Home Blog Page 1846

Korban Serangan Teroris di Masjid Selandia Baru Menjadi 50 Orang

0

Epochtimes.id- Jumlah korban tewas dalam serangan teroris yang dikonfirmasi terhadap dua masjid di Pulau Selatan di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (17/3/2019) telah meningkat menjadi 50 orang. Angka ini bertambah setelah penyelidik kepolisian menemukan korban lain saat mengeluarkan mayat-mayat dari Tempat Kejadian Perkara (TKP).

“Dengan sedih saya menyatakan bahwa jumlah korban yang meninggal dalam kasus ini kini telah meningkat menjadi 50 orang. Sampai tadi malam kami berhasil mengambil semua korban dari kedua TKP itu. Dengan melakukan itu kami dapat menemukan korban lebih lanjut,” kata Komisaris Polisi Selandia Baru, Minggu (17/3/2019).

Mayat korban dalam serangan yang diyakini dalam rangka menghasut yang dilakukan oleh tersangka supremasi kulit putih belum dikembalikan kepada keluarga korban karena penyelidikan masih berlangsung. Polisi Selandia Baru menyatakan kepada wartawan di Wellington bahwa pihaknya bekerja secepat mungkin.

Tersangka utama orang Australia, bernama Brenton Harrison Tarrant, usia 28 tahun, telah didakwa atas kasus pembunuhan sejak 16 Maret 2019. Diborgol dan mengenakan jas putih, ia berdiri berdiam diri di Pengadilan Distrik Christchurch di mana ia dikirim tanpa pembelaan.

Ia dijadwalkan kembali ke pengadilan pada 5 April 2019 dan polisi mengatakan kemungkinan ia akan menghadapi tuntutan lebih lanjut.

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern mengatakan serangan yang terjadi sebagai aksi  terorisme. Serangan itu pembunuhan massal terburuk dalam sejarah Selandia Baru pada saat yang damai. PM Selandia Baru menilai serangan telah meningkatkan tingkat ancaman keamanan nasional ke level tertinggi.

Penemuan jenazah korban ke-50 yang mengerikan di masjid Al Noor, di mana lebih dari 40 orang tewas setelah seorang pria bersenjata masuk dan secara acak menembaki orang-orang dengan senapan semi-otomatis. Aksi ini dilakukan sebelum melakukan perjalanan ke masjid kedua di mana perjalanan hanya ditempuh dalam waktu setengah jam.

Mike Bush merinci sebanyak 50 orang lagi terluka, di mana 36 orang dirawat di Rumah Sakit Christchurch, dua orang dalam perawatan intensif, dan seorang anak dirawat di rumah sakit khusus anak-anak.

Polisi tidak percaya ketiga orang lainnya yang ditangkap pada 15 Maret 2019 terlibat dalam serangan itu. Dua pria tersebut menghadapi dakwaan yang tidak terkait atau “tersentuh” dengan serangan itu, sementara wanita itu telah dibebaskan.

‘Pahlawan’ Dipuji karena Mengganggu Konsentrasi Si Penembak

Seorang pria di masjid kedua di pinggiran Linwood dipuji sebagai pahlawan karena mencegah kematian lebih lanjut dengan mengalihkan perhatian dan menghadapi penembak.

Abdul Aziz (48) mengatakan kepada media setempat bahwa ia mendengar tembakan dan berlari keluar masjid, meneriaki pria bersenjata itu dan menariknya menjauh dari gedung seperti dilaporkan Newshub.

Abdul Aziz, yang berasal dari Afghanistan, mengatakan dirinya mengambil salah satu senjata penembak yang dibuang dan mengancam pria itu hingga meninggalkan tempat.

Polisi kemudian menabrakkan kendaraan yang mereka yakini sebagai kendaraan si penembak dan menangkap Brenton Harrison Tarrant.

“Dua petugas polisi itu bertindak dengan keberanian yang luar biasa. Mereka mencegah supaya tidak banyak memakan korban dan mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk bertindak,” kata Mike Bush.

Layanan gereja untuk para korban serangan telah diadakan di seluruh negeri, termasuk di “Cardboard Cathedral, di Christchurch, sebuah bangunan sementara yang dibangun setelah banyak kehancuran di pusat kota pusat akibat gempa bumi tahun 2011.

Tiga puluh enam orang masih dirawat di Rumah Sakit Christchurch, di mana 11 orang dirawat di perawatan intensif, dan seorang anak dipindahkan ke rumah sakit anak-anak di Auckland.

Sebuah pusat dukungan darurat telah didirikan di Hagley College, sebuah sekolah di seberang taman  masjid Al Noor. Sejumlah teman dan kerabat korban masuk, dengan seorang wanita membawa sandwich dan falafel.

Seorang siswa setempat, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan seorang temannya telah terbunuh.

“Ia belajar untuk menjadi pilot dan kami melihatnya saat kelas pagi. Lalu ia pergi ke masjid ini seperti biasanya dan kami tidak mendengar kabar darinya. Sekitar tengah malam, saya mendapat telepon dari seorang teman yang mengatakan bahwa ia telah meninggal,” katanya.

Sebagian besar korban adalah migran dari negara-negara seperti Pakistan, India, Malaysia, Indonesia, Turki, Somalia dan Afghanistan.

Komisaris Tinggi Pakistan mengatakan enam warga negaranya tewas dan tiga warganegaranya hilang.

Reformasi Senjata

Brenton Harrison Tarrant tidak memiliki sejarah kriminal sebelumnya dan tidak terdaftar dalam pantauan di Selandia Baru atau Australia.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinta Ardern sebelumnya mengkonfirmasi Brenton Harrison Tarrant sebagai pemilik senjata berlisensi. Ia diduga menggunakan lima senjata, termasuk dua senjata semi-otomatis dan dua senapan yang telah dimodifikasi.

“Saya dapat memberitahu anda satu hal sekarang, Undang-Undang senjata kami akan berubah,” katanya kepada wartawan pada 16 Maret 2019, dengan mengatakan larangan senjata semi-otomatis dapat dipertimbangkan untuk meminimalkan kerusakan yang disebabkan oleh serangan di masa depan.

Di masa lalu Selandia Baru berusaha memperketat Undang-Undang senjata api. Namun, upaya ini dibatalkan karena budaya perburuan satwa liar di negara itu. Ditambah dengan kuatnya lobi dari kelompok kepemilikan senjata api.

Diperkirakan ada 1,5 juta senjata api di Selandia Baru, yang memiliki populasi 5 juta. Negara ini telah mengalami tingkat kekerasan senjata yang rendah. (Vivi/asr)

Oleh Praveen Menon and Tom Westbrook

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=wLA7gvu7bEo

Banyak Warga Asing Tewas Akibat Penembakan Teroris di Selandia Baru

0

oleh Xia Yu

Pada Jumat (15/3/2019), masjid di Christchurch, Selandia Baru mendapat serangan penembakan membabibuta oleh teroris.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan bahwa tersangka penembakan itu adalah orang yang melakukan perjalanan ke seluruh dunia dan bukan penduduk permanen Selandia Baru. Korban termasuk warga dari banyak negara.

Hari Jumat, tersangka melakukan penembakan membabibuta di 2 buah masjid di Christchurch hingga menewaskan 49 orang dan lebih 40 orang terluka.

Pada konferensi pers di ibukota Wellington, Jacinda Ardern mengatakan bahwa tersangka adalah seorang warga Australia, ia kadang ke Selandia Baru untuk berwisata dan tinggal untuk jangka waktu yang berbeda.

“Ia seharusnya bukan penduduk permanen (selandia Baru), katanya.

Jacinda Ardern juga mengatakan, tersangka itu bukan orang yang masuk daftar pengawasan pemerintah Selandia Baru atau pihak berwenang Australia. Pada saat serangan, tersangka berada di Dunedin, Selandia Baru.

Usai mengevakuasi warga yang berada di sekitar kediaman tersangka di Dunedin sebagai tindakan pencegahan. Polisi menemukan dua alat peledak dalam mobil tersangka.

Jacinda Ardern mengatakan, setelah 2 buah masjid mengalami serangan teroris, ia langsung mendatangi Christchurch. Dalam konperensi persnya ia mengatakan : “Seperti seluruh negeri, kita bersatu dalam kesedihan”.

Polisi menangkap 4 orang dalam insiden itu. Seorang pria berusia 28 tahun didakwa melakukan pembunuhan dan ia akan muncul di pengadilan pada Sabtu pagi waktu setempat.

Polisi Selandia Baru mengeluarkan pesan melalui Twitter bahwa dengan mempertimbangkan risiko keamanan yang tinggi, tersangka akan diadili dalam ruang tertutup.

Sekitar 2 orang lainnya ditangkap karena memiliki senjata. Orang keempat yang ditangkap adalah “anggota sipil yang memegang senjata tetapi tertarik membantu polisi”, tambah Ardern. tetapi ia kemudian mengatakan bahwa orang ini telah dibebaskan.

Komisaris polisi Selandia Baru Mike Bush mengatakan, polisi sedang menyelidiki hubungan mereka dengan insiden itu. Dia menambahkan bahwa 2 orang yang terluka berada dalam kondisi kritis yang di antaranya termasuk seorang anak berusia 4 tahun.

Ardern mengatakan, setelah insiden itu, undang-undang senjata Selandia Baru harus diubah. Ia menambahkan bahwa kewarganegaraan para korban meninggal ataupun terluka dalam penembakan itu termasuk Pakistan, Turki, Arab Saudi, Indonesia dan Malaysia.

“Sekarang sudah saatnya merubah peraturan tentang kepemilikan senjata api”, sebut Ardern.

“Ini adalah hari yang paling gelap” dan ia menggambarkan bahwa tersangka adalah orang yang berpandangan ekstrem, dan pandangan ini tidak ada pasar di Selandia Baru dan seluruh dunia.

Ini adalah peristiwa pembantaian yang paling serius di masa damai di Selandia Baru, dan Selandia Baru telah menaikkan peringkat ancaman keamanannya ke level tertinggi. Ardern mengatakan : “Sekarang ini (insiden) hanya dapat digambarkan sebagai serangan teroris”.

Ketika Presiden Trump berbicara di Kantor Oval pada hari Jumat, ia menyebut serangan masjid Selandia Baru sebagai serangan teroris. Trump mengatakan : “Setelah serangan teroris yang mengerikan di dua masjid, saya berbicara dengan Perdana Menteri Selandia Baru Ardern dan menyatakan rasa sedih dari seluruh negara kita.”

“Tempat-tempat ibadah yang sakral ini telah dijadikan tempat pembunuhan oleh orang-orang berjiwa iblis” kata Trump. “Kita semua melihat apa yang terjadi. Ini adalah hal yang paling mengerikan.”

Pria bersenjata itu melakukan penembakan selama 17 menit di masjid Al Noor, di sana ia setidaknya menggunakan 2 senapan serbu dan 1 senapan untuk membunuh para jemaah dengan memuntahkan peluru dari satu ke lain kotak peluru yang ia bawa.

Sedikitnya 41 orang tewas di tempat. Namun segera setelah itu, beberapa orang terbunuh setelah serangan terhadap masjid kedua di kota Christchurch. (Sin/asr)

Kesengsaraan Ekonomi Tiongkok Mempengaruhi Perusahaan Kecil di Jepang

0

Oleh Tetsushi Kajimoto

EpochTimesId – Di daerah bersalju di sepanjang pantai utara Jepang, sebuah produsen kecil di bidang cetakan yang akurat merasakan derita perlambatan ekonomi Tiongkok.

Lambatnya pesanan yang masuk hingga hanya sedikit pesanan yang masuk di Nagumo Seisakusho Co, yang memasok pembuat suku cadang mobil besar seperti Denso Corp dan Aisin Seiki Co, dan perusahaan Nagumo Seisakusho Co dapat mempertahankan gaji pekerja tetap rendah atau bahkan mengurangi gaji pekerja pada tahun fiskal mendatang.

Produsen di seluruh Jepang sangat bergantung pada pelanggan di Tiongkok, ekonomi terbesar kedua di dunia, untuk membeli produk mereka, terutama suku cadang dan peralatan yang mencapai para pekerja di Tiongkok serta mendorong pertumbuhan domestik dan ekspor Jepang.

