknya dengan memantau penggunaan sikat gigi elektrik mereka melalui aplikasi telepon pintar, menyadari bahwa sikat gigi tersebut digunakan pada waktu-waktu yang tidak biasa dalam sehari ketika anak-anaknya seharusnya berada di sekolah dan suaminya di tempat kerja. Setelah memastikan bahwa anak-anaknya memang berada di sekolah, dia menegur suaminya, yang mengaku telah pergi bekerja sepanjang hari.

“Seiring berjalannya waktu, klien menyadari bahwa riwayat menyikat gigi pasangannya dicatat pada waktu-waktu yang aneh, yaitu saat mereka seharusnya bekerja,” kata Jones. “Awalnya, hal itu tidak tampak penting, menyikat gigi pada Jumat pagi tidak langsung menimbulkan tanda bahaya.”

Namun, seiring berjalannya waktu, wanita tersebut mulai melihat suatu pola. Sikat gigi elektrik tersebut digunakan pada Jumat pagi, saat suaminya seharusnya bekerja. Kenyataannya, suaminya tidak masuk kerja pada Jumat pagi selama berbulan-bulan. Sebaliknya, dia berselingkuh dengan seorang rekan kerja di rumah keluarga, karena tahu tidak akan ada seorang pun di sana.

“Data tersebut diberi cap waktu, sering kali berdasarkan lokasi, dan tanpa emosi,” kata Jones tentang data yang dicatat oleh perangkat pintar saat ini. “Ketika sebuah perangkat mengatakan seseorang menyikat giginya pada pukul 10:48 pagi saat mereka seharusnya mulai bekerja pada pukul 9 pagi, hal itu sangat sulit dijelaskan.”

Jones memperingatkan pasangan yang suka selingkuh bahwa perangkat pintar seperti asisten suara dan sikat gigi dapat menyimpan informasi yang memberatkan, dan betapa pun curangnya mereka sebagai manusia, “data yang tidak bersalah” dapat membuat mereka ketahuan.(yn)

Sumber: odditycentral

5 Tips Diet Ini Dapat Membantu Mencegah Refluk Asam Lambung di Musim Panas Ini

EtIndonesia. Sistem pencernaan Anda tidak berfungsi maksimal selama musim panas. Suhu tinggi dapat memengaruhi selera makan dan pencernaan kita dalam banyak hal. Akibatnya, masalah pencernaan menjadi lebih umum selama musim panas. Dehidrasi juga cukup umum terjadi selama hari-hari musim panas yang dapat memperburuk masalah pencernaan, terutama refluk asam lambung.

Asam lambung naik adalah salah satu masalah yang paling umum. Oleh karena itu, penting untuk membuat perubahan pada pola makan dan gaya hidup Anda yang membantu mendukung pencernaan yang lancar dan mencegah asam lambung naik.

Berikut adalah beberapa tips tersebut.

Untuk mencegah asam lambung naik selama musim panas, pertimbangkan tips berikut:

  1. Makan makanan yang lebih kecil tetapi sering

Makan dalam porsi yang lebih kecil sepanjang hari dapat membantu mengurangi tekanan pada perut Anda. Tidak seperti makanan besar dan berat, makanan tersebut mudah dicerna oleh sistem pencernaan Anda.

  1. Tetap terhidrasi

Minum banyak air sangat penting untuk kesehatan Anda secara keseluruhan. Air juga membantu pencernaan. Selain air, Anda juga dapat memilih air lemon, susu mentega, air biji chia, dan minuman hidrasi lainnya. Hindari juga kafein dan alkohol karena dapat membuat Anda dehidrasi.

  1. Pilih makanan dengan bijak

Pilih protein rendah lemak, biji-bijian utuh, buah-buahan, dan sayuran sambil mencoba membatasi makanan pedas atau berlemak yang dapat memicu refluks. Musim panas juga menawarkan banyak buah kaya air yang harus menjadi bagian dari diet Anda.

  1. Hindari berbaring setelah makan

Jika Anda telah makan makanan berat, cobalah untuk tetap tegak setidaknya selama beberapa jam untuk mencegah refluks asam. Berjalan kaki selama 15 menit dapat memberikan keajaiban. Ini akan membantu pencernaan dan juga mendukung penurunan berat badan.

