Home Blog Page 1777

Bab XII – Menyabotase Pendidikan -Bagian I – (Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita)

The Epoch Times menerbitkan serial khusus terjemahan dari buku baru berbahasa Tionghoa berjudul Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita

oleh Tim Editorial “Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis”

Roh komunisme tidak lenyap dengan disintegrasi Partai Komunis di Eropa Timur

Daftar ISI

Pengantar

1. Roh Komunisme di Universitas di Barat

a. Keparahan Sayap Kiri di Fakultas-Fakultas Universitas
b. Membentuk Kembali Akademisi Tradisional Dengan Ideologi Komunis
c. Menggunakan Bidang Akademik Baru untuk Penyusupan Ideologis
d. Mempromosikan Radikalisme Kiri
e. Menyangkal Tradisi Amerika yang Hebat
f. Berjuang Melawan Klasik Peradaban Barat
g. Memonopoli Buku Teks dan Seni Liberal
h. Universitas ‘Pendidikan-Ulang’: Cuci Otak dan Kerusakan Moral

Daftar Pustaka

Pengantar

Pendidikan berperan penting dalam membina kesejahteraan dan pemenuhan diri individu, menjaga stabilitas sosial, dan mengamankan masa depan suatu negara. Tidak ada peradaban besar dalam sejarah kemanusiaan yang menganggap remeh pendidikan.

Tujuan pendidikan adalah untuk mempertahankan standar moral umat manusia dan melestarikan kebudayaan manusia yang dianugerahi Tuhan. Ini adalah cara di mana pengetahuan dan pengerjaan diberikan, dan manusia disosialisasikan.

Secara tradisional, manusia yang berpendidikan menghormati Surga, percaya pada dewa, dan berusaha untuk mengikuti nilai kebajikan. Mereka memiliki pengetahuan luas mengenai kebudayaan tradisional serta penguasaan atas satu atau lebih perdagangan. Didedikasikan untuk panggilan hidup mereka, mereka percaya dalam memperlakukan orang lain dengan kebaikan. Mereka berfungsi sebagai pilar masyarakat, elit nasional, dan penjaga peradaban. Karakter dan perilaku mereka yang luar biasa mendapatkan nikmat dan berkah Ilahi.

Untuk menghancurkan umat manusia, roh komunisme bertujuan untuk memutuskan hubungan manusia dengan para dewa. Merusak pendidikan tradisional adalah langkah yang sangat diperlukan. Jadi, komunisme mengadopsi berbagai strategi untuk menyerang dan merusak pendidikan di Timur dan Barat.

Di negara-negara Timur yang memiliki tradisi kebudayaan yang mendalam, penipuan saja tidak cukup untuk menipu seluruh manusia. Komunisme secara sistematis membantai elit tradisional untuk menghentikan para pembawa kebudayaan supaya tidak memberikan warisan tradisi kebudayaannya kepada generasi berikutnya.

Bersamaan dengan itu, roh komunisme membombardir seluruh penduduk dengan propaganda tanpa henti.

Sejarah dan akar kebudayaan Barat adalah relatif sederhana, sehingga memberikan lahan subur bagi komunisme untuk mencemari masyarakat Barat secara rahasia dengan menumbangkan dan menyabotase pendidikan Barat. Faktanya, kerusakan pemuda di Barat jauh lebih parah jika dibandingkan dengan pemuda di Tiongkok.

Selama pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016, fitnah yang sudah berlangsung lama oleh media arus utama dari kandidat konservatif, ditambah dengan jajak pendapat yang menyesatkan yang dilakukan sebelum pemungutan suara, membuat banyak orang kaget — terutama mahasiswa muda — begitu hasil aktual pemilihan diumumkan.

Setelah kemenangan Donald Trump, sebuah fenomena konyol muncul di universitas di seluruh Amerika Serikat. Beberapa mahasiswa merasakan ketakutan, kelelahan, atau trauma emosional akibat pemilihan presiden di mana kelas tempat mereka sedang menuntut ilmu dibatalkan dan ujian dijadwalkan ulang. Untuk meringankan stres dan kecemasan mahasiswa, beberapa universitas terkemuka menyelenggarakan berbagai kegiatan terapi, yang mencakup bermain dengan Play-Doh atau membangun blok, mewarnai, dan meniup gelembung. Beberapa universitas bahkan menyediakan kucing dan anjing peliharaan bagi mahasiswa untuk menghibur mereka. Banyak universitas memberi mahasiswa konseling psikologis, kelompok bantuan terorganisir, dan layanan yang didirikan seperti “pemulihan pasca pemilihan presiden” atau “sumber daya dan dukungan pasca pemilihan presiden.”[1]

Kemustahilan bagaimana proses demokrasi yang normal berubah menjadi lebih menakutkan daripada bencana alam atau serangan teroris menunjukkan kegagalan sistem pendidikan Amerika. Mahasiswa, yang harusnya berpikiran matang dan rasional, menjadi tidak toleran dan kekanak-kanakan ketika dihadapkan dengan perubahan dan kesulitan.

Kegagalan total pendidikan Amerika adalah salah satu hal paling menyedihkan yang terjadi di negara ini dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini menandakan keberhasilan misi komunisme untuk menyusup dan merusak masyarakat Barat.

Bab ini terutama berfokus pada Amerika Serikat sebagai contoh bagaimana pendidikan di masyarakat bebas disabotase oleh komunisme. Pembaca dapat menerapkan logika yang sama untuk menyimpulkan bagaimana pendidikan sedang dirusak di negara-negara lain dalam pembahasan yang sama.

Penyusupan komunis terhadap pendidikan Amerika terwujud setidaknya dalam lima bidang.

Langsung Mempromosikan Ideologi Komunis Di Kalangan Muda. Ideologi komunis secara bertahap mengambil alih akademisi Barat dengan menyusup ke bidang studi tradisional yang penting, serta mengarang ilmu-ilmu baru yang terikat pada pengaruh ideologisnya. Sastra, sejarah, filsafat, ilmu sosial, antropologi, studi hukum, multimedia, dan konsentrasi lainnya dibanjiri dengan berbagai turunan dari teori Marxis. “Kebenaran politik” menjadi pedoman untuk menyensor pemikiran bebas di kampus.

Mengurangi Paparan Generasi Muda ke Kebudayaan Tradisional. Kebudayaan tradisional, pemikiran ortodoks, sejarah asli, dan sastra klasik difitnah dan disingkirkan dalam berbagai cara.

Menurunkan Standar Akademik Dimulai di Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Karena pengajaran telah semakin berkurang, siswa dari generasi baru menjadi kurang melek huruf dan secara matematis mampu. Mereka kurang memiliki pengetahuan, dan kemampuan mereka untuk berpikir kritis terhambat. Sulit bagi para siswa ini untuk menangani pertanyaan penting mengenai kehidupan dan masyarakat dengan cara yang logis dan terus terang, dan bahkan lebih sulit bagi mereka untuk melihat melalui tipuan komunisme.

Mengindoktrinasi Siswa Muda Dengan Gagasan Menyimpang. Seiring bertambahnya usia anak-anak ini, konsep yang ditanamkan di dalamnya menjadi begitu kuat sehingga hampir mustahil untuk mengidentifikasi dan memperbaikinya.

Mencekoki Siswa dengan Keegoisan, Keserakahan, dan Sesuka Hatinya. Ini termasuk mengkondisikan siswa untuk menentang otoritas dan tradisi, menggembungkan ego dan rasa memiliki hak mereka, mengurangi kemampuan siswa untuk memahami dan mentolerir pendapat yang berbeda, dan mengabaikan pertumbuhan psikologisnya.

Komunisme telah mencapai tujuannya di hampir semua dari lima bidang tersebut. Ideologi Kiri adalah tren terkemuka di universitas di Amerika. Para sarjana dengan ide yang berbeda telah tersingkirkan dalam posisi mengajar atau dilarang menyuarakan pandangan tradisionalnya.

Empat tahun indoktrinasi intensif membuat lulusan perguruan tinggi memiliki kecenderungan untuk liberalisme dan progresivisme. Mereka cenderung menerima ateisme, teori evolusi, dan materialisme tanpa berpikir dua kali. Mereka menjadi “kepingan salju” yang berpikiran sempit yang tidak memiliki akal sehat dan mengejar gaya hidup hedonistik tanpa bertanggung jawab atas tindakannya. Mereka kurang pengetahuan, memiliki pandangan dunia yang sempit, tahu sedikit atau tidak tahu sama sekali mengenai sejarah Amerika atau dunia, dan telah menjadi sasaran utama penipuan komunis.

Di mata dunia, Amerika Serikat masih menjadi pemimpin di bidang pendidikan. Selama lebih dari seabad, Amerika Serikat telah menjadi negara adikuasa politik, ekonomi, dan militer. Dana untuk pendidikannya jauh melebihi kebanyakan negara. Setelah Perang Dunia II, demokrasi dan kemakmuran Amerika menarik orang-orang berbakat dari seluruh dunia. Program pascasarjana STEM (science technology engineering mathematics) dan sekolah profesional di Amerika Serikat tidak ada duanya.

Namun, krisis sedang berlangsung di Amerika. Proporsi mahasiswa asing dalam program pascasarjana STEM jauh melebihi mahasiswa Amerika, dan kesenjangannya meningkat setiap tahunnya. [2] Hal ini mencerminkan erosi pendidikan dasar, menengah, dan pasca-sekolah menengah di seluruh Amerika Serikat. Para siswa dengan sengaja dibodohi dan dihancurkan. Konsekuensinya sedang berlangsung di depan mata kita, dan masih banyak lagi konsekuensi yang akan datang.

Pembangkang KGB Yuri Bezmenov, yang diperkenalkan di Bab Lima, menjelaskan pada awal tahun 1980-an bagaimana penyusupan ideologis komunis di Amerika hampir selesai: “Bahkan jika anda mulai sekarang, di sini saat ini, anda mulai mendidik generasi baru Amerika, anda masih membutuhkan waktu 15 hingga 20 tahun untuk mengubah gelombang persepsi ideologis realitas kembali menjadi normal.”[3]

Sepertiga abad telah berlalu sejak Yuri Bezmenov memberikan wawancara. Selama periode ini, bahkan ketika kita menyaksikan jatuhnya Uni Soviet dan rezim sosialis lainnya di Eropa Timur, penyusupan dan subversi komunisme di Barat tidak berhenti sama sekali. Unsur-unsur komunis di Barat menetapkan pandangannya pada pendidikan sebagai target utama. Unsur-unsur komunis di Barat mengambil alih institusi di semua tingkatan, mempromosikan teorinya sendiri mengenai pendidikan, ilmu mendidik, dan mengasuh anak.

Harus ditekankan bahwa hampir semua orang di dunia, terutama mereka yang kuliah setelah tahun 1960-an, telah terkena pengaruh komunis. Kemanusiaan dan ilmu sosial adalah yang paling terpengaruh. Walaupun hanya beberapa individu yang secara sengaja mempromosikan ideologi komunis, tetapi sebagian besar orang di bidang ini secara tidak sadar telah diindoktrinasi. Di sini kami mengungkap tujuan komunisme sehingga seseorang dapat mengenali dan menjauhkan diri dari komunisme.

1. Roh Komunisme di Universitas di Barat

a. Keparahan Sayap Kiri di Fakultas-Fakultas Universitas

Salah satu penyebab terpenting dari mahasiswa memeluk ideologi sosialis atau komunis, atau mahasiswa dipengaruhi oleh ideologi radikal seperti feminisme dan lingkunganisme (akan dibahas kemudian dalam buku ini), adalah kenyataan bahwa sebagian besar staf di universitas Amerika bersandar ke Kiri.

Dalam sebuah studi tahun 2007 berjudul “Pandangan Sosial dan Politik Profesor Amerika,” di antara 1.417 anggota fakultas perguruan tinggi penuh-waktu yang disurvei, 44,1 persen menganggap dirinya adalah liberal, 46,1 persen menganggap dirinya adalah moderat, dan hanya 9,2 persen menganggap dirinya adalah konservatif. Di antara mereka, proporsi konservatif di masyarakat universitas sedikit lebih tinggi (19 persen), dan liberal sedikit lebih rendah (37,1 persen).

Di perguruan tinggi seni, 61 persen anggota fakultas adalah liberal, sedangkan konservatif hanya 3,9 persen. Studi ini juga mencatat bahwa anggota fakultas yang hampir pensiun lebih berhaluan Kiri daripada anggota fakultas baru. Dalam kelompok usia 50-64 tahun, 17,2 persen menyatakan diri sebagai aktivis sayap Kiri. Studi ini juga menyatakan bahwa sebagian besar anggota fakultas universitas mendukung hak homoseksualitas dan aborsi. [4]

Studi setelah tahun 2007 juga memastikan para profesor di universitas empat-tahun di Amerika Serikat lebih berhaluan Kiri. Sebuah studi yang diterbitkan di Econ Journal Watch pada tahun 2016 mensurvei pemilih status pendaftaran profesor di departemen sejarah dan ilmu sosial di empat puluh universitas terkemuka di Amerika Serikat. Di antara 7.243 profesor yang disurvei, ada 3.623 profesor adalah Partai Demokrat dan 314 profesor adalah Partai Republik, atau rasio 11,5:1. Di antara lima departemen yang disurvei, departemen sejarah adalah yang paling tidak seimbang, dengan rasio 35:1. Bandingkan ini dengan survei serupa di tahun 1968: Di antara para profesor sejarah pada saat itu, rasio Demokrat:Republik adalah 2,7:1. [5]

Survei lain untuk fakultas universitas empat-tahun pada tahun 2016 menemukan bahwa kecenderungan politis fakultas adalah tidak seimbang, terutama di wilayah New England. Berdasarkan data tahun 2014, survei menemukan bahwa rasio profesor liberal dengan profesor konservatif di perguruan tinggi dan universitas nasional adalah 6:1. Di wilayah New England, rasio ini adalah 28:1.[6] Sebuah studi tahun 2016 oleh Pew Research Center menemukan bahwa 31 persen orang yang pernah belajar di sekolah pascasarjana memiliki pandangan liberal, 23 persen cenderung berpandangan liberal, hanya 10 persen memiliki pandangan konservatif, dan 17 persen cenderung berpandangan konservatif. Studi ini menemukan bahwa sejak tahun 1994, orang-orang yang telah menerima pendidikan tingkat pascasarjana telah meningkat secara bermakna dalam memegang pandangan liberal. [7]

Para sarjana yang menghadiri seminar di American Enterprise Institute pada tahun 2016 mengatakan bahwa sekitar 18 persen ilmuwan sosial di Amerika Serikat menganggap dirinya adalah kaum Marxis, dan hanya 5 persen menganggap dirinya adalah konservatif. [8]

Senator Ted Cruz pernah mengomentari fakultas hukum dari sebuah universitas bergengsi tempat ia pernah menuntut ilmu. “Di fakultas tersebut, lebih banyak yang mendeklarasikan dirinya sebagai Komunis daripada dari Partai Republik. Jika anda meminta mereka untuk memilih apakah negara ini harus menjadi negara sosialis, 80 persen akan memilih ya, dan 10 persen akan berpikir hal tersebut terlalu konservatif,” kata Ted Cruz.[9]

Komunisme memulai memasuki pendidikan Amerika sejak ia berakar di Amerika Serikat. Sejak awal abad ke-20, banyak intelektual Amerika telah menerima ide komunis atau varian sosialis Fabian. [10]

Gerakan kontra-kebudayaan tahun 1960-an menghasilkan sejumlah besar mahasiswa muda anti-tradisional. Dalam tahun-tahun pembentukan orang-orang ini, mereka sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Marxisme dan teori Sekolah Frankfurt. Pada tahun 1973, setelah Presiden Nixon menarik pasukan Amerika dari Perang Vietnam, kelompok-kelompok mahasiswa yang terkait dengan gerakan anti-perang mulai memudar menjadi tidak jelas, karena alasan utama untuk melakukan protes telah hilang. Tetapi radikalisme yang digodok oleh gerakan mahasiswa berskala besar ini tidak lenyap.

Mahasiswa radikal tetap melanjutkan studi pascasarjana di bidang sosial dan budaya — dalam bidang jurnalisme, sastra, filsafat, sosiologi, pendidikan, studi budaya, dan sejenisnya. Setelah menerima gelar tersebut, mereka mulai berkarier di lembaga-lembaga yang paling berpengaruh terhadap masyarakat dan kebudayaan, seperti universitas, media berita, lembaga pemerintah, dan organisasi non-pemerintah. Apa yang membimbing mereka pada waktu itu terutama adalah teori “pawai panjang menuju lembaga-lembaga” yang diajukan oleh seorang Marxis bernama Italia Antonio Gramsci. “Pawai panjang” ini bertujuan untuk mengubah tradisi terpenting peradaban Barat.

Filsuf Sekolah Frankfurt, Herbert Marcuse dianggap sebagai “bapak baptis spiritual” oleh mahasiswa Barat yang memberontak. Pada tahun 1974, Herbert Marcuse menegaskan bahwa Kiri Baru adalah tidak mati, “dan Kiri Baru akan bangkit kembali di universitas.” [11] Faktanya, Kiri Baru tidak hanya berhasil bertahan: Pawai panjang melalui lembaga-lembaga itu adalah sukses besar-besaran. Seperti yang ditulis oleh seorang profesor radikal:

“Setelah Perang Vietnam, banyak dari kami tidak hanya merangkak kembali ke bilik sastra kami; kami melangkah ke posisi akademik. Dengan berakhirnya perang, visibilitas kami hilang, dan tampaknya untuk sementara waktu — bagi yang tidak patuh — bahwa kami telah menghilang. Sekarang kami memiliki masa jabatan, dan pekerjaan membentuk kembali universitas telah dimulai dengan sungguh-sungguh.”[12]

Istilah “radikal kedudukan tetap” diciptakan oleh Roger Kimball dalam bukunya dengan nama yang sama, diterbitkan pada tahun 1989. Istilah ini merujuk pada mahasiswa radikal yang telah aktif dalam gerakan anti-perang, hak sipil, atau feminis tahun 1960-an dan kemudian masuk universitas untuk mengajar dan memperoleh masa jabatan pada tahun 1980-an.

Dari sana, mereka menanamkan sistem nilai politik mereka kepada mahasiswa dan menciptakan generasi baru radikal. Beberapa generasi baru radikal ini menjadi kepala departemen dan dekan. Tujuan karya ilmiah mereka bukan untuk mengeksplorasi kebenaran, tetapi untuk memanfaatkan akademisi sebagai alat untuk merusak peradaban dan tradisi Barat. Mereka bertujuan untuk menumbangkan masyarakat arus utama dan sistem politik dengan menghasilkan lebih banyak revolusioner seperti mereka.

Setelah radikal kedudukan tetap, profesor dapat berpartisipasi dalam berbagai komite dan memiliki suara yang berpengaruh dalam merekrut anggota fakultas baru, menetapkan standar akademik, memilih topik untuk tesis pascasarjana, dan menentukan arah penelitian. Mereka memiliki banyak kesempatan untuk menggunakan kekuasaannya untuk menyingkirkan kandidat yang tidak sesuai dengan ideologi mereka. Karena alasan ini, individu yang lebih berpikiran tradisional yang mengajar dan melakukan penelitian sesuai dengan konsep tradisional terus disingkirkan. Ketika profesor dari generasi yang lebih tua pensiun, mereka yang menggantinya kebanyakan adalah cendekiawan sayap Kiri yang telah diindoktrinasi dengan ide komunis.

Antonio Gramsci, yang menciptakan “pawai panjang melalui lembaga-lembaga,” membagi para intelektual menjadi dua kubu: intelektual tradisional dan intelektual organik. Intelektual tradisional adalah tulang punggung yang mempertahankan budaya tradisional dan tatanan sosial, sementara intelektual organik, yang tergabung dalam kelas atau kelompok yang baru muncul, berperan kreatif dalam proses memperjuangkan hegemoni di kelas atau kelompoknya.[13] “Kelas sosial rendah” menggunakan intelektual organik dalam perjalanannya untuk merebut hegemoni kultural dan politis.

Banyak radikal kedudukan tetap mendefinisikan dirinya sebagai “intelektual organik” yang menentang sistem saat ini. Seperti Antonio Gramsci, mereka mengikuti aksioma Marxis: “Para filsuf hanya menafsirkan dunia, dengan berbagai cara. Namun, intinya adalah mengubahnya.”[14]

Dengan cara ini, pendidikan untuk kaum Kiri bukanlah menanamkan esensi pengetahuan dan peradaban manusia, tetapi mengutamakan mahasiswa untuk politik radikal, aktivisme sosial, dan “keadilan sosial.” Setelah lulus dan setelah bergabung dengan masyarakat, para mahasiswa tersebut melampiaskan ketidakpuasannya terhadap sistem masyarakat saat ini dengan cara memberontak terhadap kebudayaan tradisional dan menyerukan revolusi destruktif.

Bab XI – Menodai Seni (Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita)

The Epoch Times menerbitkan serial khusus terjemahan dari buku baru berbahasa Tionghoa berjudul Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita

oleh Tim Editorial “Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis”

Daftar ISI

1.Seni: Hadiah Dari Ilahi
2.Pengaruh Besar Seni pada Kemanusiaan
3.Sabotase dan Penyalahgunaan Seni ala Komunisme
a.Seni di Negara-negara Komunis
b.Unsur Komunis Di Balik Avant-Garde
c.Pembalikan Estetika Tradisional: Jeleknya Seni
d.Penyimpangan Sastra

Kesimpulan
Daftar Pustaka

1. Seni: Hadiah dari Ilahi

Peradaban manusia telah menghasilkan banyak buku mengenai apa itu keindahan sejati. Manusia yang percaya pada Tuhan tahu bahwa semua keajaiban di dunia berasal dari Surga. Seni yang mendalam adalah upaya untuk meniru dan menampilkan keindahan Surga di dunia manusia. Inspirasi seorang seniman berasal dari para dewa.

Jika seniman menerima pencerahan dan berkah dari dewa, mereka dapat menjadi tokoh yang luar biasa di bidangnya.

Dengan iman yang kuat dan pengabdian kepada Ilahi, para seniman besar selama zaman Renaisans menyelami kecerdikannya untuk menciptakan karya dalam memuji para dewa. Pikiran lurus dan tindakan kebajikan para seniman menerima penegasan dan berkat Ilahi.

Seniman pada periode pertengahan Renaisans, termasuk Da Vinci, Michelangelo, dan Raphael, memahami teknik yang jauh melebihi para pendahulu mereka dan rekan-rekan mereka, seolah-olah berkat mukjizat. Karya-karya mereka — termasuk lukisan, patung, dan arsitektur — menjadi karya klasik dunia seni yang tak lekang oleh waktu.

Selama berabad-abad, karya-karya ini menjadi contoh mulia bagi kemanusiaan. Dengan menghargai karya-karya ini, tidak hanya oleh para seniman dari generasi selanjutnya dapat mempelajari teknik artistik murni, tetapi anggota masyarakat juga dapat benar-benar merasakan dan melihat kehadiran Ilahi.
Ketika hal ini berhasil, teknik-teknik yang menciptakannya, dan semangat yang ditanamkan para seniman semuanya terpelihara, masyarakat manusia mampu mempertahankan hubungan dengan yang Ilahi. Kemudian, bahkan ketika masyarakat manusia melewati periode kemerosotan dan kemundurannya, akan ada harapan untuk kembali ke tradisi dan jalan menuju keselamatan.

Prinsip yang sama berlaku di bidang musik. Seperti kata pepatah, dilaporkan dari gedung opera Jerman, berbunyi: “Bach memberi kami firman Tuhan. Mozart memberi kami tawa Tuhan. Beethoven memberi kami api Tuhan. Tuhan memberi kami musik agar kami dapat berdoa tanpa kata-kata. ”Sepanjang hidupnya, Johann Sebastian Bach menganggap pujian, penyembahan serta pengabdian kepada Tuhan sebagai prinsip tertinggi dalam penciptaan musiknya. Pada semua skor musiknya yang penting, huruf-huruf SDG dapat dilihat — singkatan dari “Soli Deo gloria,” yang berarti “kemuliaan hanya untuk Tuhan saja.”

Ini adalah alam tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang seniman — pematerialisasian objek-objek surgawi di alam manusia melalui wahyu Allah. Lukisan dan patung besar, dan skor paling luhur di awal kanon dan barok klasik, adalah semua karya para penganut agama dan mewakili puncak karya seni yang dapat dicapai manusia.

Tiga elemen terpenting dalam penciptaan artistik adalah representasi, penciptaan, dan komunikasi. Semua kreasi artistik berisi tema, yaitu pesan yang ingin dikomunikasikan oleh penggagas terlepas dari bentuk seni, apakah itu puisi, lukisan, patung, fotografi, novel, drama, tarian, atau film.
Seniman menyampaikan tema tersebut ke dalam hati pembaca, pendengar, atau pemirsa. Proses ini adalah komunikasi – transmisi pikiran si seniman kepada penerima.

Untuk mencapai tujuan komunikasi, seniman harus memiliki kemampuan luar biasa untuk meniru dan menghadirkan kembali — dengan objek imitasi menjadi dunia para dewa atau manusia, atau bahkan dunia bawah.
Berdasarkan target representasinya, para seniman memulai kreasinya — suatu proses penyempurnaan unsur-unsur yang lebih dalam atau lebih esensial dari objek, dan penguatan ekspresif atau kemampuan seniman untuk berkomunikasi dan menjangkau ke jantung audiens mereka. Jika seniman memiliki iman yang benar kepada yang Ilahi dan moralitas, maka yang Ilahi akan memberinya ilham penciptaan. Karya-karya seperti itu kemudian akan bersifat Ilahi, murni, dan murah hati — bermanfaat bagi seniman dan masyarakat.

Di sisi lain, ketika seniman meninggalkan standar moral, unsur negatif membajak proses kreatif, di mana kekuatan jahat mengerahkan pengaruh dan memanfaatkan seniman untuk menggambarkan kreasi yang mengerikan dan aneh dari dunia bawah. Karya-karya semacam ini membahayakan penggagasnya dan masyarakat luas.

Nilai seni tradisional ortodoks adalah jelas. Budaya dan seni Ilahi di Timur dan Barat adalah koneksi yang terjalin antara para dewa dengan peradaban manusia, dan dimaksudkan untuk membawa mereka ke dalam kontak. Gagasan dan pesan yang disampaikan melalui seni ini adalah keindahan, kebajikan, cahaya, dan harapan.
Di sisi lain, seni yang buruk diciptakan oleh seniman yang berada di bawah kendali unsur jahat. Mereka mendorong terjadinya keretakan antara manusia dengan Tuhan dan menyeret manusia lebih dekat ke kejahatan.

Bab X – Menggunakan Hukum untuk Kejahatan (Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia)

Roh komunisme tidak lenyap dengan disintegrasi Partai Komunis di Eropa Timur

The Epoch Times menerbitkan serial khusus terjemahan dari buku baru berbahasa Tionghoa berjudul Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita,

Oleh Tim Editorial “Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis”

Daftar ISI

1 – Hukum dan Iman

2- Hukum sebagai Alat Tirani Di Bawah Rejim Komunis
a.Kebijakan Ekstralegal Mengenai Teror Negara
b.Standar yang Benar-Benar Berubah dan Salah
c.Partai Komunis Tiongkok: Pengabaian Hukum secara Resmi

3-Bagaimana Komunisme Menyesatkan Hukum di Barat

a.Melemahkan Dasar Moral Hukum
b.Merebut Kekuatan Perundang-Undangan dan Mengumumkannya Secara Resmi
c.Menyalurkan Hukum Jahat
d.Membatasi Penegakan Hukum
e.Menggunakan Hukum Asing untuk Melemahkan Kedaulatan Amerika Serikat

4-Memulihkan Roh Hukum

DAFTAR PUSTAKA

1 – Hukum dan Iman

Hukum adalah kekuatan yang kokoh bagi kejujuran dan keadilan yang menegaskan kebaikan dan menghukum kejahatan. Apa yang baik dan apa yang jahat harus ditentukan oleh mereka yang menulis hukum. Dari perspektif iman, kriteria ini berasal dari para dewa. Kitab suci agama memberikan dasar bagi hukum yang mengatur masyarakat manusia.

Kode Hammurabi di Babilon kuno adalah hukum tertulis pertama dalam sejarah manusia, yang terukir di atas Lempeng Batu, adalah pemandangan yang kuat: Shamash, dewa matahari dan keadilan, melimpahkan hukum kepada Raja Hammurabi. Ini adalah penggambaran dewa yang memberi kedaulatan seorang manusia atas otoritas untuk memerintah rakyatnya menggunakan aturan hukum.

Bagi orang Ibrani, Sepuluh Perintah Allah dalam Perjanjian Lama dianggap sebagai hukum Ilahi sekaligus sekuler – sebuah tradisi yang menjadi dasar budaya hukum Barat. Dimulai dengan kaisar-kaisar Romawi abad keempat dan Kaisar Romawi Timur Justinian I dan penerus tahtanya, dan berlanjut ke Raja Alfred yang Agung, raja pertama Inggris Anglo-Saxon, sistem hukum mengambil inspirasi dari Sepuluh Perintah yang diberikan Allah melalui Musa dan doktrin Kristen. [1]

Penganut agama percaya bahwa untuk dianggap sah, hukum harus mengakomodasi standar Ilahi mengenai yang baik dan yang jahat, serta ajaran agama. Pemikiran di balik pembangkangan sipil tanpa kekerasan di Amerika Serikat dapat ditelusuri kembali ke awal doktrin Kristen.

Kaisar Romawi memerintahkan agar umat Kristen menyembah dewa-dewa Romawi dan patung-patung kaisar yang didirikan di depan sinagoga Yahudi. Karena perintah Kaisar Romawi ini berarti pelanggaran langsung terhadap dua Perintah Allah yang pertama, umat Kristen memilih untuk disalib atau dibakar di tiang pancang daripada mengikuti kemauan Kaisar Romawi. Dengan kata lain, hukum sekuler harus tunduk kepada perintah Ilahi, yang suci dan tidak dapat diganggu gugat.

Secara umum, Sepuluh Perintah Allah dapat dibagi menjadi dua kategori. Empat Perintah Allah yang pertama menggambarkan hubungan antara manusia dengan Tuhan – yaitu, apa yang merupakan penghormatan yang pantas bagi Tuhan. Enam Perintah Allah lainnya mengatur hubungan antara manusia dan, pada intinya, mencerminkan pengajaran Yesus untuk mencintai orang lain sebagaimana anda mencintai diri sendiri. Penghormatan kepada Tuhan adalah keharusan yang memungkinkan manusia untuk mempertahankan prinsip kejujuran dan keadilan dan tidak pernah berubah.

Hal yang sama berlaku juga di Tiongkok, di mana secara historis hukum diundangkan oleh dekrit kekaisaran. Kaisar atau Putra Surga harus mengikuti pemeliharaan dan prinsip Langit dan bumi. Ini adalah “Tao” atau Jalan yang diberikan oleh Lao Zi dan Kaisar Kuning.

Sarjana Dinasti Han bernama Dong Zhongshu berkata: “Kebesaran Tao berasal dari Surga. Surga tidak pernah berubah, demikian juga Tao. ”[2] Dalam penggunaan Tiongkok kuno,“ Surga ”bukanlah abstraksi dari kekuatan alam, tetapi adalah dewa tertinggi. Iman pada Tao Surga membentuk landasan moral budaya Tiongkok. Sistem legislatif Tiongkok yang berasal dari kepercayaan ini memengaruhi Tiongkok selama ribuan tahun.

Sarjana hukum Amerika Harold J. Berman percaya bahwa peran hukum hidup berdampingan dengan prinsip moralitas sosial dan kepatuhan secara keseluruhan. Bahkan di bawah pemisahan gereja dan negara, keduanya saling bergantung. Dalam masyarakat mana pun, konsep keadilan dan legalitas harus menelusuri akarnya hingga apa yang dianggap suci dan sakral. [3]

Dengan kata lain, hukum harus membawa otoritas, yang berasal dari kejujuran dan keadilan yang dianugerahkan oleh dewa. Bukan hanya hukum yang jujur dan adil, namun juga hukum yang suci. Sistem hukum modern mempertahankan banyak aspek upacara keagamaan yang memperkuat kekuatannya.

2- Hukum sebagai Alat Tirani Di Bawah Rejim Komunis

Partai komunis adalah sekte anti-Tuhan. Partai komunis tidak akan pernah mengikuti ajaran dewa-dewa yang lurus dalam prinsip legislatifnya, dan partai komunis bertujuan untuk memutuskan hubungan masyarakat dengan budaya leluhur dan nilai-nilai tradisional mereka. Sejak awal, tidak ada prospek bagi partai komunis untuk menjaga kejujuran atau keadilan.

a. Kebijakan Ekstralegal Mengenai Teror Negara

Dalam masyarakat tradisional, umat Kristen berbicara mengenai mencintai orang lain sebagaimana anda mencintai diri sendiri. Ajaran Konfusian mengatakan bahwa orang yang baik hati mencintai orang lain.

Di sini, cinta tidak terbatas pada konsep sempit cinta antara seorang pria dengan seorang wanita, atau cinta yang ada di antara anggota keluarga atau teman. Cinta juga mencakup kebajikan, belas kasihan, keadilan, tidak mementingkan diri sendiri, dan kebajikan lainnya. Dengan fondasi budaya ini, hukum tidak hanya suci, tetapi juga mewujudkan semangat cinta dalam masyarakat manusia.

Tidak ada sistem hukum dapat berharap untuk menjelaskan setiap dan semua kemungkinan bentuk konflik dan memberikan penilaian untuk masing-masing. Dengan demikian, undang-undang bukan hanya peraturan khusus, tetapi juga harus memperhitungkan subyektivitas semua pihak. Hakim harus mengikuti semangat hukum dan mengeluarkan vonis yang mematuhi prinsip kebajikan.

Di Bait Suci Yerusalem, Yesus menegur orang-orang Farisi karena kemunafikannya, karena meskipun sangat berpegang pada kata-kata Musa, orang-orang Farisi mengabaikan kebajikan yang disyaratkan oleh Sepuluh Perintah Allah, seperti keadilan, belas kasihan, kebenaran, dan sejenisnya. Melihat di luar makna harafiah, Yesus menyembuhkan pada hari Sabat dan duduk bersama orang-orang bukan Yahudi, karena yang ia pedulikan adalah roh kebaikan dalam doktrin tersebut.

Sebaliknya, komunisme berakar pada kebencian. Komunisme tidak hanya membenci Tuhan, tetapi juga membenci budaya, gaya hidup, dan semua tradisi yang ditetapkan para dewa untuk manusia. Tanpa basa-basi Karl Marx mengungkapkan keinginannya untuk menghancurkan dirinya sendiri untuk menghancurkan dunia dan membawa dunia hancur bersamanya. Ia berkata, “Dengan rasa jijik aku akan melemparkan sarung tanganku ke wajah dunia, maka aku akan melangkah melalui reruntuhan pencipta!” [4]

Sergey Genadievich Nechayev, revolusioner gila zaman Tsar Rusia, menulis dalam selebarannya “Katekismus Revolusioner” bahwa revolusioner “telah memutuskan semua ikatan yang mengikatnya dengan tatanan sosial dan dunia beradab dengan semua hukum, moralitas, dan adat istiadat, dan dengan semua konvensi yang diterima.” Ia adalah musuh bebuyutan mereka, dan jika ia terus hidup bersama mereka, maka akan mempercepat kehancuran mereka.”[5]

Sergey Genadievich Nechayev menunjukkan kebencian yang jelas terhadap dunia dan melihat dirinya melampaui otoritas hukum. Ia menggunakan istilah pendeta “katekismus” untuk menggambarkan visinya mengenai sekte yang membenci dunia. “Ia bukan seorang revolusioner jika ia memiliki simpati untuk dunia ini,” kata Sergey Genadievich Nechayev.