Pembuat chip otomotif Renesas Electronics Corp pekan lalu mengatakan akan menunda produksi di beberapa pabrik selama dua bulan karena bersiap menghadapi melambatnya pertumbuhan Tiongkok yang masih berlanjut. Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan besar lainnya seperti pembuat robot pabrik Yaskawa Electric Corp dan Fanuc Corp; Mitsubishi Electric Corp, perusahaan dagang Mitsui & Co dan perusahaan raksasa yang memproduksi toilet yaitu Toto Ltd menyalahkan Tongkok karena Tiongkok  memangkas perkiraan laba.

Tetapi dampak ekonomi Tiongkok yang goyang adalah lebih buruk bagi produsen yang mendekati awal rantai pasokan, seperti perusahaan kecil bernama Nagumo. Perusahaan Nagumo mempekerjakan 100 orang pekerja untuk membuat cetakan yang akurat yang digunakan pabrik-pabrik lainnya di Jepang untuk membuat suku cadang mobil dan produk lainnya untuk pasar Tiongkok.

Foto: Presiden Nagumo Seisakusho Co., Ltd. bernama Hiroshi Komemasu berbicara selama wawancara dengan Reuters di pabriknya di Jyoetsu, perfektur Niigata, Jepang pada tanggal 22 Februari 2019. (Tetsushi Kajimoto / Reuters)

Di lantai pabrik Nagumo yang utama yaitu Sanwa yang hampir seluas 4.000 meter persegi, beberapa pekerja berpakaian abu-abu dan mengenakan masker operasi berwarna biru, menyibukkan diri selama beberapa hari terakhir untuk merancang cetakan dengan komputer, kemudian membentuk bidang datar (milling), mencetak logam secara dingin (stamping) dan merakit cetakan.

Namun, pada keadaan normal, perusahaan Nagumo, yang membuat semua produknya sesuai permintaan, tidak mengalami masa sulit seperti ini.

“Pesanan telah mandek sejak bulan Januari 2019. Banyak klien kami adalah pembuat suku cadang mobil, dan mereka telah berhenti memesan baru-baru ini, setidaknya hingga Maret 2019,” kata presiden Nagumo Seisakusho Co., Ltd. bernama Hiroshi Komemasu.

“Dikatakan bahwa ketika Tiongkok bersin, Jepang masuk angin. Saya sangat merasakan dampak perang dagang yang sampai memengaruhi perusahaan kecil seperti kami,” kata Hiroshi Komemasu kepada Reuters baru-baru ini di pabrik Nagumo.

Efek Riak
Bagian paling kosong dari fasilitas pabrik adalah yang tersibuk. Lima staf penjualan Nagumo sering berada di luar kantor memburu pelanggan baru untuk mendapatkan pesanan.

Perusahaan Nagumo, yang didirikan sebagai perusahaan pengolah serat segera setelah Perang Dunia Kedua, bermarkas di Joetsu, kota yang tenang dengan penduduk sekitar 200.000 orang, berlokasi di 140 mil barat laut Tokyo.

Jauh dari hiruk pikuk kota-kota terbesar di Jepang, Joetsu terkenal karena festival, museum, dan maskot yang memperingati seorang jenderal Austro-Hongaria yang mengajarkan ski lintas-alam kepada Tentara Kekaisaran Jepang pada awal tahun 1900-an.

Perlambatan tajam untuk produsen hulu seperti Nagumo menjadi pertanda buruk bagi Jepang secara keseluruhan, karena perusahaan kecil mempekerjakan tujuh dari 10 pekerja Jepang, dan titik permintaan yang lemah untuk pengiriman yang lebih kecil oleh perusahaan besar di masa depan.

Hiroshi Komemasu tidak akan membahas pelanggan khusus Nagumo, tetapi mengatakan bahwa ada yang memotong separuh pesanannya.

Perusahaan Nagumo yang tidak terdaftar berhasil, tetap bertahan dalam kegelapan tahun kalender 2018, tetapi mungkin kehilangan uang pada tahun fiskal, yang berakhir pada bulan ini, demikian kata Hiroshi Komemasu. Pesanan yang menurun mengancam perkiraan penjualan yang naik 6 persen tahun ini menjadi 1,9 miliar yen (17 juta dolar Amerika Serikat).

Eksekutif perusahaan Nagumo, yang khawatir dengan penjualan, menjadi enggan menaikkan gaji. Setelah menaikkan gaji pokok selama tiga tahun, perusahaan Nagumo berharap untuk menjaga pembayaran tetap rata pada tahun fiskal mendatang, yang dimulai pada bulan April 2019, kata Hiroshi Komemasu.

Foto: Para pekerja terlihat di pabrik Nagumo Seisakusho Co., Ltd. di Jyoetsu, prefektur Niigata, Jepang pada tanggal 22 Februari 2019. (Tetsushi Kajimoto / Reuters)

Pengetatan seperti itu dapat menular ke pabrik lainnya di  Jepang — sekarang dalam negosiasi gaji tahunan — memperkuat kekhawatiran bahwa gesekan perdagangan akan mengurangi gaji dan belanja konsumen di seluruh negeri Jepang.

Raksasa Jepang seperti Toyota Motor Corp dan Panasonic Corp menawarkan kenaikan gaji yang lebih kecil pada pembicaraan gaji tahunan pada 13 Maret 2019, melemahkan harapan bahwa konsumsi domestik akan mengimbangi risiko eksternal terhadap pertumbuhan.

Atsushi Takeda, kepala ekonom di Institut Penelitian Itochu, melihat dampak perlambatan Tiongkok terhadap perusahaan di Jepang yang berlangsung selama berbulan-bulan, sehingga tidak terjadi  kenaikan permintaan mobil yang diharapkan pada akhir tahun ini dari langkah-langkah stimulus Beijing.

Tahun lalu, sekitar 38 persen ekspor Jepang adalah suku suku cadang elektronik, peralatan semikonduktor, dan mesin berat yang digunakan untuk membuat barang-barang lainnya, sementara industri otomotif menyumbang 23 persen, menurut data Kementerian Keuangan Jepang.

Rantai pasokan produsen di Jepang, yang menghubungkan perusahaan kecil seperti Nagumo dengan raksasa industri Jepang dan konsumen di seluruh dunia, adalah inti dari rencana Perdana Menteri Shinzo Abe yang bergantung pada Tiongkok untuk membawa  Jepang keluar dari dekade-dekade deflasi dan pertumbuhan ekonomi yang meresahkan.

Yen yang jauh lebih murah, didorong oleh pencetakan uang yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Bank of Japan, telah membuat ekspor Jepang lebih bersaing secara global. Ini telah memacu ledakan ekspor yang panjang dan mencatat laba perusahaan, mempromosikan perekrutan, menciptakan pasar tenaga kerja paling ketat sejak tahun 1970-an dan memberikan kenaikan gaji yang rendah.

Tetapi konsumsi dalam negeri tetap hangat dan permintaan ekspor — terutama dari Tiongkok — telah merosot, mengancam akan menggagalkan apa yang menjadi ekspansi terpanjang pascaperang Jepang.

Tahun ini telah tampak penurunan ekspor bulanan terbesar dalam dua tahun terakhir, dengan penurunan pengiriman barang ke Tiongkok, penurunan pesanan mesin yang besar menandakan pengeluaran modal yang lebih lemah ke depan, prospek gaji yang lemah dan meredam sentimen bisnis dalam survei Tankan Reuters.

Pemerintah bulan lalu memangkas penilaian output dan laba pabrik, dan indikator bulan ini menunjukkan ekspansi mungkin terhenti.

Di Joetsu, Kenichi Watabe, kepala divisi umum Nagumo, mengatakan perusahaan telah “berhasil memenuhi kebutuhan ketika staf penjualan kami berlari ke sana-sini mencoba menarik pelanggan baru dan mendapatkan pesanan baru.”

Kini jumlah karyawan di perusahaam Nagumo tersisa setengah dari jumlah pekerja di masa  jayanya karena PHK masa lalu, kata Kenichi Watabe.

Tetapi presiden perusahaan Nagumo, Hiroshi Komemasu mengatakan menekan terlalu keras akan menyebabkan kerusakan abadi.

“Kami, seperti orang lain, memberitahu pekerja untuk mematikan lampu dan menahan diri untuk tidak membeli barang tidak diperlukan dalam kondisi ekonomi yang menurun. Tapi kami tidak akan mengekang investasi di bidang sumber daya manusia dan R&D (penelitian dan pengembangan),” kata Hiroshi Komemasu. (Vv)

VIDEO REKOMENDASI

https://www.youtube.com/watch?v=myzbajB5N-A

Apa yang Mendebarkan Sehingga PM Tiongkok Berulang Kali Menyeka Keringat Saat Dwi Konferensi

0

Cheng Xiaorong

Saat Dwi Konferensi pada 5 Maret lalu, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang merilis sinyal mengenai situasi ekonomi Tiongkok di tahun 2019 ini akan semakin parah. Dalam laporan itu,  istilah risiko sampai ia sebut 24 kali, merujuk pada istilah kesulitan, ia ucapkan sebanyak 13 kali, Stabilitas sampai lebih dari 70 kali.

Li Keqiang bahkan menunjukkan bahwa situasi dalam dan luar negeri saat ini lebih rumit dan parah. Ia pun sering menyeka keringat saat berpidato. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Bagi Partai Komunis Tiongkok (PKT), situasinya memang suram. Selain tekanan besar yang datang dari perang perdagangan, PKT juga menghadapi gelombang menentang komunis Tiongkok dari masyarakat internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Di dalam negeri, perlawanan rakyat terhadap penindasan, tuntutan hak asasi manusia dan kebebasan tidak pernah berhenti. Laporan Li Keqiang dan cucuran keringatnya merupakan cerminan dari seriusnya situasi makro yang dihadapi Tiongkok termasuk para petingginya.

Li Keqiang telah mengumumkan sejumlah langkah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Analisa para sarjana menunjukkan bahwa kalaupun langkah-langkah itu bisa efektif, sifatnya hanya jangka pendek. Hanya mengalihkan sementara atau menunda munculnya krisis.

Tanggung jawab yang diterima oleh Li Keqiang dan Xi Jinping beberapa tahun yang lalu adalah kerusakan kondisi yang ditinggalkan oleh Partai Komunis Tiongkok dan mantan ketua partai Jiang Zemin. Kerusakan ini berupa korupsi birokrasi, sistem hukum yang lumpuh, merosotnya moral yang sudah berlngsung selama beberapa dekade. Jika ideologi dan tirani PKT ini diperpanjang, siapa pun tidak akan mampu merubah kondisi itu, ekonomi juga akan sulit untuk membaik.

Jika kita menengok kembali masa kemakmuran dan stabilitas yang terjadi dalam sejarah Tiongkok, jelas bahwa kemakmuran ekonomi muncul mengikuti kejelasan politik yang diterapkan kerajaan. Kaisar adalah orang bijak, rendah hati, menghargai dan mencintai rakyat. Karena itu negara jadi jaya dan rakyat sejahtera, perkembangan budaya dan kepercayaan diri ikut menyertai.

Dalam Dwi Konperensi yang diadakan pada tahun 2016, Li Keqiang pernah menyinggung soal kekuatan budaya dan moral kepada para wartawan yang meliput. Ia mengatakan :

“…. Warisan budaya tradisional kita yang luar biasa telah berhasil mendorong tumbuhnya pembangunan ekonomi dan sosial yang berkesinambungan. Namun, sekarang ada banyak masalah di bidang ekonomi yang dikritik oleh banyak orang. Seperti penipuan, kekerasan, pemalsuan, kerusakan kredibilitas, jawabannya dapat kita temukan dari aspek budaya, kemudian untuk membuka resep perbaikannya.”

“Perkembangan budaya dapat menumbuhkan kekuatan moralitas. Kita mempromosikan modernisasi yang tidak semata-mata untuk menciptakan kekayaan materi, tetapi juga menyediakan kepada rakyat produk spiritual yang kaya melalui budaya, dan menggunakan kekuatan peradaban dan moralitas untuk memperoleh rasa hormat dunia.”