  1. Batasi konsumsi kafein dan minuman berkarbonasi

Minuman berkarbonasi, teh, dan kopi dapat merangsang produksi asam, sehingga meningkatkan kemungkinan refluks.

Tips sederhana ini dapat membantu Anda mengelola refluks asam musim panas ini. Menambahkan makanan pendingin seperti gond katira, bel sharbat, dan sattu ke dalam diet Anda juga dapat membantu.(yn)

Sumber: ndtv

Stephen Hawking Memberikan Jawaban yang Menakutkan Ketika Ditanya Tentang Masa Depan AI

EtIndonesia. Stephen Hawking memberikan respons yang menakutkan ketika ditanya tentang pemikirannya tentang masa depan kecerdasan buatan (AI) pada tahun 2014.

Ahli fisika teoretis, kosmologi, dan penulis terkenal di dunia, yang meninggal pada bulan Maret 2018 pada usia 76 tahun, terkenal karena karyanya di bidang relativitas umum dan gravitasi kuantum.

Dia kemudian menulis buku tahun 2002 The Theory of Everything: The Origin and Fate of the Universe, yang telah terjual lebih dari 25 juta kopi dalam 40 bahasa yang berbeda.

Namun, dalam buku terakhirnya, yang diterbitkan tujuh bulan setelah kematiannya, berjudul Brief Answers to the Big Questions, dia membagikan jawaban definitifnya tentang subjek yang memecah belah: apakah Tuhan itu ada.

Namun, empat tahun sebelumnya, dia ditanya dalam sebuah wawancara dengan BBC tentang kemungkinan peningkatan teknologi yang dia gunakan untuk berbicara, yang mencakup beberapa bentuk awal AI.

Ilmuwan yang mengidap penyakit Lou Gehrig (ALS) – suatu bentuk Penyakit Motor Neuron yang memengaruhi saraf dan otot – menggunakan sistem baru yang dibuat oleh Intel dan perusahaan Inggris bernama SwiftKey.

Sistem ini bekerja dengan mempelajari cara Hawking berpikir dan membantu menyarankan kata-kata berikutnya, sehingga dia dapat ‘mengetik’ lebih cepat.

Namun Hawking malah mengeluarkan peringatan keras, dengan mengatakan: “Pengembangan kecerdasan buatan yang lengkap dapat mengakhiri umat manusia.”

Meskipun dia mengatakan bahwa AI dasar pada tahun 2014 pun ‘sangat membantu’, Hawking juga khawatir tentang apa yang dapat terjadi jika kita menciptakan AI yang menjadi secerdas, atau bahkan lebih pintar dari, kita manusia biasa.

“AI akan berkembang dengan sendirinya, dan mendesain ulang dirinya sendiri dengan kecepatan yang semakin meningkat,” katanya. “Manusia, yang dibatasi oleh evolusi biologis yang lambat, tidak dapat bersaing, dan akan tergantikan.”

Hawking bukan satu-satunya orang yang sebelumnya menyatakan kekhawatiran tentang AI; Bill Gates yakin bahwa hanya tiga pekerjaan yang akan bertahan jika AI mengambil alih, sementara Elon Musk memiliki prediksi yang mengerikan tentang apa yang mungkin terjadi jika AI menjadi lebih pintar daripada semua manusia jika digabungkan.

Kita telah menyaksikan lonjakan minat terhadap AI selama setahun terakhir saja; akan sangat menarik untuk mengetahui apa yang akan Hawking pikirkan tentang semua ini hari ini.

Dari semua orang dan ibu mereka yang menggunakan ChatGPT hingga rencana pengembangan AI senilai 500 miliar donar milik Donald Trump yang melibatkan pemain besar seperti OpenAI dan Oracle serta peluncuran asisten AI langsung ke ponsel pintar kita, semuanya berjalan cepat.