Lenin menyatakan pandangan yang serupa: “Kediktatoran adalah pemerintahan yang didasarkan langsung pada kekuatan dan tidak dibatasi oleh hukum apa pun. Kediktatoran kelas sosial rendah yang revolusioner dimenangkan dan dipertahankan oleh penggunaan kekerasan oleh kaum kelas sosial rendah terhadap kaum borjuis, aturan yang tidak dibatasi oleh hukum apa pun.”[6]

Menggunakan kekuatan politik untuk membunuh, menyiksa, dan menjatuhkan hukuman kolektif tanpa adanya batasan hukum adalah teror negara. Kebrutalan berdarah dingin ini adalah langkah pertama yang dilalukan di bawah pemerintahan rezim komunis klasik.

Pada bulan setelah Bolshevik menggulingkan pemerintah Rusia pada tahun 1917, ratusan ribu orang terbunuh dalam perjuangan politik. Bolshevik membentuk Komisi Luar Biasa Seluruh-Rusia, disingkat Cheka, dan memberkatinya dengan kekuatan eksekusi. Dari tahun 1918 hingga 1922, para pendukung Cheka telah membunuh tidak kurang dari dua juta orang tanpa diadili di pengadilan. [7]

Alexander Nikolaevich Yakovlev, mantan menteri propaganda Komite Sentral, anggota Politbiro Soviet, dan sekretariat Partai Komunis Uni Soviet, menulis dalam kata pengantar bukunya “Piala Pahit: Bolshevisme Rusia dan Gerakan Reformasi”: “Di abad ini saja, 60 juta orang di Rusia meninggal akibat perang, kelaparan dan penindasan.” Dengan menggunakan arsip publik, Alexander Nikolaevich Yakovlev memperkirakan jumlah orang yang tewas dalam kampanye penganiayaan Soviet mencapai 20 juta hingga 30 juta.

Pada tahun 1987, Politbiro Uni Soviet membentuk sebuah komite, di mana Alexander Nikolaevich Yakovlev menjadi anggotanya, untuk meninjau keguguran keadilan di bawah pemerintahan Soviet. Setelah meninjau ribuan berkas, Alexander Nikolaevich Yakovlev menulis: “Sudah lama saya tidak merasa gugup. Tampaknya para pelaku kekejaman ini adalah sekelompok orang yang mengalami gangguan mental, tetapi saya khawatir penjelasan seperti itu berisiko menyederhanakan masalah.”[8]

Untuk lebih jelasnya, Alexander Nikolaevich Yakovlev melihat bahwa kekejaman yang dilakukan di era komunis tidak berasal dari pemikiran atau impuls manusia biasa – melainkan, direncanakan dengan hati-hati.

Kejahatan ini tidak dilakukan untuk kebaikan yang lebih besar di dunia, tetapi dilakukan karena kebencian yang mendalam terhadap kehidupan itu sendiri. Pendorong komunisme melakukan kekejaman bukan karena ketidaktahuan, tetapi karena kedengkian.

Setelah berdirinya Uni Soviet, terorisme negara diberlakukan oleh rezim komunis berikutnya, seperti Tiongkok, Korea Utara, dan Kamboja.

Seperti yang dijelaskan dalam “Komentar Tujuh: Mengenai Sejarah Pembunuhan Partai Komunis” dari “Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis,” Partai Komunis Tiongkok menyebabkan kematian 60 juta hingga 80 juta orang sebelum periode reformasi dan terbuka— sebuah angka yang dapat melebihi angka kematian gabungan dari perang dunia I dan II. [9]

b. Standar yang Benar-Benar Berubah dan Salah

Sementara komunisme mengabaikan semua rasa legalitas untuk mempraktikkan terorisme negara dalam mengejar tujuan domestiknya, komunisme memperlihatkannya di depan negara-negara Barat dengan mengklaim bahwa komunisme berkomitmen untuk menerapkan aturan hukum. Komunisme melakukan ini agar komunisme dapat melibatkan, menyusup, dan menumbangkan masyarakat bebas atas nama perdagangan dan kemitraan ekonomi, pertukaran budaya, serta kerja sama geopolitik.

Sebagai contoh, pada awal reformasi dan terbuka pada tahun 1979, Partai Komunis Tiongkok mengeluarkan “hukum acara pidana,” seolah-olah untuk memperkuat institusi peradilan. Namun undang-undang ini belum ditegakkan dengan serius.

Menurut teori Marxis, hukum mencerminkan kehendak kelas penguasa dan merupakan alat dalam pemerintahannya. Hukum partai komunis tidak berasal dari Tuhan, atau dari cinta yang tulus kepada rakyat atau demi mempertahankan masyarakat yang jujur dan adil. Kepentingan kelompok penguasa, yaitu partai komunis, adalah yang terpenting. Saat tujuan dan kepentingan partai komunis berubah,maka hukumnya juga berubah.

Secara alami, begitu Partai Komunis Tiongkok merebut kekuasaan, Partai Komunis Tiongkok mengadopsi perjuangan kelas sebagai pedoman dan kemudian merampok seluruh warga.

Partai Komunis Tiongkok mengeluarkan undang-undang yang menentang kejahatan “kegiatan kontra-revolusioner,” yang berlaku untuk semua orang yang menentang kebijakan pencurian yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok. Partai Komunis Tiongkok menghukum para kontra-revolusioner dengan dikurung di penjara atau ditembak.

Setelah menyelesaikan proses perampokan massal untuk menerapkan kepemilikan publiknya, Partai Komunis Tiongkok membutuhkan cara untuk menyimpan hasil curiannya. Partai Komunis Tiongkok menggeser prioritasnya untuk menjadikan konstruksi ekonomi sebagai fokus dan menerapkan undang-undang yang melindungi properti pribadi.

Pada dasarnya, undang-undang ini berarti lebih dari sekedar melindungi kepentingan pribadi Partai Komunis Tiongkok, karena dalam praktiknya properti milik rakyat biasa di Tiongkok tidak diberi perlindungan yang sama. Penghancuran rumah-rumah rakyat secara paksa yang tak berkesudahan memberi jalan bagi pengembangan lahan menggambarkan penerapan kekerasan yang terus-menerus oleh rezim komunis untuk melanggar hak atas kepemilikan pribadi.

Pada awal 1999, Partai Komunis Tiongkok mengumumkan kebutuhan untuk “memerintah negara sesuai dengan hukum.” [10] Beberapa bulan kemudian, dimulailah penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong yang mengikuti prinsip Sejati, Baik dan Sabar di seluruh Tiongkok. Partai Komunis Tiongkok mendirikan Kantor 610 mirip Gestapo untuk melakukan kampanye anti-Falun Gong. Untuk memenuhi misinya, Kantor 610 memiliki wewenang untuk mengabaikan semua hukum dan prosedur peradilan. Kantor 610 memanipulasi keamanan publik dan birokrasi yudisial untuk menindas Falun Gong.

Partai Komunis Tiongkok harus terus menyulap musuh baru untuk mengintimidasi rakyat, menutupi kejahatannya yang mengerikan, dan mencapai tujuan penindasan brutal untuk kepentingannya sendiri.

Mode dan target penganiayaan selalu berubah dan mencakup kampanye melawan tuan tanah dan kapitalis, pembantaian mahasiswa tahun 1989 di Lapangan Tiananmen, dan penindasan terhadap praktisi Falun Gong dan pengacara hak asasi manusia.

Karena itu, hukum harus berubah juga. Dalam lebih dari enam puluh tahun berkuasa, Partai Komunis Tiongkok telah mengeluarkan empat konstitusi, yang terakhir telah mengalami empat kali revisi sejak diperkenalkan pada tahun 1982. Memperoleh pengalaman dari berbagai kampanye politik, Partai Komunis Tiongkok telah menggunakan hukum untuk menyesuaikan dan menyamarkan motif dan tindakannya. Terkadang bahkan tanpa bersusah payah menerapkan kamuflase ini.

c. Partai Komunis Tiongkok: Pengabaian Hukum secara Resmi

Isi konstitusi Partai Komunis Tiongkok adalah bertele-tele dalam upaya untuk menunjukkan bahwa ia berkomitmen pada aturan hukum dan norma-norma internasional yang beradab. Namun dalam praktiknya, konstitusi tersebut tidak pernah diikuti secara ketat, dan hak-hak seperti kebebasan berbicara, kepercayaan, dan pergaulan tidak benar-benar dilindungi.

Menurut teori Marxis, hukum mencerminkan kehendak kelas penguasa dan merupakan alat dalam pemerintahannya. Maka, bagi partai komunis mengesahkan dan mengubah hukum untuk menindas musuhnya adalah hal yang biasa.

Di bawah sistem semacam ini, siapa pun yang berani menantang “kehendak kelas yang berkuasa” – yaitu, siapa pun yang menentang kepentingan partai komunis – dapat dikenakan penganiayaan hukum sebagai musuh kelas, apakah buruh yang menganggur, prajurit yang dibebas tugas, petani yang tanahnya dirampas, pengacara hak asasi manusia, atau rakyat yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Bagi pengacara yang berpraktik di negara-negara komunis, hukum yang tertera selalu memberi jalan bagi masalah praktis. Jika seorang pengacara mencoba mengutip hukum dan membantah demi keadilan, maka hakim dan jaksa penuntut akan menyerangnya dengan berbicara mengenai apa yang seharusnya menjadi semangat hukum. Bahkan mereka secara terang-terangan mengatakan bahwa pengadilan dijalankan oleh partai komunis dan harus mengikuti perintahnya. Apa pun pendapat para pekerja pengadilan perorangan ini, apa yang mereka katakan memang mencerminkan semangat hukum yang ada di bawah rezim komunis.

Dalam sistem pengadilan Tiongkok, selama persidangan yang melibatkan praktisi Falun Gong yang dianiaya di Tiongkok, hakim dapat mengatakan hal-hal seperti ini: Mengapa anda mengajukan banding? Saya hanya peduli dengan politik. Partai Komunis Tiongkok tidak mengizinkan anda membela diri. Kata-kata pemimpin adalah hukum.

Partai Komunis Tiongkok adalah pemimpin pengadilan, jadi kita harus mengikuti garis Partai Komunis Tiongkok. Tidak ada prosedur hukum yang diperlukan untuk masalah Falun Gong. Jangan bicara pada saya mengenai hati nurani. [11]

Filsuf Inggris Francis Bacon pernah menulis: “Satu kalimat busuk lebih menyakitkan daripada banyak contoh busuk. Karena yang satu merusak aliran sungai, yang lain merusak air mancur.”[12]

Hukum Partai Komunis, yang selalu lunak dan hanya dipraktikkan secara selektif, tidak memiliki kesucian untuk memperoleh otoritas yang sah. Selama abad yang lalu, “roh hukum” yang mengatur sistem hukum Partai Komunis telah menyebabkan ketidakadilan yang tak terhitung jumlahnya dan mengawasi kematian 100 juta orang yang tidak bersalah — hutang darah yang tidak dapat ditebus oleh perwakilan dari penyebab komunis.

“Seorang pembunuh harus membayar dengan nyawanya, sama seperti seorang debitur dengan uang,” seperti pepatah umum. Jika Partai Komunis benar-benar menegakkan hukum, ia akan bertanggung jawab atas sejarah yang berlumuran darah.

Bab IX – Perangkap Ekonomi Komunis – Bagian II (Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita)

The Epoch Times menerbitkan serial khusus terjemahan dari buku baru berbahasa Tionghoa berjudul Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita

oleh tim editorial Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis.

Daftar ISI (Lanjutan)

4. Kepemilikan Publik dan Ekonomi yang Direncanakan: Sistem Perbudakan
a. Kepemilikan Publik: Penindasan Totaliter
b. Perencanaan Ekonomi: Ditakdirkan untuk Gagal

5. Teori Karl Marx Mengenai Eksploitasi: Pembalikan Kebohongan yang Baik dan Jahat

6. Kebencian dan Kecemburuan: Asal Usul Egalitarianisme Mutlak
a. Promosi Egalitarianisme Ekonomi: Batu Loncatan menuju Komunisme
b. Komunisme Memanfaatkan Serikat Buruh untuk Melemahkan Masyarakat Bebas

7. ‘Cita-cita’ Komunis: Menggoda Manusia Menuju Kehancurannya Sendiri

Kesimpulan: Kemakmuran dan Kedamaian Hanya Dapat Diperoleh Melalui Moralitas

Daftar Pustaka

oleh Tim Editorial “Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis”

4. Kepemilikan Publik dan Ekonomi yang Direncanakan: Sistem Perbudakan

Surga menciptakan manusia, memberkahi manusia dengan kebijaksanaan dan kekuatan, dan memutuskan bahwa hidup manusia akan menjadi satu kesatuan di mana manusia akan menuai imbalan atas jerih payahnya — dan dengan demikian dapat memperoleh cukup banyak imbalan untuk mengamankan hidupnya. Seperti yang dikatakan oleh Deklarasi Kemerdekaan, “Kami menganggap kebenaran ini sebagai bukti-diri, bahwa semua manusia diciptakan setara, bahwa mereka dianugerahi oleh Penciptanya dengan Hak-Hak tertentu yang tidak dapat dicabut, bahwa di antaranya adalah Kehidupan, Kebebasan dan pengejaran Kebahagiaan.”[1]

Secara alami, hak-hak ini termasuk kekuatan untuk memiliki dan mengalokasikan properti dan aset.

Sebaliknya, Karl Marx menyatakan dalam Manifesto Komunis, “Dalam hal ini, teori Komunis dapat diringkas dalam satu kalimat: Penghapusan kepemilikan pribadi.” [2] Ini adalah referensi untuk kepemilikan publik, di mana ekonomi yang direncanakan adalah aspek wajib. Inti sistem ini melanggar prinsip Surga, berjalan bertentangan dengan sifat manusia, dan merupakan bentuk perbudakan.

a. Kepemilikan Publik: Penindasan Totaliter

Pelopor anti-komunis Amerika Fred Schwartz menceritakan lelucon berikut ini dalam bukunya You Can Trust the Communists … to Be Communists yang artinya Anda Masih Dapat Mempercayai Kaum Komunis…Untuk Menjadi Kaum Komunis, mengenai seorang pewawancara yang terlebih dahulu mengunjungi pabrik mobil Soviet dan kemudian mengunjungi pabrik mobil Amerika: [3]

“‘Siapa yang memiliki pabrik ini?’

‘Kami,’ jawab mereka.

‘Siapa yang memiliki tanah tempat pabrik ini dibangun?’

‘Kami.’

‘Siapa yang memiliki produk dari pabrik ketika dibuat?’

‘Kami.’

Di sudut taman besar di luar sana, ada tiga mobil tua yang hancur. Pewawancara bertanya, ‘Siapa yang memiliki mobil-mobil di luar sana?’

Mereka menjawab, ‘Kami memilikinya, tetapi salah satu mobil tersebut digunakan oleh manajer pabrik, satunya lagi digunakan oleh komisaris politik, dan satunya lagi digunakan oleh polisi rahasia.’

Pewawacara yang sama datang ke sebuah pabrik di Amerika, dan berkata kepada para buruh, ‘Siapa yang memiliki pabrik ini?’

‘Henry Ford,’ jawab mereka.

‘Siapa yang memiliki tanah tempat pabrik dibangun?’

‘Henry Ford.’

‘Siapa yang memiliki produk dari pabrik ketika dibuat.’

‘Henry Ford.’

Di luar pabrik ada taman luas yang dipenuhi dengan segala jenis dan beragam mobil modern Amerika. Pewawancara bertanya, ‘Siapa yang memiliki semua mobil di luar sana?’

Mereka menjawab, ‘Oh, kami.’

Kisah ini dengan jelas menampilkan konsekuensi dan perbedaan antara sistem kepemilikan pribadi dan kepemilikan publik. Di bawah sistem kepemilikan publik, sumber daya dan keuntungan dari tenaga kerja dinasionalisasi. Sudah tidak ada lagi mekanisme yang memotivasi antusiasme, perjuangan, dan inovasi individu, seperti dengan rasa tanggung jawab yang disampaikan oleh hak milik pribadi.

Menurut namanya, kepemilikan publik berarti bahwa kekayaan suatu negara dimiliki bersama oleh semua warganegara, tetapi dalam praktiknya, kepemilikan publik berarti bahwa kelas yang diistimewakan memonopoli sumber daya dan mementingkan dirinya sendiri terlebih dahulu.

Faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi adalah manusia. Kepemilikan publik mencekik vitalitas dan motivasi rakyat untuk menjadi produktif, sehingga merusak moral, meningkatkan ketidakefisiensian, dan menyebabkan pemborosan.

Dari pertanian kolektif Soviet hingga komune rakyat di Tiongkok — termasuk kolektivisasi yang gagal di Kamboja dan Korea Utara — sistem kepemilikan publik membawa kelaparan ke mana pun ia pergi. Misalnya, kelaparan yang diakibatkan oleh ulah manusia di Tiongkok menewaskan puluhan juta orang.

Kepemilikan pribadi sesuai dengan prinsip bahwa manusia bekerja demi mendapatkan makanannya. Sebaliknya, kepemilikan publik melanggar prinsip ini.

Baik kejahatan maupun kebaikan ada dalam diri manusia. Kepemilikan pribadi memungkinkan manusia untuk mengembangkan sifat ramahnya, mendorong tenaga untuk bekerja dan berhemat. Namun, kepemilikan publik mendorong kejahatan dalam sifat manusia, mendorong kecemburuan dan kemalasan.

Friedrich Hayek menulis bahwa pertumbuhan peradaban bergantung pada tradisi sosial yang menjadikan kepemilikan pribadi sebagai pusatnya. Tradisi-tradisi semacam itu menelurkan sistem kapitalis modern dan pertumbuhan ekonomi yang menyertainya. Ini adalah perintah organik yang dihasilkan sendiri yang tidak memerlukan tindakan pemerintah. Namun gerakan komunis dan sosialis berusaha untuk mengendalikan tatanan yang muncul secara spontan ini – yang oleh Friedrich Hayek disebut sebagai “kesombongan fatal” komunis. [4]

Jika kepemilikan dan kebebasan pribadi tidak dapat dipisahkan, maka hal serupa berlaku untuk kepemilikan publik, seperti halnya kediktatoran dan penindasan. Sistem kepemilikan publik menasionalisasi sumber daya, menurunkan produktivitas ekonomi, dan mengubah rakyat menjadi pelayan dan budak negara.

Semua rakyat harus mematuhi perintah partai pusat, dan setiap ide dan suara rakyat yang tidak konsisten dengan rezim dapat ditebus melalui hukuman ekonomi. Rakyat kemudian tidak berdaya melawan intervensi negara.

Dengan demikian, penghapusan kepemilikan pribadi dan pembentukan kepemilikan publik tak terhindarkan mengarah pada hasil totaliter. Kolektivisme adalah penindasan manusia oleh negara totaliter. Kebebasan telah dirampas — termasuk kebebasan untuk bersikap baik — dan semua orang dipaksa untuk mengikuti perintah moral rezim komunis.

Beberapa orang mengatakan bahwa kekuasaan tidak boleh diprivatisasi dan kekayaan tidak boleh dikoleksi, atau bencana menunggu umat manusia. Itu memang benar.

b. Perencanaan Ekonomi: Ditakdirkan untuk Gagal

Di bawah ekonomi terencana, produksi seluruh masyarakat, alokasi sumber daya, dan distribusi produk didasarkan pada rencana yang ditetapkan oleh negara. Ini sama sekali berbeda dari perencanaan organik perusahaan dan individu.

Ekonomi terencana memiliki cacat alami yang jelas. Pertama, diperlukan pengumpulan sejumlah besar data untuk membuat pengaturan yang wajar untuk produksi. Untuk suatu negara, terutama negara modern dengan populasi besar, jumlah informasi yang relevan adalah sangat besar. Misalnya, biro penetapan harga komoditas Uni Soviet harus menetapkan harga untuk 24 juta jenis barang yang berbeda. [5] Perhitungan seperti itu adalah tidak mungkin.

Kompleksitas dan variabilitas masyarakat dan rakyat tidak dapat diselesaikan melalui ekonomi terencana terpadu. [6] Bahkan dengan penggunaan data besar modern dan kecerdasan buatan, pemikiran manusia tidak mungkin dimasukkan sebagai variabel, sehingga sistem akan selalu tidak lengkap.

Ahli ekonomi Ludwig von Mises membahas hubungan antara sosialisme dan pasar dalam artikelnya “Perhitungan Ekonomi dalam Persemakmuran Sosialis.” [7] Ia mencatat bahwa tanpa pasar nyata, masyarakat sosialis tidak akan dapat membuat perhitungan ekonomi yang masuk akal. Dengan demikian, distribusi sumber daya tidak dapat dirasionalisasi, dan ekonomi yang direncanakan akan gagal.

Kedua, perencanaan ekonomi membutuhkan kendali negara atas sumber daya, yang pada akhirnya membutuhkan kekuatan absolut, kuota, dan perintah. Terlebih lagi, ekonomi kekuasaan pertama-tama terikat pada politik, bukan pada kebutuhan rakyat yang sebenarnya.

Ketika persyaratan dunia nyata gagal sesuai dengan perencanaan negara, maka kekuatan negara menginjak-injak tren ekonomi alami, sehingga menyebabkan kesalahan menempatkan modal yang besar dan semua masalah yang menyertainya. Ekonomi terencana menggunakan kekuatan dan kebijaksanaan pemerintah yang terbatas untuk berperan sebagai Tuhan. Ini pasti akan gagal.

Perencanaan ekonomi dan politik tekanan tinggi tidak dapat dipisahkan. Karena rencana nasional pasti cacat, ketika ada masalah, rencana itu akan ditentang baik di dalam maupun di luar pemerintah. Mereka yang berkuasa kemudian merasa bahwa otoritas mereka ditantang dan akan melawan balik dengan tekanan politik dan pembersihan.

Mao Zedong, misalnya, mengabaikan hukum ekonomi dan memaksa melalui Lompatan Jauh Ke Depan, mengakibatkan bencana kelaparan selama tiga tahun yang menyebabkan puluhan juta kematian. Hal ini menyebabkan tantangan lebih lanjut bagi Mao Zedong, yang merupakan alasan utama ia kemudian meluncurkan Revolusi Kebudayaan.

Efek bencana dari ekonomi terencana dan kepemilikan kolektif telah sepenuhnya ditunjukkan dalam kondisi saat ini dari perusahaan milik negara Tiongkok. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah besar BUMN Tiongkok telah menghentikan atau memperlambat produksi, menderita kerugian setiap tahun, atau menjadi bangkrut.

BUMN Tiongkok bergantung pada subsidi pemerintah dan kredit bank bergulir untuk mempertahankan operasi. Pada dasarnya, BUMN Tiongkok menjadi parasit ekonomi nasional, dan yang secara luas dikenal sebagai “perusahaan zombie.” [8]

Di antara 150.000 perusahaan milik negara di Tiongkok , dengan pengecualian monopoli negara di sektor minyak bumi dan telekomunikasi yang menguntungkan, BUMN Tiongkok lainnya melaporkan laba minimal dan menderita kerugian yang parah, sehingga menghancurkan modal.

Pada akhir 2015, total aset mereka menyumbang 176 persen dari Produk Domestik Bruto, utang mereka menyumbang 127 persen, dan pendapatan mereka hanya menyumbang 3,4 persen. Beberapa ahli ekonomi percaya bahwa perusahaan zombie pada dasarnya membajak ekonomi Tiongkok. [9]

Sementara itu, perencanaan ekonomi merampas kebebasan rakyat dan memaksa negara untuk merawat rakyat. Inti dari proyek ini adalah mengubah rakyat menjadi budak dan mesin.

Semua aspek kehidupan rakyat berada di bawah kendali negara, sehingga rakyat bagai hidup di penjara yang tidak kasat mata, berupaya untuk menghapuskan kehendak bebas, dan mengubah parameter kehidupan manusia yang ditetapkan oleh Tuhan. Ini adalah manifestasi lainnya dari pemberontakan komunis melawan Tuhan dan hukum kodrat.

Bab IX – Perangkap Ekonomi Komunis – Bagian I (Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita)

The Epoch Times menerbitkan serial khusus terjemahan dari buku baru berbahasa Tionghoa berjudul Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita, oleh tim editorial Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis.

Pengantar

1.Negara Maju di Barat: Mempraktikkan Komunisme dengan Nama Lain

a.Pajak yang Tinggi dan Kesejahteraan Sosial yang Murah Hati
b.Intervensionisme Ekonomi yang Agresif di Negara Barat
c.Ekonomi Sosialis Menuju Totalitarianisme Komunis

2.Sosialisme Dystopian dari Partai Komunis Tiongkok

a.Ekonomi Tiongkok: Tidak Ada Relaksasi Kendali Komunis
b.Kebenaran di Balik Kenaikan Ekonomi Tiongkok
c.Konsekuensi Model Ekonomi Tiongkok

3.Kerusakan Sosialisme di Dunia Berkembang

a.Sosialisme Terus Menghantui Eropa Timur
b.Ekonomi Sosialis Membuat Gagal Negara Berkembang

DAFTAR PUSTAKA

Pengantar

Lebih dari 150 tahun yang lalu, Karl Marx menerbitkan “Das Kapital,” yang menganjurkan penghapusan hak milik pribadi, yang diganti dengan kepemilikan publik. Satu abad kemudian, kepemilikan publik komunis diterapkan di sepertiga negara di dunia.

Setelah disintegrasi blok Soviet pada tahun 1990, banyak negara Eropa Timur menjalani “terapi kejut” untuk kembali ke ekonomi pasar. Negara lain yang tidak dikuasai oleh partai komunis, tetapi yang telah menganut nasionalisasi sosialis dan menanggung kesengsaraan dan kemiskinan kepemilikan publik, pada akhirnya tidak punya pilihan selain memperkenalkan reformasi pasar.

Untuk mencapai dominasi global, roh komunisme melancarkan serangan di seluruh dunia. Melihat negara-negara yang meninggalkan komunisme atau model ekonomi sosialis, orang akan berpikir bahwa roh komunisme telah gagal meraih tujuannya. Tetapi kenyataannya tidak sesederhana itu. Roh komunisme tidak mengikuti serangkaian prinsip yang sudah pasti. Sebaliknya, metode dan bentuk roh komunisme terus berubah sesuai dengan situasi; roh komunisme dapat meninggalkan atau mengkritik tindakan sebelumnya demi tujuan yang lebih besar. Tidak ada yang lebih benar selain bidang ekonomi.

Setelah menganalisis dengan cermat sistem ekonomi kita saat ini dan kenyataan di baliknya, kita tidak dapat menolong namun dapat menemukan bagaimana roh komunisme telah menyebarkan sulurnya ke setiap sudut. Ketika skema angan-angan dan pemujaan pemerintah yang membabi buta, ekonomi hampir setiap negara di dunia bergerak menjauhi prinsip pasar bebas. Bangsa-bangsa kehilangan fondasi moralnya dan tertarik pada komunisme. Sudah saatnya kita sadar akan kenyataan ini dan mengambil tindakan terhadapnya.

1. Negara Maju di Barat: Mempraktikkan Komunisme dengan Nama Lain

Dalam “Manifesto Komunis” (awalnya “Manifesto Partai Komunis”), Karl Marx menulis bahwa teori komunis dapat diringkas dalam satu kalimat: Hapus sistem kepemilikan pribadi. Bagi individu, hal ini berarti “penghapusan individualitas borjuis, kemerdekaan borjuis, dan kebebasan borjuis.”

Bagi masyarakat, hal ini berarti bahwa “kelas sosial rendah akan menggunakan supremasi politiknya secara bertahap merebut semua modal dari borjuis, untuk memusatkan semua instrumen produksi di tangan Negara, yaitu, kelas sosial rendah yang diselenggarakan sebagai kelas yang berkuasa.”[1]

Untuk mencapai tujuan ini, komunis menggunakan kekerasan dan pembunuhan massal di negara komunis. Tetapi ketika komunisme yang kejam kehilangan daya tariknya, maka dirancanglah bentuk komunisme non-kekerasan. Varian-varian sosialisme ini menyusup ke seluruh masyarakat sampai-sampai varian tersebut sulit diidentifikasi.

Negara-negara Barat menggunakan banyak kebijakan ekonomi yang tampaknya tidak memiliki kaitan dengan sosialisme baik dalam nama atau bentuk, namun sosialisme memainkan peran membatasi, melemahkan, atau merampas hak orang atas kepemilikan pribadi.
Peran sosialisme lainnya melemahkan mekanisme perusahaan bebas, memperluas kekuasaan pemerintah, dan mengarahkan masyarakat semakin ke arah sosialisme. Metode ini mencakup perpajakan tinggi, kesejahteraan sosial yang murah hati, dan intervensi negara secara agresif.

a. Pajak yang Tinggi dan Kesejahteraan Sosial yang Murah Hati

Fitur ekonomi komunis atau sosialis yang penting di negara Barat adalah kesejahteraan sosial yang kuat. Kebijakan kesejahteraan sosial saat ini membuat rakyat yang berasal dari negara komunis merasa seolah-olah mereka baru saja pindah ke negara sosialis lain.

Sosialisme yang Menyamar

Pemerintah sendiri tidak menghasilkan nilai, malahan sebaliknya, pemerintah mendapat untung. Semua manfaat sosial pada akhirnya dibayar oleh rakyat, melalui pajak atau utang nasional. Tingkat kesejahteraan yang tinggi itu sendiri adalah bentuk varian komunisme, hanya tanpa revolusi kekerasan yang dipraktikkan oleh partai komunis.

Perpajakan yang tinggi adalah nasionalisasi yang dipaksakan atas aset swasta untuk didistribusikan kembali dalam skala besar. Pada saat yang sama, langkah ini adalah jalan tersembunyi untuk secara bertahap menghapus sistem kepemilikan pribadi.

Hasil akhir dari perpajakan yang tinggi adalah sama dengan kepemilikan publik dan egalitarianisme yang dipaksakan oleh rezim komunis, dengan satu-satunya perbedaan adalah apakah nasionalisasi dilakukan sebelum atau setelah produksi.

Dalam ekonomi terencana komunis, bahan-bahan produksi dikendalikan langsung oleh negara. Di Barat, produksi dikendalikan secara pribadi, tetapi pendapatan diubah menjadi aset negara melalui pajak dan skema redistribusi.

Apa pun itu, tindakan tersebut setara dengan perampokan dan perampasan kekayaan orang lain. Di negara Barat, daripada melalui pembunuhan dan kekerasan, kesetaraan ini dicapai secara hukum melalui demokrasi dan perundang-undangan.

Beberapa bantuan pemerintah masuk akal, seperti jaminan sosial untuk korban bencana atau kecelakaan. Tetapi aspek positif dari kesejahteraan sosial menjadikannya sebagai alat penipuan yang nyaman, dan menjadi alasan yang diperlukan untuk menaikkan pajak. Dalam hal ini, kesejahteraan sosial yang murah hati telah mencapai konsekuensi destruktif yang sama dengan ekonomi komunis bagi rakyat, masyarakat, dan nilai moral.
Secara alami, ekonomi komunis menonjolkan sisi gelap sifat manusia. Ini adalah akar penyebab mengapa roh komunisme mendesakkan nilai ekonomi komunis di seluruh dunia, baik dalam masyarakat bebas atau yang secara langsung dikendalikan oleh rezim komunis.

Perpajakan yang Tinggi

Kesejahteraan sosial di negara maju mengkonsumsi sebagian besar pendapatan fiskal, yang berasal dari pajak yang ditransfer dari kekayaan pribadi. Tidak ada cara lain untuk mempertahankan kemurahan hati pemerintah.

Di Amerika Serikat, lebih dari setengah pendapatan pajak dihabiskan untuk Jaminan Sosial dan perawatan medis. Lebih dari 80 persen uang ini berasal dari pajak penghasilan pribadi dan pajak Jaminan Sosial; 11 Persen berasal dari pajak perusahaan. [2] Bahkan banyak negara Barat yang bertindak lebih jauh daripada Amerika Serikat, mengingat sistem kesejahteraan mereka yang lebih komprehensif.

Menurut data tahun 2016 mengenai tiga puluh lima ekonomi pasar yang diterbitkan oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, dua puluh tujuh negara memiliki tingkat pajak penghasilan lebih dari 30 persen. Ada dua negara di Eropa dengan pajak penghasilan tertinggi, yaitu 54 persen dan 49,4 persen. Dampaknya, makan atau berbelanja di beberapa tempat di banyak negara Eropa dilengkapi dengan pajak pertambahan nilai setinggi 20 persen. [3] Pajak perusahaan dan pajak lainnya semakin menambah tarif keseluruhan.

Data lain menunjukkan bahwa pada tahun 1900, hanya tujuh dari lima belas negara untuk tahun 1900 yang mengenakan pajak penghasilan, di mana Italia memimpin pada tingkat 10 persen. Australia, Jepang, dan Selandia Baru memiliki tarif pajak penghasilan sekitar 5 persen. Tetapi pada tahun 1950, tarif pajak maksimum rata-rata di dua puluh negara lebih dari 60 persen; kini, perlahan-lahan turun menjadi sekitar 40 persen. [4]
Pajak yang tinggi tidak hanya membebani orang kaya; orang miskin juga dibebani dengan berbagai cara. Sementara orang kaya sering memiliki berbagai langkah hukum untuk melindungi dirinya dari pajak, tunjangan kesejahteraan yang diberikan kepada orang miskin ditiadakan bila pendapatan orang miskin tersebut meningkat melampaui batas tertentu. Singkatnya, rakyat dihukum karena bekerja lebih keras.

Kesejahteraan yang Tinggi

Pada tahun 1942, ahli ekonomi Inggris William Beveridge menganjurkan negara kesejahteraan, sebuah rencana “mencakup semua orang dan kebutuhan.” Dalam masyarakat modern, sistem kesejahteraan tinggi telah diperluas untuk mencakup pengangguran, perawatan medis, pensiun, cedera akibat pekerjaan, perumahan, pendidikan, penitipan anak, dan sejenisnya, jauh melampaui konsep tradisional amal bagi mereka yang membutuhkan bantuan segera.

Sebuah laporan dari Heritage Foundation menunjukkan bahwa pada tahun 2013, lebih dari seratus juta orang di Amerika Serikat, atau sekitar sepertiga populasi, menerima tunjangan kesejahteraan (tidak termasuk Jaminan Sosial dan Perawatan Kesehatan) bernilai rata-rata 9.000 dolar Amerika Serikat per orang. [5] Menurut statistik yang dikumpulkan oleh Biro Sensus Amerika Serikat, sekitar 12,7 persen populasi hidup di bawah garis kemiskinan pada tahun 2016, namun kondisi kehidupan mereka mungkin mengejutkan banyak orang.