Pernyataan ini mungkin adalah keinginan sederhana dari individu, tetapi tidak berlaku untuk model pelanggaran yang dipraktikkan PKT. Oleh karena itu angan-angan itu tidak terwujud meskipun tiga tahun telah berlalu.

PKT secara politik mempraktikkan perjuangan kelas, di bidang ekonomi, mereka mengorbankan lingkungan ekologis dan mengorbankan tenaga kerja untuk meraih keberhasilan yang bersifat sementara. Pada aspek budaya adalah menghancurkan tradisi, menciptakan kebohongan, dan menekan fakta.

Pada hari yang sama ketika Li Keqiang menyampaikan laporan kinerja pemerintah, 709 Wang Qiaoling menuliskan pesan di Twitter, menceritakan bagaimana ia harus berdebat dengan tim keamanan nasional baru bisa bertemu dengan pengacara Jiang Tianyong.

Seorang warga negara yang baik dan taat hukum begitu sulit untuk menemui warga negara lain yang telah dihukum secara ilegal oleh pihak berwenang dan dijatuhi hukuman penjara. Ini adalah fenomena yang terjadi setiap hari di Tiongkok.  (Sin/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=4uCJcxw3lDk

Hancurkan Makam Huang Di, Partai Komunis Tiongkok Tak Sejalan dengan Bangsa Tionghoa (I)

0

Lin Hui

Mengapa bangsa Tionghoa sering menyebut dirinya “anak cucu Yan dan Huang”? Pertama karena yang dimaksud dengan kata “Yan dan Huang” itu adalah Kaisar Yan (Yan Di) dan Kaisar Huang (Huang Di).

Menurut catatan “Kitab Sejarah”, hampir lima ribu tahun silam, kaisar Xuanyuan membantu kaisar Yan menaklukkan kaum barbar yang dipimpin oleh Chi You, dan kemudian menggantikan kaisar Yan menjadi pemimpin negeri.

Karena sebagai Putra Langit, kaisar Xuanyuan mengalami pertanda baik yang berunsur ‘tanah’, sedangkan tanah berwarna kuning, maka sang kaisar pun dijuluki “Huang Di” (Kaisar Kuning, Red.). Dan makna dari ‘Putra Langit’ adalah putra yang dicintai Tuhan, yang dititiskan di dunia untuk menjalankan perintah dan prinsip Langit. Oleh sebab itu, di dalam sejarah Tiongkok, kaisar Huang menjadi kaisar pertama yang telah menyatukan berbagai suku Tionghoa.

Setelah itu, kelompok / suku Yan dan kelompok Huang di bawah kepempimpinan kaisar Huang bersatu menjadi bangsa Tionghoa, maka bangsa Tionghoa juga menyebut dirinya sebagai ‘keturunan Huang Di’, dan karena dua kelompok Yan dan Huang telah bersatu menjadi bangsa Tionghoa, maka disebut juga ‘anak cucu Yan dan Huang’.

Di masa pemerintahannya, Huang Di mengangkat ratusan pejabat, menetapkan aturan, menerima orang-orang pintar, mengadakan acara ritual menyembah Langit dan Bumi serta memerintah dengan moralitas. Jabatan yang diberikan oleh Huang Di diberi nama dengan kata “Yun” (awan, Red.), pasukan militer disebut “Yun Shi” dan lain sebagainya. Ia mengangkat Pengawas Kiri dan Kanan, merekalah yang mengawasi berbagai suku. Ia juga kerap bersembahyang ke hadirat Dewata juga para roh gunung dan sungai, frekuensinya paling banyak sepanjang sejarah. Ia juga menggunakan para pejabat bijak seperti Feng Hou untuk menata kehidupan masyarakat.

Selain itu, Huang Di menaati siklus empat musim langit dan bumi, membaca perubahan Yin dan Yang, menjelaskan prinsip hidup dan mati, menjelaskan penyebab hidup dan mati, berdasarkan musim menanam berbagai jenis tanaman pangan, memelihara unggas, hewan, dan ulat sutra, menggunakan berbagai jenis materi seperti air, api, kayu dan lain sebagainya secara bijak. Ia juga memerintahkan pejabat maupun rakyat membangun rumah permanen, menanam padi-padian, menenun pakaian, membuat kapal dan kereta.

Di masa kekuasaan Huang Di, berbagai macam penemuan seperti aksara, medis, ilmu berhitung, kalender, alat musik, tembikar, sutra dan lain-lain bermunculan susul menyusul. Cang Jie menciptakan huruf mandarin, kereta kompas adalah penemuan Kaisar Huang (Huang Di). Itu sebabnya generasi selanjutnya menganggap peradaban Tionghoa dibangun pada masa Huang Di.

Karena kearifan Huang Di, seluruh negeri tenang dan damai, rakyat hidup berkecukupan. Dalam “Si Ji (Kitab Sejarah)” disebutkan, selama seratus tahun kaisar Huang berkuasa, di Tiongkok tidak terdapat fenomena pencurian dan perampokan, masyarakat hidup bergotong-royong dan rukun, cuaca terkendali, setiap tahun selalu panen raya, bahkan hewan buas pun tidak mengganggu masyarakat, berbagai hewan, unggas dan serangga pun terpengaruh oleh kearifannya, dan menjadi teladan dunia dimana “moral menyebar di seluruh penjuru negeri, ibarat surga dunia”, oleh sebab itu generasi selanjutnya juga menyebut kaisar Xuanyuan sebagai “leluhur manusia dan peradaban”.

Selama memerintah Tiongkok, Huang Di juga berkultivasi diri. Kemudian moksa dengan cara membubung ke langit dan mencapai kesempurnaan. Masyarakat yang berterima kasih pada Huang Di kemudian memakamkan pakaian kebesaran yang ditinggalkan kaisar Huang di kaki gunung Qiao, yaitu di Makam Huang Di yang sekarang terletak di kabupaten Huangling kota Yan’an provinsi Shaanxi.

Selama ribuan tahun setelahnya, kegiatan memuja Huang Di tidak pernah terhenti. Sejak Dinasti Xia, Dinasti Zhou dan Dinasti Shang sampai Dinasti-dinasti: Qin, Han, Sui, Tang, Song, Yuan, Ming dan Qing, selain pada masa tertentu ada yang memuja Huang Di sebagai “Dewa Langit” atau sebagai “Sang Kaisar”, pemerintahan mana pun tanpa kecuali menghormatinya sebagai leluhur bangsa Tionghoa dan memujanya.

Khususnya pada Hari Qing Ming dan Hari Chong Yang, masyarakat yang datang untuk bersembahyang di makam Huang Di sangat banyak. Seperti pada Dinasti Ming, jadwal pemujaan terhadap Huang Di yang dimasukkan dalam kegiatan ofisial mencapai 14 kali, pada Dinasti Qing bahkan tercatat mencapai 30 kali.

Di awal pemerintahan kaum nasionalis, ketika Dr. Sun Yat Sen menjabat sebagai presiden darurat Pemerintahan Nasionalis Republik Tiongkok, Dr. Sun Yat Sen pernah menulis doa khusus dan mengirim utusan khusus melakukan pemujaan di makam Huang Di. Setelah itu karena peperangan dan pergolakan, hingga tahun 1935 pada perayaan Hari Qing Ming pemerintahan nasionalis baru melakukan pemujaan kedua kali ke makam itu, sekaligus juga menjiarahi makam kaisar Zhou dan makam kaisar Mu, tujuannya agar ‘membangkitkan kesadaran rakyat untuk mengenang leluhur bangsa Han (Tionghoa) dan membangkitkan rasa nasionalisme’.

“Ada lima etika, tidak ada yang lebih penting daripada pemujaan”. “Pemimpin berdoa, adalah etika negara, dan etika, menentukan keberhasilan pemerintahan, maka doa ditetapkan sebagai upacara negara”. Oleh sebab itu mengenang leluhur menjadi tradisi bangsa Tionghoa yang telah ada sejak zaman dulu kala. Memuja langit dan bumi, mengenang leluhur dan nenek moyang, menghargai berbagai mahluk gaib, menghadap ke empat penjuru, telah menjadi bagian yang tidak boleh kurang dalam kegiatan “memuja Langit menghormati leluhur” bangsa Tionghoa.

Nasionalis dan Komunis Doa Bersama Di Makam Huang Di, PKT Membohongi Dunia

Pada 12 Desember 1936, di bawah rekayasa PKT, wakil Panglima Penumpasan Komunis Wilayah Barat Laut Zhang Xueliang dan Yang Hucheng melakukan kudeta militer di Xi’an dan menahan pimpinan mereka yakni Ketua Nasionalis Chiang Kai Shek.

Tapi berkat tekanan Stalin dari Uni Soviet dan berbagai kalangan di dalam negeri, PKT yang berniat menyingkirkan Chiang terpaksa memilih untuk mengalah, dan membujuk Chiang Kai Shek agar bersedia bekerja sama dalam peperangan.

Kudeta militer di Xi’an pun diselesaikan dengan damai, Chiang Kai Shek pulang dengan selamat, Zhang Xueliang yang sadar telah diperdaya, maka ‘harus menebus kesalahannya’, dan mendampingi Chiang Kai Shek kembali ke Nanjing, ibu kota Republik Tiongkok kala itu.

Dengan latar belakang ini, di bulan Maret 1937, saat berunding di Hangzhou Zhou Enlai yang mewakili kaum komunis mengemukakan, agar kaum nasionalis dan komunis bersama-sama menyembahyangi makam Huang Di, Chiang Kai Shek pun menyetujuinya. Dan sebelumnya, PKT yang telah tida di Shaanxi utara tidak pernah terpikirkan untuk menyembahyangi makam Kaisar Huang tersebut.

Pada 5 April 1937 pukul 7 pagi, kedua partai nasionalis (Kuo Min Tang) dan komunis melangsungkan upacara pemujaan di depan makam kaisar untuk menghormati Huang Di. Kuo Min Tang dan pemerintah nasionalis Nanjing masing-masing mengutus perwakilan untuk ritual pemujaan, sementara perwakilan PKT hanya sebagai pendamping.

Perbedaan status perwakilan yang melakukan pemujaan itu menandakan Kuo Min Tang adalah partai berkuasa yang sah. Pendoa utama dari pihak Kuo Min Tang yang mewakili pusat adalah Zhang Ji, perwakilan pemerintah nasionalis Sun Weiru, dan peserta doa mencapai ribuan orang, sedangkan dari pihak PKT hanya dihadiri oleh Lin Boqu dan 4 orang lainnya. Pendoa dari kedua belah pihak membacakan naskah doa masing-masing. (SUD/WHS/asr)

Bersambung

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=4uCJcxw3lDk

4 Pengusaha Turki Ditahan Komunis Tiongkok Setelah Turki Mengutuk Kamp Xinjiang

0

Nicole Hao – The Epoch Times

Epochtimes.id- Empat pengusaha Turki baru-baru ini ditahan di Tiongkok setelah Kementerian Luar Negeri Turki mengeluarkan pernyataan yang mengutuk penahanan paksa rezim Komunis Tiongkok terhadap satu juta Muslim Uighur dan minoritas Muslim lainnya di Xinjiang, Tiongkok. Langkah ini dinilai sebagai balasan Komunis Tiongkok dengan menerapkan diplomasi sandera.

Insiden ini bermula pada Sabtu (9/3/2019) empat pengusaha Turki yang menghadiri sebuah pameran dagang di kota pesisir Tiongkok selatan, Xiamen dibawa pergi oleh polisi setempat dari hotel tempat mereka menginap.

Pengusaha-pengusaha ini mewakili tiga pengekspor marmer Turki yang berusaha menjual produk-produk mereka ke Tiongkok pada Pameran Batu Internasional Tiongkok ke-19 yang diadakan dari 6 -9 Maret 2019. Terdapat sekitar 150 perusahaan Turki menghadiri pameran ini.

Pihak berwenang Tiongkok tidak menyebutkan nama-nama pengusaha, tetapi inisial mereka adalah OS, MO, A., dan YC, sebagaimana diungkapkan oleh media Turki Hurriyet Daily News pada 10 Maret 2019.