Dan mengingat semakin sulitnya membedakan video asli dari video yang dibuat oleh AI, mungkin kiamat sudah sangat dekat.(yn)

Sumber: unilad

Israel Serang Pasukan Perdamaian Tiongkok: Ketegangan Baru di Timur Tengah

EtIndonesia. Pada saat Trump menggencarkan kecaman terhadap komunisme, sebuah insiden besar terjadi di Timur Tengah. Menurut laporan media Israel, pada 21 Mei, Pemerintah Israel secara resmi mengirim ultimatum kepada pasukan penjaga perdamaian Tiongkok yang bertugas di Tepi Barat Yordania dan Lebanon. Mereka diperintahkan segera mundur dari lokasi konflik. Tak hanya itu, bahkan sempat terjadi tembakan peringatan yang diarahkan ke diplomat Tiongkok.

Tindakan Israel ini, yang biasanya dikenal sangat serius dalam urusan militer, terbukti bukan sekadar gertakan. Pada 25 Mei, setelah ultimatum diabaikan oleh pihak Tiongkok, Israel melancarkan serangan artileri langsung ke pasukan penjaga perdamaian Tiongkok di Lebanon. Empat personel Tiongkok tewas di tempat, dan fasilitas PBB yang mereka tempati rusak parah.

Insiden ini menjadi sorotan dunia karena pasukan Tiongkok yang diserang berada di bawah mandat PBB. Setelah dilakukan penyelidikan, PBB mengonfirmasi bahwa bom yang digunakan memang milik Israel. Namun, Pemerintah Israel berdalih bahwa serangan itu terjadi akibat “kesalahan pada peta informasi”, dan menolak untuk meminta maaf secara resmi. 

“Jika masih ada serangan salah sasaran, baru nanti kita minta maaf bersama-sama,” begitu narasi yang berkembang.

Di tengah kekacauan, fenomena heroisme seperti dalam film “Serigala Perang” (Wolf Warrior) Tiongkok ternyata hanya sebatas layar kaca. Pada kenyataannya, Pemerintah Tiongkok akhirnya menyerah pada tekanan dan mulai menarik mundur pasukannya dari Lebanon dan Israel pada 27 Mei.

Ramai Netizen Tiongkok: Antara Amarah dan Lelucon

Kabar penarikan mundur ini menjadi topik panas di media sosial Tiongkok. Banyak warganet—yang dijuluki “netizen pink” karena nasionalisme mereka—menyuarakan kekecewaan, bertanya-tanya:

“Benarkah Israel benar-benar menyerang pasukan perdamaian Tiongkok? Kenapa tidak bawa pengacara saja, tuntut ke pengadilan internasional?”

Muncul pula guyonan di kalangan warganet, dengan mengaitkan peristiwa tersebut pada iklan pengacara Yahudi terkenal di New York:

“Jika Anda mengalami kecelakaan, pengacara Yahudi terbaik siap memperjuangkan hak Anda, tanpa biaya jika tak ada ganti rugi.”

Dunia Kian Memanas: Ukraina Terlilit Perang, Tiongkok dan Korea Utara Ikut Bermain Api!

EtIndonesia. Pada akhir pekan lalu, Ukraina mengalami serangan drone terbesar sepanjang sejarah konflik, memicu reaksi keras dari berbagai pihak di dunia internasional. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memberikan pernyataan tegas terkait situasi tersebut. Menurut Trump, Rusia di bawah kepemimpinan Vladimir Putin telah menjerumuskan negaranya ke dalam krisis dan “bermain api” dengan kebijakan agresif di Ukraina. Dia memperingatkan bahwa jika Putin terus bertindak tanpa kendali, hal itu hanya akan mempercepat kehancuran Rusia sendiri.

Menanggapi pernyataan tersebut, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, secara sarkastis menyatakan bahwa bencana besar yang paling nyata hanyalah Perang Dunia Ketiga. Dia berharap Trump memahami konsekuensi fatal jika eskalasi konflik terus berlanjut. Di tengah ketegangan yang kian meningkat, pemerintahan Amerika Serikat kini tengah mempertimbangkan serangkaian sanksi baru yang lebih keras terhadap Rusia. Sementara itu, Trump justru mendorong agar proses negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina dimediasi oleh Vatikan. Namun realitas di lapangan menunjukkan bahwa serangan Rusia ke Ukraina justru semakin intens, bahkan di tengah upaya negosiasi.