Menurut survei pemerintah, 96 persen orangtua di rumah tangga miskin mengatakan bahwa anak-anaknya tidak pernah kelaparan. Hampir 50 persen rumah tangga miskin tinggal di rumah, dan 40 persen rumah tangga miskin tinggal di townhouse. Hanya 9 persen rumah tangga miskin yang tinggal di rumah bergerak. Delapan puluh persen rumah tangga miskin memiliki pendingin udara dan dua perlima memiliki TV LCD layar lebar. Tiga perempat rumah tangga miskin memiliki mobil. [6] Kategorisasi yang disengaja dari sejumlah besar orang masuk ke dalam demografi “miskin” memberikan banyak alasan untuk perluasan kesejahteraan.

Manfaat yang diberikan oleh pemerintah Amerika Serikat di bawah rata-rata dibandingkan dengan anggota Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan. Kebanyakan orang yang tinggal di negara Nordik (Denmark, Finlandia, Islandia, Norwegia, Swedia, Kepulauan Faoe, Greenland, Svalbard dan Aland) dan negara Eropa Barat lainnya menikmati kesejahteraan yang jauh lebih besar daripada orang Amerika Serikat. Di Denmark, misalnya, bahkan warga terkaya pun menikmati jaring pengaman sosial tempat lahir yang mencakup perawatan medis, pendidikan universitas, dan manfaat dermawan lainnya yang bersifat gratis.

Sebelum keruntuhan ekonomi Yunani, rakyat Yunani menikmati gaji tahunan empat belas bulan, pensiun pada usia 61 tahun, dan uang pensiun yang setara dengan lebih dari 90 persen dari gajinya. Rakyat Swedia berhak atas 550 hari cuti sakit terus-menerus dan manfaat lainnya.

Perluasan kesejahteraan dari peran tradisionalnya untuk amal darurat menjadi manfaat terus-menerus bagi seluruh populasi, pada kenyataannya, merupakan bagian dari skema roh komunisme untuk memaksakan ekonomi komunis.

Manfaat Sosial: Menyebarkan Korupsi dan Mengintensifkan Kontradiksi Antara Kaya dan Miskin

Dari sudut pandang ekonomi, inti kesejahteraan adalah mengambil uang dari beberapa orang dan mentransfer nilainya kepada orang lain. Namun, adalah pemerintah yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan kesejahteraan, sehingga tidak menekankan kebijaksanaan bahwa seseorang harus bekerja untuk mendapatkan kesejahteraan. Hilangnya prinsip moral ini sangat jelas terjadi di Eropa Utara.

Sarjana Swedia Nima Sanandaji menunjukkan hal ini menggunakan data World Value Survey. Pada awal 1980-an, 82 persen orang Swedia dan 80 persen orang Norwegia setuju dengan pernyataan bahwa “adalah salah bila menerima manfaat dari pemerintah yang tidak pantas anda terima.” Pada saat survei dilakukan di Norwegia pada tahun 2005 dan di Swedia pada tahun 2008, hanya 56 persen orang Norwegia dan 61 persen orang Swedia setuju dengan pernyataan ini. [7]

Di bawah sistem kesejahteraan yang murah hati, rakyat yang bekerja keras menerima lebih sedikit pengembalian manfaat, dan rakyat yang kurang rajin diberi imbalan. Seiring waktu, hal ini secara halus menyimpangkan tradisi moral, karena rakyat yang tumbuh dengan kesejahteraan pemerintah yang tinggi kehilangan ketekunan, kemandirian, tanggung jawab, dan ketekunan leluhurnya. Rakyat menganggap sistem kesejahteraan terjadi begitu saja dan bahkan menganggap kesejahteraan sebagai hak asasi manusia. Rakyat telah terbiasa mengandalkan bantuan pemerintah dan bahkan menyandera pemerintah supaya membantu mereka terus-menerus.

Nilai-nilai sosial telah berubah hingga hampir tidak dapat diubah. Seperti mendidihkan katak secara perlahan, penggunaan kesejahteraan yang tinggi oleh komunisme telah mengikis kebijaksanaan moral.

Kesejahteraan pemerintah yang tinggi juga memeras peran amal tradisional, merampas kesempatan donor untuk melakukan kebaikan maupun merampas kesempatan penerima manfaat untuk merasa bersyukur.

Dalam masyarakat tradisional, amal dilakukan atas kehendak sendiri, baik secara langsung membantu yang kurang beruntung atau dengan cara menyumbang ke organisasi amal seperti gereja. Ada donor dan penerima yang pasti, dan yang boleh menerima bantuan adalah yang memiliki hak istimewa, bukan sekedar hak. Penerima merasa bersyukur atas kebaikan para donor dan akan termotivasi untuk menggunakan amal tersebut untuk melengkapi upayanya sendiri untuk meningkatkan nasibnya. Mereka yang menerima amal yang kemudian mengubah hidupnya kemungkinan akan membalas budi dengan cara membantu orang lain saat menghadapi tantangan yang sama seperti yang pernah dihadapinya.

Pemikir Perancis Alexis de Tocqueville mencatat bahwa amal menggabungkan kebajikan kedermawanan dan rasa terima kasih, yang saling berinteraksi untuk meningkatkan masyarakat dan memberikan pengaruh moral yang positif. Sementara itu, hubungan antara pemberi dan penerima berfungsi untuk meredakan konflik dan pertentangan antara si kaya dan si miskin, sebagai perilaku amal dari individu yang menghubungkan anggota kelas ekonomi yang berbeda. [8]

Sistem kesejahteraan modern yang membengkak mengasingkan donor dan penerima dengan cara birokratisasi proses amal. “Para donor” saat ini adalah para pembayar pajak yang dipaksa untuk menyerahkan kekayaannya, daripada membagikannya secara sukarela. Sementara itu, penerima kesejahteraan tidak memiliki hubungan dengan dermawannya dan tidak merasa bersyukur atas pengorbanan si dermawan.

Alexis de Tocqueville percaya bahwa kesejahteraan sosial memperburuk konflik antara si kaya dan si miskin. Setelah sebagian kekayaannya disita secara paksa, orang kaya akan membenci kelas penerima kesejahteraan. Alexis de Tocqueville mengatakan bahwa orang miskin juga akan terus merasa tidak puas karena menganggap memang sudah selayaknya ia menerima bantuan ekonomi: “Satu kelas memandang dunia dengan ketakutan dan kebencian sementara kelas yang lain menganggap kemalangannya dengan putus asa dan iri hati.” [9]

Kesejahteraan yang membengkak juga menjadi titik kecemburuan dan konflik politik yang digunakan komunisme untuk menghancurkan kerukunan moral dan sosial masyarakat. Hal ini telah diamati dalam krisis ekonomi Yunani: Alih-alih konflik antara kaya dan miskin, perjuangan adalah antara kelas menengah dan kelas atas. Penggelapan pajak yang dilakukan oleh kelas atas telah menjadi “olahraga nasional,” menurut pejabat Yunani yang dikutip oleh The Economist. [10] Pada saat yang sama, agar tidak mengecewakan pendukungnya, pemerintah Yunani mengandalkan pinjaman untuk mengimbangi berkurangnya pendapatan pajak dan demi mempertahankan tingkat kesejahteraan yang sama dengan negara Eropa lainnya.

Sebagai buntut krisis ekonomi, pemerintah Yunani berusaha untuk mengurangi kesejahteraan sosial, yang mengakibatkannya menghadapi perlawanan gigih populasi umum. Rakyat Yunani mengarahkan pandangannya pada orang kaya dan menuntut agar orang kaya dikenakan pajak yang lebih tinggi, menciptakan sakit kepala bagi pemerintah yang belum diselesaikan.

Sistem kesejahteraan mengikis etika kerja tradisional dan membuat rakyat merasa berhak atas apa yang tidak mereka peroleh. Karena rakyat yang rajin bekerja dihukum, maka seluruh ekonomi menderita.

Pada tahun 2010, sebuah studi praktis oleh Martin Halla, Mario Lackner, dan Friedrich G. Schneider menghasilkan data yang menunjukkan bahwa kesejahteraan sosial tidak membedakan kerja keras dalam jangka panjang. Dan hasil seperti itu tidak akan ditampilkan sampai jangka waktu yang lama nanti. Ketiga ahli ekonomi tersebut menyimpulkan bahwa dinamika negara kesejahteraan tidak membahayakan kesehatan basis ekonomi suatu negara. [11]

Budaya Kemiskinan

Pada tahun 2012, The New York Times memuat artikel mendalam berjudul “Profiting From a Child’s Illiteracy,” yang berarti “Mengambil Manfaat Dari Seorang Anak yang Buta Huruf,” yang menggambarkan dampak kebijakan kesejahteraan pada keluarga berpenghasilan rendah yang tinggal di wilayah Pegunungan Appalachian di Amerika Serikat bagian timur.

Artikel tersebut menggambarkan bagaimana keluarga miskin pasrah mengirim anak-anaknya ke sekolah agar memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan.

“Para ibu dan ayah takut jika anak-anak belajar membaca, mereka nantinya cenderung tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan cek bulanan karena memiliki cacat intelektual,” kata artikel itu.

“Banyak orang tinggal di rumah bergerak di lereng bukit di sini adalah miskin dan putus asa, dan mendapat cek bulanan 698 dolar Amerika Serikat per anak dari program Penghasilan Keamanan Tambahan, di mana program tersebut akan sangat berhasil— dan cek itu berlanjut sampai anak berusia 18 tahun.” [12]

Program bantuan ini dimulai sekitar 40 tahun yang lalu dengan tujuan membantu keluarga membesarkan anak-anak yang mengalami gangguan fisik atau mental. Pada saat The New York Times melaporkan masalah ini, lebih dari 55 persen anak-anak yang memenuhi syarat dikategorikan sebagai orang yang menderita gangguan mental, tetapi tidak menderita gangguan mental yang jelas. Di seluruh Amerika Serikat, sekarang ada total sekitar 1,2 juta anak-anak yang “menderita gangguan mental” yang dibiayai 9 miliar dolar Amerika Serikat setiap tahunnya oleh pembayar pajak. [13]
Di sini, kesejahteraan dan kekurangan dari sifat manusia saling melengkapi dalam lingkaran setan. Terlepas dari niat baik dari mereka yang mendukung dan merumuskan kebijakan kesejahteraan, secara tidak langsung mereka membantu roh komunisme meraih tujuannya untuk menjatuhkan dan menghancurkan umat manusia.

Lebih dari seabad yang lalu, Alexis de Tocqueville melakukan pengamatan bahwa program kesejahteraan tidak membeda-bedakan individu, hanya membedakan ambang kemiskinan. Hal ini membuat sulit untuk mengalokasikan bantuan secara efisien, karena tidak mungkin untuk mengetahui apakah individu yang memenuhi syarat benar-benar menderita keadaan di luar kendalinya atau apakah kemalangannya diakibatkan oleh dirinya sendiri. [14]

Penyalahgunaan kesejahteraan tidak hanya mengikat keuangan publik; namun juga mempengaruhi masa depan anak-anak yang tumbuh di bawah sistem tersebut. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 menemukan bahwa dua pertiga rakyat yang menerima kesejahteraan saat masih anak-anak akan terus menerimanya sampai dewasa, dan mungkin akan menetap pada kesejahteraan seperti itu selama sisa hidupnya. [15]

Sebagai masalah strategi pemilihan, istilah “cacat” terus disempurnakan untuk mencakup bagian populasi yang terus berkembang yang memenuhi syarat untuk kesejahteraan. Kriteria yang menentukan siapa yang berhak atas kesejahteraan menciptakan suasana penguatan negatif yang mendorong penyalahgunaan manfaat ini. Kemunduran yang dihasilkan dalam moralitas sosial dan kelesuan ekonomi membantu roh komunisme mencapai tujuannya.

Kesejahteraan adalah tindakan darurat untuk membantu mereka yang benar-benar membutuhkan, efektif dalam situasi seperti yang melibatkan kecelakaan kerja, epidemi, bencana alam, dan sebagainya. Kesejahteraan seharusnya tidak menjadi bentuk standar nafkah hidup, karena tidak mampu menyelesaikan dilema kemiskinan.

Pada tahun 2014, dalam 50 tahun sejak Presiden Lyndon B. Johnson meluncurkan perangnya melawan kemiskinan, pembayar pajak Amerika Serikat menghabiskan 2,2 triliun dolar Amerika Serikat untuk membayar kesejahteraan. [16] Namun, seperti yang ditunjukkan statistik Biro Sensus Amerika Serikat, tingkat kemiskinan tetap stabil selama 40 tahun terakhir. [17]

Menurut ahli ekonomi Amerika Serikat William Arthur Niskanen, sistem kesejahteraan melahirkan budaya kemiskinan, yang pada gilirannya menciptakan lingkaran setan ketergantungan pada bantuan pemerintah, anak-anak di luar nikah, kejahatan kekerasan, pengangguran, dan aborsi.

Analisisnya mengenai data di seluruh Amerika Serikat untuk tahun 1992 menghasilkan perkiraan dampak yang dapat diharapkan dari meningkatnya manfaat Bantuan untuk Keluarga dengan Anak-anak Tanggungan sebesar 1 persen dari pendapatan rata-rata per kapita: Penerima Bantuan untuk Keluarga dengan Anak-anak Tanggungan akan meningkat sekitar 3 persen; jumlah orang yang miskin akan meningkat sekitar 0,8 persen; kelahiran dari ibu tunggal akan meningkat sekitar 2,1 persen; dan jumlah orang dewasa yang menganggur akan meningkat sekitar 0,5 persen. Aborsi dan kejahatan dengan kekerasan akan menjadi lebih umum juga. [18] Temuan William Arthur Niskanen menunjukkan bahwa sistem kesejahteraan yang kuat menumbuhkan ketergantungan pada sistem tersebut dan menghambat tanggung jawab pribadi.

Keluarga yang terpecah belah adalah unsur utama dalam budaya kemiskinan. Dalam sebuah studi mengenai kemiskinan historis dan kontemporer di kalangan kulit hitam, ahli ekonomi Walter E. Williams menemukan bahwa 85 persen anak-anak kulit hitam yang miskin hidup dengan ibu lajang remaja.

Sistem kesejahteraan mempermudah fenomena ini, karena mendorong ibu tunggal untuk hidup tanpa bertanggung jawab atas perbuatannya. Ibu tunggal layak mendapatkan subsidi, subsidi perumahan, kupon makanan, dan sejenisnya dari kesejahteraan pemerintah. Kesejahteraan telah berperan dalam mendorong terjadinya orangtua tunggal, yang menyebabkan lebih banyak kemiskinan. [19]

Terlepas dari kenyataan bahwa kesejahteraan telah berkembang dalam beberapa dekade terakhir, kesenjangan antara kaya dan miskin juga terus meningkat: Upah rata-rata, disesuaikan dengan inflasi, meningkat sangat lambat, sementara kekayaan mengalir ke rakyat yang paling kaya. Kelas buruh miskin telah muncul. Berbekal masalah sosial ini, sayap kiri mendorong pemerintahan yang lebih besar, perpajakan yang lebih tinggi, dan lebih banyak kesejahteraan untuk memerangi kemiskinan dengan semakin memperburuk kemiskinan.

Kaum Kiri Menggunakan Kebijakan Kesejahteraan untuk Mendapatkan Suara

Politisi sayap kiri sering mempromosikan kesejahteraan dan pajak yang lebih tinggi. Dengan menggunakan berbagai slogan pemilu untuk meyakinkan pemilih akan niat mulia mereka, mereka menggambarkan dirinya memiliki landasan moral yang tinggi, meskipun para politisi ini bukanlah orang-orang yang akan memberikan kesejahteraan. Metode mereka hanya untuk merebut kekayaan kelas atas dan menengah dan mendistribusikannya di kalangan orang miskin. Karena sistem menyembunyikan hubungan antara donor dan penerima, para politisi mengklaim telah berperan penting dalam proses tersebut. Mereka menerima rasa terima kasih penerima dalam bentuk suara.

b. Intervensionisme Ekonomi yang Agresif di Negara Barat

Intervensi Negara

Saat ini, pemerintah di dunia bebas sudah melakukan intervensi besar-besaran dalam sistem ekonomi nasionalnya. Salah satu penyebabnya adalah politik kesejahteraan, yang dikembangkan di bawah pengaruh sosialis, yang memperluas peran negara dalam distribusi kekayaan.

Dorongan lain untuk tren ini adalah Depresi Hebat tahun 1930-an. Menyusul Depresi Hebat, masyarakat Barat sangat dipengaruhi oleh teori ekonomi Keynesian, yang menganjurkan intervensi negara secara aktif dan regulasi ekonomi dengan menggunakan keuangan.

Dalam masyarakat normal, peran pemerintah adalah terbatas. Hanya dalam situasi yang luar biasa negara dapat ikut campur dalam ekonomi, seperti saat terjadi bencana alam atau krisis lainnya. Tetapi kini, teori Keynesian telah menguasai dunia. Pemerintah semua negara berlomba untuk mengambil kendali lebih besar atas ekonominya masing-masing.

Ketika pemerintah berperan aktif dalam perekonomian, setiap tindakan memiliki efek riak besar di pasar. Kebijakan dan undang-undang baru dapat membuat atau menghancurkan seluruh industri, membuat banyak bisnis dan investor bergantung pada keputusan pemerintah. Negara, yang secara tradisional hanya mengesahkan dan menegakkan hukum, kini telah menjadi peserta utama di arena ekonomi. Seperti seorang wasit yang bergabung dengan pertandingan sepak bola, negara menjadi bertanggung jawab untuk mengendalikan dan mengatur modal yang dulunya adalah ekonomi milik pribadi, menggantikan “tangan tak terlihat” dengan “tangan kasat mata”.

Kendali keuangan secara aktif yang dikombinasikan dengan kebijakan kesejahteraan tinggi telah menyebabkan banyak pemerintah menanggung hutang besar. Menurut data Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan atau Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), lebih dari setengah negara anggotanya memiliki utang pemerintah mendekati atau lebih dari 100 persen dari Produk Domestik Bruto. Hutang beberapa negara melebihi 200 persen dari output ekonominya. [20] Hal ini menghadirkan kerentanan besar bagi masa depan sosial dan ekonomi banyak negara.

Ahli ekonomi pemenang Hadiah Nobel Ronald Coase menulis banyak makalah penelitian mengenai dampak intervensi pemerintah. Dalam karyanya, Ronald Coase menemukan bahwa kebijakan intervensionis hampir selalu menghasilkan hasil negatif. Ia percaya bahwa krisis intervensi telah mencapai titik “pengembalian marjinal yang semakin berkurang.” [21]

Meskipun demikian, pemerintah semua negara hanya menjadi lebih aktif dalam manipulasi ekonominya, menjadikan ekonomi semakin di bawah kendali negara.

Konsekuensi dan Realitas Intervensionisme

Setidaknya ada dua konsekuensi utama dari intervensi negara yang luas. Pertama, kekuatan negara berkembang dalam hal peran dan skalanya. Pejabat pemerintah mengembangkan keangkuhan yang semakin meningkat atas kemampuannya untuk mengganggu perekonomian dan membuat negara berperan sebagai penyelamat. Setelah menangani krisis, pemerintah tidak akan mempertahankan kekuasaan dan fungsinya yang diperluas.

Kedua, intervensi menciptakan lebih banyak ketergantungan pada pemerintah. Ketika rakyat menghadapi tantangan, atau ketika pasar bebas tidak dapat memberikan manfaat yang mereka inginkan, mereka akan melobi agar lebih banyak intervensi negara untuk memenuhi tuntutan mereka.

Ketika kekuatan negara meningkat, perusahaan swasta melemah, dan pasar bebas memiliki lebih sedikit ruang untuk berfungsi. Rakyat yang telah mendapat manfaat dari politisi dan tumbuh tergantung pada politisi akan semakin menuntut agar pemerintah mengambil tanggung jawab untuk mengalokasikan kekayaan dan membuat undang-undang untuk menegakkan kesejahteraan.
Di Barat, ada arus politik yang kuat mendorong masyarakat ke arah Kiri, yang mencakup pengikut sayap kiri asli, termasuk sosialis dan komunis, serta mereka yang tidak secara tradisional dikaitkan dengan sayap kiri, tetapi yang telah dipilih oleh mereka. Pemusatan kekuatan yang berbeda ini mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah yang lebih besar untuk campur tangan dalam ekonomi dan mengganggu fungsi perusahaan swasta. Erosi aktivitas ekonomi normal ini tampaknya disebabkan oleh berbagai gerakan sosial, tetapi pada kenyataannya, adalah hantu komunisme yang mempengaruhinya.

Dapat dilihat bahwa pemerintah Barat menggunakan otoritas publiknya di bawah panji kesetaraan dan alasan politik lainnya untuk meningkatkan intervensi dan bahkan memberlakukan undang-undang untuk menjadikan hal ini sebagai urusan permanen. Tidak ada keraguan bahwa perilaku ini merampas ekonomi pasar dari penengah utama mereka — kehendak bebas rakyat. Negara pada dasarnya memperluas otoritasnya atas pasar bebas untuk mengubahnya menjadi ekonomi komando. Tujuan jangka panjangnya adalah bahwa semua aspek ekonomi dan mata pencaharian populer akan berada di bawah kendali publik. Sarana ekonomi akan digunakan untuk menggabungkan kekuatan politik, memperbudak masyarakat dan warganya.

Menggunakan kebijakan yang terlihat jinak di permukaan, tetapi semakin memiringkan struktur ekonomi menuju sentralisme, roh komunisme secara bertahap mengarahkan umat manusia ke dalam komunisme penuh.

c. Ekonomi Sosialis Menuju Totalitarianisme Komunis

Pajak yang tinggi, kesejahteraan yang tinggi, dan intervensi negara yang meluas adalah manifestasi sosialisme dalam sistem kapitalis Barat. Dengan demikian, sosialisme memiliki sifat utama yang sama dari ekonomi terencana, karena keduanya menggunakan otoritas negara untuk memanipulasi ekonomi. Artikel yang mendasari kepercayaan di sini adalah kemahakuasaan pemerintah, yang diizinkan untuk berperan sebagai Tuhan.

Seperti yang terjadi, satu-satunya perbedaan antara intervensi negara yang kuat oleh negara di Barat dan ekonomi terencana oleh negara komunis adalah bahwa di negara-negara bebas, hukum dan beberapa aspek dasar dari sistem kapitalis melindungi hak asasi manusia dari kendali total pemerintah.

Friedrich Hayek, ahli ekonomi dan filsuf Austria terkemuka, memperingatkan terhadap perencanaan dan redistribusi kekayaan yang dikendali oleh negara, mengatakan bahwa hal itu pasti akan merusak pasar dan mengarah pada peningkatan totalitarianisme, terlepas dari apakah sistem itu demokratis atau tidak.
Friedrich Hayek percaya bahwa walaupun sosialisme yang dipraktikkan di Eropa dan Amerika Utara berbeda dari kepemilikan publik dan ekonomi terencana, namun tetap akan mencapai hasil yang sama. Rakyat akan kehilangan kebebasan dan mata pencahariannya, dengan cara yang lebih lambat dan lebih tidak langsung. [22]

Seperti yang telah dibahas sebelumnya dalam buku ini, Karl Marx, Engels, dan Lenin semuanya melihat sosialisme sebagai langkah wajib di jalan menuju komunisme. Ibarat pergerakan kereta menuju tujuannya tidak akan terpengaruh oleh pemberhentiannya di platform stasiun sepanjang jalan.

Demikian juga, roh komunisme adalah kekuatan pendorong di belakang sebuah negara yang bergerak menuju sosialisme. Begitu umat manusia meninggalkan tradisi, baik di bidang ekonomi atau di bidang lain, dan menerima ideologi komunis, laju pembangunan menjadi tidak relevan. Cepat atau lambat tujuan tersebut akan tercapai.

Tujuan akhirnya bukanlah surga di bumi, tetapi kehancuran umat manusia. Bahkan, iblis tidak peduli apakah “surga” itu ada atau tidak, karena surga hanyalah umpan untuk memikat manusia menuju kehancurannya.

16 Warga Meninggal Dunia Akibat Banjir di Jabodetabek Diantaranya Karena Hipotermia

0

ETIndonesia – Hujan ekstrem yang mengguyur wilayah Jabodetabek pada malam tahun baru 1 Januari 2020, menimbulkan kerusakan juga menyebabkan korban meninggal dunia.

Sampai saat ini, data yang berhasil BNPB menyebabkan 16 orang meninggal akibat banjir dengan rincian DKI Jakarta sebanyak 8 orang, Kota Bekasi seorang, Kota Depok tiga orang, Kota Bogor seorang, Kabupaten Bogor seorang, Kota Tangerang seorang, dan Tangerang Selatan seorang.

Berikut rinciannya

Jakarta :

1. M Ali (82), Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur (korban mengalami hipotermia)
2. Siti Hawa (72), Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur (korban mengalami hipotermia)
3. Willi Surahman, Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur (korban mengalami hipotermia)
4. Sutarmi (73), TKP. RT 16/ RW 02, Kel. Batu Ampar, Kramat Jati, Jaktim (tersengat listrik)
5. Agus (19), TKP. Kali BKT RT 05/ RW 11, Kel. Duren Sawit, Jaktim (tenggelam)
6. Sanusi,  TKP. Kali BKT RT 05/ RW 11, Kel. Duren Sawit, Jaktim  (masih dalam proses pencarian)
7. Arfiqo Alif (16) Jl. Kp. Irian Gg. 2 RT 12/06, Kel. Serdang, kec. Kemayoran, Jakarta Pusat (Kesetrum listrik)
8. Yuda Irawan (29), TKP. Jl. Inspeksi Kali Grogol RT 01/ RW 03, Kel. Palmerah, Kec. Pal Merah, Jakarta Barat (tenggelam)

Kota Bekasi

Andika Pradika (14 tahun), TKP. Perum Bumi Bekasi Baru Blok V RT 002 / RW 030, Kel. Bojong, Kec. Rawa Lumbu, Bekasi (tenggelam saat bermain di selokan)

Kota Depok

Amelia Susanti (27), Jalan Al Barokah RT 07, RW 01, Kelurahan Pangkalan Jati Baru, Kecamatan Cinere, Kota Depok (Korban tertimbun tanah longsor)

Lusinah (68), Jalan Al Barokah RT 07, RW 01, Kelurahan Pangkalan Jati Baru, Kecamatan Cinere, Kota Depok (Korban tertimbun tanah longsor)

Nizam Saputra (8), Jalan Al Barokah RT 07, RW 01, Kelurahan Pangkalan Jati Baru, Kecamatan Cinere, Kota Depok (korban tertimbun tanah longsor)

Kota Bogor

Kusmiyati (30), Tanah Sereal, Kota Bogor (rumah korban tertimpa tanah longsor)

Kabupaten Bogor

Marsdianto (20), Perumahan Puri Citayam Permai 2, Desa Rawa Panjang, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor (korban terseret arus banjir saat aliran kali yang berada persis di depan rumahnya menjebol tanggul).

Tangerang Kota

Jamilah (55), TKP. Jl. Garuda RT. 02/ RW 06, Kel. Batu Jaya, Batu Ceper, Tangkot (tersengat listrik)

Tangerang Selatan

Teguh Taufik (36), TKP. Perumahan Ciputat Baru, Jl. Gelatik no.12 RT 07/ RW 08, Kel. Sawah, Kec. Ciputat Tangsel (tersengat listrik)

“Saat ini BNPB masih terus melakukan pendataan dari berbagai sumber dan kemungkinan jumlah korban bisa bertambah,” pungkas Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo dalam rilisnya, Kamis (2/1/2020). (asr)

FOTO : Suasana banjir di Puri Kartika, Ciledug, Tangerang, Banten (Dok BASARNAS)

Lima Anak Selamatkan Nyawa Seorang Pengacara Kaya

https://www.youtube.com/watch?v=sRvkoaeyBkw

PBB Didesak Membantu Praktisi Falun Gong yang Ditahan oleh Pihak Berwenang Thailand

Nicole Hao – The Epochtimes

Dua orang praktisi Falun Gong yang dianiaya oleh komunis Tiongkok menghadapi deportasi dan tekanan lebih lanjut. 

Senator Amerika Serikat Steve King dari Partai Republik, mengajukan petisi kepada PBB untuk mendesak pembebasan dua pengungsi Tiongkok yang saat ini ditahan di Thailand.

Leng Tao berusia 64 tahun, dan Ma Chunling berusia 48 tahun, adalah praktisi Falun Gong, disiplin spiritual Tiongkok yang dilarang oleh komunis Tiongkok.

Leng Tao dan Ma Chunling diberikan suaka oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) pada tahun 2016. 

Saat menunggu UNHCR mengatur pemukiman mereka di negara ketiga, mereka ditahan oleh polisi imigrasi Thailand. Mereka menghadapi kemungkinan deportasi ke Tiongkok, di mana mereka “menderita penyiksaan dan pelecehan mental yang brutal,” demikian tulisan Steve King dalam suratnya.

Ma Chunling berasal dari Provinsi Jilin, timur laut Tiongkok. Pada tahun 1990-an, ia kuliah di Dalian, sebuah kota pantai yang berbatasan dengan provinsi Liaoning, dan menetap di sana.

Pada saat itu, jutaan orang Tiongkok berlatih Falun Gong, yang menggabungkan latihan meditasi dengan tubuh berdasarkan ajaran keyakinan tradisional dan prinsip moral. 

Diperkenalkan pada latihan Falun Gong pada tahun 1996 melalui seorang teman, Ma Chunling memuji Falun Gong karena menyembuhkan penyakitnya dalam beberapa minggu. Melihat perubahan yang dialaminya, seluruh keluarga Ma Chunling mulai berlatih Falun Gong.

Menurut laporan tanggal 28 September oleh Minghui.org, situs web berbasis di Amerika Serikat yang mendokumentasikan penganiayaan terhadap Falun Gong, Leng Tao berasal dari Provinsi Sichuan. Ia adalah kepala biro pariwisata di Aba, sebuah prefektur otonom yang dihuni oleh orang-orang dari kelompok etnis Tibet dan Qiang. Leng Tao mulai berlatih Falun Gong pada tahun 1995.

Penganiayaan

Penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai pada bulan Juli 1999 atas perintah pemimpin Partai Komunis Jiang Zemin. 

Seperti ratusan ribu sesama praktisi Falun Gong, Ma Chunling dan Leng Tao ditangkap pada tahap awal kampanye. Kejadian itu saat mereka menonjol untuk memprotes kebijakan Jiang Zemin.

Ma Chunling ditangkap lima kali dan ditahan selama lebih dari tiga tahun. Itu setelah ia dan suaminya, yang juga menderita penangkapan, pergi ke Beijing untuk mengajukan petisi kepada pihak berwenang. Ia disiksa selama penahanannya. 

Terakhir kali Ma Chunling di penjara di Kamp Kerja Masanjia yang terkenal di Provinsi Liaoning, dari situ ia dibebaskan pada tahun 2013.

Leng Tao ditangkap pada tahun 2001, setelah ia dan praktisi lain membagikan ratusan brosur Falun Gong dan menggantung spanduk Falun Gong di tempat umum. Dalam penahanan, Leng Tao disiksa dengan tongkat listrik, dipaksa duduk menghadap bola lampu untuk waktu yang lama, dan menderita luka bakar di wajahnya. 

Menurut laporannya, Zhou Yongkang, mantan kepala Partai Komunis Tiongkok Sichuan dan kemudian menjabat direktur Komisi Urusan Politik dan Hukum yang kuat hingga pembersihan tahun 2014, memberikan perhatian khusus pada kasusnya. 

Ketika Leng Tao lolos dari penahanan pada bulan April 2001, ribuan petugas polisi dikirim ke seluruh kabupaten untuk mencarinya. 

Pada tahun 2005, Leng Tao ditahan di Rumah Sakit Umum Kepolisian Provinsi Sichuan di Chengdu, ibukota provinsi Sichuan. 

Di sana, ia menyaksikan kematian praktisi lain yang ia duga mungkin terkait dengan praktik rezim Tiongkok mengambil organ secara paksa. 

Sekelompok praktisi Falun Gong Tiongkok yang tinggal di Thailand menulis dalam surat: “Saat dibebaskan dari penjara, Leng Tao tidak mampu berjalan karena penyiksaan yang dideritanya dalam sepuluh tahun terakhir.”

BMKG Ramalkan Potensi Cuaca Ekstrem Seminggu ke Depan di Beberapa Wilayah Indonesia

0

ETIndonesia – Memperbaharui rilis potensi cuaca ekstrem sebelumnya, BMKG memantau masih terdapat indikasi peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan 1-7 Januari 2020.

Menurut BMKG, kondisi tersebut dipicu oleh adanya fenomena atmosfer skala regional hingga lokal, yaitu: aktifnya Monsun Asia yang menyebabkan terjadinya peningkatan pasokan massa udara basah di wilayah Indonesia. Sehingga terbentuknya pola konvergensi dan terjadinya perlambatan kecepatan angin di beberapa wilayah, suhu permukaan laut di sekitar wilayah perairan yang cukup hangat hingga menambah pasokan uap air cukup tinggi untuk mendukung pembentukan awan hujan, serta diperkuat dengan adanya fenomena gelombang atmosfer (Equatorial Rossby Wave dan Kelvin Wave) yang signifikan di sekitar wilayah Indonesia.

Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprakirakan dalam sepekan ke depan potensi cuaca eksrem di beberapa wilayah sebagai berikut ini:

Periode 01 – 04 Januari 2020 :

Lampung

Banten

Jawa Barat

DKI Jakarta

Jawa Tengah

Jawa Timur

D.I. Yogyakarta

NTB

NTT

Kalimantan Timur

Kalimantan Tengah

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Barat

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Maluku

Papua

Periode 05 – 07 Januari 2020 :

Bengkulu

Jawa Barat

Jawa Tengah

Jawa Timur

D.I. Yogyakarta

NTB

NTT

Kalimantan Barat

Sulawesi Selatan

Maluku

Papua Barat

Papua

“Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir tanah longsor, Banjir Bandang, Genangan, Angin Kencang, Pohon Tumbang, Jalan Licin,” demikian BMKG. (asr)

Hujan Ekstrem yang Tak Biasanya Menjadi Penyebab Jabodetabek Terendam Banjir

0

ETIndonesia – Salah satu faktor penyebab banjir adalah curah hujan. Seberapa besar curah hujan tahun baru 2020 di Jakarta? Berikut adalah informasi curah hujan yang disampaikan oleh BMKG.

Kota Jakarta sudah sering dilanda banjir besar Rabu (1/1/2020), berikut ini data intensitas curah hujan pada saat terjadi Banjir besar dan tahunnya.

1996: 216 mm/hari
2002: 168 mm/hari
2007: 340mm/hari
2008: 250mm/hari
2013: 100mm/hari
2015: 277mm/hari
2016: 100 – 150 mm/hari

Lalu berapakah curah hujan Jakarta di pergantian tahun 2020 hari ini?