Laporan mengatakan bahwa tiga perusahaan Turki dituduh menghindari pajak atas 240.000 metrik ton impor marmer mentah senilai 400 juta yuan ($ 60 juta) sejak 2016, yang berjumlah 30 juta yuan ($ 4,5 juta) dalam pajak yang terlewat.

Meskipun tidak ada media Tiongkok yang melaporkan kasus ini, berita itu menyebar dari mulut ke mulut sekitar kalangan pengusaha Turki di pameran tersebut.

“Setelah informasi itu dipublikasikan, beberapa pemilik perusahaan batu dijadwalkan untuk penerbangan sebelumnya [untuk meninggalkan Xiamen] . Beberapa dari mereka pergi ke Hong Kong,” kata seorang pengusaha Turki.

Pengusaha Turki lainnya yang meninggalkan Tiongkok setelah mendengar berita itu mengatakan bahwa dia sangat ketakutan sehingga dia tidak bermaksud kembali ke Tiongkok.

Di Balik Penahanan

Turki adalah pengekspor marmer mentah terbesar di dunia. Perusahaan-perusahaan Turki biasanya mengekspor marmer mentah ke Tiongkok untuk diolah bahan jadi marmer.

Menurut media Anadolu Agency yang dikelola pemerintah Turki, negara itu menerima $ 2,07 miliar pendapatan dari mengekspor marmer pada 2017. Pembeli terbesar adalah Tiongkok, Amerika Serikat, dan Arab Saudi. Stone News melaporkan bahwa sekitar 85,5 persen marmer mentah Turki diekspor ke Tiongkok tahun itu.

Hurriyet Daily News menerbitkan artikel opini pada 11 Maret dengan alasan bahwa penangkapan itu bermotif politik karena “satu pernyataan diplomatik dari Kementerian Luar Negeri Turki sudah cukup untuk membuat hubungan Turki-Tiongkok menukik.”

Pada 9 Februari 2019, Kementerian Luar Negeri Turki menerbitkan sebuah pernyataan yang mengkritik rezim Komunis Tiongkok atas kamp-kamp internirannya di Xinjiang, tempat penyiksaan dan pencucian otak politik terjadi, menurut laporan oleh para mantan tahanan. Sekitar 13 juta minoritas Uighur tinggal di Tiongkok. Mereka adalah kelompok etnis Turki dan bertutur dengan dialek yang mirip di Turki .

Turki adalah satu-satunya negara mayoritas Muslim yang secara terbuka mengutuk kamp-kamp interniran Xinjiang.

Pernyataan Turki menyampaikan belasungkawa atas kematian musisi dan penyair Uighur, Abdurehim Heyit, yang dijatuhi hukuman delapan tahun penjara pada tahun 2017.

Beberapa hari kemudian pada 11 Februari, juru bicara kementerian luar negeri Komunis Tiongkok Hua Chunying mengancam Turki bahwa tindakan mereka akan “membahayakan diri mereka sendiri dan orang lain.”

Media pemerintah corong Partai Komunis Tiongkok kemudian menerbitkan sebuah video , di mana video itu diklaim memperlihatkan rekaman Heyit masih hidup.

“Ini adalah fakta yang terkenal bahwa Tiongkok [rezim PKC] tidak memiliki toleransi terhadap kritik,” kata artikel Hurriyet Daily News. Media ini mencatat bahwa pemimpin Turki Recep Tayyip Erdoğan sering mengkritik para pemimpin Barat, tetapi belum mengkritik rezim Tiongkok karena khawatir hubungan yang menjengkelkan.

Pada 26 Februari, Kedutaan Besar Tiongkok di Turki mengumumkan bahwa mereka akan menutup kantor Konsulat Jenderal di Izmir pada 28 Februari 2019.

Diplomasi sandera

Tang Jingyuan, seorang komentator urusan saat ini yang berbasis di AS, mengatakan kepada Epoch Times berbahasa mandarin pada Selasa (12/3/2019) bahwa penangkapan ini adalah taktik lazim digunakan rezim Komunis Tiongkok.

“Partai Komunis Tiongkok ingin memberikan tekanan politik pada Turki dengan menyerang bisnis ekspor marmernya,” kata Tang.

Tang menambahkan bahwa penahanan pengusaha Turki mirip dengan kasus seorang pengusaha dan diplomat Kanada. Penahanan ini setelah CFO Huawei Meng Wanzhou ditangkap di Kanada dengan tuduhan AS melanggar sanksi Iran. Rezim Komunis Tiongkok telah mengancam pembalasan setelah penangkapan Meng Wanzhou.

Tang mengatakan bahwa taktik penculikan “mirip gangster” itu mirip dengan upaya Komunis Tiongkok untuk menghasut boikot terhadap Korea Selatan, Jepang, dan barang-barang AS setelah terlibat perseteruan diplomatik dengan negara-negara itu.

“Semua tindakan ini memiliki sifat yang sama, yang menggunakan pasar domestik Tiongkok untuk secara ekonomi memaksa mereka [untuk tunduk ke Beijing],” kata Tang. (asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=c7WuAcdy7-U

Masyarakat Diimbau Tidak Menyebarluaskan Video Penembakan di Selandia Baru

0

Epochtimes.id- Kementerian Komunikasi dan Informatika mengimbau kepada masyarakat luas agar tidak memviralkan konten kekerasan di Selandia Baru, Jumat (15/3/2019).

Video yang dimaksud saat kekerasan di dalam Masjid Al Noor pada pukul 1:40 siang waktu setempat. Saksi mata menyebutkan, terdapat sekitar 300 orang sedang shalat berada di mesjid ketika kejadian. Penembakan juga terjadi Masjid kedua berada di wilayah Linwood.

Menteri Kominfo Rudiantara menyatakan platform Facebook, Instagram, Twitter, dan lainnya  telah bekerja sama melakukan penapisan konten tersebut. “Kerja sama juga dilakukan dengan instansi pemerintah lainnya,” tegasnya.

Menurut Rudiantara, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengencam keras kejadian itu dan menyampaikan duka mendalam kepada korban. 

Indonesia sangat mengecam keras aksi kekerasan seperti ini. Saya juga menyampaikan duka yang mendalam kepada para korban yang ada dari aksi tersebut,” ujar Rudiantara mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo.

Menteri Kominfo mengimbau agar masyarakat tidak menyebarluaskan konten video ataupun tautan konten kekerasan yang brutal. 

“Kami mengimbau agar masyarakat tidak ikut menyebarkan video atau tautan terhadap konten kekerasan yang brutal tersebut. Kominfo akan terus memantau dan mengupayakan dengan maksimal penapisannya,” ungkapnya. 

Berikut poin-poin imbauan Kemkominfo :

1.Kementerian Komunikasi dan Informatika mengimbau agar warganet dan masyarakat tidak menyebarluaskan atau memviralkan konten baik dalam bentuk foto, gambar, atau video yang berkaitan dengan aksi kekerasan berupa penembakan brutal yang terjadi di Selandia Baru.

2.Kementerian Kominfo mendorong agar masyarakat memperhatikan dampak penyebaran konten berupa foto, gambar atau video yang dapat memberi oksigen bagi tujuan aksi kekerasan, yaitu membuat ketakutan di masyarakat.

3.Konten video yang mengandung aksi kekerasan merupakan konten yang melanggar Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

4. Kementerian Kominfo terus melakukan pemantauan dan pencarian situs dan akun dengan menggunakan mesin AIS setiap dua jam sekali. Selain itu, Kementerian Kominfo juga bekerja sama dengan Polri untuk menelusuri akun-akun yang menyebarkan konten negatif berupa aksi kekerasan.

5. Kementerian Kominfo juga mendorong masyarakat untukmelaporkan melalui aduankonten.id atau akun twitter @aduankonten, jika menemukenali keberadaan konten dalam situs atau media sosial mengenai aksi kekerasan atau penembakan brutal di Selandia Baru.

(asr)

Pertumbuhan Produksi Industri Tiongkok Turun ke Titik Terendah Dalam 17 Tahun Terakhir

0

Oleh Kevin Yao & Stella Qiu

EpochTimesId – Dalam dua bulan pertama tahun 2019, pertumbuhan produksi industri Tiongkok turun ke titik terendah dalam 17 tahun terakhir dan angka pengangguran naik, yang menunjuk ke pelemahan lebih lanjut dalam ekonomi terbesar kedua di dunia yang kemungkinan akan memicu lebih banyak langkah dukungan dari Beijing.

Tetapi sekumpulan data utama pada 14 Maret 2019 juga menunjukkan investasi di bidang properti meningkat, sementara penjualan ritel secara keseluruhan stabil lesu, yang menunjukkan ekonomi tidak berada di tengah-tengah perlambatan yang lebih tajam.

Tiongkok meningkatkan bantuan di bidang ekonomi karena pertumbuhan 2019 tampaknya akan turun ke posisi terendah dalam waktu 29 tahun, tetapi langkah-langkah dukungan membutuhkan waktu untuk memulai. Sebagian besar analis percaya aktivitas mungkin tidak stabil sampai pertengahan tahun 2019.

Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang pekan lalu mengumumkan ratusan miliar dolar di bidang pemotongan pajak tambahan dan pengeluaran di bidang infrastruktur, bahkan ketika para pejabat bersumpah tidak akan menggunakan stimulus besar-besaran seperti di masa lalu, yang menghasilkan pemulihan cepat di Tiongkok dan getaran inflasi mata uang yang kuat di seluruh dunia.

“Data terbaru sebagian harus meredakan kekhawatiran mengenai perlambatan tajam pada awal tahun ini. Tetapi prospek jangka pendek masih terlihat suram, ”kata Capital Economics dalam sebuah catatan.

Secara khusus, Capital Economics dan lainnya mencatat bahwa investasi infrastruktur belum membaik sebanyak yang diharapkan setelah pemerintah Tiongkok memulai proyek jalan dan rel kereta api yang cepat tahun lalu, yang meningkatkan risiko lonjakan yang lebih ringan dari perkiraan ketika konstruksi dilanjutkan dalam iklim yang lebih hangat.

Ditekan oleh permintaan yang lemah di dalam negeri dan luar negeri, produksi industri Tiongkok naik 5,3 persen pada Januari-Februari 2019, kurang dari yang diharapkan dan merupakan laju pertumbuhan paling lambat sejak awal tahun 2002. Pertumbuhan telah diperkirakan menurun menjadi 5,5 persen dari 5,7 persen pada Desember 2018.

Tiongkok menggabungkan data aktivitas Januari 2019 dan Februari 2019 dalam upaya untuk memperbaiki penyimpangan ekonomi yang diciptakan oleh liburan panjang Tahun Baru Imlek di awal setiap tahun, tetapi beberapa analis mengatakan gambaran yang lebih jelas mengenai kesehatan ekonomi mungkin tidak akan muncul sampai data kuartal pertama dirilis pada April 2019.

Jika penyimpangan musiman ini ditiadakan, produksi naik 6,1 persen dalam dua bulan, kata Biro Statistik Nasional Tiongkok.

Survei pabrik yang resmi di Tiongkok, yang disesuaikan secara musiman, menunjukkan hasil produksi menciut pada Februari 2019 yang terjadi untuk pertama kalinya sejak Januari 2009.

Data pekan lalu menunjukkan pada Februari 2019 terjadi anjlok terbesar di bidang ekspor dalam tiga tahun terakhir, yang disebabkan oleh tarif Amerika Serikat untuk barang-barang Tiongkok dan menurunnya permintaan global akan mengakibatkan keparahan yang lebih besar.

Pada hari Rabu, Presiden Donald Trump mengatakan ia tidak terburu-buru untuk menyelesaikan pakta perdagangan dengan Tiongkok dan menegaskan semua kesepakatan termasuk perlindungan terhadap kekayaan intelektual, yang merupakan titik tegang utama antara kedua belah pihak selama berbulan-bulan negosiasi.

Pemutusan hubungan kerja  oleh perusahaan yang berorientasi ekspor menyebabkan lonjakan angka pengangguran bulan lalu, kata Li Xiru, seorang pejabat dengan biro statistik.

