Zhou Xiaohui
Pada 7 Oktober 2023, kelompok militan Hamas Palestina di Jalur Gaza tiba-tiba melancarkan serangan teroris terhadap Israel, mereka memasuki komunitas Israel di Gaza untuk melakukan pembunuhan dan penyanderaan sejumlah warga sipil dari pintu ke pintu. Kekejaman Hamas membuat Israel marah dan tindakan keras militer Israel terhadap Hamas masih berlanjut hingga kini.
Namun, Partai Komunis Tiongkok yang telah lama mendukung kemerdekaan Palestina, enggan secara terbuka mengutuk Hamas, kecuali hanya dengan himbauan agar “semua pihak terkait tetap tenang dan menahan diri, segera menghentikan baku tembak, melindungi warga sipil, dan mencegah supaya situasi tidak semakin memburuk.”
Jelas sikap seperti itu secara objektif menguntungkan Hamas. Tidak hanya itu, Partai Komunis Tiongkok juga secara sepihak berkolaborasi dengan beberapa anggota inti Hamas dan Hizbullah untuk melakukan beberapa tindakan dari belakang layar.
Anehnya, sikap Partai Komunis Tiongkok (PKT) tiba-tiba berubah drastis setelah serangan teror lebih dari setahun lalu itu, dan setelah militer Israel berhasil melumpuhkan Hamas. Pada 20 Mei, Xiao Jun, Dubes Partai Komunis Tiongkok untuk Israel melalui membacakan teks yang sudah dipersiapkan menyatakan dalam sebuah wawancara dengan reporter ILTV NEWS: “Kekejaman Hamas tidak manusiawi, tidak dapat ditolerir, dan memalukan. PKT menentang dan mengutuk apa yang telah dilakukan Hamas pada 7 Oktober. Hal ini sangat jelas.”
Dalam konferensi pers rutin Kementerian Luar Negeri PKT pada 21 Mei, seorang wartawan media asing bertanya: “Apakah ini merupakan pertama kalinya PKT secara tegas mengutuk serangan Hamas pada 7 Oktober 2023? Jika benar, mengapa sikap PKT berubah saat ini?”
Kendati Mao Ning, juru bicara PKT tidak memberikan penjelasan yang menjawab topik pertanyaan, melainkan dengan serangkaian ungkapan yang tidak terarah, tetapi juga tidak memberikan penyangkalan. Dari sini terlihat bahwa PKT memang telah mengubah sikapnya terhadap Hamas, dan ini memang untuk pertama kalinya PKT mengutuk kekejaman Hamas.
Mengapa sikap Partai Komunis Tiongkok berubah 180 derajat? Dilihat dari tanda-tanda dan laporan sebelumnya, seperti diketahui bahwa PKT, Rusia dan Iran adalah tiga rezim utama yang mendukung Hamas. Meskipun di permukaan Iranlah yang menyediakan senjata untuk Hamas, tetapi peran yang dimainkan oleh Partai Komunis Tiongkok dari balik layar juga tidak boleh diremehkan.
Tentu kita semua masih ingat, setelah Hamas melakukan serangan teror di Jalur Gaza, seorang juru bicara Hamas mengatakan kepada BBC bahwa serangan itu selain didukung oleh Iran juga oleh negara lain, tetapi ia tidak mengungkap negara mana yang dimaksud. Apakah negara tersebut bukan Partai Komunis Tiongkok? Karena saat itu Rusia sendiri sedang terjebak dalam Perang Rusia-Ukraina dan menghadapi penurunan ekonomi lantaran sanksi, sehingga tidak memiliki kekuatan ekonomi tambahan untuk mendukung Hamas. Jadi satu-satunya pilihan jatuh pada PKT yang berambisi, punya kekuatan, sumber daya keuangan dan niat untuk mengacaukan situasi di Timur Tengah.
Saat itu, beberapa media di Tiongkok mengungkap bahwa dalam konflik lanjutan Israel-Hamas, roket yang ditembakkan ke Israel bukan roket “Qassam” tanpa sistem pemandu (low-end rokets) yang dibuat Hamas sebelumnya, melainkan sistem peluncur roket ganda yang lebih mirip dengan yang digunakan pasukan reguler dan roket dengan spesifikasi seragam yang dapat menembus pertahanan udara Israel “Iron Dome.” Bahkan dalam artikel itu disebutkan bahwa Partai Komunis Tiongkok adalah “militer di dunia yang paling tidak kekurangan senjata penekan seperti peluncur roket ini.”
Kemudian, setelah Israel menyerang bunker bawah tanah Hamas, roket buatan PKT ditemukan di sana. Padahal di awal 2009, media Jerman sudah menerbitkan sebuah artikel berjudul “Roket Hamas buatan PKT.”
Faktanya, Hamas telah lama bersekongkol dengan Partai Komunis Tiongkok, yang merupakan pendukung finansial terbesar Hamas. Jadi bahwa PKT berada di belakang serangan Hamas ke Israel itu bukan spekulasi tanpa dasar.
Adapun PKT menimbulkan kekacauan dunia, di Timur Tengah lewat mendukung Iran dan Hamas, di Eropa lewat mendukung Rusia, di Semenanjung Korea lewat mendukung Korea Utara, juga rencana mencaplok Taiwan lewat kekuatan, semua tujuannya tak lain adalah mengalihkan perhatian dan menguras energi AS, dan membuatnya tidak dapat berfokus pada kawasan Indo-Pasifik, yang intinya adalah tidak dapat sepenuhnya menanggapi provokasi PKT. Ini sebenarnya yang diharapkan oleh PKT.