Data dari beberapa titik pengukuran adalah sebagai berikut:

TNI AU Halim: 377 mm
Taman Mini: 335 mm
Jatiasih: 259 mm

Melansir dari siaran pers BNPB, hujan tahun baru kali ini sangat ekstrem dan melanda sebagian besar Jawa bagian Barat-Utara sehingga menyebabkan banjir besar yang merata di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung Barat, bahkan Cikampek dan Cipali. Hujan kali ini bukan hujan biasa.

BMKG memprediksi masih terjadi hujan pada hari ini sehingga masih mungkin terjadi banjir lagi. BNPB menghimbau kepada masyarakat yang tinggal di daerah yang potensi banjirnya akan meninggkat agar evakuasi ke tempat aman terlebih dahulu.

“Yang penting selamatkan jiwa terlebih dahulu” demikian himbauan dari Kepala BNPB Letjen Doni Monardo. (asr)

FOTO : Suasana di kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur Rabu 1 Januari 2020 (Dokumentasi BNPB)

Bab VIII – Bagaimana Komunisme Menabur Kekacauan dalam Politik-Bagian II (Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita)

oleh Tim Editorial “Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis”

The Epoch Times menerbitkan serial khusus terjemahan dari buku baru berbahasa Tionghoa berjudul Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita, oleh tim editorial Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis.

Daftar Isi

4. Kekerasan dan Kebohongan: Metode Kendali Utama dalam Politik Komunis

a. Kekerasan dan Kebohongan di Bawah Totalitarianisme Komunis
b. Bagaimana Komunisme Menghasut Supaya Terjadi Kekerasan di Barat
c. Bagaimana Komunis Berbohong Membingungkan Barat

5. Totalitarianisme: Konsekuensi Politik Komunis

a. Totalitarianisme Memberantas Kehendak Bebas dan Menindas Kebaikan
b. Dari Buaian Hingga Liang Kubur: Sistem Kesejahteraan
c. Hukum Berlebihan Membuka Jalan bagi Totalitarianisme
d. Menggunakan Teknologi untuk Melakukan Kendali

6. Total Perang Komunisme Melawan Barat

Kesimpulan

Daftar Pustaka

4. Kekerasan dan Kebohongan: Metode Kendali Utama dalam Politik Komunis

Dalam doktrin komunis, tidak ada cara yang dianggap terlalu berlebihan. Partai-partai komunis secara terbuka menyatakan bahwa kekerasan dan kebohongan adalah alat mereka untuk menaklukkan dan memerintah dunia.
Dari kemunculan pertama rezim komunis di Uni Soviet hingga saat ini, hanya dalam satu abad, komunisme telah menyebabkan kematian sekitar 100 juta orang. Anggota Partai Komunis membunuh, membakar, menculik, dan berbohong. Mereka menggunakan setiap metode ekstrim yang mungkin digunakan. Tingkat kejahatan mereka mengejutkan. Selain itu, sebagian besar anggota Partai Komunis tidak menyesal.

Besarnya kebohongan yang dibuat oleh roh komunisme yang jahat adalah bervariasi, baik di negara-negara komunis maupun di Barat. Tipuan, berita palsu, atau membingkai lawan politik – ini adalah kebohongan yang relatif kecil.
Menciptakan serangkaian kebohongan sistematis dengan skala yang cukup besar melalui operasi yang kompleks dapat dianggap sebagai kebohongan skala menengah. Misalnya, untuk menghasut kebencian terhadap Falun Gong, Partai Komunis Tiongkok meramu insiden bakar diri di Lapangan Tiananmen, sebuah tipuan bertahap.

Kebohongan Besar juga digunakan, dan merupakan kebohongan yang paling sulit untuk dikelola karena Kebohongan Besar hampir setara dengan inti roh komunisme yang jahat. Skalanya sangat besar, operasinya sangat beragam, durasinya sangat lama, dan menelan banyak korban — termasuk beberapa korban yang dengan tulus mengabdikan diri pada penyebabnya — sehingga fakta kenyataan yang merupakan bagian dari Kebohongan Besar, hilang.

Roh komunisme mengarang kebohongan bahwa “persatuan besar” adalah tujuan komunisme. Karena klaim itu tidak dapat dibantah, paling tidak dalam jangka pendek, inilah Kebohongan Besar yang menjadi dasar seluruh proyek komunis.

Bab sebelumnya menganalisis gagasan progresivisme yang diambil alih oleh komunisme, dan ini juga merupakan bagian dari Kebohongan Besar. Dalam beberapa dekade terakhir, komunisme telah membajak sejumlah gerakan sosial dan membawa manusia menuju kekacauan dan revolusi, inilah yang diinginkan oleh roh komunisme yang jahat itu. Salah satu contohnya adalah gerakan lingkungan, yang akan dibahas dalam Bab Enam Belas.

a. Kekerasan dan Kebohongan di Bawah Totalitarianisme Komunis

Partai-partai komunis mendorong konflik kelas – dan konflik semacam itu adalah perjuangan sampai mati. Seperti yang dikatakan oleh Manifesto Komunis: “Komunis merasa terhina bila menyembunyikan pandangan dan tujuannya. Komunis secara terbuka menyatakan bahwa tujuan komunis hanya dapat dicapai dengan menggulingkan semua kondisi sosial yang ada secara paksa.”[1]

Lenin juga menulis dalam bukunya The State and Revolution : “Kami telah mengatakan di atas, dan akan menunjukkan lebih lengkap nanti, bahwa teori Marx dan Engels mengenai keniscayaan revolusi kekerasan mengacu pada negara borjuis. Negara borjuis tidak dapat digantikan oleh negara proletar (kediktatoran proletariat) melalui proses ‘melenyapkan,’ tetapi sebagai aturan umum, hanya melalui revolusi dengan kekerasan.”[2]

Selama proses merebut kekuasaan – seperti selama Komune Paris, Revolusi Rusia, atau Gerakan Pekerja-Tani yang dihasut oleh Partai Komunis Tiongkok – partai-partai komunis menggunakan metode yang sangat kejam dan berdarah. Tidak peduli apakah musuh mereka sudah tua dan lemah, mereka membakar, merampok, dan membunuh, menunjukkan kejahatan yang mengejutkan jiwa. Begitu banyak kejahatan yang dilakukan di bawah rezim komunis yang kejam sehingga hampir tidak mungkin untuk dihitung.

Kultus komunis menggunakan kebohongan dan kekerasan untuk mempertahankan kekuasaan. Kebohongan adalah pelumas untuk kekerasan dan juga cara memperbudak masyarakat. Berbohong diperlukan untuk memberi tanda pada kekerasan; dan kadang kekerasan ditunda, kebohongan terus-menerus adalah norma.
Partai-partai komunis bersedia menjanjikan apa pun, tetapi tidak pernah mempertimbangkan untuk menepati janjinya. Untuk memenuhi kebutuhannya, partai komunis dapat mengubah cerita sebanyak yang disukainya, tanpa dasar moral dan tanpa rasa malu.

Komunis mengklaim bahwa mereka membangun surga di bumi, tetapi ini justru adalah kebohongannya yang terbesar, dan satu-satunya buah yang dihasilkannya adalah neraka di bumi.

Mao Zedong dari Tiongkok, Ahmed Ben Bella dari Aljazair, dan Fidel Castro dari Kuba semuanya mengklaim bahwa mereka tidak akan pernah membangun rezim totaliter. Tetapi begitu berkuasa, mereka segera memprakarsai totalitarianisme tekanan tinggi, membersihkan partai dan menganiaya para pembangkang dan anggota masyarakat.

Partai-partai komunis juga dengan licik melakukan penyimpangan terhadap bahasanya sendiri. Manipulasi bahasa adalah salah satu metode utama yang digunakan kultus komunis untuk menipu orang — yaitu, mengubah makna kata, dan bahkan mengubah arti suatu kata menjadi lawan kata tersebut. Karena bahasa yang diubah tersebut digunakan berulang kali, artinya kata yang diselewengkan menjadi berakar dalam di benak orang. Misalnya, “dewa” disamakan dengan “takhayul”; “Tradisi” disamakan dengan “keterbelakangan,” “kebodohan,” dan “feodalisme”; “Masyarakat Barat” disamakan dengan “musuh” atau “pasukan anti-Tiongkok”; dan “kelas sosial rendah” menjadi “penguasa aset milik negara.”

Meskipun publik tidak memiliki kekuatan di bawah komunisme, kaum komunis mengatakan bahwa “semua kekuasaan adalah milik rakyat”; menunjukkan ketidakadilan adalah “menghasut subversi kekuasaan negara”; dan seterusnya.

Karena itu, ketika berbicara dengan manusia yang telah diracuni secara mendalam oleh kultus jahat komunis, manusia cenderung menemukan bahwa kedua belah pihak sering tidak memiliki basis komunikasi yang sama karena makna kata-kata telah begitu diubah.

Kultus komunisme tidak hanya menceritakan kebohongannya sendiri, tetapi juga menciptakan lingkungan untuk membuat seluruh penduduk bergabung dalam kebohongan – termasuk melalui studi politik paksa, ekspresi sikap politik seseorang, dan pemeriksaan politik, yang dimaksudkan untuk memaksa orang untuk mengatakan hal-hal yang tidak mereka percayai dan dengan demikian melemahkan semangat mereka dan menurunkan perasaan mereka untuk melakukan hal yang benar. Sepuluh Perintah memperingatkan bahwa seseorang “tidak akan memberikan kesaksian palsu.” Konfusius berkata, “Jika orang-orang tidak memiliki kepercayaan pada penguasa mereka, tidak ada kedudukan untuk negara.”

Setelah manusia mengetahui betapa palsunya kultus komunis, komunis merespons dengan kebohongan lebih lanjut. Kultus jahat komunis tahu bahwa rakyat berbohong kepadanya, tetapi hal ini dapat diterima karena berbohong itu sendiri adalah bagian dari permainan. Apa yang berbahaya bagi komunis adalah ketika orang mulai mengatakan yang sebenarnya.

Penegakan budaya kepalsuan adalah sarana degenerasi moral, yang direkayasa oleh komunis. Serial ini telah mencatat berulang kali bahwa rezim komunis Tiongkok berkeinginan tidak hanya untuk membunuh tubuh fisik, tetapi juga untuk menimbulkan kecurangan moral yang ekstrem. Dalam hal ini, rezim komunis Tiongkok telah mencapai sebagian tujuannya.

b. Bagaimana Komunisme Menghasut Supaya Terjadi Kekerasan di Barat

Roh komunisme yang jahat terdiri dari kekuatan unsur kebencian, dan teorinya dipenuhi dengan kebencian, sehingga mempromosikan perjuangan kelas dan menghubungkan akar setiap masalah dengan struktur sosial tradisional.

Roh komunisme yang jahat berbicara mengenai orang kaya mengeksploitasi orang miskin untuk menghasut terjadinya dendam dan kebencian terhadap orang kaya dan memicu revolusi dan kekerasan.

Dengan perluasan gerakan komunis, manipulasi, kekerasan, dan kebohongan roh komunis telah menjadi hal biasa di Barat dan telah menanam benih kebencian dan dendam dalam masyarakat.

Selain mempromosikan kekerasan secara luas dan eksplisit oleh partai-partai komunis, berbagai para-Marxis juga, di bawah kendali roh komunisme yang jahat, menganjurkan kekerasan.
Saul Alinsky, yang disukai oleh kaum Kiri di Amerika Serikat, pada mulanya bersekutu sebelum bergabung dengan kaum Kiri dan menjadi seorang pemimpin politik. Ia menyangkal menjadi seorang komunis, tetapi ideologi dan pendekatan politiknya terhadap konflik identik dengan komunisme.

Buku Rules for Radicals Saul Alinsky diambil sebagai buku teks oleh pendukung gerakan jalanan Amerika Serikat. Saul Alinsky menulis bahwa bukunya diperuntukkan orang-orang miskin yang mengadopsi pandangan Machiavellian mengenai dunia dan ingin merebut dari orang kaya dan memberi kepada orang miskin, dan mengubah Amerika Serikat menjadi negara komunis.

Saul Alinsky tampaknya lebih menekankan penyusupan komunisme secara bertahap daripada revolusi berdarah – tetapi pada kenyataannya, ia adalah penggemar kekerasan. Ia hanya sedikit lebih halus.

Partai Black Panther, sebuah kelompok revolusioner yang kejam, menganut kepercayaan Maois dan menggunakan slogan Maois “Kekuatan politik tumbuh dari laras senjata.” Dengan demikian, pendekatannya serupa dengan yang diambil oleh Partai Komunis Tiongkok: Menjaga kerendahan hati sebelum akhirnya menyerang. Salah satu aturannya mendorong kaum radikal untuk menggunakan pendekatan agresif untuk mengintimidasi lawan-lawan mereka dan akhirnya mencapai tujuan gangguan dan kehancuran.

David Horowitz, seorang penulis dan mantan radikal yang memiliki pemahaman mendalam mengenai Saul Alinsky, mengatakan bahwa Saul Alinsky dan para pengikutnya tidak memiliki pandangan untuk mereformasi sistem saat ini. Mereka tahu betul bahwa tujuan mereka adalah menghancurkannya secara menyeluruh, dan bahwa mereka menganggap proses itu sebagai perang. [3] Oleh karena itu, mereka akan mencoba segala cara yang mungkin untuk mencapai tujuan mereka, memutuskan kapan akan menggunakan kekerasan, jenis kekerasan yang akan digunakan, dan kebohongan seperti apa yang harus diceritakan.

Dalam masyarakat Amerika, beberapa politisi dan koperasi politik menyerang musuhnya dengan cara yang tidak bermoral, seperti penipuan, serangan pribadi, dan sejenisnya. Seperti komunis, mereka juga sering menggunakan kekerasan.

Masyarakat dengan kecenderungan kekerasan yang lebih besar akan menjadi kurang stabil dan lebih terpecah. Hari-hari ini, hubungan antara partai sayap kiri utama dan partai sayap kanan utama di Amerika Serikat tampaknya identik dengan konfrontasi antara blok komunis dan dunia bebas selama Perang Dingin. Mereka tidak kompatibel seperti api dan air, karena perbedaan yang tak terdamaikan.

Setelah presiden baru Amerika Serikat terpilih pada tahun 2016, ekstrimis sayap Kiri yang dikenal sebagai Antifa mulai terlibat dalam gangguan kekerasan. Aktivis Antifa mengunci target mereka — pendukung presiden baru dan konservatif lainnya — dan mengejar mereka di rapat umum dan di tempat lain. Aktivis Antifa menghentikan pendukung presiden untuk membuat pernyataan dan bahkan secara langsung menyerang mereka.

Dalam beberapa tahun terakhir, masuknya imigran dari Timur Tengah dan Afrika telah membawa banyak masalah sosial bagi negara-negara Eropa. Karena “kebenaran politik,” elit sayap Kiri di negara-negara Eropa telah mengecam dan secara lisan melecehkan lawan kebijakan imigrasi saat ini. [4]

Pada bulan Juni 2017, Steve Scalise, seorang anggota Partai Republik dan cambuk mayoritas Dewan Perwakilan Rakyat, ditembak dan terluka parah saat menghadiri latihan baseball, oleh seorang pendukung partai lain. Seorang politisi di sayap Kiri bahkan mengatakan ia “senang” bahwa Steve Scalise ditembak. Pejabat tersebut segera diberhentikan dari jabatannya sebagai ketua komite di tingkat negara bagian partainya.

Di balik konflik kekerasan ini adalah faktor-faktor dari roh komunisme. Bukanlah semua orang menginginkan konflik – tetapi hanya dibutuhkan beberapa aktivis inti komunis untuk menggerakkannya.

Di bawah pengaruh roh komunisme, ketika partai-partai dan politisi tertentu lemah, mereka mengklaim bahwa mereka akan melindungi hak-hak rakyat dan mengikuti peraturan masyarakat demokratis. Tetapi ketika mereka mendapatkan kekuasaan, mereka menggunakan semua metode untuk menekan perbedaan pendapat dan secara sewenang-wenang merampas hak orang lain.

Pada bulan Februari 2017, selama sesi Senat di negara bagian Barat di Amerika Serikat, seorang senator negara Vietnam-Amerika berbicara kepada majelis untuk menentang pujian yang diberikan kepada Tom Hayden, seorang mantan aktivis radikal dan anti-Perang Vietnam yang menjadi seorang senator. [5] Namun, tiba-tiba mikrofonnya dimatikan, dan ia dipaksa keluar dari ruang Senat oleh wakil. Jika segala sesuatunya berjalan ke arah ini, hasil akhirnya adalah otokrasi komunis.

c. Bagaimana Komunis Berbohong Membingungkan Barat

Komunisme memiliki reputasi buruk di Barat, maka berbohong adalah satu-satunya cara untuk memperluas pengaruhnya.

Kelompok komunis dan sayap Kiri menggunakan slogan seperti “kebebasan,” “kemajuan,” dan “kepentingan publik” sebagai dalih untuk memenangkan dukungan publik. Sebenarnya, tujuan mereka adalah melaksanakan rencana mereka untuk memajukan sosialisme. Taktik mereka mencerminkan janji komunis untuk menciptakan “surga di bumi.”

Beberapa partai mempromosikan kebijakan yang pada dasarnya komunis tetapi dikemas dengan nama lain. Misalnya, pembentukan sistem perawatan kesehatan yang disosialisasikan tidak disebut sosialis, melainkan “perawatan kesehatan masyarakat,” atau mereka membenarkannya berdasarkan opini publik. Ketika mereka ingin memaksa majikan untuk membayar upah minimum, mereka menyebutnya “upah hidup.” Sementara itu, pemerintah Barat menjadi lebih kuat dan semakin mengintervensi kehidupan orang.

Politisi dan kelompok kepentingan pro-komunis membuat janji kosong supaya terpilih, sesuatu yang sangat mirip dengan apa yang dilakukan partai-partai komunis untuk mendapatkan persetujuan ketika mereka baru saja mulai.

Politisi seperti ini menjanjikan kesejahteraan sosial yang lebih tinggi, atau mengatakan bahwa setiap orang akan mendapatkan pekerjaan dan asuransi kesehatan. Tidak ada yang peduli untuk menanyakan siapakah yang akan membayar hal tersebut, atau bagaimana sistem akan bekerja dalam jangka panjang. Bahkan politisi seperti ini sering tidak berencana untuk memenuhi janjinya sejak awal.

Benito Bernal, seorang kandidat kongres di Pantai Barat Amerika Serikat, sebelumnya berada di sisi Kiri politik, baru-baru ini mengungkapkan bahwa suatu partai politik pernah membangun organisasi politik dengan anggota yang mencakup sekretaris departemen federal, senator dan anggota kongres federal, dan anggota dewan negara bagian dan kota.
Ia mengatakan bahwa mereka datang dengan rencana 25 tahun untuk memanipulasi berbagai tingkat pemerintahan untuk mengkampanyekan kepresidenan di masa depan.
Benito Bernal menemukan bahwa organisasi tersebut mengklaim mendedikasikan sumber dayanya untuk membantu masyarakat menyelesaikan masalah seperti kekerasan geng, putus sekolah, kehamilan remaja, imigran ilegal, dan ketidakadilan sosial. Tetapi tujuan sebenarnya adalah membuat semua rakyat bergantung pada pemerintah. Benito Bernal menggambarkan sistem ini sebagai “sistem perbudakan,” [6] dan berkata:

Ketika saya menanyai orang-orang di organisasi, mereka mengajukan tiga pertanyaan kepada saya. “Pertama, jika semua masalah diselesaikan, apa yang akan diusulkan calon presiden berikutnya untuk membantu? Kedua, apakah anda tahu berapa banyak modal yang masuk ke kota kami untuk menyelesaikan masalah ini? Ketiga, apakah anda tahu berapa banyak pekerjaan yang diciptakan untuk menyelesaikan masalah ini?” Pada saat itu, saya bertanya-tanya apakah orang-orang ini dengan jelas mengatakan kepada saya untuk mengambil untung dari rasa sakit rakyat, kekerasan geng, dan anak-anak saling membunuh.

Benito Bernal mengatakan bahwa jika seseorang meluangkan waktu untuk melihat catatan pemungutan suara partai tersebut, mereka akan menyadari bahwa partai tersebut ingin rakyat merasa kecewa, ditekan, dan dimiskinkan, sehingga dapat mengambil untung dari kemalangan rakyat. Inilah sebabnya Benito Bernal kemudian memutuskan untuk meninggalkan partai tersebut.

Dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2008, Asosiasi Organisasi Masyarakat untuk Reformasi Sekarang, sebuah kelompok liberal dengan 40 tahun sejarah, ditemukan telah mendaftarkan ribuan pemilih yang curang. [7]

Pada tahun 2009, the Association of Community Organizations for Reform Now (ACORN) kembali terlibat dalam skandal nasional. Atas nama menegakkan keadilan dan memperjuangkan rumah tangga berpenghasilan rendah, asosiasi tersebut menerima sejumlah besar subsidi pemerintah dan uang bailout federal – yang dimaksudkan digunakan untuk membantu keluarga-keluarga berpenghasilan rendah dalam bidang perawatan medis dan kebutuhan perumahan.

Dua orang penyelidik yang menyamar sebagai seorang pelacur dan seorang mucikari pergi ke kantor the Association of Community Organizations for Reform Now di beberapa kota besar untuk mencari saran mengenai cara mengoperasikan bisnis mereka, dan secara diam-diam merekam rekaman wawancara tersebut.

Video-video mereka menunjukkan karyawan the Association of Community Organizations for Reform Now menasihati mereka mengenai cara mengoperasikan rumah bordil dengan menggunakan perusahaan dan identitas palsu, dan menunjukkan kepada mereka cara mencuci uang, menyembunyikan uang tunai, menghindari penyelidikan, berbohong kepada polisi, dan menghindari pajak. [8] Meskipun the Association of Community Organizations for Reform Now berulang kali membela diri, reputasinya hancur dan pendanaannya ditarik, sehingga setahun kemudian asosiasi tersebut terpaksa ditutup.

Banyak janji politik tampak menggoda di permukaan, tetapi begitu dilaksanakan, menghancurkan masa depan rakyat, yang dikenal sebagai “Efek Curley,” seperti yang dipelajari oleh dua profesor Harvard. [9]

Forbes merangkum Efek Curley sebagai berikut: “Seorang politisi atau partai politik dapat mencapai dominasi jangka panjang dengan mengarahkan keseimbangan suara ke arah mereka melalui penerapan kebijakan yang menghambat dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Secara berlawanan, menjadikan kota lebih miskin akan memberikan kesuksesan politik bagi para insinyur pemiskinan itu.”[10]

Secara khusus, politisi menggunakan kebijakan fiskal dan pajak yang disesatkan dan redistribusi – seperti memberikan insentif pajak kepada serikat buruh, program pemerintah, dan perusahaan minoritas – sambil meningkatkan pajak perusahaan lain dan orang kaya. Hasilnya adalah bahwa para penerima manfaat dari kebijakan-kebijakan tersebut (termasuk orang miskin, serikat buruh, dan sebagainya) menjadi bergantung pada politisi yang mendukung mereka, dan kemudian mendukung politisi tersebut dalam pemilihan.

Kebijakan “mencekik uang si kaya” dan pajak tinggi ini digunakan untuk mendukung proyek pemerintah yang mendesak orang kaya dan pengusaha (yang tidak ingin uangnya diambil dan disia-siakan) untuk meninggalkan kota, sehingga jumlah penentang kebijakan tersebut akan lebih sedikit.

Politisi semacam itu kemudian memiliki pegangan yang stabil dan berjangka panjang di bidang itu, dan dapat membangun mesin politik mereka. Pada saat yang sama, pajak dan peluang kerja di kota berkurang dari tahun ke tahun, dan akhirnya kota itu bangkrut.

Artikel Forbes menunjukkan bahwa pengaruh Efek Curley tersebar luas, mempengaruhi sepuluh kota termiskin dengan jumlah penduduk lebih dari 250.000 di Amerika Serikat. Saat ini, satu negara Barat yang kaya, yang sebagian besar dikendalikan oleh politisi sayap Kiri, menghadapi konsekuensi dari kebijakan Efek Curley. [11]

Politisi sayap Kiri juga mengubah arti kata-kata. Misalnya, bagi para konservatif “kesetaraan” secara kasar diartikan memiliki peluang yang sama, sehingga rakyat dapat bersaing secara adil, dan secara alami terbentuk pemimpin yang dipilih berdasarkan prestasinya (meritokrasi). Namun, bagi kaum kiri, “kesetaraan” berarti hasil yang sama – artinya seorang pekerja keras akan menerima hasil yang sama dengan seorang pemalas.

Konservatif percaya bahwa toleransi adalah termasuk kepercayaan dan pendapat yang berbeda; ketika kepentingan pribadi dirugikan, rakyat harus berpikiran luas dan murah hati. Kaum Kiri sering memahami toleransi sebagai toleransi terhadap dosa. Pemahaman kaum Kiri mengenai kebebasan dan keadilan sangat berbeda dari konsep tradisional.

Kebijakan rekayasa sosial, seperti merayakan homoseksualitas, meminta pria dan wanita menggunakan kamar mandi yang sama, melegalkan ganja, dan kebijakan lain yang merusak etika manusia semuanya dijuluki “progresif,” seolah-olah merupakan kemajuan moral.

Pada kenyataannya, semua kebijakan ini melemahkan hukum moral yang ditetapkan oleh Tuhan untuk manusia. Ini adalah bagaimana kebijakan di sayap kiri dari spektrum politik berakhir merusak moralitas. Roh komunisme yang jahat menggunakan gaya politik ini untuk tujuannya sendiri.

Di masa lalu, rakyat percaya bahwa Amerika Serikat adalah masyarakat yang benar-benar bebas dan benteng terakhir melawan komunisme. Tetapi hari ini, rakyat melihat dengan jelas bahwa perpajakan yang tinggi, negara kesejahteraan yang sangat maju, kolektivisme, pemerintahan yang besar, demokrasi sosial, “kesetaraan sosial,” dan sejenisnya – semuanya diturunkan dengan satu atau lain cara dari DNA ideologis sosialis dan Marxis-Leninis – adalah diabadikan dalam kebijakan dan dipraktikkan.

Secara khusus, generasi muda tidak menyadari sejarah kebrutalan di negara-negara komunis. Generasi muda mendambakan dan mengejar cita-cita ilusi, dan tertipu oleh kedok baru komunisme. Hasilnya adalah generasi muda tanpa sadar berjalan di jalan menuju kehancuran.

Bab VIII Bagaimana Komunisme Menabur Kekacauan dalam Politik – Bagian I (Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita : )

oleh Tim Editorial “Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis”


The Epoch Times menerbitkan serial khusus terjemahan dari buku baru berbahasa Tionghoa berjudul Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita, oleh tim editorial Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis.

Daftar ISI

Kata Pengantar

1.Komunisme Adalah Politik Penghancuran Kemanusiaan
a.Rezim Komunis Menggunakan Kekuatan Negara untuk Melakukan Pembersihan dan Pembunuhan Massal
b.Ideologi Sosialis Berlaku di Eropa dan Amerika Serikat
c.Kaum Kiri Bertujuan untuk Mengendalikan Partai Politik, Badan Legislatif, Pemerintah, Mahkamah Agung
d.Administrasi Sayap Kiri Mempromosikan Sosialisme dan Kebijakan yang Bengkok

2.Politik Diresapi dengan Sekte Komunisme
a.Penyatuan Politik dan Agama dalam Kultus Partai Komunis Tiongkok
b.Karakter Religius Liberalisme dan Progresivisme
c.Liberalisme dan Progresivisme Kontemporer: Varian Baru Komunisme

3.Menghasut Kebencian dan Mempromosikan Perjuangan Adalah Perjalanan Politik Komunis yang Pasti

DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar

Hampir semua yang ada di dunia modern terkait dengan politik. Kebijakan, hukum, insiden, atau skandal tunggal dapat membuat masyarakat menjadi hiruk-pikuk. Pemilihan pemimpin dapat menarik perhatian seluruh dunia.

Kebanyakan orang hanya mengaitkan politik komunis dengan negara-negara di bawah kekuasaan partai komunis dan percaya bahwa bahkan negara-negara itu telah berhenti mempraktikkan komunisme. Faktanya, komunisme telah menyembunyikan dirinya di bawah berbagai samaran, seperti sosialisme, neoliberalisme, dan progresivisme. Setelah meneliti lebih dekat, orang akan melihat bahwa roh komunisme yang jahat menguasai seluruh dunia.

Secara dangkal, dunia bebas tampaknya memahami bahaya yang ditimbulkan oleh komunisme. Namun dalam 170 tahun sejak penerbitan Manifesto Komunis, pemerintah di seluruh dunia telah secara terbuka atau diam-diam dipengaruhi oleh teori Marxis. Dalam beberapa hal, dunia bebas secara tak terduga telah melampaui negara-negara komunis dalam mempraktikkan teori Marxis.

Amerika Serikat adalah pemimpin dunia bebas dan benteng tradisional anti-komunisme. Namun dalam pemilu 2016, seorang kandidat sosialis secara terbuka tampaknya akan memenangkan kursi kepresidenan. Dalam jajak pendapat, lebih dari setengah pria muda mengatakan mereka mendukung sosialisme. [1]

Di Eropa, sosialisme sudah menjadi kekuatan politik yang berlaku. Seorang politisi Eropa berkata, “Sekarang ini adalah kombinasi dari demokrasi, supremasi hukum, dan negara kesejahteraan, dan saya akan mengatakan sebagian besar orang Eropa mempertahankan ini – British Tories tidak dapat menyentuh Layanan Kesehatan Nasional tanpa dipenggal.”[2]

Di negara-negara komunis, roh komunisme menikmati kekuatan politik secara total. Roh komunisme memanfaatkan negara sebagai instrumen untuk melakukan pembunuhan massal, menghancurkan budaya tradisional, memadamkan nilai moral, dan menganiaya para praktisi yang berkultivasi yang lurus – dengan tujuan utama menghancurkan umat manusia.

Ideologi komunis tetap ada meskipun rezim komunis di Eropa Timur telah jatuh. Setelah Perang Dingin dan kehancuran selama puluhan tahun yang ditimbulkan oleh spionase dan subversi, roh komunisme merajalela di seluruh benua.

Meskipun gagal membawa dunia Barat di bawah kendali langsungnya, roh komunisme menumbangkan pemerintahan negara Barat dengan menganjurkan kebijakan sosialis, menghasut kekerasan, merusak moralitas tradisional, dan menyebabkan keresahan sosial. Roh komunisme bermaksud untuk menetapkan Barat sebagai jalan setan yang akan membawa kehancuran umat manusia. Mengingat peran vital yang dimainkan Amerika Serikat sebagai pemimpin dunia bebas, bab ini akan fokus pada situasi di Amerika.

1. Komunisme Adalah Politik Penghancuran Kemanusiaan

Politik komunis tidak terbatas pada totalitarianisme yang dipraktikkan di negara-negara komunis. Seperti yang kami tekankan, komunisme adalah roh kekuatan gaib. Roh komunisme memanipulasi pikiran para pelaku kejahatan dan menipu manusia yang mudah tertipu untuk bertindak sebagai agennya di dunia manusia. Dengan menggunakan bentuk-bentuk alternatif, roh komunisme yang jahat telah membajak proses politik negara-negara bebas di dunia Barat.

a. Rezim Komunis Menggunakan Kekuatan Negara untuk Melakukan Pembersihan dan Pembunuhan Massal

Di banyak negara Timur, komunisme merebut kekuasaan secara langsung, membawa spektrum politik di bawah kendalinya. Baik melalui pembunuhan massal, subversi, atau perjuangan internal dan pembersihan di dalam Partai Komunis itu sendiri, tujuan politiknya adalah untuk mempertahankan kekuatannya secara permanen dan untuk terus memperluas pengaruhnya. Rezim Komunis mengumpulkan sumber daya seluruh negara, termasuk tentara, polisi, peradilan, penjara, pendidikan, media, dan sejenisnya, untuk membunuh dan menganiaya rakyatnya sendiri sambil menghancurkan moralitas rakyatnya sendiri.

Komunis totaliter mempertahankan kekuasaannya secara kejam dengan meluncurkan kampanye besar-besaran untuk menghancurkan manusia. Mulai dari kamp konsentrasi gulag yang terkenal di Uni Soviet serta pembersihan politik dan perebutan kekuasaan di dalam Partai Komunis Uni Soviet, hingga sepuluh pergulatan politik internal Partai Komunis Tiongkok dan pembantaian rakyat Tiongkok dalam berbagai gerakan politik. Termasuk baru-baru ini penganiayaan terhadap latihan spiritual Falun Gong. Untuk kampanye penganiayaan terhadap Falun Gong, mantan pemimpin Partai Komunis Tiongkok Jiang Zemin mengorbankan setidaknya seperempat sumber daya keuangan Tiongkok untuk menindas praktisi Falun Gong.

Para pengikut Partai Komunis sangat sadar bahwa kekuasaan adalah perhatian utama politik komunis. Ketika pendiri komunisme yaitu Karl Marx dan Friedrich Engels mengambil pelajaran berharga dari Komune Paris, mereka menekankan perlunya membangun kediktatoran kelas sosial rendah. Lenin menjalankan ajaran ini dan menggunakan kekerasan untuk membangun kediktatoran totaliter komunis pertama. Josef Stalin dan Mao Zedong menggunakan penipuan, senjata, propaganda, konspirasi, dan sejenisnya untuk merebut kekuasaan dan mempertahankan rezim brutal mereka. Dengan kekuatan absolut di tangan mereka, maka memungkinkan roh komunisme membunuh dan merusak dengan sempurna.

b. Ideologi Sosialis Berlaku di Eropa dan Amerika Serikat

Eropa sudah berada dalam cengkeraman ideologi dan kebijakan sosialis. Di sisi lain, Amerika Serikat adalah negara yang istimewa. Pada akhir abad ke-19 dan awal ke-20, ketika gerakan komunis mengamuk di seluruh Eropa, dampaknya terhadap Amerika Serikat adalah terbatas. Pada tahun 1906, cendikiawan Jerman Werner Sombart menulis sebuah buku dengan topik yang berjudul “Why Is There No Socialism in the United States?” [3] Namun situasinya telah berubah secara dramatis.

Pada tahun 2016, seorang kandidat dari partai politik utama Amerika Serikat secara terbuka mempromosikan sosialisme dalam kampanyenya untuk kursi kepresidenan Amerika Serikat. Dalam kosa kata komunis, sosialisme hanyalah “tahap utama” komunisme, dan pernah dicemooh oleh kebanyakan orang Amerika. Kandidat dari partai politik utama tersebut mengatakan bahwa menurutnya ada banyak orang yang menjadi sangat gugup saat mendengar kata “sosialis.” Politisi ini berhasil menjadi salah satu dari dua kandidat terkemuka di partainya.

Sebuah jajak pendapat yang diambil menjelang akhir kampanye 2016 menunjukkan bahwa di salah satu partai kiri utama, 56 persen orang mengatakan mereka memiliki pendapat positif terhadap sosialisme, melanjutkan tren yang disarankan oleh Pusat Penelitian Pew pada tahun 2011. [4] Jajak pendapat Pusat Penelitian Pew terhadap warga Amerika Serikat yang berusia di bawah 30 tahun menunjukkan bahwa 49 persen memandang sosialisme secara positif, hanya 47 persen memandang kapitalisme secara positif. [5] Ini menunjukkan pergeseran ideologis ke kiri secara keseluruhan karena masyarakat telah kehilangan pemahamannya mengenai komunisme.