Angka pengangguran berdasarkan survei Tiongkok naik menjadi 5,3 persen pada Februari 2019, dari 4,9 persen pada Desember 2018, meskipun angka tersebut masih di bawah target pemerintah yaitu 5,5 persen untuk tahun ini.

Banyak pekerja migran juga berhenti dari pekerjaannya untuk pulang ke daerah asalnya sebelum liburan, kata Li Xiru.

Reuters melaporkan pada bulan Januari 2019 bahwa beberapa pabrik di Guangdong—pusat ekspor Tiongkok—telah tutup lebih awal dari biasanya menjelang liburan, dan beberapa pabrik diperkirakan tutup untuk selamanya karena perang dagang Tiongkok-Amerika Serikat membatasi pesanan.

Foto: Bayangan di cermin, tampak seorang pekerja terlihat di bidang produksi baterai ion-lithium untuk kendaraan listrik  di sebuah pabrik di Huzhou, Provinsi Zhejiang, Tiongkok pada 28 Agustus 2018. (Reuters)

Investasi Sedikit Meningkat
Pertumbuhan di bidang investasi aset adalah tetap, yang merupakan pendorong pertumbuhan utama di masa lalu, naik lebih cepat menjadi 6,1 persen dalam dua bulan pertama tahun ini, sedikit lebih banyak dari yang diperkirakan para analis dan sedikit naik dari 5,9 persen pada tahun 2018.

Sebagian besar keuntungan muncul karena lonjakan di bidang investasi properti, yang cepat meningkat ke tingkat tertinggi dalam lima tahun yaitu sebesar 11,6 persen, meskipun penjualan rumah menurun.

Investasi infrastruktur, yang sangat diandalkan pemerintah Tiongkok untuk mendorong pemulihan ekonomi, naik 4,3 persen dalam setahun. Tetapi beberapa analis termasuk Nomura memperkirakan momentum pertumbuhan mungkin telah mereda meskipun ada desakan dari Beijing.

Investasi aset tetap (yang tidak berupa uang tunai) sektor swasta juga kehilangan langkah, naik 7,5 persen pada tahun ini dibandingkan dengan kenaikan 8,7 persen pada tahun 2018. Investasi swasta menyumbang sekitar 60 persen dari keseluruhan investasi di Tiongkok, dan Beijing telah menghabiskan banyak upaya untuk meredakan ketegangan keuangan pada perusahaan swasta yang lebih kecil.

Penjualan Ritel Goyah
Keuntungan penjualan ritel juga sedikit lebih baik daripada yang diharapkan, dengan angka utama naik 8,2 persen pada Januari-Februari 2019 daripada tahun sebelumnya, di bulan Desember 2018.

Tetapi angka pertumbuhan masih tertahan di sekitar posisi terendah dalam 15 tahun, menyoroti kekhawatiran bahwa konsumen semakin kurang percaya diri akibat ekonomi melambat.

Data industri minggu ini menunjukkan penjualan mobil di Tiongkok turun selama delapan bulan berturut-turut hingga bulan Februari 2019.

Perencana negara Tiongkok mengumumkan langkah-langkah pada bulan Januari 2019 untuk meningkatkan konsumsi barang mulai dari peralatan ramah lingkungan hingga barang-barang berharga besar seperti mobil, tetapi ukuran dan cakupan skema subsidi masih belum jelas.

Data hari Kamis menunjukkan penjualan peralatan dan furnitur menurun pada awal tahun 2019, kemungkinan terkait dengan kekhawatiran pasar properti yang lesu dan penurunan 3,6 persen di bidang penjualan rumah.

Diharapkan Lebih Banyak Dukungan
Selain stimulus fiskal seperti pengeluaran pemerintah daerah Tiongkok yang lebih tinggi dan pemotongan pajak, lebih banyak dukungan kebijakan moneter juga diharapkan tahun ini.

People’s Bank of China (PBOC) telah memotong persyaratan cadangan bank sebanyak lima kali dari tahun lalu, terbaru di bulan Januari 2019, dan lebih banyak pengurangan diharapkan dari kuartal mendatang untuk membebaskan lebih banyak dana untuk peminjaman.

Regulator telah memerintahkan bank-bank besar untuk meningkatkan pinjaman kepada perusahaan kecil hingga lebih dari 30 persen tahun ini, meskipun ada risiko kredit macet yang lebih besar. Total pinjaman bank baru mencapai rekor 3,23 triliun yuan (481 miliar Amerika Serikat) pada Januari 2019.

Bank sentral juga diperkirakan akan terus membimbing biaya pinjaman lebih rendah. Tetapi sumber mengatakan kepada Reuters bahwa penurunan suku bunga dianggap sebagai upaya terakhir jika langkah-langkah lain gagal untuk membendung penurunan ekonomi yang lebih luas.

Bahkan dengan dukungan tambahan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok masih diperkirakan akan lesu  menjadi sekitar 6,2 persen tahun ini dari 6,6 persen pada 2018, menurut jajak pendapat Reuters. (Vv)

VIDEO REKOMENDASI

Demi Politik, Beijing Terdesak untuk Secepatnya Menyepakati Perjanjian Perdagangan

0

oleh Luo Tingting

Negosiasi perdagangan AS – Tiongkok sedang bergerak menuju tahap final. Bahan bakar fosil telah menjadi alat tawar menawar terbaru.

Media Jerman melaporkan bahwa perang dagang telah menyebabkan politik Beijing terpengaruh, dan untuk secepatnya menyelesaikan perselisihan perdagangan merupakan tugas prioritas bagi Beijing. Namun, tidak begitu buat Amerika Serikat, ia relatif lebih tenang, tidak terburu-buru untuk mengejar kesepakatan dengan Beijing.

Rick Perry, Menteri Energi AS mengatakan pada 12 Maret bahwa ekspor bahan bakar fosil AS, termasuk gas alam cair (LNG) adalah salah satu leverage untuk negosiasi.

Menurut seorang sumber, proyek petrokimia Tiongkok akan menandatangani perjanjian pasokan LNG selama 20 tahun dengan Cheniere Energy setelah berakhirnya perang dagang. Kesepakatan itu bernilai sekitar USD. 16 miliar.

Saat ini, melalui beberapa komitmen lisan Beijing telah berhasil mendapat “hadiah” berupa penundaan tanggal kenaikan tarif AS. Namun, ucapan negosiator AS Lighthizer menunjukkan bahwa waktu yang tersisa sudah tidak banyak lagi buat PKT.

Lighthizer dalam sidang dengar pendapat Senat pada 12 Maret mengatakan bahwa kedua pihak akan mengakhiri negosiasi perdagangan dalam beberapa minggu terakhir, dengan hasil apa pun akan segera diketahui.

Saat ini, kedua belah pihak masih memiliki perbedaan pada beberapa masalah utama. Lighthizer memperingatkan : “Jika masalah yang relevan itu tidak diatasi sesuai kepentingan Amerika Serikat, maka kesepakatan tidak akan kami buat.”

Sengketa perdagangan ini, Beijing jelas-jelas berada pada posisi yang tidak menguntungkan.

Perang dagang tidak hanya berdampak pada ekonomi Tiongkok, tetapi juga menimbulkan ancaman bagi stabilitas kekuatan domestik negara komunis itu.

Wu Qiang, sarjana politik Tiongkok kepada Suara Jerman mengatakan bahwa ia menduga Xi Jinping sangat berharap dapat segera membuat kesepakatan perdagangan dengan AS untuk menstabilkan situasi dalam dan luar negeri Tiongkok tahun ini.

Tang Hao, editor senior urusan internasional pernah menerbitkan sebuah artikel analisisnya seperti berikut : Dengan makin panjangnya waktu konflik perdagangan dengan AS, kemungkinan 6 risiko utama berikut akan terjadi di Tiongkok :

Pertama dan paling mudah dilihat adalah depresiasinya mata uang RMB, menurunnya nilai aset dan pelarian modal.

Kedua, inflasi meningkat, kehidupan rakyat makin tertekan.

Ketiga, kenaikan biaya operasi. menurunnya penjualan, perusahaan hengkang ke luar negeri atau ditutup.

Keempat, jumlah pengangguran meningkat, konsumsi melemah dan pertumbuhan ekonomi menurun,

Kelima, macetnya angsuran KPR menyulut kian membesarnya gelembung perumahan, Keenam, memperburuk krisis utang dan krisis moneter.

Artikel menyebutkan, penyebab munculnya keenam risiko utama dan perang dagang dengan AS tak lain adalah karena terkait dengan ‘kapitalisme negara-partai’ dan ‘politik memanipulasi  ekonomi’ yang dijalankan oleh komunis Tiongkok.

Sebelumnya, dilaporkan bahwa perang dagang telah memicu ketidakpuasan dari dalam PKT. Dunia luar telah menemukan bahwa konflik perdagangan yang telah menarik banyak perhatian dalam Dwi Konperensi yang diadakan di Beijing sudah menjadi topik yang tabu untuk dibicarakan atau dipublikasikan. Hal ini menunjukkan bahwa pihak berwenang berusaha untuk menekan suara ketidakpuasan itu.

Dunia luar juga mencatat bahwa Li Keqiang, perdana menteri Tiongkok itu pun tidak menyebut perang dagang dalam laporan kerja pemerintah yang ia sampaikan di Dwi Konperensi, tetapi ia mengatakan bahwa Tiongkok menghadapi perkembangan yang lebih rumit dan parah pada tahun 2019. Dalam laporan itu, istilah risiko ia sebut sampai 24 kali, merujuk pada istilah kesulitan, ia ucapkan sebanyak 13 kali, Lapangan kerja, 30 kali, reformasi, 103 kali dan pengurangan pajak, sebanyak 12 kali.

Menurut pendapat Wu Qiang bahwa menyelesaikan isu konflik perdagangan, menjaga stablititas hubungan AS – Tiongkok merupakan tugas prioritas bagi rezim Beijing saat ini.

Wu Qiang  juga mengatakan bahwa KTT Trump – Kim di Hanoi, Vietnam yang gagal di tengah jalan mungkin membuat Beijing ragu terhadap rencana KTT AS – Tiongkok yang tak lama lagi akan diadakan.

Presiden Trump juga mengakui hal ini beberapa hari yang lalu. Reuters melaporkan bahwa Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada 13 Maret mengatakan bahwa setelah KTT dengan Kim Jong-un mengalami kegagalan ia mengira bahwa hal itu mungkin juga berpengaruh terhadap Xi Jinping, yang khawatir pertemuannya di Mar-a-Lago juga bisa gagal di tengah jalan.

“Saya pikir Presiden Xi juga menyadari bahwa saya adalah tipe orang yang akan “angkat kaki” jika pertemuan tidak membuat kesepakatan. Anda tahu bahwa situasi ini selalu saja bisa terjadi, meskipun ia tidak menginginkannya,” kata Trump.

Namun, Trump percaya bahwa peluang untuk mencapai kesepakatan dengan Beijing masih cukup tinggi karena sanksi tarif telah menyebabkan kerugian pada ekonomi Tiongkok, dan Beijing berharap untuk mencapai kesepakatan. Tetapi Trump juga mengatakan : “Saya tidak terburu-buru.”

Trump mengatakan bahwa perjanjian tersebut harus bermanfaat bagi Amerika Serikat, jika tidak, kami tidak akan membuat kesepakatan.

Jika kita nilai dari berita yang dirilis oleh kedua belah pihak, tampaknya KTT Trump – Xi tidak mungkin diadakan pada akhir bulan Maret ini. Kedua belah pihak masih belum mencapai kesepakatan tentang perlindungan hak kekayaan intelektual dan mekanisme penegakan hukum.

Baru-baru ini Lighthizer mengatakan bahwa perjanjian itu pasti akan mencakup mekanisme penegakan hukum dan mempertahankan hak untuk AS mengenakan tarif jika Tiongkok gagal memenuhi komitmennya. Jika klausula ini ditolak maka Presiden Trump tidak akan menandatangani perjanjian.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada 14 Maret mengatakan bahwa pertemuan tingkat tinggi AS – Tiongkok mungkin tidak terlaksana padaakhir bulan Maret ini, karena masih menyisakan banyak pekerjaan dari meja perundingan yang harus diselesaikan. (Sin/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=VvXg_fTauJE

Kisah Heroik Jemaah Serang Pelaku Penembakan Masjid Selandia Baru

0

EpochTimesId – Seorang korban selamat dari penembakan di salah satu masjid di kota Christchurch, Selandia Baru pada 15 Maret 2019 menceritakan usaha heroik seorang temannya. Dia mempertaruhkan nyawanya untuk menghambat pergerakan pelaku penembakan, dan merampas senjatanya.