Senator AS, Lindsey Graham, dalam tulisannya di Wall Street Journal, menegaskan bahwa dia bersama Gedung Putih tengah mempersiapkan undang-undang baru yang akan memperberat sanksi terhadap Rusia. 

Dia menegaskan: “Jika Putin terus bermain-main, Senat tidak akan ragu mengambil tindakan. Semua pihak harus siap menghadapi babak baru sanksi yang lebih berat.”

Isu Pasokan Tiongkok ke Rusia, Swedia Perkuat Dukungan untuk Ukraina

Pada 27 Mei, isu mengenai dugaan keterlibatan Tiongkok dalam memasok bahan kimia khusus, mesiu, serta peralatan mesin ke 20 pabrik militer Rusia menjadi perhatian global. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning, dengan tegas membantah tudingan tersebut. 

Dia menegaskan: “Tiongkok tidak pernah memberikan senjata mematikan kepada pihak manapun dalam konflik Rusia-Ukraina.”

Namun, pernyataan ini tak serta-merta meredam kecurigaan. Sejumlah warganet di Ukraina bahkan mengusulkan agar Ukraina, setelah mengalahkan Rusia dan Tiongkok, segera menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan—sebuah langkah simbolis melawan hegemoni Beijing dan Moskow.

Di tengah meningkatnya tensi, Swedia mengumumkan komitmen baru untuk memberikan bantuan senjata jarak jauh kepada Ukraina. Langkah ini menambah panjang daftar negara Eropa yang secara terbuka mendukung Ukraina, menyusul pengumuman serupa dari pemerintah Jerman. Bantuan militer ini diharapkan dapat menekan kekuatan tempur Rusia di garis depan.

Sementara itu, mantan Panglima Tertinggi NATO di Eropa, Jenderal Philip Breedlove, dalam sebuah wawancara radio menyesalkan sikap lamban negara-negara Barat dalam merespons aneksasi Krimea 11 tahun lalu. 

“Jika Barat bertindak lebih tegas sejak awal, perang berdarah ini mungkin bisa dihindari. Ukraina bisa segera mengakhiri konflik asalkan mendapatkan dukungan penuh dan segala kebutuhan militernya terpenuhi,” tegas Breedlove.

Pertukaran Tawanan Rusia-Ukraina dan Isu Tentara Korea Utara Membelot

Sejak pertengahan Mei, Rusia dan Ukraina telah melakukan pertukaran tawanan secara besar-besaran. Rata-rata sekitar 300 tawanan dipertukarkan setiap hari selama beberapa hari berturut-turut. Namun, pada 27 Mei, media Korea Selatan Yonhap News melaporkan bahwa dalam daftar pertukaran tersebut, tidak tercantum dua tentara Korea Utara yang sebelumnya diberitakan ditahan Ukraina.

Anggota parlemen Korea Selatan, Woo Ryong-won, mengungkapkan bahwa kedua tentara Korea Utara itu belum diserahkan ke Rusia karena salah satu di antaranya, yang bernama Lee, telah menyatakan niat untuk membelot ke Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan pun telah menyatakan kesiapannya memberikan perlindungan dan bantuan bagi siapa pun tawanan Korea Utara yang ingin berpindah ke Korea Selatan, dan sudah berkoordinasi langsung dengan otoritas Ukraina mengenai hal ini.

Diketahui, kedua tentara tersebut awalnya dikirim oleh pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un untuk memperkuat pasukan Rusia di Ukraina, namun kemudian ditangkap oleh pasukan Ukraina pada Januari lalu. Insiden ini menambah kompleksitas geopolitik kawasan, sekaligus membuka babak baru dalam hubungan Korea Utara, Rusia, dan Korea Selatan.

Manuver Diplomasi dan Tuduhan Pelanggaran HAM dalam Pertukaran Tawanan

Bersamaan dengan berlangsungnya pertukaran tawanan, dinamika diplomasi antara Amerika Serikat dan Rusia kembali mencuat. Pada pekan lalu, Presiden Trump dan Presiden Putin diketahui sempat melakukan percakapan via telepon. Putin berjanji akan mengirimkan draf nota damai berisi syarat-syarat gencatan senjata Rusia kepada Ukraina. Namun hingga lebih dari satu minggu setelah percakapan tersebut, pihak Amerika menyatakan belum juga menerima dokumen resmi dari Moskow.

