EpochTimesId – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump meminta Arab Saudi untuk segera mengizinkan bantuan kemanusiaan menjangkau orang-orang Yaman. Washington nampaknya telah kehabisan kesabaran dengan blokade yang dipimpin oleh Saudi, yang telah dikutuk oleh organisasi bantuan kemanusiaan.
Koalisi militer pimpinan-Arab memerangi gerakan bersenjata Houthi di Iran dalam perang sipil Yaman. Mereka juga memulai sebuah blokade pelabuhan sejak sebulan yang lalu, setelah Arab Saudi mencegat sebuah rudal yang ditembakkan ke ibukota Riyadh dari Yaman.
Meski blokade tersebut kemudian mereda dan menunjukkan tanda-tanda melonggar, situasi Yaman tetap mengerikan. Sekitar delapan juta orang berada di ambang kelaparan dengan wabah kolera dan difteri.
“Saya telah mengarahkan pejabat di pemerintahan saya untuk memanggil pimpinan Kerajaan Arab Saudi untuk meminta agar mereka benar-benar mengizinkan makanan, bahan bakar, air dan obat-obatan untuk menjangkau orang-orang Yaman yang sangat membutuhkannya,” kata Trump, Rabu (6/12/2017) waktu setempat.
“Ini harus segera dilakukan untuk alasan kemanusiaan,” sambung Trump.
In response to escalating violence in #Yemen, international humanitarian agencies there are urgently calling for an immediate ceasefire: https://t.co/NHoEgKYTFr #YemenCantWait #Sanaa pic.twitter.com/gFkddPLDuK
— Oxfam International (@Oxfam) December 6, 2017
Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) mengatakan bahwa makanan dan bahan bakar pertama telah tiba di pelabuhan Hodeidah dan Saleef. Namun persediaan sedikit berkurang dibandingkan dengan yang dibutuhkan, karena jumlah penduduk Yaman yang berjumlah 27 juta hampir bergantung pada impor untuk makanan, bahan bakar dan obat.
Oxfam International memuji pernyataan Trump, yang menyebutnya ‘sudah lama terlambat tapi sangat penting’. Senator Demokrat Chris Murphy, yang menyerukan pembatasan penjualan senjata AS ke Arab Saudi, mengatakan bahwa dia mengharapkan Kerajaan tersebut untuk memperhatikan permintaan Trump.
Pernyataan singkat Trump, walau satu paragraf adalah salah satu tanda paling jelas dari perhatian AS mengenai aspek kebijakan luar negeri Arab Saudi. Arab Saudi juga telah berpisah dengan Trump atas keputusannya untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Kepada Publik, Trump, ajudan utamanya, dan pejabat senior Saudi memuji apa yang mereka katakan adalah kemajuan besar dalam hubungan AS-Saudi. Jika dibandingkan dengan hubungan dua negara di bawah mantan Presiden Barack Obama, yang membuat marah orang-orang Saudi dengan mengakui kesepakatan nuklir dengan musuh bebuyutan mereka, Iran.
Meski hubungan membaik, namun para diplomat dan analis intelijen AS secara pribadi mengungkapkan kegelisahan atas beberapa tindakan bermusuhan oleh pangeran mahkota Arab Saudi, terutama terhadap Yaman dan Lebanon. Karena Arab Saudi berusaha untuk menahan pengaruh Iran.
Pada gilirannya, Arab Saudi menjadi luar biasa tidak senang tentang keprihatinannya atas kebijakan Amerika di Yerusalem.
Raja Salman mengatakan kepada Trump menjelang pengumumannya di Yerusalem pada hari Rabu bahwa keputusan mengenai status Yerusalem sebelum kesepakatan damai permanen tercapai akan membahayakan perundingan damai dan meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut, seperti dikabarkan media milik pemerintah Saudi.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan pernyataan Trump tentang bantuan ke Yaman bukan pembalasan atas posisi Saudi terkait Yerusalem.
“Ini berkaitan dengan fakta bahwa ada masalah kemanusiaan yang serius di Yaman. Dan, Saudi harus dan dapat berbuat lebih banyak,” kata pejabat tersebut.
Kekurangan bahan bakar yang disebabkan oleh blokade tersebut berarti bahwa daerah yang sangat terpukul akibat perang, kekurangan gizi dan kolera serta kekurangan generator rumah sakit, bahan bakar untuk memasak dan juga pompa air. Kondisi ini juga membuat lebih sulit untuk menyalurkan makanan dan bantuan medis ke seluruh wilayah Yaman.
Koalisi militer yang dipimpin Saudi meningkatkan serangan udara di Huthi, Yaman pada hari Rabu karena gerakan bersenjata memperketat cengkeramannya pada Sanaa sehari setelah putra mantan presiden Abdullah Abdullah Saleh bersumpah untuk membalas dendam atas kematian ayahnya.
Saleh, yang tewas dalam serangan terhadap konvoi, membuat Yaman semakin terjerumus dalam kekacauan pada pekan lalu dengan beralih kesetiaan setelah bertahun-tahun membantu Huthi menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman, termasuk ibukota.
Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis mengatakan pada hari Selasa bahwa pembunuhan Saleh kemungkinan akan memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di negara ini dalam jangka pendek.
https://twitter.com/HerryRodin/status/938425056861896704
“Di sinilah kita semua harus menyingsingkan lengan baju dan mencari tahu apa yang akan Anda lakukan dengan obat-obatan serta makanan dan air bersih, termasuk kolera,” kata Mattis. (Steve Holland dan Phil Stewart/The Epoch Time/waa)