Syed Mazharuddin mengatakan kepada Selandia Baru Herald bahwa dia menyaksikan serangan itu.

“Ada yang berteriak-teriak dan saya mencoba berlindung,” kata Mazharuddin.

Mazharuddin melanjutkan, bahwa dia baru saja berhasil berlindung ketika pria bersenjata itu melewati pintu masuk utama masjid Linwood. Masjid di lingkungan Linwood adalah lokasi kedua yang ditargetkan oleh pria bersenjata itu dalam penembakan massal pada hari Jumat, yang menewaskan sedikitnya 49 orang.

Personel layanan darurat mendorong tandu ketika mengevakuasi korban ke rumah sakit, pasca penembakan di Masjid Christchurch tengah, Selandia Baru pada 15 Maret 2019. (Foto : TVNZ/ via Reuters TV/The Epoch Times)

Mazharuddin mengatakan begitu pria bersenjata itu memasuki masjid, dia mulai menembak dengan liar.

“Di sekitar pintu masuk ada orang-orang tua yang duduk di sana berdoa dan dia mulai menembaki mereka.”

Dia mengatakan, bahwa pada sebuah kesempatan salah seorang kenalannya mencoba melawan pelaku penembakan.

“Pria muda yang biasanya merawat masjid. Dia melihat kesempatan dan menerjang [pria bersenjata] dan mengambil senjatanya,” kata Mazharuddin.

“Pahlawan itu berusaha mengejar dan dia tidak dapat menemukan pelatuk di pistol, dia berlari di belakangnya tetapi ada orang yang menunggunya di mobil dan dia melarikan diri.”

Seorang warga lainnya yang bersenjata, sempat melawan pelaku penembakan. Dia menembak dua kali ke arah pria bersenjata tersebut.

Pria itu, yang diidentifikasi hanya sebagai penduduk lokal yang terkenal dan seorang Muslim, meninggalkan tempat kejadian di masjid Linwood ketika tembakan meletus. Namun, dia kembali datang dengan membawa senjata api untuk melawan pelaku penembakan.

Dia dikabarkan menembakkan dua peluru ke arah pelaku penembakan ketika melarikan diri dari masjid usai senjatanya dirampas marbot.

“Mereka berada di (mobil) Subaru (warna) perak,” kata pria itu kepada polisi.

Jemaah masjid itu melapor kepada pihak berwenang, bahwa dia melepas tembakan untuk membela diri.

Patroli polisi bersenjata di luar sebuah masjid di pusat Christchurch, Selandia Baru, pada 15 Maret 2019. (Foto : Mark Baker/AP/The Epoch Times)

Saksi mata lainnya, Len Peneha mengatakan kepada The Associated Press bahwa dia melihat pria bersenjata itu memasuki masjid dan kemudian mendengar puluhan tembakan. Suara letusan senapan otomatis diikuti oleh orang-orang yang lari menyelamatkan dari dari masjid, dengan ketakutan.

Peneha, yang tinggal di sebelah masjid, mengatakan setelah pria bersenjata itu pergi, dia pergi kembali ke masjid. Dia kembali untuk mencoba membantu para korban yang tidak berhasil melarikan diri.

“Saya melihat orang meninggal di mana-mana. Ada tiga di lorong, di pintu menuju masjid, dan orang-orang di dalam masjid,” tuturnya. “Ini benar-benar gila. Saya tidak mengerti bagaimana orang bisa melakukan ini kepada orang-orang ini, kepada siapa pun. Itu konyol.”

Salah Satu Hari Paling Gelap di Selandia Baru
Setidaknya 49 orang tewas dalam penembakan di dua masjid Christchurch. Penembakan di masjid Linwood menewaskan sedikitnya tujuh orang, sementara penembakan kedua, di masjid Al Noor, mengakibatkan setidaknya 41 orang meregang nyawa.

Polisi juga menemukan dan menjinakkan alat peledak yang terpasang pada kendaraan di luar salah satu masjid.

Setidaknya 48 orang, beberapa dalam kondisi kritis, juga masih dirawat di Rumah Sakit Christchurch. Mereka mengalami luka tembak, menurut pihak berwenang.

“Jelas bahwa ini sekarang hanya dapat digambarkan sebagai serangan teroris,” Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan pada hari Jumat.

Dia mengatakan itu adalah salah satu hari paling gelap di Selandia Baru.

Dakwaan Pembunuhan
Pihak berwenang telah mengumumkan dakwaan pembunuhan terhadap pria yang dicurigai sebagai pelaku dalam penembakan massal terburuk dalam sejarah Selandia Baru.

Polisi mengatakan total tiga orang telah ditangkap sehubungan dengan insiden itu tetapi tidak mengidentifikasi mereka yang ditahan dan tidak memberikan perincian. Polisi mengatakan bahwa tidak ada satu pun dari mereka yang ada dalam daftar pengawasan aparat keamanan. Mereka belum mengatakan apakah orang yang sama bertanggung jawab atas kedua penembakan itu.

Pihak berwenang mengatakan tersangka pembunuhan akan muncul di Pengadilan Distrik Christchurch pada Sabtu pagi waktu setempat.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison membenarkan bahwa salah satu tersangka adalah warga negara Australia.

“Saya dapat mengkonfirmasi bahwa orang yang ditahan sudah dipastikan adalah warga negara kelahiran Australia,” kata Morrison kepada wartawan di Sydney, Jumat.

Brenton Tarrant, salah satu tersangka penembakan di masjid Selandia Baru, dan melakukan siaran langsung di Facebook pada 15 Maret 2019. (Foto : Screenshot)

Seorang pria yang tampaknya mengaku bertanggung jawab atas penembakan itu, Brenton Tarrant, adalah seorang warga negara Australia berusia 28 tahun. Dia dikabarkan meninggalkan sebuah manifesto setebal 74 halaman, dimana Dia menjelaskan siapa dirinya dan alasannya atas serangan itu, meskipun polisi belum mengonfirmasi bahwa dia adalah pelaku penembakan.

Reporter The Epoch Times telah melihat dokumen tersebut.

Tarrant menggambarkan dirinya sebagai ‘eco-fasis’ dalam tulisannya. “Saya adalah seorang komunis, kemudian seorang anarkis dan akhirnya seorang libertarian sebelum menjadi seorang eco-fasis,” tulisnya.

Dia juga rupanya menulis bahwa negara dengan nilai-nilai yang paling dekat dengan kriteria negaranya adalah komunis Tiongkok.

“Negara dengan nilai-nilai sosial dan politik terdekat dengan saya adalah Republik Rakyat Tiongkok,” tertulis dalam manifesto yang konon ditulis oleh Tarrant.

Masih belum jelas apakah dua orang lainnya yang ditangkap akan didakwa dengan kejahatan pembunuhan atau terorisme.

Semua masjid di Selandia Baru kini telah diminta untuk menutup pintu mereka. Penjaga bersenjata ditempatkan di luar masjid. (TOM OZIMEK, disertai liputan tambahan oleh Reuters dan The Associated Press/The Epoch Times/waa).

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Serangan Teroris di Masjid Selandia Baru Menewaskan 49 Orang

0

oleh Richard Szabo

Epochtimes.id- Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern menegaskan tidak akan memberi tempat bagi siapa pun yang bertanggung jawab atas penembakan bersenjata di masjid-masjid di negara itu, Jumat (15/3/2019).

Jacinda Ardern dari Partai Buruh Selandia Baru yang condong ke kiri menyampaikan peringatan tegas kepada mereka yang bertanggung jawab atas penembakan massal di dua masjid Christchurch.

“Jelas bahwa ini sekarang hanya dapat digambarkan sebagai serangan teroris,” katanya pada konferensi media.

Kepala Kepolisian Selandia Baru, Mike Bush mengatakan jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 49 orang. Menurut dia, pada konferensi pers bahwa seorang pria telah didakwa dengan kasus pembunuhan dan akan dibawa ke pengadilan pada besok. Dia tidak akan mengatakan apakah penembak yang sama bertanggung jawab atas kedua serangan tersebut.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison di akun twitternya menulis: “Saya mengutuk serangan kekerasan teroris, ekstremis, sayap kanan yang telah mencuri kehidupan begitu banyak warga Selandia Baru yang tidak bersalah saat mereka melakukan praktik ibadah secara damai di masjid-masjid mereka di Christchurch hari ini.”

Sebelumnya pada hari itu, Ardern mengatakan: “Mereka telah memilih untuk menjadikan Selandia Baru rumah mereka, dan itu adalah rumah mereka, mereka adalah kita.”

“Orang yang telah melanggengkan kekerasan terhadap kita ini mereka tidak memiliki tempat di Selandia Baru.”

“Jelas bahwa ini adalah salah satu hari paling kelam di Selandia Baru,” katanya.

Lokasi penembakan di dua masjid Selandia Baru (BBC)

PM Selandia Baru menegaskan korban serangan seharusnya aman menganut kebebasan berkeyakinan mereka.

“Di mana mereka seharusnya berada di lingkungan yang aman dan mereka tidak berada hari ini,” tegasnya.

Polisi Selandia Baru mengkonfirmasi menangkap tiga orang pria dan satu wanita. Keeempat orang ini akan diinterogasi atas dugaan keterlibatan mereka dalam serangan mematikan di masjid-masjid tersebut.

Para penyerang ditangkap oleh staf polisi setempat. Ada beberapa langkah berani yang dilakukan polisi. ”Polisi tidak mengetahui orang lain yang mungkin terlibat tetapi tidak dapat mengesampingkan ada kaki tangan lainnya,” kata Bush.

Pada kesempatan itu, keamanan Selandia Baru menyarankan masyarakat umum untuk menunda mengunjungi masjid di Selandia Baru sampai penyelidikan polisi berakhir dan aman kembali.”Ini adalah situasi yang sangat serius dan serius,” katanya.

Warga negara Australia, Brenton Tarrant (28) telah diidentifikasi sebagai tersangka utama. Sebelum beraksi dia menulis manifesto setebal 74 halaman yang diunggah ke situs web, berjudul The Great Replacement, yang diduga ditulis oleh dirinya.

Polisi percaya dokumen itu berisi bukti bahwa Tarrant berencana melakukan penembakan mematikan di masjid-masjid Christchurch untuk membalas kematian ribuan orang di Eropa.

Pada manifestonya, Tarrant menggambarkan dirinya sebagai “orang kulit putih biasa, 28 tahun. Lahir di Australia dari kelas pekerja, keluarga berpenghasilan rendah.

Pada penembakan pertama, seorang penembak memberondong tembakan membabibuta ke dalam Masjid Al Noor pada pukul 1:40 siang waktu setempat. saksi mata menyebutkan, terdapat sekitar 300 orang sedang shalat berada di mesjid ketika kejadian. Masjid kedua berada di wilayah Linwood telah ditutup untuk diselidiki lebih lanjut.

Polisi sebelumnya mengkonfirmasi semua sekolah dan gedung dewan telah dikunci. Polisi Selandia Baru mendesak semua orang di pusat kota untuk tetap tinggal di dalam rumah hingga pertolongan tiba ke wilayah tersebut.

Perdana Menteri mengungkapkan dirinya mengerti bagaimana tinggal di dalam ruangan dengan terpisah dari keluarga. Dia mendesak semua orang tetap di ruangan hingga menerima arahan kepolisian selanjutnya. Polisi kemudian membuka kunci sekolah dan berterima kasih kepada publik atas kerjasama mereka. (asr)

Sumber : The Australian Associated Press, The Epoch Times

Pemadaman Listrik Venezuela Tewaskan 17 Orang Pasien Cuci Darah

0

Epochtimes.id- Pemadaman listrik berskala besar telah terjadi di Venezuela pada, Kamis (7/3/2019). Meskipun beberapa daerah sudah berangsur pulih 2 hari kemudian, tetapi masih banyak tempat yang tidak berlistrik, sehingga seluruh negari berada dalam kekacauan.