Ilusi yang dimiliki oleh banyak orang di Barat mengenai sosialisme dewasa ini mencerminkan pengalaman orang muda yang tak terhitung jumlahnya yang memeluk komunisme pada abad terakhir di Uni Soviet, Tiongkok, dan di tempat lain. Generasi muda tidak memiliki pemahaman yang mendalam mengenai sejarah, budaya, dan tradisi mereka sendiri. Tidak ada perlawanan dari generasi muda terhadap sosialisme, di mana bagi mereka sosialisme tampak lembut dan manusiawi. Penipuan besar komunis di abad ke-20 akan terulang kembali di abad ke-21.

Postulat Karl Marx “Dari setiap orang sesuai kemampuannya, untuk setiap orang sesuai kebutuhannya” adalah cukup efektif untuk menipu kaum muda, yang berfantasi mengenai kehidupan kesejahteraan sosialis yang dermawan seperti yang terlihat di negara Nordik (yaitu Denmark, Finlandia, Islandia, Norwegia, Swedia, kepulauan Faroe, Greenland, Svalbard dan Aland). Sistem kesejahteraan negara Nordik telah menyebabkan banyak masalah sosial, tetapi semua upaya untuk membawa perubahan mendasar pada sistem tersebut terhalang oleh banyak penerima kesejahteraan. Satu-satunya politisi yang dapat dipilih adalah politisi yang terus memperluas perpajakan dan intervensi pemerintah, yang menggunakan pendapatan yang diantisipasi.

Seperti yang dikatakan ahli ekonomi Milton Friedman: “Masyarakat yang lebih mengutamakan kesetaraan daripada kemerdekaan tidak akan mendapatkan kesetaraan ataupun kemerdekaan. Masyarakat yang lebih mengutamakan kemerdekaan daripada kesetaraan akan mendapatkan tingkat kesetaraan maupun kemerdekaan yang tinggi.”[6]

Sosialisme kesejahteraan tinggi mendorong ekspansi terus-menerus dari pemerintah dan mengarahkan rakyat untuk memilih kebebasannya. Ini adalah langkah penting dalam rencana hantu komunisme memperbudak manusia. Begitu semua negara yang melakukan transisi ke sosialisme, model sosialisme negara Nordik saat ini hanyalah langkah sederhana dari demokrasi menuju totalitarianisme. Setelah “tahap primer” sosialis selesai, para pemimpin politik akan segera menerapkan komunisme. Milik pribadi dan proses demokrasi akan dihapuskan. Negara kesejahteraan akan bermetamorfosis menjadi penindasan tirani.

c. Kaum Kiri Bertujuan untuk Mengendalikan Partai Politik, Badan Legislatif, Pemerintah, Mahkamah Agung

Negara-negara Barat adalah rumah bagi tradisi demokrasi yang sudah berlangsung lama, seperti pemisahan kekuasaan Amerika. Mengendalikan kekuasaan negara di Barat tidaklah sesederhana di Timur. Untuk membangun kendali di Barat, roh komunisme yang jahat harus mengadopsi berbagai cara tidak langsung untuk memimpin lembaga-lembaga pemerintah dan memasarkan pengkhianatannya.

Amerika Serikat adalah sistem multi-partai yang didominasi oleh dua partai. Untuk memasuki arus utama politik, komunisme harus menyusup ke salah satu atau kedua partai utama tersebut dan menggunakannya untuk mengendalikan suara kongres. Sementara itu, para kandidatnya harus mengambil posisi kunci dalam pemerintahan dan pengadilan. Sejauh ini, politik Amerika Serikat telah cukup parah ditumbangkan oleh komunisme.

Untuk mengamankan hambatan suara yang stabil, partai-partai kiri Amerika Serikat telah memperbesar permusuhan antara kelompok berpenghasilan rendah dengan kelompok berpenghasilan tinggi, sambil menarik semakin banyak imigran dan kelompok “rentan” seperti komunitas LGBT, wanita, minoritas, dan sebagainya. Politisi sayap kiri mengerahkan semua kemampuannya untuk mewujudkan demografis sesuai keinginannya dengan cara mendukung ide komunis, menolak standar moral dasar yang Tuhan tetapkan bagi umat manusia, dan bahkan melindungi imigran ilegal sehingga mereka dapat bergabung dengan barisan kiri.

Seorang miliarder dengan sejarah mendukung gerakan sayap kiri telah banyak mendanai kandidat sayap kiri untuk mencalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat dan posisi penting lainnya di seluruh negeri. Kunci utamanya adalah Menlu, yang bertanggung jawab untuk urusan pemilu dan berperan penting dalam menyelesaikan perselisihan. Miliarder tersebut telah mendedikasikan banyak bantuan untuk kampanye demi posisi ini. [7]

Bahkan ketika imigran ilegal melakukan kejahatan di tanah Amerika Serikat, otoritas kiri menutup mata dan mendirikan tempat perlindungan untuk melindungi mereka dari pemerintah. Saat mantan presiden sayap kiri masih berkuasa, ia berusaha untuk memberikan amnesti kepada 5 juta imigran ilegal, tetapi rancangan resolusi akhirnya ditangguhkan oleh Mahkamah Agung.

Partai-partai sayap kiri telah memperjuangkan hak suara para imigran ilegal. Tentu saja, motifnya tidak selalu menguntungkan para imigran gelap atau populasi umum, tetapi untuk memperkuat basis pemilih sayap kiri. Pada tanggal 12 September 2017, sebuah kota di negara bagian timur Amerika Serikat mengeluarkan undang-undang untuk memberikan hak kepada warganegara untuk memilih dalam pemilihan lokal, termasuk pemegang kartu hijau, penduduk sementara dengan visa pelajar dan visa kerja, dan bahkan mereka yang tidak memiliki dokumentasi status imigrasi legal. Hal ini menarik perhatian media luas terhadap efek potensial pada sistem pemilihan di bagian lain Amerika Serikat. [8]

Di bawah pengaruh roh komunisme yang jahat, partai-partai sayap kiri Amerika Serikat menggunakan tindakan curang untuk menarik lebih banyak suara dan kendali politik. Kini masa depan Amerika Serikat tergantung pada keseimbangan.

d. Administrasi Sayap Kiri Mempromosikan Sosialisme dan Kebijakan yang Bengkok

Pemerintahan kiri sebelumnya sangat disusupi oleh komunis dan sosialis. Banyak kelompok yang mendukung mantan presiden yang memiliki hubungan yang jelas dengan organisasi sosialis.

Mantan presiden tersebut adalah murid Neo-Marxis Saul Alinsky. Setelah terpilih menjadi presiden, ia menunjuk penasihat dari lembaga pemikir yang sangat komunis. Kebijakannya mengenai perawatan kesehatan universal mendenda mereka yang menolak untuk mendaftar. Ia mengeluarkan rancangan undang-undang untuk melegalkan ganja dan homoseksualitas, mengizinkan waria untuk bergabung dengan tentara, dan sebagainya.

Ketika Majelis Negara Bagian California dikendalikan oleh kaum Kiri, beberapa perwakilan komunis berusaha menghapuskan undang-undang yang melarang Partai Komunis untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. Upaya ini gagal setelah oposisi kuat dari komunitas Vietnam-Amerika.

Pemerintah juga membuat kebijakan yang merusak hubungan manusia. Pada tahun 2016, “rancangan undang-undang kamar mandi untuk transgender” yang ditandatangani oleh presiden yang masih menjabat saat itu yang mengizinkan orang yang mengidentifikasi diri sebagai transgender untuk memasuki kamar mandi dari jenis kelamin yang mereka pilih, terlepas dari jenis kelamin fisik mereka — dengan kata lain, bila seorang pria merasa bahwa ia adalah seorang wanita maka ia boleh memasuki kamar mandi yang diperuntukkan bagi kaum wanita. RUU kamar mandi telah berlaku secara efektif di sekolah umum di seluruh negeri. Sekolah diberitahu bahwa jika sekolah menolak untuk menerapkan RUU tersebut, maka sekolah akan kehilangan dana dari pemerintah federal.

Bab VII – Penghancuran Keluarga- Bagian II (Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita)

6. Bagaimana Partai Komunis Tiongkok Menghancurkan Keluarga

a. Memecah Keluarga Demi Kesetaraan

Slogan Mao Zedong “Wanita Memegang Setengah Langit” kini telah membuka jalannya ke Barat sebagai slogannya feminis yang trendi. Ideologi bahwa pria dan wanita adalah sama, dipromosikan di bawah pemerintahan Partai Komunis Tiongkok, pada dasarnya tidak berbeda dengan feminisme Barat. Di Barat, “diskriminasi gender” digunakan sebagai senjata untuk mempertahankan keadaan “kebenaran politik.” Di Tiongkok, meskipun berbeda dalam praktiknya, label “chauvinisme pria” digunakan untuk efek perusakan yang serupa.

Kesetaraan gender yang dianjurkan oleh feminisme Barat menuntut kesetaraan hasil antara pria dan wanita melalui langkah-langkah seperti kuota gender, kompensasi finansial, dan standar yang diturunkan. Di bawah slogan Partai Komunis Tiongkok bahwa wanita memegang setengah langit, wanita diharapkan untuk menunjukkan kemampuan yang sama dalam pekerjaan yang sama yang dilakukan oleh rekan pria. Wanita yang berusaha melakukan tugas yang hampir tidak memenuhi syarat dipuji sebagai pahlawan dan diberikan kehormatan sebagai pemegang spanduk merah pada Hari Wanita Sedunia pada tanggal 8 Maret.

Poster-poster propaganda pada tahun 1960-an atau 1970-an biasanya menggambarkan wanita yang tegap dan kuat secara fisik, sementara Mao Zedong secara antusias meminta wanita untuk mengubah hobi berias menjadi hobi memakai seragam militer. Menambang, memotong kayu, membuat baja, bertarung di medan perang – setiap jenis pekerjaan atau peran terbuka untuk wanita.

Pada tanggal 1 Oktober 1966, People’s Daily memuat cerita berjudul “Para Gadis Juga Dapat Menyembelih Babi,” yang menjelaskan seorang gadis berusia 18 tahun yang adalah seorang selebritas setempat, bekerja sebagai pekerja magang di rumah jagal, di mana mempelajari Pemikiran Mao Zedong membantunya bekerja dengan berani untuk menyembelih babi. Ia berkata, “Jika anda tidak mampu membunuh babi, bagaimana anda berharap untuk membunuh musuh?” [33]

Meskipun wanita Tiongkok “memegang setengah langit,” kaum feminis di Barat masih menemukan bahwa kurangnya kesetaraan gender di banyak daerah di Tiongkok. Komite Tetap Politbiro Partai Komunis Tiongkok, misalnya, tidak pernah memiliki anggota wanita, karena khawatir hal ini akan mendorong gerakan sosial untuk hak-hak politik yang lebih, seperti demokrasi, yang akan menjadi ancaman bagi aturan totaliter Partai Komunis Tiongkok.

Karena keprihatinan yang sama, Partai Komunis Tiongkok juga menahan diri untuk tidak mendukung homoseksualitas secara publik, alih-alih bersikap netral terhadap masalah ini. Namun, melihat homoseksualitas sebagai alat yang mudah digunakan dalam penghancuran umat manusia, Partai Komunis Tiongkok mendorong homoseksualitas untuk tumbuh di Tiongkok dengan menggunakan pengaruh media dan budaya populer. Sejak tahun 2001, Perhimpunan Psikiatri Tiongkok tidak lagi mencantumkan homoseksualitas sebagai gangguan mental. Media juga diam-diam mengganti kata “gay” dengan “kawan,” sebuah istilah dengan konotasi yang lebih positif. Pada tahun 2009, untuk pertama kalinya Partai Komunis Tiongkok menyetujui acara LGBT Tiongkok – Shanghai Pride Week.

Pendekatannya mungkin berbeda-beda, tetapi di mana-mana iblis mengejar tujuan yang sama: Untuk menghapuskan cita-cita tradisional istri yang baik dan ibu yang pengasih, untuk memaksa wanita meninggalkan karakter lembutnya, dan untuk menghancurkan harmoni antara pria dan wanita yang diperlukan untuk menciptakan keluarga yang seimbang dan membesarkan anak-anak dengan baik.

b. Menggunakan Perjuangan Politik untuk Mengubah Suami dan Istri Melawan Satu Sama Lain

Nilai tradisional Tiongkok didasarkan pada moralitas keluarga. Iblis tahu bahwa cara paling efektif untuk merusak nilai tradisional adalah mulai dari menyabotase hubungan manusia. Dalam perjuangan politik berkelanjutan yang dimulai oleh Partai Komunis Tiongkok, anggota keluarga melaporkan satu sama lain kepada pihak berwenang dalam persaingan gila untuk memperoleh status politik yang lebih baik. Dengan mengkhianati orang terdekatnya, anggota keluarga dapat menunjukkan sikap taat yang lebih tegas dan lebih loyal dalam mendukung peraturan Partai Komunis Tiongkok.

Pada bulan Desember 1966, sekretaris Mao Zedong bernama Hu Qiaomu diseret ke Institut Besi dan Baja Beijing, di mana putri kandungnya naik ke panggung dan berteriak, “Hancurkan kepala anjing Hu Qiaomu!” Meskipun sang putri tidak benar-benar menghancurkan kepala ayahnya, ada orang yang melakukannya. Pada saat itu, ada keluarga “kapitalis” di kecamatan Dongsi di Beijing. Pengawal Merah memukuli pasangan tua keluarga tersebut sampai hampir mati dan memaksa putra mereka yang masih menuntut ilmu di sekolah menengah pertama untuk memukul orangtuanya. Sang putra menggunakan halter untuk menghancurkan kepala ayahnya yang menjadi gila sesudahnya. [34]

Seringkali, orang-orang yang dikutuk oleh Partai Komunis Tiongkok sebagai “musuh kelas” akan memungkiri keluarganya supaya keluarganya terhindari dari dampak. Bahkan “musuh kelas” yang melakukan bunuh diri pertama-tama harus memutuskan ikatan keluarga untuk mencegah Partai Komunis Tiongkok memburu anggota keluarganya setelah ia bunuh diri.

Misalnya, ketika ahli teori sastra Ye Yiqun dianiaya dan didesak untuk bunuh diri dalam Revolusi Kebudayaan, surat perpisahannya berbunyi, “Ke depan, satu-satunya hal yang dituntut dari anda adalah untuk dengan tegas mendengarkan kata-kata Partai Komunis Tiongkok, berpihak pada Partai Komunis Tiongkok dengan teguh, secara bertahap mengakui dosa-dosaku, membangkitkan kebencian terhadapku, dan dengan teguh memutuskan hubungan keluarga kami.”[35]

Penganiayaan terhadap latihan spiritual Falun Gong, yang telah berlanjut sejak tahun 1999, adalah kampanye politik terbesar yang diluncurkan oleh Partai Komunis Tiongkok di era modern. Strategi umum yang digunakan pihak berwenang terhadap praktisi Falun Gong adalah memaksa anggota keluarga mereka untuk membantu penganiayaan.

Partai Komunis Tiongkok memaksakan pelecehan administratif, hukuman keuangan, dan bentuk intimidasi lainnya kepada anggota keluarga agar mereka menggunakan segala cara untuk menekan praktisi Falun Gong agar melepaskan keyakinannya. Partai Komunis Tiongkok menyalahkan para korban penganiayaan karena berlatih Falun Gong, memberitahu praktisi Falun Gong bahwa keluarga mereka terlibat karena mereka menolak untuk mengkompromikan keyakinannya.

Banyak praktisi Falun Gong telah diceraikan atau dilucuti oleh orang yang mereka cintai karena bentuk penganiayaan ini. Mengingat banyaknya orang yang berlatih Falun Gong, keluarga yang tak terhitung jumlahnya telah tercabik-cabik oleh kampanye Partai Komunis Tiongkok.

c. Menggunakan Aborsi Secara Paksa untuk Mengendalikan Penduduk

Tidak lama setelah feminis Barat berhasil dalam pertempuran untuk melegalkan aborsi, wanita di Republik Rakyat Tiongkok melakukan aborsi yang diterapkan padanya oleh kebijakan keluarga berencana Partai Komunis Tiongkok. Pembunuhan massal terhadap bayi dalam kandungan telah mengakibatkan bencana kemanusiaan dan sosial dalam skala yang tak terhitung.

Partai Komunis Tiongkok mengikuti materialisme Marxis dan percaya bahwa melahirkan adalah suatu bentuk tindakan produktif yang tidak berbeda dengan produksi baja atau pertanian. Dengan demikian mengiringi filosofi perencanaan ekonomi diperluas ke keluarga, Mao Zedong berkata, “Manusia harus mengendalikan diri dan menerapkan pertumbuhan yang direncanakan. Kadang mungkin sedikit meningkat, dan terkadang berhenti.”[36]

Pada tahun 1980-an, rezim Tiongkok mulai menerapkan kebijakan satu anak dengan tindakan ekstrem dan brutal, seperti yang diperlihatkan oleh slogan-slogan yang dibentangkan di seluruh negeri: “Jika satu orang melanggar hukum, maka seluruh desa akan disterilkan.” “Lahirkan anak pertama, ikat kedua saluran rahim setelah melahirkan anak kedua, gugurkan kehamilan ketiga dan keempat!” (Slogan ini disederhanakan menjadi” Bunuh, bunuh, bunuh bayi ketiga dan keempat.”)” Kami lebih suka melihat darah yang mengalir daripada melihat banyak bayi dilahirkan.” “Sepuluh lebih kuburan lebih baik daripada tambahan satu kehidupan.” Aturan haus darah seperti itu ada di mana-mana di seluruh Tiongkok.

Komisi Keluarga Berencana menggunakan denda yang berat, penjarahan, pembongkaran, penyerangan, penahanan, dan hukuman lain semacam itu untuk menangani pelanggaran kebijakan satu anak. Di beberapa tempat, pejabat keluarga berencana membenamkan bayi-bayi di sawah. Wanita hamil yang tua juga tidak lolos. Bahkan beberapa hari lagi akan melahirkan, mereka dipaksa untuk melakukan aborsi.

Menurut statistik tidak lengkap yang diterbitkan dalam Buku Kesehatan Tahunan Tiongkok, jumlah total aborsi di Tiongkok antara tahun 1971 hingga 2012 setidaknya adalah 270 juta. Yaitu, lebih dari seperempat miliar bayi dalam kandungan dibunuh oleh Partai Komunis Tiongkok selama periode ini.

Salah satu konsekuensi paling serius dari kebijakan satu anak adalah bayi perempuan digugurkan atau dibuang, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan yang serius dalam rasio jenis kelamin orang Tiongkok di bawah usia 30 tahun. Karena kekurangan bayi perempuan, diperkirakan pada tahun 2020, akan ada sekitar 40 juta pria muda yang tidak dapat menikahi wanita usia subur.

Ketidakseimbangan seks buatan manusia di Tiongkok telah memicu masalah sosial yang serius, seperti peningkatan kasus pelecehan seksual dan pelacuran, perkawinan komersial, dan perdagangan wanita.

7. Konsekuensi Serangan Komunisme terhadap Keluarga

Karl Marx dan komunis lainnya menganjurkan penghapusan keluarga dengan menunjukkan dan membesar-besarkan keberadaan fenomena seperti perzinahan, pelacuran, dan anak haram, meskipun kenyataannya komunis sendiri juga bersalah atas hal-hal ini.

Kemerosotan moralitas yang terjadi secara bertahap di era Victoria mengikis institusi pernikahan yang sakral dan membawa manusia menjauhi ajaran Ilahi. Komunis mendesak wanita untuk melanggar sumpah perkawinannya demi kebahagiaan pribadi, tetapi akibatnya malah memperparah masalah.

“Solusi” hantu komunisme untuk penindasan dan ketidaksetaraan sama dengan menyeret standar moralitas manusia ke kedalaman neraka, yang menyebabkan perilaku yang dahulu secara universal dikutuk sebagai sesuatu buruk dan tidak termaafkan menjadi suatu norma baru. Dalam “kesetaraan” komunisme, semua menuju nasib yang sama — kehancuran.

Roh komunisme menciptakan kepercayaan yang keliru bahwa dosa bukan disebabkan oleh kemerosotan moralitas, tetapi oleh penindasan sosial. Roh komunisme menuntun manusia untuk menemukan jalan keluar dengan berpaling dari tradisi dan menjauh dari Tuhan. Roh komunisme menggunakan retorika kebebasan dan pembebasan yang indah untuk menganjurkan feminisme, homoseksualitas, dan penyimpangan seksual. Martabat wanita telah dilucutinya, tanggung jawab pria telah dirampoknya, dan kesucian keluarga telah diinjak-injaknya, mengubah anak-anak zaman sekarang menjadi mainan setan.

Lanjut Baca Bab Delapan.

DAFTRA PUSTAKA[1]  “Jordan Peterson Debate on the Gender Pay Gap, Campus Protests and Postmodernism,” Channel 4 News, (January 16, 2018). https://www.youtube.com/watch?v=aMcjxSThD54&t=781s.[2] Alan Findermay, “Harvard Will Spend $50 Million to Make Faculty More Diverse,” New York Times, (May 17, 2005). https://www.nytimes.com/2005/05/17/education/harvard-will-spend-50-million-to-make-faculty-more-diverse.html[3] C. P. Benbow and J. C. Stanley, “Sex Differences in Mathematical Ability: Fact or Artifact?” Science, 210 (1980):1262–1264.[4] C. Benbow, “Sex Differences in Ability in Intellectually Talented Preadolescents: Their Nature, Effects, and Possible Causes,” Behavioral and Brain Sciences 11(2) (1988): 169–183.[5] Friedrich Hayek, The Road to Serfdom (Chicago: University of Chicago Press, 1994).[6] Susan Edelman, “Woman to Become NY Firefighter Despite Failing Crucial Fitness Test,” New York Post, (May 3, 2015). https://nypost.com/2015/05/03/woman-to-become-ny-firefighter-despite-failing-crucial-fitness-test/.[7] Una Butorac, “These Female Firefighters Don’t Want a Gender Quota System,” The Special Broadcasting Service, (May 24, 2017). https://www.sbs.com.au/news/the-feed/these-female-firefighters-don-t-want-a-gender-quota-system.[8] Commonwealth of Pennsylvania, by Israel Packel, Attorney General, v. Pennsylvania Interscholastic Athletic Association (March 19, 1975).[9] Christina Hoff Sommers, The War Against Boys: How Misguided Feminism Is Harming Our Young Men (New York: Simon & Schuster, 2013).[10] Simon Osbone, “Angry Parents Blame New NHS Guidelines for Rise in Children Seeking Sex Changes,” The Daily and Sunday Express, (October 30, 2017). https://www.express.co.uk/news/uk/873072/Teenage-gender-realignment-schoolchildren-sex-change-nhs-tavistock-clinic-camhs.[11] Declaration of Feminism. Originally distributed in June of 1971 by Nancy Lehmann and Helen Sullinger of Post Office Box 7064, Powderhorn Station, Minneapolis, Minnesota 55407 (November 1971).[12] Vivian Gornick, as quoted in The Daily Illini (April 25, 1981).[13] Robin Morgan, Sisterhood Is Powerful: An Anthology of Writings From the Women’s Liberation Movement (New York: Vintage, 1970), 537.[14] Darlena Cunha, “The Divorce Gap,” The Atlantic,  https://www.theatlantic.com/business/archive/2016/04/the-divorce-gap/480333/.[15] Hilary White, “The Mother of the Homosexual Movement – Evelyn Hooker, Ph.D.,” The Life Site News, (July 16, 2007). https://www.lifesitenews.com/news/the-mother-of-the-homosexual-movement-evelyn-hooker-phd[16] Robert L. Kinney, III, “Homosexuality and Scientific Evidence: On Suspect Anecdotes, Antiquated Data, and Broad Generalizations,” Linacre Quarterly 82(4) (2015): 364–390.[17] Ibid.[18] P. Cameron, W. L. Playfair, and S. Wellum, “The Longevity of Homosexuals: Before and after the AIDS Epidemic,” Omega 29 (1994): 249–272.[19] P. Cameron, K. Cameron, W. L. Playfair, “Does Homosexual Activity Shorten Life?” Psychological Reports 83(3 Pt 1) (1998): 847–66.[20] David W. Purcell, Christopher H. Johnson, Amy Lansky, Joseph Prejean, Renee Stein, Paul Denning, Zaneta Gau, Hillard Weinstock, John Su, and Nicole Crepaz, “Estimating the Population Size of Men Who Have Sex with Men in the United States to Obtain HIV and Syphilis Rates,” The Open AIDS Journal 6 (2012): 98–107.[21] R. S. Hogg, S. A. Strathdee, K. J. P. Craib, M.V. O’Shaughnessy, J. S. G. Montaner, M. T. Schechter, “Modelling the Impact of HIV Disease on Mortality in Gay Men,” International Journal of Epidemiology 26(3) (1997): 657–61.[22] Joseph Nicolosi,“Who Were the APA ‘Task Force’ Members?”  https://www.josephnicolosi.com/collection/2015/6/11/who-were-the-apa-task-force-members[23] Matthew Hoffman, “Former President of APA Says Organization Controlled by ‘Gay Rights’ Movement,” The Life Site News, (June 4, 2012). https://www.lifesitenews.com/news/former-president-of-apa-says-organization-controlled-by-gay-rights-movement.[24] Phyllis Schlafly, Who Killed The American Family? WND Books, (Nashville, Tenn. (2014).[25] “Programme of Action of the International Conference on Population and Development,” International Conference on Population and Development (ICPD) in Cairo, Egypt, (5–13 September 1994).[26] The Vice Chairman’s Staff of the Joint Economic Committee at the Request of Senator Mike Lee, “Love, Marriage, and the Baby Carriage: The Rise in Unwed Childbearing,” https://www.lee.senate.gov/public/_cache/files/3a6e738b-305b-4553-b03b-3c71382f102c/love-marriage-and-the-baby-carriage.pdf.[27] Ibid.[28] Robert Rector, “How Welfare Undermines Marriage and What to Do About It,” Heritage Foundation Report, (November 17, 2014). https://www.heritage.org/welfare/report/how-welfare-undermines-marriage-and-what-do-about-it[29] Schlafly, Who Killed The American Family?[30] Ron Haskins, “Three Simple Rules Poor Teens Should Follow to Join the Middle Class,” Brookings, (March 13, 2013). https://www.brookings.edu/opinions/three-simple-rules-poor-teens-should-follow-to-join-the-middle-class/   [31] Rector, “How Welfare Undermines Marriage and What to Do About It.”[32] Mark Regnerus, “Cheap Sex and the Decline of Marriage,” The Wall Street Journal (September 29, 2017). https://www.wsj.com/articles/cheap-sex-and-the-decline-of-marriage-1506690454[33] Yang Meiling, “Girls Can Slaughter Pigs Too,” People’s Daily (October 1 1966).[34] Yu Luowen, My Family: My Brother Yu Luoke, World Chinese Publishing (2016).[35] Ye Zhou, “The Last Decade of Ye Yiqun,” Wenhui Monthly no. 12 (1989).[36] Pang Xianzhi, Jin Chongji, Biography of Mao Zedong (1949–1976), Central Party Literature Press, (Beijing 2003).

BACA SEBELUMNYA 

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Pengantar

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita: Pendahuluan

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab I – Strategi Iblis untuk Menghancurkan Kemanusiaan

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab II – Awal Komunisme Eropa

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab III – Pembunuhan Massal di Timur

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab IV – Mengekspor Revolusi

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab V – Infiltrasi ke Barat (Bagian I)

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab V – Infiltrasi ke Barat (Bagian II)

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab VI – Pemberontakan Terhadap Tuhan

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab VII – Penghancuran Keluarga (Bagian I)

Bab VII – Penghancuran Keluarga – Bagian I (Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita)

oleh Tim Editorial “Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis”

The Epoch Times menerbitkan serial khusus terjemahan dari buku baru berbahasa Tionghoa berjudul Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita, oleh tim editorial Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis.

Daftar Isi

Kata Pengantar

1.Keluarga Tradisional Ditata oleh Tuhan

2.Tujuan Komunisme untuk Menghilangkan Keluarga

3.Promosi untuk Bersetubuh dengan Siapa Saja oleh Komunisme

4.Praktek Berbagi Istri di Bawah Naungan Komunisme

a.Berbagi Istri di Uni Soviet
b.Seks Bebas di Yan’an

5.Cara Komunisme Menghancurkan Keluarga di Barat

a.Mempromosikan Seks Bebas
b.Mempromosikan Feminisme dan Menolak Keluarga Tradisional

DAFTAR PUSTAKA

Kata pengantar

Sejak tahun 1960-an, berbagai gerakan anti-tradisional, termasuk feminisme modern, seks bebas, dan hak-hak kaum homoseksual, telah menjadi terkenal di Barat. Institusi keluarga adalah yang paling terpukul. Di Amerika Serikat, Undang-Undang Reformasi Hukum Keluarga tahun 1969 memberi lampu hijau untuk perceraian sepihak. Negara-negara lain segera meluncurkan undang-undang serupa.

Di Amerika Serikat, rasio perceraian dengan pernikahan adalah lebih dari dua kali lipat dari tahun 1960 hingga 1980-an. Pada tahun 1950-an, sekitar 11 persen anak-anak yang lahir dalam suatu pernikahan melihat orangtuanya bercerai, dan pada tahun 1970, rasio perceraian dengan pernikahan melonjak hingga 50 persen. [1] Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, lebih dari 40 persen bayi baru lahir pada tahun 2016 di Amerika Serikat adalah lahir di luar nikah. Pada tahun 1956, angka ini kurang dari 5 persen. [2]

Dalam masyarakat tradisional di Timur dan di Barat, kesucian hubungan pria dan wanita dipandang sebagai suatu kebajikan. Kini, hal tersebut dianggap aneh dan bahkan konyol. Gerakan pernikahan sesama jenis, disertai dengan gerakan feminis, telah berusaha mendefinisikan kembali keluarga dan pernikahan.

Seorang profesor hukum yang saat ini menjadi anggota Komisi Kesempatan Kerja Setara Federal Amerika Serikat memprakarsai sebuah deklarasi pada tahun 2006 yang disebut “Beyond Same-Sex Marriage: A New Strategic Vision for All Our Families and Relationships” yang artinya “Melampaui Perkawinan Sama Jenis: Sebuah Visi Strategis Baru untuk Semua Keluarga dan Hubungan Kita,” yang menganjurkan agar orang membentuk segala bentuk baru keluarga, sesuai dengan keinginan mereka (termasuk pernikahan poligami, keluarga pasangan homoseksual bersama, dan sebagainya). Profesor tersebut juga berpendapat bahwa pernikahan tradisional dan keluarga tidak boleh menikmati lebih banyak hak hukum daripada bentuk “keluarga” lainnya. [3]

Di sekolah umum, seks pranikah dan homoseksualitas, yang dianggap memalukan selama ribuan tahun di masyarakat tradisional, tidak hanya dianggap biasa, tetapi di beberapa sekolah, bahkan secara diam-diam atau secara eksplisit didorong untuk melakukan seks pranikah dan homoseksualitas. Dalam pandangan ini, orientasi seksual anak harus dikembangkan dan dipilih secara bebas, yang mengakibatkan peningkatan kasus homoseksualitas, biseksualitas, transgenderisme, dan sebagainya.

Sebagai contoh, pada tahun 2012, Distrik Sekolah Rhode Island melarang tradisi sekolah mengadakan tarian ayah dengan putrinya dan permainan bisbol ibu dengan putranya – kegiatan yang secara implisit mendukung peran gender tradisional, di mana anak perempuan menikmati menari dan anak laki-laki menikmati permainan bisbol – mengatakan bahwa sekolah umum tidak berhak menanamkan ide anak-anak, misalnya bahwa anak perempuan suka menari atau bahwa anak laki-laki suka bermain bisbol. [4]

Sekarang menjadi jelas bahwa terjadi kecenderungan menuju kehancuran keluarga tradisional secara bertahap. Penghapusan keluarga yang dianjurkan oleh komunisme akan menjadi kenyataan sebelum penghapusan perbedaan kelas yang telah lama dijanjikan.

Dalam masyarakat Barat, ada banyak aspek penghancuran keluarga, yang mencakup dampak tidak hanya feminisme, seks bebas, dan gerakan homoseksual, tetapi juga latar belakang sosial yang lebih luas dari pembelaan sayap kiri, progresivisme, dan sejenisnya, yang semuanya diklaim berada di bawah panji “kebebasan,” “keadilan,” “hak,” dan “pembebasan.” Ide-ide ini ditopang secara eksplisit dan implisit oleh hukum, interpretasi hukum, dan kebijakan ekonomi yang didukung oleh sesama ahli ideologi. Semua itu memiliki efek mendorong orang untuk meninggalkan dan mengubah konsep pernikahan tradisional dan keluarga.

Ideologi-ideologi ini berasal dari awal abad ke-19 dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor komunis. Roh komunisme yang jahat unggul dalam melakukan mutasi dan penipuan yang terus-menerus, yang telah menyebabkan kebingungan secara terus-menerus terhadap apa yang sebenarnya didukung orang-orang saat mereka mendukung kebijakan dan ideologi ini. Hasilnya adalah dalam memandang dunia, kita dicelupkan ke dalam parameter yang ditentukan oleh ide komunis. Situasi tragis saat ini — degradasi keluarga tradisional dan kebingungan orang-orang mengenai sifat sejati tren ini — adalah hasil dari perencanaan yang cermat dan penerapan semangat komunisme secara bertahap selama dua ratus tahun terakhir.

Konsekuensinya adalah bahwa tidak hanya keluarga dihilangkan sebagai unit dasar stabilitas sosial, tetapi moralitas tradisional yang didirikan oleh Tuhan juga dihancurkan, dan peran yang dimainkan keluarga dalam meneruskan dan memelihara generasi berikutnya dalam kerangka kepercayaan tradisional juga hilang. Dengan demikian, generasi muda tidak dibatasi oleh ide dan kepercayaan tradisional, dan menjadi mainan untuk kepemilikan ideologis oleh roh komunisme.

1. Keluarga Tradisional Ditata oleh Tuhan

Dalam budaya tradisional Timur dan Barat, pernikahan diciptakan oleh Tuhan dan dianggap diatur oleh Surga. Setelah terbentuk, ikatan pernikahan tidak dapat diputuskan. Baik pria maupun wanita diciptakan oleh para dewa, menurut citra para dewa, dan semua manusia adalah sama di hadapan para dewa.

Pada saat yang sama, Tuhan juga membuat pria dan wanita berbeda secara fisik, dan menetapkan peran masing-masing untuk mereka. Dalam tradisi Barat, wanita adalah tulang dari tulang pria dan daging dari daging pria. [5] Seorang pria harus mencintai istrinya seolah-olah istrinya adalah bagian dari tubuhnya sendiri, dan jika perlu, mengorbankan dirinya untuk melindungi istrinya.