Sumber internal Gedung Putih menginformasikan bahwa Trump kini tengah mempertimbangkan opsi sanksi baru sebagai balasan atas sikap Rusia yang dinilai tidak kooperatif. Hingga 27 Mei, tercatat sekitar 4.000 tawanan Ukraina telah berhasil dipulangkan ke negaranya, namun 206 di antaranya meninggal dunia selama masa penahanan. Sebagian besar korban tewas diduga akibat penyiksaan, sementara 245 orang lainnya gugur di medan perang. Pemerintah Ukraina menuding Rusia telah melakukan penutupan informasi dan memanipulasi data mengenai kematian para tawanan tersebut.

Kesimpulan: Eskalasi Konflik, Dukungan Global, dan Ketidakpastian Perdamaian

Situasi di Ukraina semakin memanas, dengan gelombang serangan yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Di tengah ancaman sanksi baru dan pergeseran dukungan dari berbagai negara Barat, proses negosiasi damai masih berjalan di tempat. Sementara itu, isu pasokan senjata dan bahan baku dari Tiongkok ke Rusia terus menjadi sorotan dan menambah ketegangan geopolitik antara blok Barat, Rusia, dan Tiongkok.

Pertukaran tawanan dalam jumlah besar menjadi salah satu titik terang di tengah konflik, namun kasus tentara Korea Utara yang membelot dan tuduhan pelanggaran HAM selama penahanan menunjukkan bahwa perang ini telah melibatkan lebih banyak pihak dan menyisakan persoalan kemanusiaan yang belum terselesaikan. Ke depan, dunia masih menanti langkah konkret dari para pemimpin global untuk benar-benar menghentikan perang dan menciptakan perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut.

Kucing Kesayangan Pendaki Disingkirkan dari Jalur Pendakian Gunung Populer di Philipina, Memicu Kemarahan Pendaki dan Netizen

EtIndonesia. Seekor kucing liar kesayangan para pendaki yang telah menjadi wajah yang tak asing di jalur pendakian gunung populer di Philipina disingkirkan secara paksa oleh pihak berwenang minggu lalu, memicu kemarahan di antara pendaki dan pecinta hewan daring.

Kucing itu — yang dikenal dengan sebutan Pugal — telah merebut hati banyak pendaki melalui Gunung Pulag. Namun, para pejabat mengatakan pemindahan itu diperlukan untuk keanekaragaman hayati dan keselamatan kucing itu.

Menurut Manila Bulletin, Pugal menjadi sensasi viral setelah pendaki berbagi foto dan video kucing itu mendekati dan berinteraksi dengan mereka di sepanjang jalur.

Tetapi apa yang dimulai sebagai konten internet yang sehat segera berubah menjadi perdebatan konservasi yang panas.

Sebuah halaman Facebook yang mengadvokasi pemindahan Pugal dengan cepat mendapat perhatian, dengan banyak yang menyatakan kemarahan atas seruan untuk mengusir kucing itu.

Para komentator dengan cepat membandingkan dampak kucing itu dengan pariwisata manusia yang berlebihan dan kerusakan lingkungan, mempertanyakan standar ganda.

Sebagai tanggapan, seorang influencer keanekaragaman hayati setempat mengunggah sebuah video yang menjelaskan bahwa kucing dianggap sebagai spesies invasif dan dapat mengganggu ekosistem yang rapuh di Gunung Pulag.

Penjelasan itu membuka jalan bagi tindakan.

Pada 17 Mei, Departemen Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Filipina (DENR) mengonfirmasi bahwa Pugal telah dipindahkan dengan aman.

“Pugal sekarang dirawat oleh salah satu staf Kantor Pengelolaan Kawasan Lindung Pulag (PAMO) kami,” mereka berbagi dalam pembaruan Facebook. “Seorang dokter hewan sedang dikirim untuk memeriksa kucing itu.”

Para ahli dari Animal Kingdom Foundation menjelaskan bahwa kucing, bahkan yang ramah seperti Pugal, menimbulkan risiko serius bagi satwa liar asli karena naluri berburu alami mereka.

