EtIndonesia. Krisis di Timur Tengah kembali memanas setelah Israel secara resmi meluncurkan gelombang kedua serangan militer ke Iran pada Jumat dini hari waktu setempat. Operasi ini menandai eskalasi konflik terbesar antara kedua negara dalam dekade terakhir, dan menimbulkan dampak besar terhadap stabilitas regional dan global.
Rangkaian Serangan: Target Fasilitas Strategis hingga Pemimpin Militer Iran
Serangan kedua ini mengikuti gelombang pertama yang telah mengguncang Iran sehari sebelumnya. Dalam operasi pre-emptive kali ini, militer Israel memfokuskan serangan pada sejumlah titik vital milik Iran. Target utama mencakup:
- Sedikitnya enam kompleks militer di sekitar fasilitas nuklir strategis dekat Teheran.
- Dua markas komando keamanan yang diyakini menjadi pusat kendali operasi militer dan intelijen Iran.
- Sejumlah gedung tempat tinggal yang diduga kuat menjadi lokasi persembunyian petinggi militer dan ilmuwan nuklir Iran.
- Kantor pusat Korp Garda Revolusi Iran (IRGC) serta kediaman para pemimpin politik dan keamanan nasional.
- Pangkalan-pangkalan rudal yang menjadi tulang punggung sistem pertahanan dan kemampuan serangan balasan Iran.
Langkah ofensif Israel ini bertujuan untuk melumpuhkan infrastruktur militer sekaligus menghambat kemampuan Iran dalam merespons atau melancarkan serangan balasan terhadap Israel dan sekutunya di kawasan.
Operasi Penyingkiran Tokoh Kunci Iran
Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber media Israel dan internasional menyebutkan, operasi ini tidak hanya menargetkan fasilitas fisik, tetapi juga melibatkan upaya sistematis untuk menyingkirkan tokoh-tokoh kunci dalam struktur militer dan keamanan Iran. Sasaran eliminasi di antaranya:
- Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mohammad Bagheri
- Komandan Garda Revolusi Iran (IRGC), Hossein Salami
- Komandan Angkatan Udara dan Dirgantara Iran, Amir Ali Hajizadeh
- Kepala Pasukan Elit IRGC Ambiya, Gholam Ali Rashid
- Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran
- Beberapa ilmuwan senior di bidang nuklir dan rudal balistik
Kantor berita semi-resmi Tasnim dan sejumlah media negara Iran telah mengonfirmasi kabar tewasnya Jenderal Hossein Salami dalam serangan udara tersebut. Selain itu, Mossad—dinas intelijen Israel—dilaporkan turut melancarkan operasi rahasia di Teheran yang menyebabkan kerugian besar bagi jaringan keamanan dalam negeri Iran.
Kerugian Besar Bagi Iran: Empat Jenderal Senior Tewas
Sejauh ini, sedikitnya empat jenderal senior Iran telah dikonfirmasi tewas. Nama-nama mereka langsung mencuat ke publik, yaitu:
- Mohammad Bagheri (Kepala Staf Angkatan Bersenjata)
- Amir Ali Hajizadeh (Komandan Angkatan Udara dan Dirgantara)
- Gholam Ali Rashid (Kepala Pasukan Elit IRGC Ambiya)
- Hossein Salami (Komandan Tertinggi Garda Revolusi)
Kematian para perwira tinggi ini dipandang sebagai pukulan telak bagi Iran. Banyak pengamat menilai, struktur komando dan koordinasi militer Iran kini dalam posisi terpuruk dan bisa menghambat respons Iran dalam jangka pendek.
Amerika Serikat Tegaskan Dukungan Penuh untuk Israel
Di tengah panasnya situasi, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dalam wawancara eksklusif dengan Fox News, menegaskan posisi Amerika Serikat sebagai sekutu utama Israel. Trump menegaskan, jika Iran melakukan aksi balasan terhadap Israel, maka Amerika Serikat tidak akan ragu untuk turun tangan membela Israel secara total.
“Kami akan berdiri di belakang Israel. Jika Iran membalas, Amerika Serikat akan membela Israel sepenuhnya,” tegas Trump dalam pernyataannya.
Gedung Putih dan Pentagon juga disebutkan telah meningkatkan kesiagaan militer di kawasan Timur Tengah, mengantisipasi kemungkinan serangan balasan dari Iran yang bisa menyasar aset-aset Amerika di Irak, Suriah, maupun kawasan Teluk.
Operasi Masih Berlangsung: Situasi di Iran Sangat Tegang
Hingga laporan ini diterbitkan, gelombang kedua serangan Israel ke Iran masih berlangsung. Suara ledakan besar dilaporkan terdengar di beberapa distrik utama Teheran dan wilayah strategis lainnya. Pemerintah Iran telah mengumumkan status siaga militer nasional, dan memerintahkan seluruh pasukan keamanan untuk meningkatkan kewaspadaan maksimal.
Bandara internasional utama di Iran telah ditutup untuk penerbangan komersial. Warga di Teheran dan kota-kota besar lainnya diminta untuk tetap berada di rumah dan menghindari area-area vital yang berpotensi menjadi target.
Dampak Global dan Potensi Eskalasi
Konflik antara Israel dan Iran kini berada di titik paling genting. Sejumlah negara di kawasan Timur Tengah telah meningkatkan status kewaspadaan. Negara-negara Barat, termasuk Inggris, Jerman, dan Prancis, menyerukan kedua belah pihak untuk menahan diri dan menghindari eskalasi lebih lanjut yang bisa berujung pada perang besar di kawasan.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB dijadwalkan akan menggelar rapat darurat untuk membahas situasi terkini dan langkah-langkah yang bisa diambil untuk mencegah krisis melebar lebih jauh.
Kesimpulan:
Serangan militer Israel ke Iran pada 13 Juni 2025 menjadi babak baru yang sangat berbahaya dalam sejarah konflik Timur Tengah. Eliminasi sejumlah pemimpin puncak militer Iran menandai perubahan dramatis dalam dinamika keamanan regional, dan reaksi Iran dalam beberapa jam ke depan akan sangat menentukan arah konflik ini. Dunia kini menanti, akankah kedua negara mampu menahan diri, atau justru konflik berskala besar segera pecah di kawasan yang sudah lama bergolak ini.