Home Blog Page 3

Serangan Kilat Israel ke Iran: Fasilitas Nuklir Dibom, Apa yang Terjadi di Teheran?

EtIndonesia. Dunia kembali dibuat terkejut dan tegang setelah Angkatan Udara Israel secara tiba-tiba melancarkan serangan udara ke wilayah Iran pada Jumat dini hari (13/6). Serangan mendadak ini dikonfirmasi oleh laporan langsung seorang jurnalis Fox News yang berada di lokasi kejadian. Menurut laporan tersebut, Israel menargetkan fasilitas nuklir strategis serta infrastruktur militer yang berhubungan dengan program rudal jarak jauh milik Iran.

Serangan Mendadak dalam Beberapa Gelombang

Berdasarkan keterangan dari narasumber militer Israel yang dikutip media internasional, serangan malam itu bukan hanya satu kali pukulan, melainkan dirancang dalam beberapa gelombang berturut-turut. Gelombang pertama dikabarkan telah menghantam sedikitnya sepuluh titik strategis di berbagai wilayah Iran, termasuk lokasi-lokasi yang diduga kuat menjadi pusat pengembangan nuklir dan basis peluncuran rudal balistik.

Ledakan Kuat Guncang Teheran dan Wilayah Sekitarnya

Tidak lama setelah serangan dimulai, sejumlah ledakan besar dilaporkan terdengar di sekitar ibu kota Teheran dan beberapa kota penting lainnya di Iran. Getaran dan kepulan asap tebal tampak membubung ke udara, menandakan skala serangan yang jauh lebih besar dibanding insiden-insiden sebelumnya di kawasan Timur Tengah.

Penduduk lokal yang panik melaporkan adanya bunyi sirene dan perintah evakuasi di beberapa area sensitif. Akses internet di sejumlah wilayah Iran sempat dilaporkan terganggu, dan komunikasi internasional menjadi terbatas.

Target Utama: Fasilitas Nuklir dan Basis Rudal

Menurut keterangan pejabat militer Israel, prioritas utama dalam operasi ini adalah menghancurkan fasilitas nuklir Iran yang selama ini dianggap menjadi ancaman utama bagi stabilitas kawasan. Selain itu, kemampuan Iran dalam mengembangkan dan meluncurkan rudal jarak jauh juga menjadi sasaran utama. Israel meyakini bahwa keberhasilan operasi ini akan menghambat program persenjataan strategis Iran dalam waktu yang signifikan.

“Ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa Iran tidak dapat mengembangkan senjata nuklir yang dapat mengancam keamanan Israel maupun negara-negara lain di kawasan,” ujar salah satu pejabat militer Israel yang meminta namanya dirahasiakan.

Respon Cepat Iran: Siaga Penuh dan Ancaman Balasan

Pemerintah Iran, melalui siaran resmi, langsung mengumumkan status siaga nasional dan menuduh Israel melakukan agresi ilegal yang dapat memicu perang terbuka di Timur Tengah. Korps Garda Revolusi Iran menyatakan seluruh pasukan pertahanan dan sistem anti-rudal telah diaktifkan di titik-titik strategis.

Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Iran menegaskan: “Setiap serangan ke wilayah Iran akan dibalas dengan respons yang sangat keras. Iran memiliki hak penuh untuk membela diri dan akan membalas agresi ini dengan kekuatan maksimal.”

Reaksi Dunia Internasional: Seruan Menahan Diri

Serangan mendadak ini sontak memicu reaksi keras dari berbagai negara dan lembaga internasional. Amerika Serikat, melalui Departemen Luar Negeri, menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan menghindari eskalasi konflik yang dapat meluas ke seluruh kawasan Timur Tengah.

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB dilaporkan akan segera menggelar pertemuan darurat untuk membahas situasi terbaru antara Israel dan Iran. Negara-negara Uni Eropa, Rusia, dan Tiongkok juga menyatakan keprihatinan mendalam atas risiko pecahnya perang terbuka yang bisa berdampak ke seluruh dunia.

Analisis Pengamat: Babak Baru Konflik Timur Tengah

Para pengamat menilai serangan Israel kali ini merupakan eskalasi paling serius dalam dua dekade terakhir antara kedua negara. Serangan ini berpotensi memicu serangkaian aksi balasan yang dapat melibatkan negara-negara sekutu Iran maupun Israel di kawasan.