Dengan cara ini, PKT juga dapat mengurangi tekanan akibat terjebak dalam krisis internal dan eksternal serta menghadapi pengepungan dunia. Selain itu, sepanjang sejarah Partai Komunis Tiongkok, taktik umum yang ia gunakan untuk mengalihkan, menyita perhatian dan kekuatan nasional Amerika Serikat adalah melalui cara mendukung negara, rezim, atau organisasi teroris.
Yang sangat mengecewakan PKT adalah gagasan MAGA (Make America Great Again) Trump. Sejak kembali menjabat Presiden AS pada Januari tahun ini, Trump selain mereformasi kebijakan sebelumnya yang dianggap buruk dan mempromosikan pembangunan ekonomi di dalam negeri, tetapi juga menunjukkan pengaruh global Amerika Serikat yang unik kepada dunia luar.
Contohnya, Amerika Serikat sedang membentuk kembali tatanan ekonomi dunia melalui perang tarif, yang menjadi pukulan telak bagi PKT, yang dianggap sebagai “ancaman nomor satu”. Selain itu AS juga mempromosikan pembicaraan damai Rusia-Ukraina. Di Timur Tengah, AS memberikan peringatan keras kepada Iran, Hamas, Hizbullah, dan angkatan bersenjata Houthi, memperkuat kerja sama dengan Israel, Arab Saudi, dan negara Timur Tengah lainnya, serta mendorong dimulainya kembali perundingan gencatan senjata di Gaza.
Pada awal masa jabatannya, Trump mengeluarkan peringatan keras kepada Hamas, menuntut agar Hamas segera membebaskan para sandera atau mereka akan menghadapi pukulan yang menghancurkan. Pada 12 Mei, Hamas membebaskan seorang sandera warga AS etnis Israel terakhir.
Dalam konferensi pers bersama PM. Kanada Mark Carney yang sedang berkunjung pada 6 Mei, Presiden Trump menyatakan bahwa angkatan bersenjata Houthi Yaman telah sepakat untuk menghentikan tindakan mengancam keselamatan navigasi di perairan Timur Tengah, dan atas dasar ini Amerika Serikat akan menghentikan pemboman terhadap angkatan bersenjata Houthi. Pernyataan Trump yang sebenarnya adalah bahwa Houthi telah mengumumkan bahwa mereka “tidak ingin berperang lagi”, “mereka telah menyerah.”
Pada 14 Mei, sebagai tanggapan terhadap usulan Trump untuk menghancurkan energi nuklir dengan imbalan pencabutan sanksi, Ali Shamkhani, penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Khamenei, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan NBC bahwa Iran telah berjanji untuk tidak lagi memproduksi senjata nuklir, dan melenyapkan uranium yang diperkaya tinggi yang digunakan untuk memproduksi senjata nuklir, setuju untuk memperkaya uranium ke konsentrasi tingkat rendah yang diperlukan bagi penggunaan sipil, selain itu juga mengizinkan inspektur internasional untuk memantau seluruh proses, dengan imbalan pencabutan segera semua sanksi ekonomi terhadap Iran. Ia juga mengatakan Iran bersedia menandatangani perjanjian dengan pemerintahan Trump di Amerika Serikat.
Dari 13 sampai 16 Mei, Trump mengunjungi tiga negara Timur Tengah (Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab) untuk mempraktikkan gagasan baru usungan Amerika Serikat yakni “non-intervensionisme”.
Sebuah konsep dimana Amerika Serikat tidak akan lagi mendikte gaya hidup negara-negara Timur Tengah, tidak akan terlibat dalam penggulingan rezim, tetapi akan berfokus terhadap kerjasama ekonomi dan penciptaan perdamaian regional. Trump selain berhasil membawa kembali kesepakatan bisnis bernilai triliunan dolar, perjalanan Trump ke Timur Tengah kali ini juga mengkonsolidasikan kerja sama ekonomi, teknologi, dan militer dengan sekutunya di Timur Tengah. Ia juga memperkuat hubungan dengan Suriah, mengisolasi Iran, dan berhasil mencapai reposisi geostrategis Timur Tengah untuk sepenuhnya mengepung PKT.
Bagaikan mengisi air ke dalam keranjang rotan, upaya habis hasil tidak kelihatan. Partai Komunis Tiongkok yang menginvestasikan sejumlah besar dananya untuk “sahabat-sahabat karib” nya di Timur Tengah, dengan maksud membuat gangguan situasi di Timur Tengah untuk mengalihkan perhatian AS dari strategi Indo-Pasifik, akhirnya harus menerima kenyataan bahwa satu per satu dari mereka pergi menjauh.
Memang kasihan. Agar tidak tampak kesepian dan terasa sendirian, Partai Komunis Tiongkok terpaksa mengubah pendiriannya terhadap Hamas. Namun, kendati sikap diubah, pemerintahan Trump tidak akan menganggap enteng kemampuan kamuflase bunglon tiruan PKT yang merupakan akar penyebab kekacauan dunia. Tampaknya, kisah petani dan ular tidak akan terulang kembali. (sin/whs)