Keberadaan dua gas dalam jumlah besar menunjukkan bahwa planet K2-18b mungkin dipenuhi oleh kehidupan mikroba, menurut para peneliti.
EtIndonesia. Para ilmuwan mungkin telah menemukan tanda-tanda paling kuat sejauh ini tentang kemungkinan adanya kehidupan di sebuah planet terpencil yang ukurannya 2,6 kali lebih besar dari Bumi.
Dengan menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) milik NASA, para ilmuwan dari Institut Astronomi Universitas Cambridge telah mendeteksi dua jenis gas di atmosfer planet tersebut yang, di Bumi, hanya dihasilkan oleh organisme hidup, terutama kehidupan mikroba seperti fitoplankton laut, sejenis alga mikroskopik.
Keberadaan dua gas tersebut—dimetil sulfida (DMS) dan dimetil disulfida (DMDS)—dalam jumlah besar menunjukkan bahwa planet K2-18b mungkin dipenuhi oleh kehidupan mikroba, kata para peneliti.
Penemuan dua gas ini merupakan indikator kuat bahwa proses biologis mungkin ada di planet yang permukaannya tertutup lautan tersebut, meskipun hal ini belum bisa dianggap sebagai bukti langsung adanya kehidupan. Namun, para peneliti menyambut penemuan ini dengan antusias.
“Ini adalah momen transformasional dalam pencarian kehidupan di luar tata surya, di mana kita telah membuktikan bahwa mungkin untuk mendeteksi biosignature (tanda-tanda hayati) di planet-planet yang berpotensi layak huni dengan fasilitas yang ada saat ini,” kata astrofisikawan Nikku Madhusudhan dari Institut Astronomi Universitas Cambridge, penulis utama studi yang diterbitkan dalam Astrophysical Journal Letters.
Pengamatan sebelumnya oleh teleskop Hubble telah mendeteksi uap air di K2-18b, itulah sebabnya planet ini masuk dalam daftar prioritas untuk diteliti oleh JWST setelah teleskop tersebut ditempatkan di orbit pada Desember 2021.
Pengamatan awal oleh JWST menemukan metana dan karbon dioksida di atmosfer K2-18b—untuk pertama kalinya molekul berbasis karbon ditemukan di atmosfer planet yang berada di “zona layak huni” sebuah bintang—jarak di mana air cair, salah satu komponen penting kehidupan, bisa ada di permukaan planet.
Pengamatan ini menunjukkan bahwa K2-18b adalah planet hycean—dunia dengan lautan luas dan atmosfer kaya hidrogen.
“Satu-satunya skenario yang saat ini bisa menjelaskan semua data yang telah diperoleh sejauh ini dari JWST, termasuk pengamatan masa lalu dan sekarang, adalah bahwa K2-18b adalah dunia hycean yang dipenuhi kehidupan,” kata Madhusudhan.
Mengorbit sebuah bintang katai merah yang lebih kecil dan kurang terang daripada matahari kita, K2-18b terletak di rasi bintang Leo, sekitar 124 tahun cahaya dari Bumi, atau sekitar 730 triliun mil jauhnya. Karena itu, jumlah cahaya yang dipantulkan dari planet tersebut dan mencapai Bumi sangatlah kecil.
Jika pengamatan ini dapat dikonfirmasi, penemuan ini bisa membawa para ilmuwan selangkah lebih dekat menuju penemuan kehidupan di planet lain.
“Kita berbicara tentang kehidupan mikroba, mungkin seperti yang kita lihat di lautan Bumi,” kata Madhusudhan.
Ketika ditanya mengenai kemungkinan adanya organisme multiseluler atau bahkan kehidupan cerdas, Madhusudhan menjawab, “Kita belum bisa menjawab pertanyaan ini pada tahap ini. Asumsi dasarnya adalah kehidupan mikroba sederhana.”
Masih Banyak yang Harus Dilakukan
Pengamatan JWST mendukung tingkat kepastian 99,7 persen bahwa kedua molekul tersebut memang ada, yang berarti ada kemungkinan 0,3 persen bahwa pengamatan itu hanya kebetulan statistik.
Namun, yang dianggap luar biasa oleh para ilmuwan adalah tingginya konsentrasi gas-gas tersebut, yaitu lebih dari 10 bagian per juta dalam volume.
“Ini ribuan kali lebih tinggi dibandingkan konsentrasinya di atmosfer Bumi, dan tidak bisa dijelaskan tanpa aktivitas biologis berdasarkan pengetahuan saat ini,” ujar Madhusudhan.
“Namun, kita perlu tetap terbuka dan terus mengeksplorasi skenario lain.”
Langkah selanjutnya adalah mengulangi pengamatan beberapa kali untuk mengurangi kemungkinan bahwa hasil pengamatan hanyalah kebetulan statistik menjadi 0,0001 persen, atau satu dari sejuta, kata Madhusudhan.
Setelah itu, studi teoritis dan eksperimental lebih lanjut perlu dilakukan untuk menentukan apakah DMS atau DMDS bisa diproduksi oleh mekanisme abiotik yang belum diketahui—yakni mekanisme yang tidak melibatkan proses biologis—di atmosfer K2-18b.
“Kita perlu tetap terbuka dan terus mengejar kemungkinan lain,” kata Madhusudhan.
“Data kaya dari K2-18b menjadikannya dunia yang menggoda,” ujar Christopher Glein, ilmuwan utama di Divisi Ilmu Antariksa Southwest Research Institute di Texas.
“Data terbaru ini adalah kontribusi berharga bagi pemahaman kita. Namun, kita harus sangat hati-hati menguji data ini seakurat mungkin. Saya menantikan penelitian tambahan dan analisis data secara independen yang akan dimulai secepat minggu depan.”
Meskipun Madhusudhan menyatakan bahwa menemukan kehidupan adalah “cawan suci” dalam penelitian eksoplanet, ia menekankan bahwa temuan ini belum secara meyakinkan menunjukkan bahwa kedua gas tersebut diproduksi oleh kehidupan.
“[Tidak ada] yang berkepentingan untuk mengklaim secara prematur bahwa kita telah menemukan kehidupan,” ujarnya.
Reuters turut berkontribusi dalam laporan ini.
Dari NTD News