Pada gilirannya, seorang wanita harus bekerja sama dengan suaminya dan membantu suaminya, menjadi pasangan suami istri sebagai satu kesatuan yang utuh. Pria bertanggung jawab untuk bekerja keras dan mencari nafkah untuk menghidupi keluarga, sementara wanita menderita saat melahirkan. Semua ini bermula dari berbagai dosa asal yang dipikul oleh manusia.

Demikian pula, dalam budaya tradisional Timur, pria dikaitkan dengan ‘yang’ dari ‘yin’ dan ‘yang’, yang secara simbolis terhubung dengan matahari dan langit, yang menuntut pria untuk terus berjuang membuat kemajuan dan memikul tanggung jawab merawat keluarga melalui masa-masa sulit. Wanita termasuk dalam prinsip ‘yin,’ yang secara simbolis terhubung dengan bumi, yang berarti wanita menanggung dan memelihara segala sesuatu dengan kebajikan besar. Wanita harus menghasilkan dan mempertimbangkan orang lain, dan wanita bertugas mendukung suami dan mendidik anak-anaknya. Hanya ketika pria dan wanita bekerja dengan baik sesuai perannya msing-masing, ‘yin’ dan ‘yang’ dapat diselaraskan dan anak-anak tumbuh dan berkembang dengan cara yang sehat.

Keluarga tradisional memainkan peran mentransmisikan kepercayaan dan moralitas dan menjaga stabilitas masyarakat. Keluarga adalah tempat lahirnya kepercayaan dan ikatan untuk transmisi nilai-nilai. Orangtua adalah guru pertama dalam kehidupan anak-anak. Jika anak-anak dapat mempelajari kebajikan tradisional seperti tidak mementingkan diri sendiri, kerendahan hati, rasa terima kasih, ketekunan, dan lainnya dari kata-kata dan perbuatan orangtuanya, maka anak-anak akan mendapat manfaat selama sisa hidupnya.

Kehidupan pernikahan tradisional juga membantu pria dan wanita tumbuh bersama dalam moralitas, di mana suami dan istri harus memperlakukan emosi dan keinginan mereka dengan sikap baru serta saling memperhatikan dan toleran, di mana hal ini pada dasarnya berbeda dari gagasan hidup bersama (kumpul kebo). Emosi manusia berubah-ubah. Jika pasangan itu kumpul kebo karena mereka suka untuk bersama dan kemudian pasangan itu putus karena mereka sudah tidak saling menyukainya lagi, berarti hubungan seperti itu tidak jauh berbeda dari persahabatan biasa yang tidak terikat oleh pernikahan. Akhirnya Karl Marx berharap terjadinya “hubungan seksual tak terbatas” yang meluas, [6] yang tentu saja berarti membubarkan perkawinan tradisional dan dengan demikian, pada akhirnya, menghilangkan institusi keluarga.

2. Tujuan Komunisme untuk Menghilangkan Keluarga

Komunisme percaya bahwa keluarga adalah bentuk kepemilikan pribadi. Oleh karena itu, untuk menghilangkan kepemilikan pribadi, maka keluarga juga harus dihilangkan. Prinsip asli komunisme menganggap faktor ekonomi sebagai kunci dalam menentukan jenis hubungan keluarga yang terbentuk. Marxisme-Freudianisme kontemporer menganggap hasrat seksual sebagai kunci pertanyaan yang terkait dengan keluarga. Karakteristik umum Marxisme-Freudianisme adalah mengesampingkan moralitas dasar manusia, penyembahan materialisme, keinginan, dan kepentingan sesuai keinginan manusia. Semua ini hanya mengubah manusia menjadi binatang. Ini adalah ideologi yang dipelintirkan yang memiliki efek menghancurkan keluarga dengan cara merusak pikiran.

Khayalan fantastis yang berada di jantung komunisme adalah doktrin pembebasan umat manusia, yang tertuju tidak hanya sebagai pembebasan yang seharusnya dalam arti ekonomi, tetapi juga pembebasan umat manusia itu sendiri. Tentu saja, kebalikan dari pembebasan adalah penindasan. Jadi dari mana asalnya penindasan yang harus dilawan? Jawaban komunisme adalah penindasan berasal dari gagasan manusia itu sendiri, yang dipaksakan oleh moralitas sosial tradisional: Patriarki struktur keluarga tradisional menindas perempuan; moralitas seksual tradisional menindas sifat manusia, dan sebagainya.

Gerakan feminisme dan hak-hak kaum homoseksual dari generasi selanjutnya mewarisi dan kemudian memperluas teori pembebasan yang diilhami komunis ini, yang mengarah pada serangkaian konsep yang bertentangan dengan pernikahan tradisional dan keluarga, serta mengarah pada seks bebas, homoseksualitas, dan sejenisnya. Semua gagasan ini telah menjadi alat yang digunakan oleh iblis untuk merusak dan menghancurkan keluarga. Komunisme menentang semua nilai moral tradisional dan berharap untuk menggulingkan semua nilai moral tradisional, seperti yang dinyatakan dengan jelas dalam Manifesto Komunis.

3. Promosi untuk Bersetubuh dengan Siapa Saja oleh Komunisme

Roh komunisme yang jahat menempatkan dirinya melawan keluarga tradisional, yang ingin dihancurkannya. Di awal abad ke-19, Robert Owen, seorang perwakilan sosialisme utopis, menabur benih ideologi iblis. Sebagai pelopor ideologis, Robert Owen mendirikan komunitas utopis Keselarasan Baru di Indiana pada tahun 1824. (Gagal dua tahun kemudian.) Pada hari komunitas tersebut didirikan, ia menyatakan:

Kini saya menyatakan, bagi anda dan dunia, bahwa Manusia, di semua bagian bumi hingga saat ini, telah menjadi budak Tritunggal dari kejahatan yang paling mengerikan yang dapat digabungkan untuk menimbulkan kejahatan mental dan fisik pada seluruh ras manusia. Saya merujuk pada kepemilikan pribadi, atau perorangan — sistem agama yang mustahil dan tidak masuk akal — dan perkawinan, yang dibangun di atas properti perorangan yang dikombinasikan dengan beberapa sistem agama yang irasional ini. [7]

Setelah Robert Owen meninggal, komunis utopis lain yang berpengaruh adalah Charles Fourier dari Prancis, yang pemikirannya sangat mempengaruhi Karl Marx dan Marxis. Setelah kematian Charles Fourier, murid-muridnya membawa pemikirannya ke dalam Revolusi 1848 dan Komune Paris, dan kemudian menyebarkannya ke Amerika Serikat. Charles Fourier pertama kali menciptakan istilah “feminisme” (“féminisme” dalam bahasa Prancis).

Masyarakat komunis berdasarkan ide Charles Fourier (disebut Phalanx), menghina keluarga tradisional, dan memuji mabuk-mabukan dan pesta pora sebagai nafsu batin manusia yang sepenuhnya membebaskan. Charles Fourier juga menyatakan bahwa masyarakat yang adil harus menjaga manusia yang ditolak secara seksual (seperti orang tua atau yang tidak memiliki kepemilikan) untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki “hak” untuk kepuasan seksual. Ia percaya bahwa segala bentuk kepuasan seksual, termasuk sadomasokisme, dan bahkan inses dan melakukan aktivitas seksual dengan binatang, harus dibiarkan selama itu atas dasar suka sama suka. Oleh karena itu, Charles Fourier dapat dianggap sebagai pelopor teori aneh, cabang dari gerakan homoseksual kontemporer (termasuk LGBTQ dan sejenisnya).

Karena pengaruh Robert Owen dan khususnya Charles Fourier, belasan komune komunis utopis didirikan di Amerika Serikat pada abad ke-19, meskipun sebagian besar berumur pendek dan berakhir dengan kegagalan. Yang terlama adalah Komune Oneida yang didirikan berdasarkan teori Charles Fourier, yang berlangsung selama 32 tahun. Komune Oneida membenci pernikahan monogami tradisional dan menganjurkan poligami dan seks berkelompok. Anggota mendapat akses seksual “adil” di mana setiap minggu diberi kesempatan untuk berhubungan seks dengan siapa pun yang mereka pilih. Pada akhirnya, pendirinya, John Humphrey Noyes, melarikan diri karena takut akan tuntutan hukum oleh gereja. Komune Oneida dipaksa untuk berbagi istri, meskipun John Humphrey Noyes kemudian menulis buku dan menjadi pencetus Komunisme Alkitab.

Gen bebas komunisme adalah konsekuensi yang tak terhindarkan dari perkembangan teoretisnya. Sejak awal, iblis komunisme menggoda manusia untuk meninggalkan ajaran Ilahi, menyangkal Ilahi, dan menyangkal dosa asal.

Menurut logika ini, masalah sosial yang awalnya disebabkan oleh kemerosotan moralitas manusia dikaitkan dengan kepemilikan pribadi. Komunisme membuat orang percaya bahwa jika kepemilikan pribadi dihancurkan, orang tidak akan memperebutkannya. Namun, bahkan jika semua properti dibagikan, orang mungkin juga memiliki konflik atas pasangan mereka. Oleh karena itu, sosialis utopis secara terbuka menggunakan sistem berbagi istri untuk memecahkan masalah yang melekat pada sifat manusia.

“Surga” komunis ini secara langsung menantang keluarga tradisional atau menganjurkan sistem istri bersama, yang membuat komunitas lokal, gereja, dan pemerintah memandang “surga” komunis sebagai tantangan bagi moralitas dan etika tradisional, dan mengambil tindakan untuk menekan “surga” komunis. Berbagi kekayaan dan berbagi istri ala komunis yang keji tersebut menjadi dikenal secara luas.

Kegagalan komune utopis memberi pelajaran pada Karl Marx dan Engels: Ini belum waktunya untuk secara terbuka menganjurkan berbagi istri secara bebas. Meskipun tujuan menghilangkan keluarga dalam Manifesto Komunis tidak berubah, mereka mengadopsi pendekatan yang lebih tersembunyi untuk mengedepankan teori mereka dan menghancurkan keluarga.

Setelah kematian Karl Marx, Engels menerbitkan buku The Origin of the Family, Private Property, and the State, in the Light of the Researches of Lewis H. Morgan yang artinya Asal Usul Keluarga, Kepemilikan Pribadi dan Negara, dalam Cahaya Penelitian Lewis H. Morgan untuk melengkapi teori Karl Marx mengenai keluarga dan lebih jauh menguraikan pandangan Marxis mengenai pernikahan: “[Kemunculan monogami] didasarkan pada supremasi pria, tujuan yang jelas adalah untuk menghasilkan anak-anak dari ayah yang sah; ayah seperti itu dituntut karena di kemudian hari anak-anaknya akan datang ke tanah milik ayahnya sebagai ahli warisnya, maka kekuatan ikatan pernikahan yang jauh lebih besar, yang tidak lagi dapat dibubarkan atas keinginan salah satu pasangan, itulah yang berbeda dengan pernikahan tanpa ikatan.”[8]

Engels berpendapat bahwa monogami berbasis di sekitar properti pribadi, dan begitu semua properti dibagikan, akan ada model baru pernikahan yang murni berdasarkan cinta. Secara dangkal, hal itu terdengar sangat mulia — tetapi sebenarnya tidak.

Upaya pertahanan Karl Marx dan Engels tampaknya lemah mengingat penerapan aktual teori komunis. Perasaan tidak dapat diandalkan. Jika seseorang mencintai seseorang pada hari ini dan mencintai orang lain pada esok harinya, apakah hal tersebut tidak mendorong terjadinya persetubuhan dengan siapa saja? Persetubuhan dengan siapa saja yang terjadi setelah berdirinya Uni Soviet dan rezim komunis Tiongkok, yang dijelaskan pada bagian berikutnya, pada kenyataannya, adalah hasil dari doktrin Marxis terapan.

Hubungan antara suami dan istri tidak selalu berjalan lancar. Sumpah “sampai maut memisahkan kita” selama pernikahan tradisional adalah sumpah untuk Tuhan, yang juga mewakili gagasan bahwa suami dan istri siap untuk menghadapi dan mengatasi semua kesulitan bersama. Yang mempertahankan pernikahan bukanlah hanya emosi atau perasaan, tetapi juga rasa tanggung jawab. Memperlakukan suami/istri sebagai belahan jiwa, merawat anak-anak dan keluarga dengan baik akan mengubah suami menjadi pria dewasa dan mengubah istri menjadi wanita dewasa, di mana keduanya dipenuhi dengan tanggung jawab moral.

Karl Marx dan Engels membual dalam The Origin of the Family, Private Property, and the State yang dalam masyarakat komunis, kepemilikan pribadi menjadi milik umum; pekerjaan rumah tangga menjadi profesional; tidak perlu khawatir urusan merawat anak-anak karena merupakan tanggung jawab negara untuk merawat dan mendidik anak-anak.

Karl Marx dan Engels menulis: “Hal ini menghilangkan semua kecemasan mengenai ‘konsekuensi,’ yang saat ini merupakan faktor sosial terpenting – moral dan ekonomi – faktor yang mencegah seorang gadis menyerahkan dirinya kepada pria yang ia cintai. Tidakkah hal tersebut cukup untuk menghasilkan secara bertahap pertumbuhan hubungan seksual tanpa batasan dan berkat hal tersebut opini publik menjadi lebih toleran terhadap kehormatan seorang gadis dan rasa malu seorang wanita?”[9]

Apa yang dipromosikan Karl Marx dan Engels, meskipun menggunakan frasa “kebebasan,” “pembebasan,” dan “cinta” untuk menyembunyikan fakta, adalah untuk meninggalkan tanggung jawab moral pribadi. Mereka mendorong manusia untuk bertindak semata-mata atas keinginannya. Namun, selama era Karl Marx dan Charles Fourier, kebanyakan manusia tidak sepenuhnya meninggalkan ajaran saleh dan bersikap waspada terhadap promosi bersetubuh dengan siapa saja oleh komunisme. Namun, bahkan Karl Marx sendiri pun sulit membayangkan rasionalisasi yang akan muncul pada abad ke-20 dan setelahnya, untuk merangkul kekacauan seksual ala pemikiran Marxis dan terus mendesak terwujudnya penghilangan keluarga.

Setan merah mengatur manusia tertentu untuk menabur benih-benih kehati-hatian dan penyimpangan ini. Setan merah juga secara sistematis mengatur untuk memikat manusia untuk mengikuti keinginannya dan menentang ajaran saleh, sehingga secara bertahap merusak manusia, sampai akhirnya tercapai tujuan menghilangkan keluarga, yang pada akhirnya akan mengakibatkan penyimpangan hati manusia dan membuat manusia jatuh ke dalam genggaman iblis.

4. Praktek Berbagi Istri di Bawah Naungan Komunisme

Kekacauan seksual yang digambarkan di atas adalah bagian bawaan dari komunisme. Karl Marx diyakini telah memperkosa pembantunya dan meminta Engels membesarkan anak haram tersebut. Engels hidup bersama dengan dua saudara perempuan. Lenin melakukan perselingkuhan dengan seorang wanita bernama Inesa selama 10 tahun, dan melakukan perzinahan dengan seorang wanita Prancis. Lenin juga tertular sipilis dari pelacur. Stalin juga sama bejatnya dan diketahui telah mengambil keuntungan dari istri orang lain.

Setelah Uni Soviet merebut kekuasaan, mereka melembagakan praktik berbagi istri. Pada saat itu Uni Soviet dapat dipandang sebagai pelopor seks bebas di Barat. Dalam edisi kesepuluh majalah Rusia Rodina, yang dicetak pada tahun 1990, fenomena berbagi istri selama pemerintahan awal Soviet terungkap. Kutipan tersebut juga menggambarkan kehidupan pribadi para pemimpin Soviet Trotsky, Bukharin, Antonov, Kollontai, dan lainnya, yang mengatakan bahwa mereka mirip anjing dalam kegiatan seksualnya.

a. Berbagi Istri di Uni Soviet

Pada awal tahun 1904, Lenin menulis: “Nafsu dapat membebaskan energi roh — bukan untuk nilai-nilai keluarga-semu, tetapi untuk kemenangan sosialisme haruslah bekuan darah ini dihilangkan.” [10]

Pada pertemuan Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia, Trotsky mengusulkan bahwa begitu kaum Bolshevik merebut kekuasaan, prinsip fundamental baru hubungan seksual akan disusun. Teori komunis menuntut penghancuran keluarga dan transisi ke periode kepuasan hasrat seksual yang tidak terbatas. Trotsky juga mengatakan bahwa tanggung jawab untuk mendidik anak-anak harus berada di tangan negara.

Dalam sepucuk surat kepada Lenin pada tahun 1911, Trotsky menulis: “Tidak diragukan lagi, penindasan seksual adalah cara utama untuk memperbudak seseorang. Sementara terjadi penindasan semacam itu, tidak mungkin ada masalah kebebasan sejati. Keluarga, seperti lembaga borjuis, telah sepenuhnya hidup lebih lama dari dirinya sendiri. Penting untuk berbicara lebih banyak mengenai hal ini kepada para buruh.”

Lenin menjawab: “Dan bukan hanya keluarga. Semua larangan yang berhubungan dengan seksualitas harus dihapuskan… Kami memiliki sesuatu untuk dipelajari dari hak pilih: Bahkan larangan mencintai sesama jenis harus dicabut.”[11] Setelah kaum Bolshevik merebut kekuasaan, Lenin mengeluarkan serangkaian peraturan yang secara efektif menghapuskan pernikahan dan hukuman homoseksualitas. [12]

Pada waktu itu, ada juga slogan “Hilangkan rasa malu!” Ini adalah bagian upaya Bolshevik untuk menciptakan “manusia baru” menurut ideologi sosialis. Kadang para pengikut Bolshevik bahkan berkeliaran di jalanan tanpa busana, meneriakkan slogan-slogan histeris seperti “Rasa malu ada di masa borjuis rakyat Soviet yang telah berlalu.” [13]

Pada tanggal 19 Desember 1918, untuk merayakan hari peringatan dekrit yang secara efektif menghapuskan perkawinan, kelompok lesbian merayakan. Trotsky menulis dalam memoarnya bahwa berita mengenai lesbian yang merayakan hari peringatan dekrit dengan berparade membuat Lenin sangat bahagia. Lenin juga mendesak lebih banyak orang untuk telanjang dalam parade tersebut. [14]

Pada tahun 1923, novel Soviet berjudul Cinta Tiga Generasi mempopulerkan kata “bersetubuh bagaikan minum air.” Penulis, Komisaris Rakyat untuk Kesejahteraan Sosial Alexandra Kollontai, adalah seorang revolusioner dari keluarga tradisional yang berjuang untuk masuk ke faksi Bolshevik, mencari “pembebasan perempuan.” “Bersetubuh bagaikan minum air” yang dipromosikan oleh novel ini, sebenarnya, adalah istilah untuk kesenangan seksual: Dalam masyarakat komunis, memuaskan hasrat seksual adalah normal dan semudah meminum segelas air. “Bersetubuh bagaikan minum air” tersebar luas di kalangan buruh pabrik dan terutama siswa remaja.

“Moralitas remaja kita saat ini dirangkum sebagai berikut,” tulis komunis terkenal Madame Smidovich dalam surat kabar Pravda (21 Maret 1925):

Setiap anggota, bahkan di bawah umur, dari Liga Pemuda Komunis dan setiap siswa di Rabfak [sekolah pelatihan Partai Komunis] memiliki hak untuk memuaskan hasrat seksualnya. Konsep ini telah menjadi postulat, dan pantang dianggap sebagai gagasan borjuis. Jika seorang pria bernafsu mengejar seorang gadis muda, apakah gadis itu adalah seorang mahasiswa, buruh, atau bahkan gadis usia sekolah, maka gadis itu harus memenuhi nafsu pria tersebut; jika tidak, gadis itu akan dianggap sebagai putri borjuis, tidak layak disebut komunis sejati. [15]

Perceraian juga menjadi sesuatu yang normal dan meluas. “Angka perceraian meroket ke tingkat yang belum pernah terjadi dalam sejarah manusia. Singkatnya, tampaknya semua orang di Moskow bercerai,” kata Paul Kengor dalam bukunya Takedown: From Communists to Progressives, How the Left Has Sabotaged Family and Marriage Pelepasan: Dari Komunis Menjadi Progresif, Bagaimana Kaum Kiri Telah Menyabotase Keluarga dan Perkawinan. Pada tahun 1926, majalah Amerika The Atlantic menerbitkan sebuah artikel mengenai situasi yang mencengangkan di Uni Soviet, berjudul “Upaya Rusia untuk Menghapuskan Pernikahan.” [16]

Fenomena “keluarga Swedia” —yang, tidak ada kaitannya dengan Swedia, mengacu pada sekelompok besar pria dan wanita yang hidup bersama dan terlibat dalam seks bebas — juga muncul selama periode seks bebas, yang membuka pintu bagi persetubuhan dengan siapa saja, kekacauan seksual, homoseksualitas, keruntuhan moral, kehancuran keluarga, penyakit menular seksual, pemerkosaan, dan banyak lagi. [17]

Menyusul perluasan komune sosialis, “keluarga Swedia” ini menyebar ke seluruh Uni Soviet, yang dikenal sebagai “nasionalisasi” atau “sosialisasi” wanita. Pada tahun 1918, para wanita sosialis di Yekaterinburg adalah contoh yang menyedihkan: Setelah kaum Bolshevik merebut kota, mereka mengeluarkan peraturan bahwa wanita muda yang berusia antara 16 tahun hingga 25 tahun harus “disosialisasikan.” Perintah itu dilaksanakan oleh beberapa pejabat Partai, dan 10 wanita muda “disosialisasikan.” [18]

Bolshevik dengan cepat memperketat kebijakan mengenai seks di akhir tahun 1920-an. Selama percakapan dengan aktivis feminis Clara Zetkin, Lenin menyesalkan filosofi “bersetubuh bagaikan minum air,” menyebutnya “anti-Marxis” dan “anti-sosial.” [19] Alasannya adalah seks bebas mengakibatkan sesuatu yang tidak diinginkan: banyak bayi baru lahir, banyak di antara bayi tersebut ditinggalkan oleh orangtuanya.

Sekali lagi, ditunjukkan bahwa kehancuran keluarga pada akhirnya menyebabkan keruntuhan masyarakat.

b. Seks Bebas di Yan’an

Selama tahun-tahun awal Partai Komunis Tiongkok, situasinya mirip dengan Uni Soviet. Tentu saja, partai-partai komunis ini semuanya adalah varietas buah beracun dari pohon yang sama. Chen Duxiu, seorang pemimpin komunis awal, dikenal karena kehidupan pribadinya yang rusak. Menurut memoar Zheng Chaolin dan Chen Bilan, komunis seperti Qu Qiubai, Cai Hesen, Zhang Tailei, Xiang Jingyu, dan Peng Shuzhi memiliki sejarah seksual yang agak membingungkan, dan sikap mereka terhadap seks mirip dengan “bersetubuh bagaikan minum air” yang dianut oleh para revolusioner Soviet awal.

“Seks bebas” dianut tidak hanya oleh para pemimpin intelektual Partai Komunis Tiongkok, tetapi juga oleh orang-orang biasa yang tinggal di “Soviet” awal Partai Komunis Tiongkok (kantong-kantong revolusioner yang didirikan sebelum Partai Nasionalis digulingkan) di Hubei, Henan, dan Anhui. Karena promosi kesetaraan perempuan, dan kebebasan absolut untuk menikah dan bercerai, pekerjaan revolusioner sering terganggu untuk memuaskan hasrat seksual.

Orang-orang muda di wilayah Uni Soviet kadang terlibat dalam urusan romantis atas nama berhubungan dengan massa. Bukan hal yang aneh bagi wanita muda untuk memiliki enam atau tujuh pasangan seksual. Menurut Collection of Revolutionary Historical Documents in the Hubei-Henan-Anhui Soviet Districts, di antara para kepala partai lokal di tempat-tempat seperti Hong’an, Huangma, Huangqi, Guangshan, dan di tempat lain, “sekitar tiga perempat dari mereka terus berhubungan seksual dengan puluhan atau ratusan wanita.”[20]

Pada akhir musim semi 1931, ketika Zhang Guotao mengambil alih distrik Soviet Hubei-Henan-Anhui, ia mencatat bahwa sifilis begitu merajalela sehingga ia harus melapor ke Pusat Partai untuk mendatangkan dokter yang ahli dalam mengobati sifilis. Bertahun-tahun kemudian, dalam memoarnya, ia dengan jelas mengingat kisah-kisah wanita di distrik Soviet Hubei-Henan-Anhui yang dilecehkan secara seksual, termasuk beberapa simpanan jenderal senior. [21]

Pada tahun 1937, Li Kenong menjabat sebagai direktur Kantor Tentara Rute Kedelapan Partai Komunis Tiongkok di Nanjing, membuatnya bertanggung jawab untuk mengumpulkan tunjangan militer, obat-obatan, dan persediaan. Pada satu kesempatan, ketika memeriksa daftar obat dari Tentara Rute Kedelapan, staf Pemerintah Nasional menemukan sejumlah besar obat-obatan untuk mengobati penyakit menular seksual. Staf tersebut bertanya kepada Li Kenong, “Apakah ada banyak orang di pasukan anda menderita penyakit ini?” Li Kenong tidak yakin harus berkata apa, jadi ia berbohong dan mengatakan obat tersebut untuk mengobati penduduk setempat.[22]

Namun, pada tahun 1930-an, seks bebas dianggap sebagai ancaman bagi rezim. Terjadi masalah disintegrasi sosial yang sama dengan yang ditemukan di Soviet Rusia, dan para wajib militer Tentara Merah mulai khawatir bahwa istri mereka akan berselingkuh atau menceraikan mereka begitu mereka bergabung dengan revolusi, di mana hal ini memengaruhi efektivitas tempur pasukan.

Selain itu, tren bersetubuh dengan siapa saja tampaknya memperkuat ketenaran slogan “hak milik bersama, isteri bersama.” Dengan demikian, distrik Soviet Hubei-Henan-Anhui mulai menerapkan kebijakan yang melindungi pernikahan militer, membatasi jumlah perceraian, dan banyak lagi.

5. Cara Komunisme Menghancurkan Keluarga di Barat

Tren ideologis roh jahat menemukan asal usulnya pada abad ke-19. Setelah satu abad transformasi dan evolusi di Barat, roh jahat akhirnya muncul di Amerika Serikat pada tahun1960-an.

Pada tahun 1960-an, dipengaruhi dan didorong oleh neo-Marxisme dan berbagai ideologi radikal lainnya, muncul gerakan sosial dan budaya yang dimanipulasi oleh roh jahat, yang mencakup kontra-kebudayaan hippie, Kiri Baru yang radikal, gerakan feminis, dan revolusi seksual. Gerakan sosial yang bergolak ini adalah bagian serangan sengit terhadap sistem politik Amerika, sistem nilai tradisional, dan tatanan sosial.

Gerakan-gerakan itu dengan cepat menyebar ke Eropa, dengan cepat mengubah cara pemikiran arus utama mengenai masyarakat, keluarga, jenis kelamin, dan nilai budaya. Sementara ini terjadi, gerakan hak-hak kaum homoseksual juga meningkat. Pertemuan kekuatan-kekuatan ini menyebabkan melemahnya nilai keluarga tradisional Barat dan penurunan institusi keluarga tradisional dan sentralitasnya dalam kehidupan sosial. Pada saat yang sama, gejolak sosial memicu serangkaian masalah, termasuk menjamurnya pornografi, penyebaran penyalahgunaan narkoba, runtuhnya moralitas seksual, meningkatnya tingkat kejahatan remaja, dan perluasan kelompok yang tergantung pada kesejahteraan sosial.

a. Mempromosikan Seks Bebas

Seks bebas (juga dikenal sebagai revolusi seksual) berasal dari Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Penyebarannya yang cepat ke seluruh dunia menghasilkan pukulan yang menghancurkan nilai moral tradisional — khususnya, nilai keluarga tradisional dan moralitas seksual.

Roh jahat membuat banyak persiapan untuk menggunakan seks bebas melawan masyarakat Barat. Gerakan “cinta bebas” membuka jalan untuk secara bertahap mengikis dan menghancurkan nilai keluarga tradisional. Konsep “cinta bebas” melanggar moralitas seksual tradisional, dan berpendapat bahwa aktivitas seksual dari semua bentuk harus bebas dari regulasi sosial. Dalam pandangan ini, aktivitas seksual individu, termasuk pernikahan, aborsi, dan perzinaan, tidak boleh dibatasi oleh pemerintah atau hukum, atau dikenakan sanksi sosial.

Para pengikut Charles Fourier dan John Humphrey Noyes adalah yang pertama kali menciptakan istilah “cinta bebas.”

Belakangan ini, pendukung utama gagasan “cinta bebas” hampir semua adalah sosialis atau orang yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran sosialis. Misalnya, di antara mereka yang memelopori gerakan “cinta bebas” di Inggris adalah filsuf sosialis Edward Carpenter, yang juga seorang aktivis awal untuk hak-hak kaum homoseksual. Pengacara gerakan hak-hak kaum homoseksual yang paling terkenal, filsuf Inggris Bertrand Russell, adalah seorang sosialis yang diakui dan anggota Masyarakat Fabian. Ia mengklaim bahwa moralitas seharusnya tidak membatasi dorongan naluriah manusia untuk kesenangan dan menganjurkan seks pranikah dan di luar nikah.

Cikal bakal utama gerakan “cinta bebas” di Prancis adalah Émile Armand, seorang anarko-komunis di masa awalnya yang kemudian membangun komunisme utopis Fourier, mendirikan anarkisme individualis Prancis (yang berada di bawah kategori sosialisme yang lebih luas), dan menganjurkan bersetubuh dengan siapa saja, homoseksualitas, dan biseksualitas. Pelopor gerakan “cinta bebas” di Australia adalah Chummy Fleming, seorang anarkis (cabang sosialisme lainnya).

Gerakan “cinta bebas” di Amerika menghasilkan buah yang penting: Playboy, majalah erotis yang didirikan pada tahun 1953. Majalah ini memanfaatkan kertas berlapis untuk menciptakan kesan artistik dan tidak lusuh, yang juga menggunakan pencetakan warna yang mahal, di mana hasilnya adalah konten porno biasanya dianggap kelas rendah dan vulgar dengan cepat memasuki arus utama, dan Playboy menjadi majalah rekreasi “kelas tinggi”. Selama lebih dari setengah abad, Playboy telah menyebarkan racun seks bebas bagi manusia di seluruh dunia dan telah mengepung moral dan persepsi tradisional mengenai seks.

Di pertengahan abad ke-20, dengan semakin populernya budaya hippie dan “cinta bebas” mendapatkan penerimaan luas, revolusi seksual (juga dikenal sebagai seks bebas) melakukan debut resminya. Istilah “revolusi seksual” diciptakan oleh Wilhelm Reich, pendiri psikoanalisis komunis Jerman. Wilhelm Reich menggabungkan Marxisme dengan psikoanalisis Freudian, dan percaya bahwa Marxisme membebaskan manusia dari “penindasan ekonomi,” sementara psikoanalisis Freudian membebaskan manusia dari “penindasan seksual.”

Pendiri lain teori seks bebas adalah Herbert Marcuse dari Sekolah Frankfurt. Selama gerakan kontra-kebudayaan Barat pada tahun 1960-an, slogan Herbert Marcuse adalah “Bersetubuh, Bukan Perang” menanamkan gagasan seks bebas yang sangat mendalam di hati manusia.

Sejak saat itu, dengan diterbitkannya Buku Sexual Behavior in the Human Male and Sexual Behavior in the Human Female oleh Alfred Kinsey dan meluasnya penggunaan kontrasepsi oral, gagasan seks bebas melanda Barat. Patut disebutkan bahwa para sarjana kontemporer telah menemukan data statistik yang menyimpang, berlebih-lebihan, penyederhanaan yang berlebihan, dan kekeliruan lainnya dalam karya Alfred Kinsey yang didorong oleh komitmen politik dan ideologisnya. Alfred Kinsey memperkenalkan bahwa seks di luar nikah, seks homoseksual, dan sebagainya adalah hal biasa, dan dengan demikian mengarahkan masyarakat untuk menerima fenomena ini sebagai hal yang biasa, sebuah tugas yang ia capai dengan sukses besar. [22]

Sekaligus, menjadi “dibebaskan secara seksual” menjadi modis. Di antara kaum muda, bersetubuh dengan siapa saja dianggap normal. Remaja yang mengaku masih perawan diejek oleh rekan-rekannya. Data menunjukkan bahwa dari remaja yang berusia 15 tahun antara tahun 1954 dan 1963 (generasi 60-an), 82 persen melakukan hubungan seks pranikah sebelum usia 30 tahun. [24] Pada 2010-an, hanya 5 persen pengantin baru yang masih perawan sebelum menikah, sedangkan 18 persen pengantin wanita memiliki 10 atau lebih pasangan seksual sebelum menikah. [25] Arus utama budaya telah dijenuhkan oleh seks, termasuk dalam sastra, film, iklan, dan televisi.

b. Mempromosikan Feminisme dan Menolak Keluarga Tradisional

Ideologi Komunis Di Balik Gerakan Feminis

Gerakan feminis adalah alat lain yang digunakan roh komunisme untuk menghancurkan keluarga. Ketika dimulai di Eropa pada abad ke-18, gerakan feminis (juga dikenal sebagai feminisme gelombang pertama) menganjurkan bahwa wanita harus diberi perlakuan yang sama seperti pria di bidang pendidikan, pekerjaan, dan politik. Pusat gerakan feminis bergeser dari Eropa ke Amerika Serikat pada pertengahan abad ke-19.

Ketika feminisme gelombang pertama dimulai, gagasan keluarga tradisional masih memiliki fondasi yang kuat di masyarakat, dan gerakan feminis tidak secara langsung menantang keluarga tradisional. Kaum feminis berpengaruh pada masa itu, seperti Mary Wollstonecraft dari Inggris abad ke-18, Margaret Fuller dari Amerika abad ke-19, dan John Stuart Mill dari Inggris abad ke-19, semuanya menganjurkan bahwa pada umumnya wanita harus memprioritaskan keluarga setelah menikah, bahwa potensi wanita harus dikembangkan dalam domain keluarga, dan bahwa wanita harus memperkaya dirinya demi keluarga (seperti mendidik anak-anak, menatalaksana keluarga, dan sebagainya). Namun, kaum feminis berpikir bahwa beberapa wanita istimewa yang sangat berbakat tidak boleh dibatasi oleh masyarakat dan harus bebas untuk memanfaatkan bakat mereka, bahkan sampai harus bersaing dengan pria.

Setelah tahun 1920-an, ketika hak kaum wanita untuk memilih ditetapkan sebagai undang-undang di banyak negara, gerakan hak kaum wanita gelombang pertama perlahan-lahan surut. Pada tahun-tahun berikutnya, karena dampak Depresi Hebat dan Perang Dunia II, gerakan feminis pada dasarnya tidak aktif.