Organisasi non-pemerintah Codevida mengatakan bahwa pemadaman menyebabkan pasien penyakit ginjal yang parah tidak dapat menerima dialisis darah, akibatnya ada 15 orang pasien yang meninggal dunia.

Di bawah pemerintahan Maduro, keruntuhan ekonomi negara itu dan mata pencaharian rakyat telah menyebabkan situasi negara yang bergejolak semakin memburuk.

Pada 9 Maret, ribuan orang berbondong-bondong menuju jalan-jalan di ibukota untuk mendukung pemimpin oposisi dan presiden sementara Juan Guaido.

Francisco Valencia, otoritas kelompok perawatan kesehatan Codevida mengatakan pada 10 Maret bahwa hingga saat ini, di seluruh negeri ada 17 orang pasien yang harus menjalani hemodialisis (cuci darah) telah kehilangan nyawa mereka. Saat ini kemungkinan 100 % peralatan hemodialisis menjadi  lumpuh.

Ia mengingatkan bahwa ada sebanyak 10.200 orang warga Venezuela yang membutuhkan cuci darah, terputusnya aliran listrik menjadi ancaman bagi mereka.

Selain itu, perangkat bantu pernapasan University Hospital of Caracas yang tidak bekerja karena putusnya aliran listrik, juga menyebabkan pasien meninggal dunia. Di berbagai daerah sudah dilaporkan adanya korban. Oposisi menyebutkan, puluhan orang warga tewas akibat insiden mati listrik itu.

Tidak jarang Venezuela mengalami mati listrik, tetapi tidak separah yang terjadi pada 7 Maret lalu itu. Pada saat itu, hampir seluruh negeri berada dalam kegelapan. Tidak hanya transportasi mengalami gangguan,  persediaan air bersih dan pelayanan masyarakat menjadi ambrul adul. Rumah sakit pun tidak mengalami mati listrik juga.

Presiden Venezuela Maduro pada (9/3/2019) bahwa ketika 70 % catu daya listrik telah dipulihkan,. Namun, Maduro justru menyalahkan serangan siber baru menyebabkan pihak berwenang gagal mengembalikan catu daya nasional dengan lancar.

Menteri Komunikasi Jorge Rodriguez mengatakan bahwa sistem kontrol otomatis di Guri mendapat serang cyber adalah penyebab utama dari pemadaman awal. Listrik di 80 % wilayah Venezuela disuplai dari pembangkit listrik di Guri.

Para ahli mengatakan bahwa masalah listrik Venezuela adalah karena kurangnya investasi dalam infrastrukturnya. Namun, rezim Maduro secara konsisten menghubungkan pemadaman listrik dengan faktor eksternal. (sin/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=-awjffyF_Ds

Penyiksaan Psikiatri Rezim Komunis dan Dampak Penderitaan Mengerikan yang Tak Terucapkan

0

Oleh Joan Delaney – The Epoch Times

Catatan editor: The Epoch Times menerbitkan sejumlah artikel yang mengungkap penggunaan penyiksaan oleh rezim Komunis Tiongkok terhadap kelompok-kelompok yang menjadi targetnya. Laporan juga mengungkapkan penderitaan serta bahaya yang ditimbulkannya bagi mereka yang menjadi target.

Penyiksaan psikiatri adalah salah satu metode yang lebih mengerikan. Cara ini digunakan rezim Komunis Tiongkok untuk mengendalikan mereka yang digolongkan sebagai “secara serius mengganggu ketertiban umum” dan  “mengganggu stabilitas sosial.”

Praktisi Falun Dafa atau Falun Gong, tuduhan pembangkang politik, dan warga negara yang berani memprotes kebijakan rezim Komunis menjadi target pencidukan serta dikurung di rumah sakit jiwa.

Jumlah rumah sakit jiwa meningkat di seluruh negeri Tiongkok setelah kampanye penganiayaan terhadap praktisi Falun Dafa dimulai pada tahun 1999 silam.

Pada September 2004, Departemen Keamanan Publik Komunis Tiongkok mengeluarkan pemberitahuan publik yang mewajibkan setiap provinsi, daerah otonom, dan kota untuk sesegera mungkin mendirikan rumah sakit jiwa jika belum memilikinya.

Pada Maret 2014, Minghui.org — sebuah situs informasi tangan pertama tentang penganiayaan terhadap Falun Dafa — telah menerbitkan sebanyak 7.700 artikel tentang praktisi Falun Dafa yang dianiaya di rumah sakit jiwa.  Namun, statistik ini diyakini masih kecil dari angka sebenarnya karena sulitnya menyelidiki dan mendapatkan informasi di Tiongkok.

Keberadaan fasilitas-fasilitas dan pusat-pusat penahanan lainnya, pihak berwenang secara paksa memberikan obat-obatan psikiatris kepada para praktisi Falun Dafa untuk menghancurkan niat dan memaksa “bertransformasi” (meninggalkan latihan).

Pendekatan yang dilakukan rezim Komunis Tiongkok ini, jelas dituangkan dalam dokumen internal Partai yang menyatakan praktisi Falun Dafa “harus menjalani metode perawatan medis,” dan “melibatkan obat-obatan bila diperlukan dan menggunakan metode medis dan pedoman eksperimental klinis untuk mencapai transformasi ilmiah.”

Kelompok-kelompok lain yang menjadi sasaran rezim komunis Tiongkok, berupa target penyiksaan semacam seperti aktivis demokrasi dan Muslim Uighur. Anggota kelompok yang dianiaya melaporkan telah digunakan sebagai kelinci percobaan. Mirisnya, korban terjerambab  dalam periode halusinasi selama jangka panjang setelah disuntik dengan obat-obatan psikiatri yang tidak dikenal.

Dampak buruk lainnya yang menimpa terhadap korban kelinci pecobaan ini, mereka mengalami kerusakan parah pada sistem saraf pusat mereka akibat dari suntikan maut.  Target lainnya yang mana korban sebenarnya sehat secara mental ketika dipaksa masuk rumah sakit jiwa karena alasan politik, akhirnya menjadi gila atau bahkan tewas setelah “dirawat” di sana.

Inilah tujuh kasus berikut menjelaskan penderitaan luar biasa yang disebabkan oleh praktik keji ini, yang telah dikutuk oleh World Psychiatric Association dan organisasi serupa lainnya.

7 Kasus Penyiksaan Psikiatri yang Mengerikan :

Disuntik dengan Obat Tak Diketahui, Seorang Pria Tewas dengan Rasa Sakit yang Ekstrim

Pada Juli 2004, Chang Yongfu, seorang praktisi Falun Dafa yang berusia 44 tahun, dibawa ke rumah sakit jiwa di Kota Harbin di mana ia secara paksa disuntik dengan obat-obatan. Dua tahun kemudian, setelah dia diizinkan pulang, dia mengalami gangguan mental, wajah dan hidungnya bengkak, dan dia hampir tidak bisa melihat.

Dampak mengerikan lainnnya,  pemuda ini tidak bisa tidur di malam hari dan meraung-raung tidak menentu. Setelah dia sadar kembali, dia memberi tahu keluarganya bahwa dia telah disuntik dengan obat yang tidak dikenal di rumah sakit. Dia pun mengungkapkan dirinya mengalami rasa sakit di seluruh tubuhnya. Belakangan, hidungnya semakin membengkak dan berdarah terus-menerus. Dia juga kehilangan penglihatannya.

Ketika Chang meninggal pada 18 Januari 2007, telinga dan matanya berdarah, dan hidung serta mulutnya penuh darah.

‘Obat-Obatan yang Mengubah Suasana Hati yang Merengut Korban’

Setelah distempel oleh polisi komunis Tiongkok sebagai penderita sakit mental, aktivis pro-demokrasi lanjut usia Qiao Zhongling telah diasingkan di antara tiga rumah sakit jiwa yang terpisah di Shanghai selama selama sembilan tahun terakhir.

Qiao (74) dituduh sebagai “kontra-revolusioner” selama periode Revolusi Kebudayaan dan kemudian bergabung dengan gerakan demokrasi.

Menurut mantan psikiaternya, Ma Jinchun, yang sekarang tinggal di Amerika Serikat, kesehatan Qiao sangat memburuk karena dicekoki obat-obatan psikiatrik secara paksa.

“Obat-obatan yang mengubah suasana hati telah mempengaruhi Qiao Zhongling, menyebabkan tangan dan mulutnya bergetar terus-menerus,” kata Ma.

“Dia juga menderita kolesterol tinggi, kehilangan ingatan, dan gejala lainnya. Situasinya sangat buruk, ” tambahnya.

Dia Berjuang Seolah-olah Dirinya Diusir dari Pikirannya

Zhang Fuzhen adalah seorang praktisi wanita Falun Gong dari Provinsi Shandong. Pada tahun 2001, dia ditangkap dan dikirim ke pusat pencucian otak. Sun Fuxiang yang ditugaskan untuk mengawasi Zhang, menyaksikan apa yang terjadi padanya sebelum dia meninggal dunia.

“Polisi menanggalkan pakaiannya dan mengiris kepalanya,” kata Sun menceritakan.

“Mereka menyiksa dan menghinanya. Dia diikat  di tempat tidur. Dia harus buang air di tempat tidur. Kemudian mereka menyuntikkan obat beracun yang tidak dikenal terhadap dirinya. Segera dia merasa sakit yang tak tertahankan. Dia berjuang seolah-olah dirinya diusir dari pikirannya, dan dia meninggal dalam kondisi sekarat.”

Pria Diinjeksi Secara Paksa dengan Obat 7 Kali, Mengalami Kerusakan Otak

Wang Weihe, seorang praktisi Falun Dafa dari Provinsi Shandong, dibawa oleh polisi ke rumah sakit jiwa pada tahun 2000. Saat di rumah sakit, obat yang hanya boleh diberikan sebulan sekali sering dipaksakan kepada praktisi Falun Dafa setiap hari.

Setelah disuntikkan, dia langsung pingsan. Suatu hari, seorang dokter menendang Wang ke tanah dan kemudian mengikatnya ke ranjang besi. Setelah menyiksanya sebentar, dokter memberinya suntikan, lalu memukulinya lagi untuk sementara waktu.

Proses ini diulang selama 11 jam, dengan Wang menerima total sebanyak tujuh suntikan. Akibatnya, Wang terjerumus ke dalam kondisi vegetatif. Dia terus-menerus meneteskan air liur, dan tidak bisa lagi mengurus dirinya sendiri.

Wanita Berumur 24 Tahun Menjadi Tunanetra, Tuli akibat suntikan  Narkoba yang Tak Dikenal

Praktisi Falun Dafa, Wang Yujie ditangkap pada Maret 2010 dan ditahan di kamp kerja paksa selama setahun sebelum dipindahkan ke pusat pencucian otak di Kota Wuhan.

Tepat sebelum dia dibebaskan, dia disuntik dengan obat-obatan yang tidak dikenal. Di rumah, Wang mulai berbusa di mulut dan muntah-muntah. Dia tidak bisa makan atau bahkan minum air putih. Seluruh tubuhnya sangat sakit sehingga dia terus menerus menangis. Dia menjadi buta, lalu tuli, dan tangannya menjadi cacat. Setelah empat bulan menderita, dia meninggal pada September 2011 pada usia 24 tahun.

Penyiksaan Psikologis dan Fisik, Narkoba, Racun

Muslim Uighur, Gulbakhar Jalilova menghabiskan waktunya selama 15 bulan diinternir di sebuah kamp yang semuanya perempuan di ibukota Xinjiang, Urumqi sebelum dia dibebaskan September lalu.

Selama di kamp konsetrasi, dia melihat orang-orang yang dipaksa menelan obat yang tidak diketahui setiap hari dan disuntik dengan zat setiap bulan yang “melumpuhkan emosi Anda.”

“Suntikan membuat Anda merasa seperti Anda tidak memiliki ingatan. Anda tidak merindukan keluarga Anda, Anda tidak merasa ingin keluar. Anda tidak merasakan apa-apa — ini perasaan yang sangat aneh,” katanya.