“Para ahli lingkungan mengatakan kucing tidak boleh dibiarkan berkeliaran bebas di alam liar karena mereka menimbulkan ancaman signifikan bagi satwa liar asli dan ekosistem,” kata Direktur Program organisasi tersebut.

Faktanya, menurut Furvent Animal Rescue and Advocacy, hewan peliharaan domestik secara hukum tidak diizinkan untuk tinggal di kawasan lindung seperti Gunung Pulag.

Selain masalah keanekaragaman hayati, kesejahteraan Pugal juga menjadi pertimbangan.

“Seseorang bercerita kepada saya bahwa bahkan pendaki gunung pun merasa sulit untuk tetap hangat di Gunung Pulag. Bayangkan seekor kucing domestik yang harus menahan dingin setiap hari,” kata Furvent dalam sebuah unggahan di Facebook.

“Tahun lalu Pugal tidak ada di sana, jadi kemungkinan besar dia baru mulai mendaki gunung itu—dan bertahan karena pendaki gunung memberinya makan dan menggendongnya. Itu saja sudah menunjukkan kepada kita apa yang benar-benar dia butuhkan: makanan, kehangatan, dan perhatian.”

Kelompok tersebut juga membagikan kabar terbaru tentang status kucing kesayangan tersebut.

“Dia memiliki tempat berteduh, makanan rutin, dan akan memiliki akses ke perawatan dokter hewan,” kata mereka. “Dia tidak lagi berisiko terkena cuaca buruk atau dianggap sebagai ancaman bagi spesies asli. Kami melihat itu sebagai hasil yang positif.”(yn)

Sumber: mustsharenews

Pria Tiongkok Tersedot Awan Hingga Ketinggian 8.598 Meter, Selamat Secara Ajaib

0

EtIndonesia. Pada 24 Mei 2025, seorang penggemar olahraga paralayang di  daratan Tiongkok secara tidak sengaja tersedot ke dalam awan hingga mencapai ketinggian 8.598 meter di atas permukaan laut saat terbang di Pegunungan Qilian. Meski tubuhnya membeku di beberapa bagian, ia berhasil mengendalikan parasut dan mendarat dengan selamat, memicu kehebohan publik.

Pada hari kejadian, penggemar paralayang yang dikenal dengan nama panggilan “Liu Ge” (Kakak Liu) sedang melakukan penerbangan lintas provinsi di Pegunungan Qilian, yang terletak di perbatasan Provinsi Gansu dan Qinghai. 

Dalam video yang beredar di internet, terlihat bahwa saat kejadian ia tidak mengenakan masker oksigen, wajahnya langsung terkena udara tipis, dan tubuhnya penuh dengan es. Meski begitu, ia tetap sadar dan berhasil mengendalikan parasutnya hingga mendarat dengan selamat.

Ia mengatakan : “Saat itu terasa kekurangan oksigen, tangan saya terus membeku di luar. Tangan saya terbuka di luar terus… lalu saya terus berkomunikasi lewat radio.”

Pada 26 Mei, seorang yang dekat dengan Liu Ge mengatakan kepada media Red Star News bahwa saat ini Liu Ge masih dalam masa pemulihan fisik, sehingga tidak bersedia diwawancarai dan juga berharap netizen tidak terus membesar-besarkan kejadian ini.

Orang dalam tersebut juga menyebut bahwa meski Liu Ge memiliki lisensi resmi paralayang, penerbangannya saat itu tidak dilaporkan secara resmi ke pihak otoritas, termasuk lokasi lepas landas yang juga belum memiliki izin wilayah udara. Saat ini, pihak berwenang telah membuka penyelidikan resmi terkait insiden ini.

Warganet Tiongkok menanggapi dengan beragam komentar:

  • “Setinggi itu, pasti sudah ketakutan setengah mati.”
  • “Benar-benar berbahaya, untung saja selamat.”
  • “Nyawanya memang kuat.”
  • “Benar-benar lolos dari kematian.”
  • “Yang penting selamat pulang, ingat untuk melapor dulu sebelum terbang, keselamatan harus jadi prioritas.”
  • “Terbang ilegal… ya harus diberi sanksi.”