Pada saat yang sama, roh komunisme mulai menabur benih kehancuran bagi pernikahan tradisional dan etika seksual. Sosialis utopis awal di abad ke-19 meletakkan arah bagi gerakan feminis radikal modern. François Marie Charles Fourier, yang disebut “bapak feminisme,” menyatakan bahwa pernikahan mengubah wanita menjadi milik pribadi. Robert Owen mengutuk pernikahan sebagai kejahatan. Ide-ide sosialis utopis ini diwarisi dan dikembangkan oleh feminis di kemudian hari, termasuk, misalnya, Frances Wright, yang pada abad ke-19 mewarisi ide-ide Charles Fourier dan menganjurkan seks bebas untuk wanita.

Aktivis feminis Inggris Anna Wheeler mewarisi gagasan Robert Owen, dengan keras mengutuk pernikahan karena dianggap mengubah wanita menjadi budak. Aktivis feminis sosialis juga merupakan bagian penting dari gerakan feminis di abad ke-19. Pada saat itu, di antara publikasi feminis yang paling berpengaruh di Prancis adalah La Voix des Femmes, publikasi feminis pertama di Prancis, dan La Femme Libre (kemudian berganti nama menjadi La Tribune des Femmes), serta La Politique des Femmes, antara lain. Para pendiri publikasi ini adalah pengikut Charles Fourier atau Henri de Saint-Simon, penganjur modernitas. Karena hubungan yang erat antara feminisme dan sosialisme, pihak berwenang meneliti feminisme.

Ketika gerakan hak kaum wanita gelombang pertama berlangsung dengan kecepatan penuh, iblis komunisme juga membuat pengaturan untuk memperkenalkan berbagai pemikiran radikal untuk menyerang konsep tradisional keluarga dan pernikahan, membuka jalan bagi gerakan feminis yang lebih radikal yang mengikutinya.

Gerakan feminis gelombang kedua dimulai di Amerika Serikat pada akhir 1960-an, kemudian menyebar ke Eropa Barat dan Utara, dan dengan cepat meluas ke seluruh dunia Barat. Masyarakat Amerika pada akhir 1960-an mengalami masa pergolakan, dengan gerakan hak-hak sipil, gerakan anti-Perang Vietnam, dan berbagai tren sosial radikal. Feminisme, mengambil keuntungan dari rangkaian keadaan yang unik ini, muncul dalam ketegangan yang lebih radikal dan menjadi populer.

Landasan gelombang gerakan feminis ini adalah buku The Feminine Mystique oleh Betty Friedan, diterbitkan pada tahun 1963, dan Organisasi Nasional untuk Perempuan milik Betty Friedan. Menggunakan perspektif seorang ibu rumah tangga kelas menengah di pinggiran kota, Betty Friedan dengan keras mengkritik peran wanita dalam keluarga tradisional, dan berpendapat bahwa citra tradisional mengenai ibu rumah tangga yang bahagia, puas, dan gembira adalah mitos yang dipalsukan oleh masyarakat patriarki. Ia berpendapat bahwa keluarga pinggiran kota kelas menengah adalah “kamp konsentrasi yang nyaman” untuk wanita Amerika, dan bahwa wanita berpendidikan modern harus menolak rasa pencapaian yang dicapainya melalui mendukung suami dan mendidik anak-anaknya, dan sebaliknya menyadari nilai mereka di luar keluarga. [26]

Beberapa tahun kemudian, lebih banyak feminis radikal mendominasi Organisasi Nasional untuk Perempuan, mewarisi dan mengembangkan ide Betty Friedan. Kaum feminis radikal mengatakan bahwa wanita telah ditindas oleh patriarki sejak zaman kuno dan menghubungkan akar penyebab penindasan wanita dengan keluarga. Sebagai tanggapan, mereka datang untuk membela transformasi sistem sosial dan budaya tradisional yang lengkap, dan berjuang dalam semua aspek urusan manusia — ekonomi, pendidikan, budaya, dan keluarga — demi mencapai kesetaraan kaum wanita.

Mengklasifikasikan anggota masyarakat menjadi “penindas” dan “yang tertindas” untuk membela perjuangan, pembebasan, dan kesetaraan sebenarnya adalah komunisme. Marxisme tradisional mengklasifikasikan kelompok berdasarkan status ekonomi mereka, sementara gerakan neo-feminis membagi orang berdasarkan gender.

Betty Friedan bukanlah sosok seperti yang ia jelaskan dalam bukunya, yaitu seorang ibu rumah tangga kelas menengah yang bosan dengan pekerjaan rumah tangganya. Daniel Horowitz, seorang profesor di Smith College, menulis biografi Betty Friedan pada tahun 1998 berjudul Betty Friedan and the Making of ‘The Feminine Mystique.’ Penelitian Daniel Horowitz mengungkapkan bahwa Betty Friedan, dengan nama gadisnya Betty Goldstein, telah menjadi aktivis sosialis radikal sejak kuliah hingga tahun 1950-an. Pada waktu yang berbeda, Betty Goldstein adalah seorang jurnalis profesional, atau penyebar propaganda yang akurat, untuk beberapa serikat buruh radikal di orbit Partai Komunis Amerika Serikat.

Mantan sayap kiri David Horowitz (tidak ada hubungannya dengan Daniel Horowitz) meninjau artikel yang diterbitkan Betty Friedan untuk memahami perkembangan pandangannya. [27] Betty Friedan adalah anggota Liga Komunis Muda saat di Universitas California – Berkeley. Betty Friedan bahkan meminta dua kali, pada waktu yang berbeda, untuk bergabung dengan Partai Komunis Amerika Serikat. Judith Hennessee, penulis biografi resmi Betty Friedan, juga menunjukkan bahwa Betty Friedan adalah seorang Marxis. [28]

Kate Weigand, seorang sarjana Amerika, menunjukkan dalam bukunya Red Feminism bahwa pada kenyataannya, feminisme tidak tinggal diam di Amerika Serikat dari awal abad ke-20 hingga tahun 1960-an. Selama periode itu, sekelompok besar penulis feminis merah dengan latar belakang komunis membuka jalan bagi gerakan feminis gelombang kedua berikutnya, termasuk Susan Anthony, Eleanor Flex, Gerda Lerner, Eve Merriam, dan lainnya dengan aliran yang sama. Pada awal tahun 1946, Susan Anthony menerapkan metode analitis Marxis untuk menarik analogi antara putih menindas hitam, dan pria menindas wanita. Karena McCarthyism pada periode itu, para penulis seperti itu tidak berbicara mengenai latar belakang komunis mereka. [29]

Di Eropa, karya ikonis wanita penulis asal Prancis Simone de Beauvoir The Second Sex mengantarkan kegemaran akan feminisme gelombang kedua. Simone de Beauvoir dulu adalah seorang sosialis. Pada tahun 1941, bersama dengan filsuf komunis Jean-Paul Sartre dan penulis lain, ia menciptakan Socialiste et Liberté, sebuah organisasi sosialis bawah tanah Prancis. Seiring meningkatnya reputasinya untuk mempromosikan feminisme pada tahun 1960-an, Simone de Beauvoir menyatakan bahwa ia tidak lagi percaya pada sosialisme, dan mengklaim bahwa ia hanya seorang feminis.

Simone de Beauvoir berkata, “Seseorang tidak dilahirkan untuk menjadi seorang wanita, melainkan menjadi seorang wanita.” Ia menganjurkan bahwa meskipun seks ditentukan oleh karakteristik fisiologis, gender adalah konsep psikologis yang dirasakan sendiri yang terbentuk di bawah pengaruh sosialitas manusia. Ia berpendapat bahwa temperamen kepatuhan, tunduk, kasih sayang, dan kehamilan semua berasal dari “mitos” yang dirancang dengan hati-hati oleh patriarki untuk menindas wanita, dan menganjurkan agar wanita menerobos gagasan tradisional dan menyadari dirinya yang tidak terkendali.

Pada kenyataannya, mentalitas ini terletak di jantung gagasan homoseksualitas, biseksualitas, transgenderisme, dan sejenisnya yang merusak. Sejak itu, berbagai pemikiran feminis telah muncul dalam aliran yang konstan, semua memandang dunia melalui lensa wanita yang ditindas oleh patriarki, yang diwujudkan melalui institusi keluarga tradisional — kemudian membuat keluarga sebagai penghalang untuk mewujudkan kesetaraan wanita. [30]

Simone de Beauvoir berpendapat bahwa wanita dikekang oleh suaminya karena perkawinan, dan menyebut pernikahan sebagai hal yang menjijikkan mirip pelacuran. Ia menolak untuk menikah dan mempertahankan “hubungan terbuka” dengan Jean-Paul Sartre. Dengan cara yang sama, Jean-Paul Sartre Sartre juga berselingkuh dengan wanita lain.

Pandangan Simone de Beauvoir mengenai pernikahan adalah standar di kalangan feminis radikal kontemporer. Hubungan seksual yang kacau balau dan perselingkuhan justru merupakan perwujudan berbagi istri seperti yang dibayangkan oleh Charles Fourier, cikal bakal komunisme utopis di abad ke-19.

Lanjut Baca Bab 7 Bagian II

DAFTAR PUSTAKA[1] W. Bradford Wilcox, “The Evolution of Divorce,” National Affairs, Number 35, Spring 2018. https://www.nationalaffairs.com/publications/detail/the-evolution-of-divorce[2] See Table 1–17. “Number and Percent of Births to Unmarried Women, by Race and Hispanic Origin: United States, 1940–2000,” CDC, https://www.cdc.gov/nchs/data/statab/t001x17.pdf[3] “Beyond Same-Sex Marriage: A New Strategic Vision for All Our Families and Relationships,” Studies in Gender and Sexuality, 9:2 (July 1, 2006): 161–171. https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/15240650801935198.[4] Victoria Cavaliere, “Rhode Island School District Bans Father-Daughter, Mother-Son Events,”  http://www.nydailynews.com/news/national/rhode-island-school-district-bans-father-daughter-mother-son-events-article-1.1162289#nt=byline.[5] Genesis 2:23, http://biblehub.com/genesis/2-23.htm.[6] Engels, Frederick. n.d., “Origins of the Family. Chapter 2 (IV),” accessed June 17, 2018. https://www.marxists.org/archive/marx/works/1884/origin-family/ch02d.htm.[7] “Robert Owen, Critique of Individualism (1825–1826),” n.d., Indiana University. Accessed June 17, 2018. https://web.archive.org/web/20171126034814/http://www.indiana.edu:80/~kdhist/H105-documents-web/week11/Owen1826.html.[8] Engels, Frederick, n.d. “Origins of the Family. Chapter II (4.),” accessed June 17, 2018. https://www.marxists.org/archive/marx/works/1884/origin-family/ch02d.htm.[9] Engels, Ibid.[10] This translation is from the Russian: Melnichenko, Alexander, 2017. “Великая октябрьская сексуальная революция [The Great October Sexual Revolution].” Russian Folk Line, August 20, 2017, http://ruskline.ru/opp/2017/avgust/21/velikaya_oktyabrskaya_seksualnaya_revolyuciya/. This and other sources draw on the work of former Menshevik Aleksandra Kollontai.[11] Ibid.[12] Ibid.[13] Ibid.[14] Ibid.[15] Наталья Короткая,“Эрос революции: “Комсомолка, не будь мещанкой – помоги мужчине снять напряжение!” https://lady.tut.by/news/sex/319720.html?crnd=68249.[16] Paul Kengor, Takedown: From Communists to Progressives, How the Left Has Sabotaged Family and Marriage (WND Books, 2015), 54.[17] See Melnichenko (2017).[18] Xia Hou, “The Promiscuous Gene of Communism: Sexual Liberation,” The Epoch Times (Chinese edition). April 9, 2017, http://www.epochtimes.com/gb/17/4/9/n9018949.htm; The Weekly Review, Volumes 4–5 (National Weekly Corporation, 1921), 232, available at https://goo.gl/QY1gBc; for the incident of Red Army commander Karaseev socializing 10 girls, see Olga Greig (Ольга Грейгъ), Chapter 7 of “The Revolution of the Sexes,” or “The Secret Mission of Clara Zetkin” (Революция полов, или Тайная миссия Клары Цеткин), available at https://rutlib5.com/book/21336/p/8[19] Clara Zetkin, “Lenin on the Women’s Question,” My Memorandum (transcribed from the Writings of V.I. Lenin, International Publishers, available at https://www.marxists.org/archive/zetkin/1920/lenin/zetkin1.htm)[20] Huang Wenzhi, “‘What Happened after Nora Left’: Women’s Liberation, Freedom of Marriage, and Class Revolution: A Historical Survey of the Hubei-Henan-Anhui Soviet Districts (1922–1932),” Open Times no. 4 (2013). Chinese: 黃文治:〈 “娜拉走後怎樣”:婦女解放、婚姻自由及階級革命——以鄂豫皖蘇區為中心的歷史考察(1922~1932)〉《開放時代》,2013年第4期.[21] Huang Wenzhi (2013), Ibid.[22] “Yang Ning, “Why Did the Eighth Route Army Purchase Medicines for Sexual Transmitted Diseases?” The Epoch Times (Chinese),  http://www.epochtimes.com/gb/18/1/18/n10069025.htm[23] Judith A. Reisman, Ph.D.; Edward W. Eichel, Kinsey,Sex and Fraud: The Indoctrination of a People (Lafayette, Louisiana: Lochinvar-Huntington House, 1990);  “Dr. Judith A. Reisman and her colleagues demolish the foundations of the two (Kinsey) reports.”; “Really, Dr Kinsey?” The Lancet, Vol. 337 (March 2, 1991): 547.[24] L. B. Finer, “Trends in Premarital Sex in the United States, 1954–2003,” Public Health Reports 122(1) (2007): 73–78.[25] Nicholas H. Wolfinger, “Counterintuitive Trends in the Link Between Premarital Sex and Marital Stability,” Institute for Family Studies,  https://ifstudies.org/blog/counterintuitive-trends-in-the-link-between-premarital-sex-and-marital-stability.[26] Betty Friedan, The Feminine Mystique (New York: W.W. Norton & Company, 1963).[27] David Horowitz, Salon Magazine, January 1999, http://www.writing.upenn.edu/~afilreis/50s/friedan-per-horowitz.html  [28] Joanne Boucher, “Betty Friedan and the Radical Past of Liberal Feminism.” New Politics 9 (3). http://nova.wpunj.edu/newpolitics/issue35/boucher35.htm.[29] Kate Weigand, Red Feminism: American Communism and the Making of Women’s Liberation (Baltimore, Maryland: Johns Hopkins University Press, 2002).[30] Simone de Beauvoir, The Second Sex, trans. Constance Borde, Sheila Malovany-Chevallier (New York: Vintage Books, 2011).

BACA SEBELUMNYA 

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Pengantar

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita: Pendahuluan

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab I – Strategi Iblis untuk Menghancurkan Kemanusiaan

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab II – Awal Komunisme Eropa

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab III – Pembunuhan Massal di Timur

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab IV – Mengekspor Revolusi

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab V – Infiltrasi ke Barat (Bagian I)

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab V – Infiltrasi ke Barat (Bagian II)

Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab VI – Pemberontakan Terhadap Tuhan

Bab VI – Pemberontakan Terhadap Tuhan (Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita)

Roh jahat komunisme tidak lenyap dengan disintegrasi Partai Komunis di Eropa Timur

oleh Tim Editorial “Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis”

The Epoch Times menerbitkan serial khusus terjemahan dari buku baru berbahasa Tionghoa berjudul Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita, oleh tim editorial Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis.

Daftar Isi

Pengantar

1. Timur: Pemberontakan Kekerasan Terhadap Tuhan
a. Bagaimana Uni Soviet Menghancurkan Agama-Agama Ortodoks Dengan Cara Kekerasan
b. Penghancuran Budaya, Agama, dan Pemutusan Hubungan Manusia dengan Dewa oleh Partai Komunis Tiongkok

2. Di Barat: Menyusup dan Membatasi Agama

a. Penyusupan Agama
b. Membatasi Agama

3. Teologi Roh jahat Komunisme yang Membelit

4. Kekacauan Agama

DAFTAR PUSTAKA

Pengantar

Hampir semua bangsa di dunia memiliki mitos dan legenda kuno yang membahas penciptaan manusia oleh dewa-dewa mereka, dalam citra para dewa, dan yang meletakkan dasar moralitas dan budaya bagi bangsa tersebut. Tradisi-tradisi ini meninggalkan jalan kembali ke Surga bagi mereka yang percaya pada dewa-dewa mereka. Di Timur dan di Barat, ada catatan dan legenda mengenai bagaimana Nūwa dan Yehuwa menciptakan umat mereka.

Dewa memperingatkan manusia untuk mengikuti perintah para dewa atau dihukum oleh dewa. Pada masa peluruhan moral yang meluas, para dewa menghancurkan manusia untuk menjaga kemurnian alam semesta. Banyak ras di dunia memiliki legenda bagaimana banjir besar menghancurkan peradaban. Beberapa kejadian direkam secara detail.

Untuk menjaga moralitas umat manusia, ada saat-saat di mana makhluk atau nabi yang tercerahkan bereinkarnasi di dunia manusia untuk meluruskan hati manusia, untuk menghentikan manusia dari kehancuran, dan untuk memimpin peradaban tersebut supaya berkembang dan menjadi dewasa. Orang-orang seperti itu termasuk Musa dan Yesus di Barat, Laozi di Timur, Sakyamuni di India, dan Socrates di Yunani kuno.

Sejarah dan budaya manusia membantu manusia memahami apa itu Buddha, Taos, dan para dewa; apa artinya percaya pada Tuhan; dan bagaimana cara berlatih kultivasi. Berbagai aliran praktik mengajarkan apa yang benar dan apa yang jahat dan bagaimana membedakan kebenaran dari kepalsuan dan kebaikan dari kejahatan, yang mengajar manusia untuk menunggu Sang Pencipta kembali ke Bumi sebelum akhir dunia untuk diselamatkan dan kembali ke Surga.

Begitu manusia memutuskan hubungannya dengan dewa yang menciptakan mereka, moralitas manusia akan cepat memburuk. Beberapa ras dengan demikian menghilang, seperti peradaban Atlantis yang legendaris, yang dimakamkan di laut dalam waktu satu malam.

Di Timur, terutama di Tiongkok, kepercayaan berakar dalam hati manusia melalui budaya tradisional. Oleh karena itu adalah sulit untuk menipu orang-orang Tiongkok agar menerima ateisme melalui kebohongan sederhana. Untuk mencabut kepercayaan dan budaya Tiongkok selama 5.000 tahun, roh jahat komunisme yang jahat menggunakan kekerasan dalam skala massal untuk membantai para elit yang mewarisi budaya tradisional dan kemudian menggunakan kebohongan untuk menipu kaum muda dari generasi ke generasi.

Di Barat dan bagian lain dunia, agama dan kepercayaan adalah cara mempertahankan hubungan manusia dengan para dewa, dan merupakan landasan penting untuk mempertahankan standar moral. Meskipun roh komunisme yang jahat gagal membangun tirani komunis di negara-negara ini, roh komunisme yang jahat mencapai tujuannya menghancurkan agama-agama ortodoks dan merusak manusia melalui penipuan, penyimpangan, dan penyusupan.

1. Timur: Pemberontakan Kekerasan Terhadap Tuhan

a. Bagaimana Uni Soviet Menghancurkan Agama-Agama Ortodoks dengan Cara Kekerasan

Manifesto Komunis menyerukan penghancuran keluarga, gereja, dan negara-bangsa. Jelas, menghilangkan dan menumbangkan agama adalah salah satu tujuan penting Partai Komunis.

Dari mempercayai Tuhan hingga menjadi pengikut Setan, Karl Marx tahu betul keberadaan para dewa dan iblis. Ia juga tahu dengan jelas bahwa ajaran iblis yang tidak dipercantikkan akan sulit diterima oleh manusia — terutama manusia yang religius. Karena itu ia menganjurkan ateisme sejak awal, menyatakan bahwa “agama adalah candu rakyat,” dan “komunisme dimulai sejak awal melalui ateisme,” [1] dan seterusnya.

Manusia tidak perlu menyembah iblis, tetapi selama manusia tidak lagi percaya pada Tuhan, iblis dapat merusak dan menduduki jiwa manusia tersebut dan akhirnya menyeret manusia tersebut ke neraka. Itulah sebabnya partai-partai komunis seluruhnya bernyanyi: “Tidak pernah ada penyelamat dunia, / atau dewa, atau kaisar yang dapat diandalkan. / Untuk menciptakan kebahagiaan umat manusia / Kita harus sepenuhnya bergantung pada diri kita sendiri!”

Karl Marx menjelek-jelekkan agama dan dewa-dewa yang lurus, sementara Lenin mampu menggunakan mesin negara untuk menyerang agama ortodoks dan iman yang lurus setelah merebut kekuasaan pada tahun 1917. Lenin menggunakan kekerasan dan taktik tekanan tinggi lainnya untuk menindas agama ortodoks dan iman yang lurus untuk memaksa manusia berpaling dari para dewa.

Pada tahun 1919, Lenin memulai penghapusan agama secara besar-besaran dengan alasan melarang penyebaran pemikiran lama. Pada tahun 1922, Lenin mengeluarkan resolusi rahasia yang menetapkan bahwa properti bernilai, terutama dari lembaga keagamaan yang paling kaya, harus dirampas “melalui resolusi yang kejam, tidak meninggalkan keraguan, dan dalam waktu yang sangat singkat.” Ia menyatakan: “Semakin besar jumlah perwakilan pendeta reaksioner dan borjuasi reaksioner yang berhasil kita tembak pada kesempatan ini, semakin baik karena ‘penonton’ sekarang ini harus diberi pelajaran sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berani memikirkan perlawanan apa pun selama beberapa dekade.”[2] Untuk sementara waktu, sejumlah besar properti gereja dijarah, gereja dan biara ditutup, sejumlah besar pendeta ditangkap, dan ribuan pendeta Ortodoks dieksekusi.

Setelah Lenin meninggal, Stalin mengikuti jejak Lenin dan memulai pembersihan yang sangat kejam pada tahun1930-an. Terlepas dari anggota Partai Komunis, kaum intelektual dan orang-orang di bidang agama dibabat habis. Stalin memerintahkan seluruh negara untuk mengimplementasikan Rencana Lima Tahun Atheisme.Ia menyatakan bahwa ketika ia menyelesaikan rencana itu, gereja terakhir akan ditutup, imam terakhir akan dihancurkan, Uni Soviet akan menjadi tanah subur bagi ateisme komunis, dan orang tidak akan menemukan jejak agama lagi.

Menurut perkiraan konservatif, sebanyak 42.000 imam disiksa sampai mati dalam kampanye tersebut. Pada tahun 1939, ada lebih dari 100 Gereja Ortodoks di seluruh Uni Soviet terbuka untuk umum, sementara ada lebih dari 40.400 Gereja Ortodoks sebelum Soviet merebut kekuasaan. Sembilan puluh delapan persen dari Gereja dan biara Ortodoks di seluruh Uni Soviet ditutup. Gereja Katolik juga diberantas. Selama periode ini, elit budaya dan intelektual dikirim ke Gulag atau ditembak mati.

Selama Perang Dunia II, untuk mengambil keuntungan dari sumber daya keuangan gereja dan tenaga manusia untuk melawan Jerman, Stalin tampaknya berhenti sejenak dalam penganiayaan terhadap gereja Ortodoks dan gereja Katolik, memberi kesan bahwa ia mungkin merehabilitasi agama-agama ini. Tetapi ia memiliki tujuan yang lebih mendasar dalam pikirannya: untuk melakukan kendali ketat terhadap Gereja Ortodoks dan Gereja Katolik yang dipulihkan sebagai alat untuk melemahkan agama-agama tradisional.

Alexy II dari bekas Uni Soviet dipromosikan menjadi uskup Gereja Ortodoks pada tahun 1961 dan menjadi uskup agung pada tahun 1964. Ia menjadi Patriarkh Moskow pada tahun 1990, sebelum disintegrasi Uni Soviet. Setelah Uni Soviet runtuh, arsip KGB dibuka dengan segera, yang mengungkapkan bahwa Alexy II bekerja untuk KGB (Komitet gosudarstvennoy bezopasnosti, atau Komite Keamanan Negara, agen rahasia polisi Uni Soviet yang efektif).

Belakangan, Alexy II mengaku bahwa ia telah dikompromikan dan merupakan agen Uni Soviet. Ia secara terbuka bertobat: “Mempertahankan satu hal, perlu berkorban di tempat lain. Apakah ada organisasi lain, atau orang lain di antara manusia yang harus memikul tanggung jawab tidak hanya untuk diri mereka sendiri tetapi untuk ribuan nasib lain, di mana pada tahun-tahun itu di Uni Soviet tidak dipaksa untuk bertindak? Namun di hadapan orang-orang itu, untuk siapa kompromi tersebut, keheningan, kepasifan yang dipaksakan atau ungkapan kesetiaan yang diizinkan oleh para pemimpin gereja pada tahun-tahun itu menyebabkan nyeri, di hadapan orang-orang ini, dan tidak hanya di hadapan Tuhan, saya meminta pengampunan, pengertian dan doa.”[3]

Karena itu, agama dijadikan alat untuk mencuci otak dan menipu masyarakat, di bawah kendali roh komunisme yang jahat.

Partai Komunis Uni Soviet tidak menyimpan agama yang tercemar ke wilayahnya sendiri, tetapi secara sistematis memperluas pengaruhnya yang ganas ke seluruh dunia.

b. Penghancuran Budaya, Agama, dan Pemutusan Hubungan Manusia dengan Dewa oleh Partai Komunis Tiongkok

Partai Komunis Tiongkok Menghancurkan Budaya Tradisional Tiongkok

Meskipun Tiongkok tidak memiliki agama tunggal untuk semua rakyatnya seperti di negara lain, orang-orang Tiongkok juga memiliki keyakinan yang kuat pada dewa dan Buddha. Kehidupan keagamaan Tiongkok unik: Tidak seperti daerah lain yang penuh dengan konflik agama, Konfusianisme, Budha, Taoisme, dan bahkan agama-agama Barat hidup berdampingan secara damai di Tiongkok. Keyakinan ini adalah dasar budaya tradisional Tiongkok.

Meskipun banjir besar menyebabkan kehancuran umat manusia, Tiongkok mempertahankan peradaban yang utuh. Sejak itu, bangsa Tiongkok terus berkembang. Tiongkok telah menyimpan catatan sejarah 5.000 tahun yang berkelanjutan dan menciptakan era yang sangat luar biasa yang membuatnya dihargai banyak negara. Tiongkok disebut “Kekaisaran Surgawi.” Budaya Tiongkok sangat memengaruhi seluruh wilayah Asia Timur dan mengarah pada pembentukan ruang peradaban Tiongkok. Pembukaan Jalan Sutra dan penyebaran empat penemuan besar (pembuatan kertas, kompas, bubuk mesiu, dan percetakan) ke Barat mempromosikan peradaban global dan memengaruhi perkembangan Eropa dan bahkan dunia.
Budaya dan kepercayaan Tiongkok yang luar biasa telah diintegrasikan ke dalam sumsum orang-orang Tiongkok dalam kurun waktu 5.000 tahun — dan ini menjadikannya target yang ingin dihancurkan oleh hantu komunisme yang jahat. Namun, adalah mustahil dengan hanya menipu dan menggoda orang-orang Tiongkok untuk melepaskan budaya dan kepercayaan tradisional ribuan tahun dan menerima ideologi komunisme Barat. Oleh karena itu, Partai Komunis Tiongkok menggunakan segala macam taktik jahat selama beberapa dekade kampanye politik yang gigih. Dimulai dengan pembantaian yang kejam, Partai Komunis Tiongkok merusak inti agama, menganiaya para intelektual, dan menghancurkan budaya tradisional Tiongkok, termasuk budaya materialnya (arsitektur, kuil, peninggalan budaya, lukisan antik, barang antik kuno, dan sejenisnya). Partai Komunis Tiongkok berusaha memutuskan hubungan antara Tuhan dengan manusia untuk mencapai tujuannya yaitu menghancurkan budaya tradisional dan menghancurkan manusia.

Sambil menghancurkan budaya tradisional, Partai Komunis Tiongkok juga secara sistematis membangun budaya Partai Komunis Tiongkok yang jahat dan menggunakannya untuk mengolah dan melatih rakyat Tiongkok yang tidak terbunuh untuk dijadikan alat untuk merusak budaya tradisional. Beberapa rakyat Tiongkok mengikuti keinginan hantu komunisme untuk membantai orang lain.

Partai Komunis Tiongkok memahami dengan baik bagaimana menggunakan kepentingan ekonomi, cuci otak politik, dan cara lain untuk membuat orang menyerah pada manipulasi. Gerakan politik, penindasan, dan pembantaian yang berulang-ulang telah membuat Partai Komunis Tiongkok semakin terbiasa dengan taktik ini, dan telah membiarkannya bersiap-siap untuk pertempuran terakhir antara orang-orang benar dan kejahatan di dunia manusia.

Menghancurkan Fondasi Budaya Tradisional

Tuan tanah dan bangsawan dari daerah pedesaan, serta pedagang dan pejabat bergelar sarjana di daerah perkotaan, adalah elit yang membawa budaya tradisional Tiongkok. Mereka memiliki misi mewarisi dan menyebarkan tradisi Tiongkok. Pada tahap awal perebutan kekuasaan pada tahun 1949, Partai Komunis Tiongkok menggunakan serangkaian gerakan, seperti kampanye reformasi tanah, kampanye untuk menekan kontra-revolusioner, dan kampanye Anti-Tiga dan Anti-Lima, untuk membantai tuan tanah dan bangsawan di pedesaan, serta kaum kapitalis di perkotaan. Menjarah kekayaan sosial sambil menciptakan teror, Partai Komunis Tiongkok memusnahkan para elit yang telah mengumumkan budaya tradisional.

Pada saat yang sama, menggunakan metode “penyesuaian institusional” untuk membuat para sarjana “melakukan reformasi secara ideologis” – mengindoktrinasi mereka dengan materialisme, ateisme, dan teori evolusi – Partai Komunis Tiongkok secara sistematis mencuci otak siswa generasi baru, menanamkan kebencian terhadap budaya tradisional. Melalui Gerakan Anti-Kanan di tahun 1950-an, semua intelektual yang tidak taat disingkirkan dan dijatuhi hukuman pendidikan ulang melalui kerja paksa, menempatkan mereka ke kelas masyarakat paling bawah. Partai Komunis Tiongkok membuat para cendekiawan — yang pandangannya dulu dihormati dan telah membimbing masyarakat — menjadi bahan ejekan dan diejek.

Pemberantasan terhadap elit tradisional yang membawa proses mewarisi dan meneruskan budaya tradisional Tiongkok, telah berlangsung beberapa generasi, dan telah berakhir. Orang-orang muda yang hidup tidak lagi dibudayakan, disosialisasikan, dan dipelihara dalam budaya tradisional Tiongkok melalui keluarga, sekolah, masyarakat, atau desa — akibatnya menjadi generasi tanpa budaya tradisional.

Setelah Gerakan Anti-Kanan, baik di keluarga, sekolah, atau masyarakat, tidak ada suara yang merdeka. Namun Partai Komunis Tiongkok masih belum puas. Bagaimanapun, kaum lanjut usia yang masih menyimpan ingatan akan budaya tradisional Tiongkok dan benda-benda material budaya tradisional, termasuk artefak dan bangunan kuno, ada di mana-mana. Selain itu, nilai-nilai tradisional Tiongkok terus diwariskan melalui seni.

Pada tahun 1966, Partai Komunis Tiongkok memprakarsai gerakan yang bertujuan menghancurkan budaya tradisional Tiongkok dalam skala yang lebih besar – Revolusi Kebudayaan Besar. Dengan menggunakan para siswa yang telah dicuci otak setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, Partai Komunis Tiongkok membangkitkan kegelisahan dan pemberontakan remaja, dan menggunakan kampanye “Penghancuran Empat Kuno” yakni ide-ide lama, budaya lama, kebiasaan lama, perilaku lama untuk melampiaskan malapetaka dan kehancuran pada budaya tradisional Tiongkok.

Setelah Revolusi Kebudayaan, api neraka Penghancuran Empat Kuno membara di seluruh negeri Tiongkok. Biara, kuil, patung dan lukisan Buddha, artefak, dan situs budaya tradisional Tiongkok dihancurkan seluruhnya. Inti budaya Tiongkok yang telah diwarisi dan dilestarikan selama ribuan tahun dihancurkan dalam waktu satu malam, tanpa harapan adanya pemulihan.

Sebelum Revolusi Kebudayaan, ada lebih dari 500 kuil dan biara di Beijing. Setiap satu dari ribuan kota di Tiongkok memiliki tembok, kuil, dan biara kuno. Artefak kuno ada di mana-mana. Hanya menggali dengan kedalaman 300 cm di bawah tanah, artefak dari sejarah yang baru saja berlalu dapat ditemukan; digali lebih dalam lagi 600 cm, 900 cm, atau 6 meter, artefak yang tak terhitung jumlahnya yang ditinggalkan oleh dinasti sebelumnya dapat ditemukan. Namun selama Revolusi Kebudayaan, sejumlah besar artefak ini dihancurkan.

Kampanye Penghancuran Empat Kuno tidak hanya menghancurkan tempat praktik keagamaan, doa, dan kultivasi — tempat-tempat kuno yang mewakili keharmonisan antara manusia dan Surga — tetapi juga melenyapkan keyakinan lurus dari hati manusia yang mendasar, seperti kepercayaan pada harmoni antara manusia dan kosmos. Banyak manusia, yang meyakini bahwa tradisi semacam itu tidak relevan, mungkin tidak terlalu memikirkan hal ini, tetapi ketika manusia memutuskan hubungannya dengan dewa, maka manusia akan kehilangan perlindungan dewa dan mendekati jurang yang berbahaya. Pada titik itu, hanya masalah waktu saja.

Selanjutnya, untuk memutus hubungan orang-orang Tiongkok dengan leluhur dan dewa-dewa mereka, Partai Komunis Tiongkok memimpin dalam mengutuk leluhur orang-orang Tiongkok serta mencemarkan dan menolak budaya tradisional Tiongkok. Negara-negara di seluruh dunia biasanya menghormati leluhur dan raja mereka di masa lalu dan menghargai tradisi mereka. Demikian juga, orang bijak dan filsuf sejarah Tiongkok mewariskan budaya kemegahan. Budaya ini adalah harta yang menjadi milik Tiongkok dan dunia serta layak dihargai oleh generasi mendatang.

Namun di mata Partai Komunis Tiongkok dan para propagandanya yang tak tahu malu, kaisar, jenderal, cendekiawan, dan orang-orang berbakat pada zaman Tiongkok kuno tidak ada gunanya. Penghinaan terhadap leluhur sendiri seperti itu memang jarang terjadi sepanjang sejarah. Dipimpin oleh Partai Komunis Tiongkok, orang-orang Tiongkok menjadi penentang Tuhan, menolak leluhur mereka, dan menghancurkan budaya mereka sendiri, menempatkan mereka di jalan yang berbahaya.

Menganiaya Agama

Keyakinan agama adalah komponen vital dari budaya tradisional Tiongkok. Taoisme, Budha, dan Konfusianisme yang dikenal oleh dunia saling terkait dalam kecemerlangam mereka dan bertahan selama ribuan tahun dalam sejarah Tiongkok. Banyak agama Barat juga berperan dalam sejarah Tiongkok.