Dia menyaksikan seorang wanita jatuh ke lantai setelah melahap makanan beracun.

“Ada gelembung dan busa keluar dari mulut wanita itu, dia lumpuh,” katanya. Dia juga melihat seorang tahanan “ditidurkan lalu dibunuh dengan suntikan. Dia seketika meninggal di depan saya. ”

“Mereka Menyuntik Saya dengan Semacam Obat Bius”

Pada 13 April 2007, praktisi Falun Dafa Wei Fengju dibebaskan dari kamp kerja paksa di Kota Changchun di mana dia telah disiksa secara fisik dan mental.

Dia sangat kurus dan lemah sehingga dia hampir tidak bisa makan apa pun dan tidak bisa mengurus dirinya sendiri.

Sebulan setelah keluar dari rumah sakit, dia mulai mengalami diare parah. Dia pun merasa sakit di seluruh tubuhnya, dan berat badannya turun secara drastis. Dia juga memiliki masalah penglihatan dan kebingungan mental. Dia meninggal pada Juli tahun itu.

Dia pernah memberi tahu keluarganya, “Saya tidak bisa disembuhkan. Mereka (penjaga di kamp kerja paksa) menyuntik saya dengan semacam obat bius.” (asr)

Sumber: Minghui.org, The Epoch Times, NTD Television

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=UmtpVGXxC1Q

Laporan HAM AS Menyoroti Komunis Tiongkok, Mengakui Praktek ‘Memanen’ Organ Tubuh Secara Paksa

0

Jennifer Zeng – The Epoch Times

Epochtimes.id-  Laporan tahunan Departemen Luar Negeri AS tentang Praktik Hak Asasi Manusia, dirilis pada Rabu (13/3/2019). Laporan menyoroti Tiongkok sebagai salah satu pelanggar hak asasi manusia terburuk. Laporan ini mungkin telah mengisyaratkan akan ada investigasi selanjutnya tentang pengambilan organ secara paksa di Tiongkok.

Merilis laporan di Departemen Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan Tiongkok berada di “liga sendiri dalam hal pelanggaran hak asasi manusia.”

“Pada 2018, Tiongkok mencatatkan rekor mengintensifkan kampanyenya untuk menahan kelompok minoritas Muslim. Saat ini, lebih dari satu juta orang Uighur, etnis Kazakh, dan Muslim lainnya diinternir di kamp pendidikan ulang yang dirancang untuk menghapus identitas agama dan etnis mereka,” katanya.

Laporan itu mencantumkan belasan berbagai pelanggaran hak serius di Tiongkok, termasuk “pembunuhan sewenang-wenang atau tidak sah oleh pemerintah, penghilangan paksa oleh pemerintah, penyiksaan oleh pemerintah, penahanan sewenang-wenang oleh pemerintah, kondisi penjara dan penahanan yang keras dan mengancam jiwa, tahanan politik, ” dan banyak lainnya.

Michael Kozak, Kepala Biro Demokrasi, HAM dan Ketenagakerjaan di Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan, pada konferensi pers pada, Rabu (13/3/2019) di Klub Pers Asing mengatakan, “Dari Xinjiang, di mana Anda mendapatkan ratusan ribu atau jutaan orang di kamp, perlakukan terhadap Falun Gong, gereja rumah, Anda pergi melintasi tembok. Situasi di Tiongkok tidak menjadi lebih baik, ini menjadi jauh lebih buruk selama beberapa tahun terakhir.”

Duta Besar Michael Kozak, Biro Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Buruh, berbicara di Pusat Pers Asing di Washington pada 13 Maret 2019. (Samira Bouaou / The Epoch Times)

Kozak mengatakan, “Kami mengangkat masalah ini dengan otoritas Tiongkok ketika kami melihat mereka, apa yang kami coba lakukan hanyalah meningkatkan tingkat perhatian terhadap masalah ini.” Kozak percaya bahwa tekanan internasional “memang memiliki beberapa efek.”

Terhadap kasus Xinjiang, otoritas Komunis Tiongkok mengubah posisi mereka dari menolak keberadaan “kamp pendidikan ulang” lalu mengakuinya, meskipun mereka kemudian mengklaim bahwa mereka adalah “Kamp pelatihan kejuruan.”

Perkembangan yang Patut Dicatat

Laporan Kemenlu AS  mengidentifikasi masalah pengambilan organ di Tiongkok setelah DPR AS dengan suara bulat meloloskan Resolusi 343 pada Juni 2016,“mengungkapkan kekhawatiran tentang laporan yang gigih dan kredibel tentang pengambilan organ secara sistematis, yang disetujui negara dari tahanan nurani di Republik Rakyat Tiongkok, termasuk dari sejumlah besar praktisi Falun Gong dan anggota kelompok agama dan etnis minoritas lainnya.”

Laporan mengatakan, “Beberapa aktivis dan organisasi terus menuduh pemerintah secara sukarela mengambil organ dari tahanan hati nurani, terutama anggota Falun Gong.”

David Matas, pengacara hak asasi manusia internasional, penulis buku “Bloody Harvest / The Slaughter,” kepada The Epoch Times mengatakan bahwa laporan ini adalah “perkembangan yang patut diperhatikan.”

“Penyebutan oleh Departemen Luar Negeri tentang laporan pengambilan organ dari tahanan hati nurani, terutama Falun Gong, adalah indikasi dari keseriusan dengan mana laporan diambil.”

Matas mengatakan, “ada tautan implisit, meskipun terlambat, di sini ke resolusi Dewan Perwakilan Rakyat Juni 2016 yang menyerukan penyelidikan oleh Departemen Luar Negeri.”

“Di antara 6 item yang dinyatakan dalam Resolusi 343 DPR AS, yang ke-6 langsung ditujukan ke Departemen Luar Negeri :

“Bahwa Dewan Perwakilan Rakyat  menyerukan kepada Departemen Luar Negeri Amerika Serikat untuk melakukan analisis yang lebih terperinci tentang pengambilan organ yang disetujui negara dari tahanan hati nurani dalam Laporan Hak Asasi Manusia tahunan, dan melaporkan setiap tahun kepada Kongres tentang implementasi dari bagian 232 dari Undang-Undang Otorisasi Departemen Negara, Tahun Anggaran 2003 (8 USC 1182f), melarang pemberian visa kepada orang Tiongkok dan warga negara lain yang terlibat dalam organ yang dipaksakan atau jaringan transplantasi organ.”

Matas mengatakan, “Penyelidikan belum dilakukan. Tetapi ketika Departemen Luar Negeri sendiri mengatakan bahwa ada masalah serius di sini, sulit bagi mereka untuk mengatakan bahwa mereka tidak akan menyelidiki. Laporan Departemen Luar Negeri tahun ini mungkin merupakan awal investigasi.”

Paling tidak, laporan menambah pengaruh permintaan Kongres agar digelar investigasi yang terpercaya dan transparan serta independen terhadap kasus penyalahgunaan dan perampasan organ yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Namun, jurnalis dan peneliti Ethan Gutmann, penulis “Losing the New China” dan “The Slaughter,” mengkritik Departemen Luar Negeri AS karena “menirukan jaminan resmi Tiongkok tentang reformasi transplantasi, sementara lebih dari satu juta Uighur yang diuji darah mereka dipenjara di kamp-kamp ‘reedukasi’ ”

David Kilgour, mantan pejabat Kemenlu Kanada untuk Asia-Pasifik, penulis Bloody Harvest/The Slaughter, mengatakan: “Amerika Serikat harus meningkatkan kekhawatirannya tentang memburuknya kondisi hak asasi manusia di seluruh Tiongkok pada setiap kesempatan bilateral dan multilateral, seperti halnya dengan Uni Soviet pada 1970-an dan 80-an.”

“Menghubungkan kembali hak asasi manusia dengan pembicaraan perdagangan, menjatuhkan sanksi Magnitsky Act ke dokter bedah dan pihak yang berpartisipasi dalam penyalahgunaan organ, dan memperingatkan universitas-universitas AS tentang risiko pelatihan ahli bedah dari Tiongkok, dan sebagainya, semuanya akan membantu.”

Zhang Erping, Juru Bicara Falun Gong  mengatakan “Beijing menyempurnakan metode penganiayaan yang digunakan terhadap praktisi Falun Gong selama bertahun-tahun untuk menekan kelompok lain belakangan ini.”

“Tiongkok adalah satu-satunya negara di dunia yang menghabiskan lebih banyak uang untuk keamanan dalam negeri daripada pertahanan nasionalnya. AS harus berdiri teguh atas dasar moral dan melindungi hak asasi manusia di seluruh dunia, khususnya di Tiongkok,” imbuhnya.  (asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=u21vtXJ5794

Sejumlah Korban Meregang Nyawa dalam Aksi Penembakan di Masjid Selandia Baru

0

EpochTimesId – Korban jiwa berguguran dalam insiden penembakan pada kawasan dua masjid di kota Christchurch, Selandia Baru pada hari Jumat, 15 Maret 2019. Setidaknya seorang pria bersenjata menembaki jemaah, menurut polisi.

Saksi mata mengatakan kepada media bahwa seorang pria berpakaian militer, dilengkapi pakaian kamuflase, dan membawa senapan otomatis menembaki orang-orang secara acak di masjid Al Noor.

Tim kriket Bangladesh tiba untuk sholat di masjid ketika penembakan terjadi. Akan tetapi, semua anggota rombongan atlet selamat, menurut seorang staf pelatih tim kepada Reuters.

Polisi mengatakan mereka sudah menangkap dan menahan satu orang pelaku. Namun, mereka tidak yakin apakah ada tersangka lain yang terlibat dalam aksi teror tersebut.

Staf ambulans membawa seorang pria dari luar masjid di pusat Christchurch, Selandia Baru, pada 15 Maret 2019. (Foto : Mark Baker/AP Photo/The Epoch Times)

Polisi menyarankan orang-orang untuk menjauh dari masjid.

“Sejauh yang kami tahu, korban meninggal itu terjadi di dua masjid. Situasi serius dan berkembang sedang terjadi di Christchurch dengan penembak aktif,” kata Komisaris Polisi Selandia Baru, Mike Bush.

Polisi mengatakan sebelumnya mereka sedang berburu ‘seorang penembak aktif’ di pusat kota Christchurch. Sementara Perdana Menteri Jacinda Ardern mengatakan tidak ada tempat di Selandia Baru untuk tindakan kekerasan ekstrem semacam itu.

“Polisi merespons dengan kemampuan penuh untuk mengelola situasi, tetapi lingkungan risiko tetap sangat tinggi,” sambung Bush.

Media lokal melaporkan bahwa seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke dalam masjid di distrik Hagley Park, Christchurch. Ada laporan polisi bersenjata di masjid kedua di pinggiran Linwood.

Orang-orang di pusat kota harus tinggal di dalam rumah, kata polisi. Semua sekolah dan gedung-gedung dewan kota Christchurch telah ditutup.

Polisi tidak segera mengomentari apakah insiden itu terjadi di masjid atau di dekatnya. Tidak ada konfirmasi resmi tentang korban.

Media mengatakan tembakan telah dilakukan di dekat sebuah masjid dan seorang saksi mata mengatakan kepada penyiar One News bahwa dia melihat tiga orang terbaring di tanah, berdarah di luar gedung.

Radio Selandia Baru mengutip seorang saksi di dalam masjid yang mengatakan, dia mendengar tembakan dan setidaknya empat orang terbaring di tanah dan ada darah di mana-mana.

“Ngeri mendengar penembakan di masjid Christchurch. Tidak pernah ada pembenaran untuk kebencian semacam itu,” kata Amy Adams, anggota parlemen dari Christchurch.

Tim kriket Bangladesh berada di Christchurch untuk menghadapi Selandia Baru dalam ujicoba kriket ketiga yang dimulai pada hari Sabtu.

“Mereka berada di dalam bus, yang baru saja tiba di masjid ketika penembakan dimulai. Mereka terguncang tapi dalam kondisi baik,” Mario Villavarayen, pelatih kekuatan dan pengkondisian tim kriket Bangladesh, mengatakan pada Reuters dalam sebuah pesan. (REUTERS/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M