Menurut Dr. Michael Rubin, analis senior bidang keamanan Timur Tengah di American Enterprise Institute: “Serangan ini dapat menjadi pemicu babak baru konflik berskala regional, mengingat posisi Iran yang selama ini mendapat dukungan penuh dari kelompok milisi di Irak, Suriah, hingga Lebanon.”

Situasi Terkini: Ketegangan Masih Tinggi

Hingga berita ini diturunkan, situasi di Iran masih belum sepenuhnya kondusif. Akses ke beberapa fasilitas militer dijaga ketat oleh aparat keamanan, dan warga diminta tetap waspada terhadap kemungkinan serangan lanjutan.

Israel sendiri belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait hasil serangan maupun rencana selanjutnya. Namun, sumber internal menyebutkan bahwa militer Israel tetap siaga penuh dan siap menghadapi segala kemungkinan, termasuk serangan balasan dari Iran.

Israel Serang Target Nuklir Iran, Tewaskan Pemimpin Militer Tertinggi

Iran mengonfirmasi tewasnya  komandan militer negara itu dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC)

EtIndonesia. Militer Israel pada Jumat (13/6/2025 ) dini hari menyatakan bahwa mereka telah melancarkan serangan terarah terhadap program nuklir Iran.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggambarkan serangan tersebut sebagai “operasi militer terarah untuk membendung ancaman Iran terhadap kelangsungan hidup Israel.”

Operasi ini, kata Netanyahu, akan “berlangsung selama diperlukan hingga ancaman ini benar-benar dihapus.

 Israel menyatakan status darurat, dan semua penerbangan ke dan dari Israel telah ditangguhkan.

Pemimpin Korps Garda Revolusi Islam Iran, Jenderal Hossein Salami, serta Panglima Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, dilaporkan tewas akibat serangan tersebut, menurut media pemerintah Iran. Media Iran juga melaporkan bahwa pejabat militer tinggi lainnya dan para ilmuwan turut tewas.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada Jumat mengatakan bahwa Israel akan menghadapi “hukuman yang berat” atas serangan ini.

Laporan media pemerintah Iran mengonfirmasi bahwa Mayor Jenderal Mohammad Bagheri termasuk di antara korban tewas akibat serangan Israel.  Ia merupakan salah satu dari sejumlah pejabat militer tinggi yang tewas dalam serangan tersebut.

Seorang juru bicara Angkatan Bersenjata Iran menyatakan bahwa “musuh Zionis dan Amerika Serikat akan membayar harga yang sangat mahal,” seraya menambahkan bahwa Iran akan melancarkan respons keras terhadap rezim Zionis, menurut pernyataan di akun media sosial X resmi militer Iran.

Selain itu, Brigadir Jenderal Iran Abolfazl Shekarchi menuduh bahwa serangan udara Israel dilakukan dengan dukungan Amerika Serikat, menurut laporan dari kantor berita resmi Iran, IRNA.

Para pemimpin Israel menyatakan bahwa mereka menargetkan situs-situs nuklir Iran, sementara laporan IRNA menyebutkan, “Gambar-gambar menunjukkan bangunan-bangunan tempat tinggal yang rusak di beberapa lokasi di ibu kota.” Laporan itu juga mengklaim bahwa perempuan dan anak-anak termasuk di antara para korban.

Pejabat Amerika Serikat mengatakan bahwa AS tidak terlibat dalam serangan tersebut.

Kedutaan Besar AS di Israel mengeluarkan panduan baru untuk semua pegawai pemerintah dan keluarga mereka, serta warga negara Amerika yang berada di negara itu.

“Mengingat situasi keamanan saat ini, Kedutaan Besar AS telah memerintahkan seluruh pegawai pemerintah dan anggota keluarganya untuk tetap berlindung di tempat sampai pemberitahuan lebih lanjut,” bunyi pernyataan tersebut.

Kedutaan AS juga menyatakan bahwa mereka mungkin akan membatasi atau melarang perjalanan pegawai pemerintah dan keluarganya ke wilayah tertentu di Israel dan Tepi Barat.

Pihak AS  juga menginstruksikan semua warga negara AS di Israel untuk memantau situs web resmi kedutaan dan media lokal guna memperoleh informasi terbaru, mengikuti instruksi otoritas setempat, mengetahui lokasi tempat perlindungan bom terdekat, serta mengunduh aplikasi peringatan Red Alert dari Komando Pertahanan Sipil.