Setelah Partai Komunis Tiongkok memperoleh kekuasaan melalui kekerasan pada tahun 1949, Partai Komunis Tiongkok mengikuti jejak Uni Soviet. Di satu sisi, Partai Komunis Tiongkok mempromosikan ateisme dan melancarkan serangan ideologis terhadap kepercayaan pada Tuhan. Di sisi lain, sepanjang serangkaian gerakan politik, Partai Komunis Tiongkok menggunakan metode kekerasan dan tekanan yang kejam untuk menekan, menganiaya, dan menghilangkan agama, termasuk melalui pembunuhan para praktisi agama. Penganiayaan terhadap mereka yang berkeyakinan ortodoks menjadi semakin parah, sampai puncaknya dengan dimulainya penganiayaan berdarah terhadap latihan spiritual Falun Gong pada tahun 1999.

Setelah 1949, Partai Komunis Tiongkok mulai menganiaya agama dalam skala besar dan melarang pertemuan keagamaan. Partai Komunis Tiongkok membakar banyak salinan Alkitab dan tulisan suci dari banyak agama lain. Partai Komunis Tiongkok juga menuntut hukuman berat bagi penganut Kristen, Katolik, Tao, dan Buddha, termasuk anggota yang mendaftar ke pemerintah dan bertobat atas kesalahan yang seharusnya. Mereka yang menolak untuk patuh dikenakan hukuman berat.

Pada tahun 1951, Partai Komunis Tiongkok juga secara eksplisit menyatakan bahwa mereka yang terus menghadiri pertemuan keagamaan akan dieksekusi atau dipenjara seumur hidup. Banyak biksu yang diusir dari kuil-kuil atau dipaksa hidup dan bekerja di lingkungan duniawi. Pastor Katolik dan pendeta Barat di Tiongkok dipenjara dan disiksa. Para pendeta Tiongkok juga masuk penjara, sementara orang-orang percaya dieksekusi atau dikirim ke reformasi melalui kerja paksa. Para pendeta dan umat Kristen mengalami nasib yang sama dengan umat Katolik.

Setelah tahun 1949, lebih dari 5.000 uskup dan pastor Katolik Tiongkok dipenjara atau dieksekusi, dan hanya beberapa ratus yang tersisa. Beberapa pendeta asing di Tiongkok dieksekusi. Sisanya diusir. Lebih dari 11.000 umat Katolik dibunuh. Banyak pengikut ditangkap secara sewenang-wenang atau menjadi sasaran denda yang terlalu berat. Menurut statistik yang tidak lengkap, dalam beberapa tahun pertama kebangkitan Partai Komunis Tiongkok, hampir 3 juta pengikut agama dan anggota organisasi keagamaan ditangkap atau dieksekusi.

Seperti Partai Komunis Uni Soviet, untuk memperkuat kepemimpinan atas agama, Partai Komunis Tiongkok membentuk badan pengatur untuk setiap kelompok, seperti Asosiasi Tao Tiongkok, Asosiasi Buddha Tiongkok, dan sejenisnya. Dalam melawan umat Katolik, Partai Komunis Tiongkok mendirikan Asosiasi Patriotik Katolik Tiongkok, yang dikendalikan sepenuh oleh Partai Komunis Tiongkok. Semua asosiasi agama dibuat untuk mengikuti kehendak Partai Komunis Tiongkok, yang mengendalikan dan “mengubah pemikiran” anggota asosiasi agama tersebut. Pada saat yang sama, Partai Komunis Tiongkok memanfaatkan asosiasi agama tersebut untuk melakukan perbuatan yang tidak dapat dilakukan secara langsung oleh hantu komunisme yang jahat, yaitu: untuk menabur perselisihan dan merusak agama-agama ortodoks dari dalam.

Partai Komunis Tiongkok memperlakukan agama Buddha Tibet dengan cara yang sama. Setelah mengirim tentara dan menduduki Tibet pada tahun 1950, Partai Komunis Tiongkok memulai penganiayaan berat terhadap agama Buddha Tibet. Dalai Lama ke-14 melarikan diri dari Tibet pada tahun 1958 dan tinggal di pengasingan di India, yang oleh Partai Komunis Tiongkok dianggap sebagai pemberontakan. Pada bulan Mei 1962, Panchen Lama ke-10 menyerahkan kepada Dewan Negara Partai Komunis Tiongkok sebuah laporan mengenai sabotase budaya Tibet oleh Partai Komunis Tiongkok, terutama tradisi budayanya:

Terlepas dari sejumlah kecil biara, adapun pemusnahan patung Buddha, kitab suci Buddha dan stupa Buddha, pada dasarnya mencakup empat biara besar yang dilindungi, di biara-biara lainnya di Tibet dan di desa-desa, kota-kota kecil dan kota-kota di wilayah pertanian dan penggembalaan hewan yang luas, beberapa kader Han dari pihak kami membuat rencana, kader kami di Tibet akan dimobilisasi, dan beberapa orang di antara aktivis yang tidak memahami alasan berperan sebagai pelaksana rencana tersebut. Mereka membajak nama massa dan mengenakan kedok massa, dan memicu aksi massa besar-besaran untuk memusnahkan patung-patung Buddha. Kitab suci dan stupa Buddha, dilemparkan ke dalam air, dicampakkan di atas tanah, dirobek dan dilelehkan. Mereka secara sembarangan melakukan perusakan secara liar dan tergesa-gesa di biara-biara, aula Buddha, dinding mani dan stupa mani, dan mencuri banyak ornamen dari patung Buddha dan benda-benda berharga dari stupa Buddha. Karena badan pembelian pemerintah tidak berhati-hati dalam membuat perbedaan saat membeli logam non-ferro, mereka membeli banyak patung Buddha, stupa, dan menawarkan kapal yang terbuat dari logam non-ferro dan menunjukkan sikap yang mendorong penghancuran barang-barang ini. Akibatnya, di beberapa desa dan biara tampak seolah-olah hal tersebut bukan hasil tindakan manusia yang disengaja, tetapi tampak seolah-olah secara tidak sengaja dihancurkan oleh pengeboman dan perang yang baru saja berakhir, dan mereka tak tertahankan untuk melihatnya.

Lebih jauh lagi, mereka dengan kejam menghina agama, menggunakan Tripitaka sebagai bahan untuk pupuk, khususnya menggunakan gambar Buddha dan sutra Buddha untuk membuat sepatu. Sungguh sesuatu yang tidak masuk akal. Karena mereka melakukan banyak hal yang bahkan orang gila tidak akan melakukannya, orang-orang dari semua strata sangat terkejut, emosi mereka sangat labil, sangat berkecil hati dan patah hati. Mereka menangis, mengalirkan air mata: ‘Daerah kami telah berubah menjadi daerah gelap,’ dan tangisan-tangisan yang menyayat hati. [4]

Setelah dimulainya Revolusi Kebudayaan pada tahun 1966, banyak Lama dipaksa untuk hidup duniawi, dan banyak tulisan suci yang berharga dibakar. Hingga tahun 1976, dari 2.700 kuil yang semula ada di Tibet, hanya delapan kuil yang tersisa. Kuil Jokhang, yang dibangun lebih dari 1.300 tahun yang lalu — sebelum Dinasti Tang — dan merupakan kuil terpenting di Tibet, juga dirampok selama Revolusi Kebudayaan.

Di Tiongkok, kultivasi Taoisme memiliki sejarah kuno. Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, Laozi meninggalkan Dao De Jing, yang terdiri dari 5.000 karakter, yang merupakan inti kultivasi Tao. Penyebaran Dao De Jing tidak terbatas pada negara-negara Timur; Dao De Jing diterjemahkan ke dalam bahasa asli banyak negara Barat. Namun selama Revolusi Kebudayaan, Laozi dikritik sebagai orang munafik, dan Dao De Jing dianggap sebagai “takhayul feodal.”

Keyakinan inti Konfusianisme adalah kebajikan, kebenaran, kecenderungan moral untuk melakukan hal yang baik, perilaku yang baik, kebijaksanaan, dan kepercayaan. Konfusius menetapkan standar moral selama beberapa generasi. Selama Revolusi Kebudayaan, para pemberontak di Beijing memimpin Pengawal Merah ke Qufu, kampung halaman Konfusius, di mana mereka menyabot dan membakar buku-buku kuno dan menghancurkan ribuan batu nisan bersejarah, termasuk batu nisan Konfusius. Pada tahun 1974, Partai Komunis Tiongkok memulai gerakan lain untuk “Mengkritik Lin [Biao], Mengkritik Konfusius.” Partai Komunis Tiongkok mempertimbangkan pemikiran tradisional Konfusianisme — bagaimana seseorang harus hidup dan standar moral untuk ditegakkan — menjadi tidak berharga.

Yang lebih brutal dan tragis adalah penganiayaan, yang diluncurkan pada bulan Juli 1999 oleh pemimpin Partai Komunis Tiongkok Jiang Zemin, terhadap Falun Gong juga dikenal sebagai Falun Dafa dan para kultivatornya, yang berlatih sejati, baik, dan sabar. Lebih jauh, Partai Komunis Tiongkok melakukan pengambilan organ dari praktisi Falun Gong yang masih hidup, sebuah kejahatan yang belum pernah ada sebelumnya di planet ini.

Selama beberapa dekade, Partai Komunis Tiongkok benar-benar menghancurkan nilai budaya tradisional Tiongkok, nilai-nilai moral, dan kepercayaan dalam kultivasi diri selama ribuan tahun. Akibatnya, manusia tidak lagi percaya pada dewa, berpaling dari dewa, dan mengalami kekosongan spiritual dan kerusakan nilai-nilai moral. Dengan demikian, masyarakat semakin memburuk dari hari ke hari.

2. Di Barat: Menyusup dan Membatasi Agama

Roh jahat komunisme juga membuat pengaturan sistematis untuk menyerang umat beragama di negara-negara non-komunis. Melalui Partai Komunis Uni Soviet dan Partai Komunis Tiongkok, hantu komunisme menggunakan uang dan mata-mata untuk menyusup ke lembaga keagamaan di negara lain, dengan dalih “pertukaran agama,” untuk melemahkan keyakinan lurus atau untuk langsung menyerang lembaga keagamaan tersebut dan memperkenalkan ideologi sosialis dan komunis dalam agama, yang kemudian akan menyebabkan orang-orang yang percaya terus menyembah dan mempraktikkan agama-agama yang telah diubah oleh ideologi komunis.

a. Penyusupan Agama

Curtis Bowers, produser dokumenter Agenda—Grinding America Down, menemukan kesaksian yang diberikan di hadapan Kongres AS pada tahun 1953 oleh Manning Johnson, seorang anggota Partai Komunis tingkat tinggi. Manning Johnson berkata:

Begitu taktik penyusupan ke organisasi keagamaan ditetapkan oleh Kremlin, mekanisme sebenarnya untuk menerapkan ‘garis baru’ adalah pertanyaan yang menyertai pengalaman umum gerakan gereja yang masih hidup di Rusia, di mana Komunis menemukan bahwa penghancuran agama dapat dilanjutkan jauh lebih cepat melalui penyusupan gereja oleh agen Komunis yang beroperasi di dalam gereja itu sendiri…

Secara umum, idenya adalah untuk mengalihkan penekanan pemikiran pendeta dari spiritual ke material dan politik — secara politik, tentu saja, adalah politik yang didasarkan pada doktrin Komunis mengenai penaklukan kekuasaan. Alih-alih menekankan pada hal-hal spiritual dan jiwa, penekanan yang baru dan berat adalah untuk berurusan dengan hal-hal yang, utamanya, mengarah pada “tuntutan langsung” program Komunis. Tentu saja tuntutan sosial ini berasal dari sebuah sifat yang diperjuangkan oleh mereka yang akan cenderung melemahkan masyarakat kita saat ini dan mempersiapkannya untuk penaklukan terakhir oleh pasukan Komunis.

Roh jahat komunisme memang bertindak dengan cara seperti ini. Sebagai contoh, beberapa Marxis menyamar untuk menyusup ke gereja-gereja Kristen di Amerika Serikat. Mereka mulai memasuki seminari-seminari pada tahun 1980-an hingga 1990-an dan salah mendidik para pendeta dan pastor, generasi demi generasi, yang kemudian berlanjut memengaruhi agama di Amerika Serikat.

Sejarawan Bulgaria, Momchil Metodiev, setelah penelitian mendalam terhadap arsip era Perang Dingin dari Partai Komunis Bulgaria, mengungkap fakta bahwa jaringan intelijen komunis Eropa Timur bekerja sama yang erat dengan komite keagamaan Partai untuk mempengaruhi dan menyusup ke organisasi keagamaan internasional. [5]

Pada skala global, satu organisasi yang secara bermakna disusupi oleh komunisme di Eropa Timur adalah World Council of Churches. Didirikan pada tahun 1948, World Council of Churches adalah organisasi antar-gereja Kristen di seluruh dunia. Anggotanya termasuk gereja-gereja dari berbagai bentuk arus utama Kekristenan, yang mewakili sekitar 590 juta orang dari 150 negara yang berbeda. Karena itu, World Council of Churches adalah kekuatan utama dalam lingkaran agama dunia.

Namun, World Council of Churches adalah organisasi keagamaan internasional pertama yang menerima negara-negara komunis (termasuk Uni Soviet dan negara-negara bawahannya) sebagai anggota selama Perang Dingin dan menerima dukungan keuangan dari negara-negara komunis.

Penyusupan komunis ke dalam World Council of Churches mencakup kemenangan penting, seperti pemilihan uskup metropolitan Leningrad, Nikodim (nama kelahiran Boris Georgievich Rotov), sebagai presiden World Council of Churches pada tahun 1975. Kemenangan lain adalah peran selama puluhan tahun yang dimainkan oleh mata-mata komunis Bulgaria bernama Todor Sabev, yang menjabat sebagai wakil sekretaris jenderal World Council of Churches antara tahun 1979 hingga 1993.

Momchil Metodiev mencatat bahwa pada tahun 1970-an, Nikodim memimpin penyusupan di bawah arahan KGB, dengan dukungan dari para uskup dan agen-agen di Bulgaria. [6]

Berdasarkan dokumen KGB yang dirilis dari tahun 1969, sejarawan dan profesor Universitas Cambridge Christopher Andrew menulis bahwa selama Perang Dingin, perwakilan penting Gereja Ortodoks Rusia di World Council of Churches secara diam-diam bekerja untuk KGB, memberikan pengaruh rahasia pada kebijakan dan operasi World Council of Churches. Dokumen KGB yang dirilis dari tahun 1989 menunjukkan bahwa perwakilan Gereja Ortodoks Rusia yang dikendalikan KGB ini berhasil memasukkan agenda mereka ke dalam komunikasi publik World Council of Churches. [7]

Jika kita memahami bagaimana komunis Eropa Timur menyusup dan memanipulasi gereja-gereja, tidak sulit untuk memahami mengapa World Council of Churches mengabaikan oposisi para anggotanya dan bersikeras mendanai Front Persatuan Patriotik Nasional Uni Afrika pada Januari 1980. Persatuan Patriotik Nasional Uni Afrika adalah kelompok gerilyawan komunis yang terkenal jahat yang diketahui membunuh para misionaris dan menembak jatuh pesawat komersial.

World Council of Churches juga disusupi oleh Partai Komunis Tiongkok melalui Dewan Kristen Tiongkok, sebuah alat Partai Komunis Tiongkok untuk mengendalikan agama. Dewan Kristen Tiongkok adalah satu-satunya perwakilan resmi komunis Tiongkok di World Council of Churches, dan karena pengaruh moneter dan pengaruh lainnya, World Council of Churches telah bertahun-tahun lamanya sejalan dengan kepentingan Partai Komunis Tiongkok.

Sekretaris jenderal World Council of Churches secara resmi mengunjungi Tiongkok pada awal 2018 dan bertemu dengan beberapa organisasi Kristen yang dikendalikan Partai Komunis Tiongkok, termasuk Dewan Kristen Tiongkok, Komite Nasional Gerakan Tiga-Diri Patriotik dari Gereja-Gereja Protestan di Tiongkok, dan Administrasi Negara untuk Agama Urusan. Di Tiongkok, jumlah anggota kelompok Kristen yang tidak resmi (gereja bawah tanah) jauh lebih besar daripada yang resmi; namun delegasi World Council of Churches tidak mengatur pertemuan dengan kelompok Kristen yang tidak resmi, untuk menghindari perselisihan dengan Beijing.

b. Membatasi Agama

Penyusupan roh jahat komunisme di Barat ada di mana-mana, dan agama telah dibanjiri oleh ideologi dan perilaku yang menjelek-jelekkan Tuhan. Ide seperti “pemisahan gereja dan negara” dan “kebenaran politik” yang berasal dari komunisme telah digunakan untuk memarginalkan dan menyabotase agama-agama yang benar dan ortodoks.

Amerika Serikat dibangun sebagai satu bangsa di bawah Tuhan. Saat dilantik, semua presiden Amerika Serikat meletakkan salah satu tangannya di atas Alkitab dan meminta Tuhan untuk memberkati Amerika Serikat. Saat ini, ketika orang-orang beragama mengkritik perilaku, ide, dan kebijakan yang menyimpang dari Tuhan, atau ketika mereka berbicara menentang aborsi atau homoseksualitas, yang dilarang oleh Tuhan, komunis di Amerika Serikat atau kaum militan Kiri melakukan serangan. Mereka menggunakan “pemisahan gereja dan negara” untuk mengatakan bahwa agama seharusnya tidak ada hubungannya dengan politik, dan dengan demikian berusaha untuk membatasi kehendak Tuhan serta membatasi peringatan dan pembatasan pada perilaku manusia yang ditetapkan oleh Tuhan.

Selama ribuan tahun, Tuhan telah membuat diri mereka dikenal oleh manusia yang beriman. Manusia yang setia dengan kepercayaan yang benar merupakan mayoritas masyarakat di masa lalu dan memiliki pengaruh yang sangat positif terhadap moralitas sosial. Saat ini, manusia hanya dapat berbicara mengenai kehendak Tuhan di gereja. Di luar gereja, manusia tidak dapat mengkritik atau menolak upaya yang merusak parameter Tuhan dalam perilaku manusia. Agama hampir kehilangan fungsinya dalam menjaga moralitas masyarakat, dan sebagai akibatnya, moralitas di Amerika Serikat telah runtuh bagai tanah longsor.

Dalam beberapa tahun terakhir, kebenaran politik telah dipromosikan ke ketinggian baru, ke titik di mana orang ragu-ragu untuk mengatakan “Selamat Natal” di negara yang didirikan berdasarkan agama Kristen. Ini terjadi hanya karena beberapa orang mengklaim bahwa tindakan tersebut adalah salah secara politis dan menyakiti perasaan orang-orang non-Kristen. Demikian pula, ketika orang secara terbuka berbicara mengenai kepercayaan mereka kepada Tuhan atau berdoa kepada Tuhan, beberapa orang mengklaim tindakan ini sebagai diskriminasi terhadap penganut kepercayaan lain, termasuk orang yang tidak percaya. Sebenarnya, semua orang harus diizinkan untuk mengekspresikan keyakinan mereka, termasuk menghormati Tuhan mereka, dengan cara mereka sendiri, dan hal ini tidak ada hubungannya dengan diskriminasi.

Di sekolah zaman sekarang, kelas-kelas yang melibatkan kepercayaan lurus dan nilai-nilai tradisional tidak diizinkan untuk diajarkan. Guru tidak boleh berbicara mengenai Penciptaan, karena alasan sains belum membuktikan keberadaan Tuhan. Ilmu pengetahuan juga belum membuktikan ateisme dan evolusi — tetapi teori-teori ini diajarkan sebagai kebenaran di sekolah. Di sisi lain, pidato yang menyerang, menolak, dan memfitnah Tuhan, semuanya dilindungi dan dimuliakan di bawah panji kebebasan berbicara.

Penyusupan roh jahat komunisme terhadap masyarakat, dan pengekangan dan manipulasinya terhadap agama, budaya, pendidikan, seni, dan hukum, merupakan masalah yang sangat kompleks dan sistemik. Kami akan membahasnya secara rinci di bab-bab selanjutnya.

3. Teologi Roh Jahat Komunisme yang Membelit

Pada abad yang lalu, berbagai teologi yang diputarbalikkan masih berlaku ketika pemikiran komunis menyapu dunia religius, merongrong pendeta serta menyusup dan merusak agama-agama ortodoks secara halus. Pendeta tanpa malu-malu menafsirkan tulisan suci sesuai dengan keinginannya, memutarbalikkan ajaran lurus yang ditinggalkan oleh makhluk yang tercerahkan dari agama ortodoks. Khususnya pada tahun 1960-an, “teologi revolusioner,” “teologi harapan,” “teologi politik,” dan teologi-teologi yang diputarbalikkan lainnya yang jenuh dalam pemikiran Marxis menebarkan kekacauan di dunia keagamaan.

Banyak pastor di Amerika Latin yang dididik di seminari Eropa pada abad terakhir sangat dipengaruhi oleh teori teologis baru yang telah diubah oleh tren komunis. “Teologi Pembebasan” adalah aktif di Amerika Latin pada abad ke-20 selama tahun 1960-an hingga 1980-an. Perwakilan utamanya adalah pastor Peru bernama Gustavo Gutiérrez.

Teologi pembebasan memperkenalkan perjuangan kelas dan pemikiran Marxian langsung ke dalam agama, dan menafsirkan belas kasihan Tuhan bagi umat manusia dalam arti bahwa orang miskin harus dibebaskan — dan, dengan demikian, bahwa orang-orang beragama harus mengambil bagian dalam perang kelas agar orang miskin mendapatkan status yang setara. Aliran pemikiran ini menggunakan instruksi Tuhan bagi Musa untuk memimpin orang-orang Yahudi keluar dari Mesir sebagai landasan teoretis untuk keyakinan bahwa agama Kristen harus membebaskan orang miskin.

Teologi yang muncul ini, yang menekankan perang kelas dan pendirian sosialisme, sangat dipuji oleh Fidel Castro, pemimpin Partai Komunis Kuba. Meskipun Gereja Katolik tradisional telah menolak proliferasi dari teologi baru ini, Paus yang baru yang ditunjuk pada tahun 2013, mengundang perwakilan teologi pembebasan, Gustavo Gutiérrez sebagai tamu utama untuk menghadiri konferensi pers di Vatikan pada tanggal 12 Mei 2015, yang menunjukkan saat ini Gereja Katolik secara diam-diam setuju dan mendukung teologi pembebasan.
Teologi pembebasan pertama-tama menyebar ke Amerika Selatan dan kemudian ke seluruh dunia. Di berbagai belahan dunia, muncul banyak teologi yang mirip dengan teologi pembebasan, seperti “teologi hitam,” “teologi wanita,” “teologi Kematian Tuhan,” “teologi liberal,” dan bahkan “Teologi queer” yang dikenal mendukung kebebasan hak seksual. Teologi yang telah diputarbalikkan sangat mengganggu kepercayaan Katolik, Kristen, dan ortodoks lainnya di seluruh dunia.

Selama tahun 1970-an, di Amerika Serikat, pemimpin Kuil Rakyat Murid-Murid Kristus yang terkenal (disingkat “Kuil Rakyat”), yang menyebut dirinya reinkarnasi Lenin, adalah seorang pengikut Marxis dan menetapkan ajaran asli Marxisme- Leninisme dan Pemikiran Mao Zedong sebagai doktrin Kuil Rakyat. Ia mengklaim bahwa ia berdakwah di Amerika Serikat untuk mencapai cita-cita komunismenya.

Setelah membunuh anggota Kongres Amerika Serikat bernama Leo Ryan, yang sedang menyelidiki tuduhan terhadap Kuil Rakyat, pemimpin Kuil Rakyat tahu bahwa akan sulit baginya untuk melarikan diri, maka dengan kejam ia memaksa pengikutnya untuk melakukan bunuh diri massal. Bahkan ia membunuh pengikut yang tidak mau bunuh diri bersamanya. Pada akhirnya, lebih dari 900 orang melakukan bunuh diri atau terbunuh. Sekte ini menodai reputasi agama dan memengaruhi iman orang benar dalam agama ortodoks. Dengan demikian, sangat berdampak negatif terhadap orang-orang pada umumnya.

4. Kekacauan Agama

Buku The Naked Communist atau Kaum Kaum Komunis Apa Adanya, yang diterbitkan pada tahun 1958, mencantumkan 45 target di Amerika Serikat untuk dihancurkan komunisme. Yang mengejutkan, sebagian besar tujuan telah tercapai. No. 27 dalam daftar tersebut menyatakan: “Menyusup ke gereja-gereja dan mengganti agama yang diwahyukan dengan agama ‘sosial’. Mendiskreditkan Alkitab… ”[8]

Di sektor keagamaan saat ini, tiga agama ortodoks asli khususnya — Kristen, Katolik, dan Yudaisme (bersama-sama disebut sebagai agama yang diwahyukan) —telah diubah secara jahat dan dikendalikan oleh roh jahat komunisme, dan telah kehilangan fungsi yang dimiliki dalam bentuk agama yang asli. Umat baru yang didirikan atau diubah secara iblis dengan prinsip dan konsep komunis telah menjadi penyebaran langsung ideologi komunis. Agama adalah batu penjuru yang penting dalam menjaga kelancaran dan normal operasi dunia Barat, namun agama telah berubah bentuk oleh roh komunisme sehingga tidak dapat dikenali lagi.

Di gereja-gereja dari berbagai agama saat ini, banyak uskup dan pendeta secara bersamaan mengumumkan teologi yang menyimpang, sementara juga merusak dan mendampingi para pengikutnya dalam serangkaian skandal tanpa henti. Banyak orang percaya pergi ke gereja karena mereka pikir itu adalah hal yang beradab untuk melakukan atau bahkan bentuk hiburan atau kehidupan sosial, tetapi mereka tidak benar-benar berkomitmen untuk mengembangkan karakter mereka.

Agama telah dirusak dari dalam. Hasilnya adalah manusia kehilangan kepercayaan pada agama dan keyakinan lurus pada Buddha, Tao, dan dewa. Akibatnya manusia akhirnya meninggalkan kepercayaan mereka. Jika manusia tidak percaya pada yang Ilahi, para dewa tidak akan melindunginya, dan pada akhirnya, umat manusia akan dihancurkan.

Pada tanggal 29 Juni 2017, Departemen Kepolisian Victoria di Australia mengadakan konferensi pers singkat untuk mengumumkan bahwa “karena tuduhan yang dibuat oleh banyak penggugat,” maka Kardinal Australia George Pell akan menghadapi tuduhan terkait dengan pelanggaran seksual. George Pell menjadi uskup agung Melbourne pada tahun 1996 dan menjadi kardinal pada tahun 2003. Pada bulan Juli 2014, di bawah penugasan oleh Paus Francis, George Pell mengambil tanggung jawab untuk mengawasi semua transaksi keuangan di Vatikan. George Pell memiliki kekuatan luar biasa dan merupakan orang nomor 3 di Vatikan.

Pada tahun 2002, Boston Globe membawa serangkaian laporan mengenai pelecehan seksual terhadap anak-anak oleh pastor Katolik di Amerika Serikat. Investigasi wartawan mengungkapkan bahwa selama beberapa dekade, hampir 250 pastor Boston telah melakukan pelecehan terhadap anak-anak, dan bahwa gereja, dalam upaya menutupi hal itu, menggeser pastornya dari satu daerah ke daerah lain, daripada memberitahu polisi. Para pastor terus menganiaya anak-anak di daerah baru, sehingga memakan lebih banyak korban.

Peristiwa serupa dengan cepat menyebar ke seluruh Amerika Serikat. Rahasia terbuka meluas ke para pastor di negara-negara lain di mana ada kehadiran agama Katolik, termasuk Irlandia, Australia, dan lainnya. Kelompok-kelompok agama lain mulai secara terbuka mengecam kecurangan Gereja Katolik Roma.

Akhirnya, di bawah tekanan publik, Santo Yohanes Paulus II terpaksa mengadakan konferensi di Vatikan untuk para kardinal Katolik Amerika Serikat, di mana Vatikan mengakui bahwa pelecehan seksual terhadap anak-anak adalah kejahatan dan menyatakan bahwa struktur administrasi gereja akan direformasi. Selanjutnya, gereja akan mengusir para pastor yang melecehkan anak-anak secara seksual, dan para penjahat akan dipenjara. Sejauh ini, gereja telah membayar lebih dari 2 miliar dolar Amerika Serikat untuk penyelesaian pelanggaran.

Menguras uang orang-orang beriman atas nama agama juga sudah biasa terjadi. Sebagai contoh, di Tiongkok, berbagai agama telah menggelapkan uang secara merajalela dengan memanfaatkan kepercayaan orang-orang percaya terhadap Buddha, Tao, dan dewa, yang secara efektif mengubah agama menjadi sebuah bisnis. Uang dikenakan untuk upacara keagamaan dan untuk menyembah dengan membakar dupa, dengan biaya kadang-kadang sebesar hingga 100.000 yuan (15.000 dolar Amerika Serikat).

Lebih banyak gereja dan kuil telah dibangun, tampak semakin indah di permukaan, sementara kepercayaan yang benar kepada Tuhan semakin berkurang. Murid yang benar-benar berkultivasi semakin sedikit. Banyak kuil dan gereja telah menjadi tempat berkumpulnya roh-roh jahat dan hantu, dan kuil-kuil di Tiongkok telah berubah menjadi situs wisata komersial di mana para biksu mendapat gaji, dan kepala biara Budha dan Daois memimpin sebagai CEO.

Selama mempelajari laporan Kongres ke-19 Partai Komunis Tiongkok, wakil ketua Asosiasi Buddha Tiongkok mengklaim pada “Program Pelatihan untuk Semangat Kongres ke-19” bahwa “Laporan Kongres ke-19 adalah tulisan suci kontemporer umat Buddha, dan saya telah menyalinnya tiga kali.” Ia juga menyatakan,“ Partai Komunis Tiongkok adalah Buddha dan Bodhisattva masa kini, dan laporan Kongres ke-19 adalah tulisan suci kontemporer umat Buddha di Tiongkok, dan bersinar bersama dengan kepercayaan Partai Komunis yang berkilau.”

Ada juga orang-orang yang meminta umat Buddha untuk mengikuti teladannya dan menerapkan metode menyalin tulisan tangan untuk menyalin laporan Kongres ke-19 tersebut dengan hati yang saleh sehingga mereka dapat mengalami pencerahan. Ketika laporan berita ini diterbitkan di Institut Buddha Nanhai di Provinsi Hainan, hal tersebut menimbulkan kontroversi besar dan akhirnya dihapus. Namun laporan tersebut tersebar luas di internet.

Kejadian ini menunjukkan bahwa agama Buddha yang resmi di Tiongkok penuh dengan biksu-politisi dan pada dasarnya bukanlah komunitas kultivasi. Sebagai gantinya, agama Buddha yang resmi Tiongkok telah menjadi alat yang digunakan oleh Partai Komunis Tiongkok untuk menjalankan perintahnya.

Selama lebih dari seribu tahun, para uskup di seluruh dunia secara langsung ditunjuk atau diakui oleh Vatikan. 30 Atau lebih uskup yang sebelumnya diakui oleh Vatikan di wilayah Tiongkok belum diakui oleh Partai Komunis Tiongkok. Demikian juga, Vatikan dan umat Katolik di Tiongkok yang setia pada Vatikan (khususnya orang-orang beriman bawah tanah) belum mengakui uskup yang ditunjuk Partai Komunis Tiongkok. Namun, di bawah paksaan dan bujukan yang terus-menerus oleh Partai Komunis Tiongkok, baru-baru ini Paus memulai percakapan dengan Partai Komunis Tiongkok yang tampaknya Vatikan mengakui para uskup yang ditunjuk oleh Partai Komunis Tiongkok. Dengan demikian, para uskup yang sebelumnya ditunjuk oleh Vatikan akan disingkirkan.

Gereja adalah komunitas iman yang tujuannya adalah untuk memungkinkan orang percaya untuk memupuk, mengangkat moralitas mereka, dan akhirnya kembali ke Surga. Ketika di dunia terjadi kesepakatan antara manusia dengan roh jahat untuk memberontak melawan Tuhan, di mana roh komunisme diizinkan untuk mengatur dan mengangkat para uskup dan dengan demikian bertanggung jawab atas hal-hal yang menyangkut kepercayaan puluhan juta umat Katolik di Tiongkok, bagaimana Tuhan memandang hal ini? Apa yang akan terjadi pada puluhan juta umat Katolik di Tiongkok di masa depan?

Di Tiongkok, sebuah negara dengan budaya tradisional yang kaya, roh komunisme dengan susah payah mengatur sistem untuk menghancurkan budaya tradisional, menghancurkan agama-agama ortodoks, dan memusnahkan tubuh fisik manusia, sementara secara serentak meremehkan masyarakat dan memutuskan hubungan manusia dengan para dewa — semuanya bertujuan untuk menghancurkan manusia.

Di Barat dan bagian lain dunia, roh komunisme menggunakan penipuan dan penyusupan untuk menjelek-jelekkan agama-agama ortodoks dan untuk membingungkan dan menyesatkan manusia sehingga manusia melepaskan kepercayaan ortodoks. Dengan demikian manusia semakin menjauh dari para dewa sampai akhirnya manusia menghadapi kehancuran total. Tidak peduli apa pun cara yang digunakan oleh roh jahat komunisme, tujuan utamanya tetap sama — untuk menghancurkan umat manusia.

Lanjut Baca Bab Tujuh.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Pospielovsky, Dimitry V. 1987. History Of Marxist-Leninist Atheism And Soviet Antireligious: A History Of Soviet Atheism In Theory And Practice And The Believer. Springer. p. 80

[2] https://www.loc.gov/exhibits/archives/ae2bkhun.html

[3] From an interview of Patriarch Alexy II, given to “Izvestia” No 137, 10 June 1991, entitled “Patriarch Alexy II: – I Take upon Myself Responsibility for All that Happened”, English translation from Nathaniel Davis, A Long Walk to Church: A Contemporary History of Russian Orthodoxy, (Oxford: Westview Press, 1995), p 89. See also History of the Russian Orthodox Church Abroad, by St. John (Maximovich) of Shanghai and San Francisco, 31 December 2007

[4] From the Heart of the Panchen Lama, Central Tibetan Administration, India, 1998, http://tibet.net/wp-content/uploads/2015/04/FROM-THE-HEART-OF-THE-PANCHEN-LAMA-1998.pdf

[5] Momchil Metodiev, Between Faith and Compromise: The Bulgarian Orthodox Church and the Communist State (1944-1989) (Sofia: Institute for Studies of the Recent Past/Ciela, 2010).

[6] Ibid.

[7] Christopher Andrew, “KGB Foreign Intelligence from Brezhnev to the Coup,” In Wesley K. Wark (ed.), Espionage: Past, Present, Future? (London: Routledge, 1994), 52.

[8] W. Cleon Skousen, The Naked Communist (Salt Lake City: Izzard Ink Publishing, 1958, 2014), Chapter 12.