Diketahui bahwa fenomena “tersedot ke dalam awan” dalam paralayang disebut “cloud suck” atau penyedotan awan, yaitu kondisi ketika paralayang tertarik naik secara cepat karena arus udara naik di sekitar awan, terutama awan cumulonimbus atau awan panas (thermal lift).

Liu Ge yang tersedot hingga 8.598 meter telah mencapai ketinggian setara dengan jalur penerbangan pesawat jet komersial, yang bisa berpotensi membahayakan penerbangan sipil. Laporan menyebutkan bahwa kejadian ini bukanlah upaya untuk memecahkan rekor dunia, melainkan murni kecelakaan tidak disengaja. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Universitas Harvard Dituding Memiliki Hubungan Dekat dengan Partai Komunis Tiongkok, Trump Desak Serahkan Daftar Mahasiswa Asing

EtIndonesia. Pemerintahan Trump kembali menyebut nama Universitas Harvard, menuntut agar pihak universitas menyerahkan daftar mahasiswa asing untuk mencegah potensi infiltrasi dari Partai Komunis Tiongkok (PKT) terhadap keamanan nasional AS. Serangkaian tindakan keras yang diambil oleh pemerintahan Trump terhadap Harvard baru-baru ini telah menarik perhatian publik, terutama karena hubungan erat Harvard dengan PKT menjadi fokus utama.

Trump dalam unggahannya di Truth Social pada Senin, 26 Mei, menyatakan bahwa ia masih menunggu Harvard menyerahkan daftar mahasiswa asing untuk mencegah kelompok radikal kembali mengancam keamanan nasional. Ia juga menegaskan bahwa meskipun menghadapi hambatan hukum di pengadilan, pemerintah pada akhirnya akan menang.

Menurut laporan, hubungan antara Harvard dan PKT sudah berlangsung lama, mencakup kerjasama penelitian, pendirian pusat studi Tiongkok, dan lain-lain. Hubungan ini telah membawa dana sumbangan besar dan pengaruh internasional bagi Harvard.

Beberapa anggota Kongres AS telah memperingatkan bahwa PKT mungkin menggunakan infiltrasi ke Harvard untuk memperoleh teknologi canggih dan membungkam suara-suara kritis di AS. Seorang pejabat Gedung Putih bahkan menyebut bahwa Harvard mengabaikan aksi intimidasi di kampus yang dilakukan oleh pihak yang diduga terafiliasi dengan PKT.

Pada tahun 2020, Universitas Harvard sempat memberikan pelatihan kesehatan masyarakat kepada pejabat dari Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang (XPCC), yang telah dijatuhi sanksi oleh AS karena pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis Uighur dan kelompok Muslim minoritas lainnya. Kontak ini disebut berlangsung hingga tahun 2024, menurut Departemen Keamanan Dalam Negeri AS.

Mantan ketua Departemen Kimia Harvard, Charles Lieber, pernah dihukum pada 2021 karena menyembunyikan transaksi keuangan dengan Tiongkok. Pada 2024, Lieber kemudian diketahui menjadi profesor penuh waktu di sebuah universitas di Tiongkok, memicu kontroversi luas.

Anggota parlemen lintas partai juga menyuarakan kekhawatiran mengenai organisasi mahasiswa berlatar belakang PKT di kampus-kampus AS yang mengawasi dan menekan para pembangkang. Harvard juga dituduh melakukan penelitian transplantasi organ bersama akademisi Tiongkok. Masyarakat internasional telah lama mempertanyakan dugaan bahwa PKT mengambil organ dari praktisi Falun Gong, narapidana hukuman mati, serta kelompok minoritas dan agama tertentu.

Pada April 2024, Departemen Pendidikan AS meminta Harvard menyerahkan ulang catatan donasi asing, karena ditemukan ketidaksesuaian dan data yang tidak akurat dalam laporan sebelumnya.

Selama dua dekade terakhir, kerja sama antara akademisi Barat dan PKT meningkat secara signifikan. Mahasiswa Tiongkok juga telah menjadi sumber pendapatan besar bagi banyak universitas. Namun, banyak pihak meragukan apakah kerja sama semacam ini mengancam keamanan nasional dan kepentingan strategis negara-negara Barat. (Hui)

Laporan dari Liu Jiajia, NTD News, Amerika Serikat