“Kedutaan Besar AS mengingatkan warga negaranya untuk tetap waspada dan meningkatkan kesadaran akan keamanan pribadi—termasuk mengetahui lokasi perlindungan terdekat jika terjadi peringatan serangan, karena insiden keamanan seperti serangan mortir, roket, rudal, dan pesawat tak berawak (UAS) sering terjadi tanpa peringatan,” tambah pernyataan itu. “Lingkungan keamanan sangat kompleks dan bisa berubah dengan cepat.” (asr)

Sumber : Theepochtimes.com

Teheran Peringatkan Israel Akan Nasib yang “Pahit dan Menyakitkan” Setelah Serangan di Iran

EtIndonesia. Iran telah bersumpah untuk memberikan “respons yang kuat” setelah serangan udara mematikan Israel menghantam beberapa wilayah, termasuk fasilitas militer dan nuklir, di seluruh Republik Islam tersebut pada hari Jumat dini hari. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan negara Yahudi tersebut akan menderita konsekuensi yang berat atas serangan yang menewaskan dua komandan militer senior dan ilmuwan nuklir terkemuka di Iran.

“Dengan kejahatan ini, rezim Zionis telah menetapkan dirinya untuk nasib yang pahit dan menyakitkan, dan pasti akan menerimanya,” kata Khamenei dalam sebuah pernyataan.

Kepala staf angkatan bersenjata Iran, Mohammad Bagheri, dan komandan senior Garda Revolusi Gholam Ali Rashid tewas setelah Israel menargetkan beberapa lokasi di Israel, demikian dilaporkan televisi pemerintah. Kantor berita Tasnim juga melaporkan bahwa ilmuwan nuklir Mohammad Mehdi Tehranchi dan Fereydoun Abbasi “menjadi sasaran dan mati syahid”.

Khamenei mengatakan bahwa bangsa Yahudi akan menghadapi “hukuman berat” atas tindakannya terhadap Teheran dan berkata: “Israel membuka tangannya yang jahat dan berlumuran darah untuk melakukan kejahatan di negara kita tercinta, memperlihatkan sifat jahatnya lebih dari sebelumnya dengan menyerang pusat-pusat permukiman.”

“Hak Sah” Iran untuk Menanggapi

Teheran mengatakan bahwa mereka memiliki “hak yang sah dan legal” untuk menanggapi serangan mematikan Israel.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan: “Menanggapi agresi ini adalah hak Iran yang sah dan legal sesuai dengan Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.”

Angkatan bersenjata Iran “tidak akan ragu untuk membela bangsa Iran dengan sekuat tenaga,” pernyataan itu menambahkan.

Angkatan Darat Iran Bersumpah Membalas Dendam

Angkatan bersenjata Iran berjanji untuk memberikan “respons yang kuat” terhadap serangan udara Israel yang mematikan yang menghantam beberapa wilayah di seluruh negeri pada hari Jumat, termasuk fasilitas nuklir.

“Angkatan bersenjata pasti akan menanggapi serangan Zionis ini,” kata Abolfazl Shekarchi, juru bicara staf umum angkatan bersenjata, seraya menambahkan bahwa Israel “akan membayar harga yang mahal dan harus menunggu tanggapan yang kuat dari angkatan bersenjata Iran.”

Garda Revolusi Iran juga bersumpah untuk membalas dendam setelah pembunuhan pemimpinnya, Hossein Salami. Serangan itu “tidak akan tetap tidak terbalas dan (Israel) harus menunggu pembalasan yang keras dan disesalkan”, kata Korps Garda Revolusi Islam dalam sebuah pernyataan yang dibacakan di TV pemerintah.

“AS Bertanggung Jawab”

Teheran mengatakan Amerika Serikat akan “bertanggung jawab atas konsekuensi” serangan Israel terhadap Republik Islam tersebut.

“Tindakan agresif rezim Zionis terhadap Iran tidak dapat dilakukan tanpa koordinasi dan izin dari Amerika Serikat,” kata Kementerian Luar Negeri, seraya menambahkan bahwa AS “bertanggung jawab atas dampak dan konsekuensi berbahaya dari petualangan rezim Zionis”.(yn)

(Edisi Khusus): Drama Kudeta Senyap, Pembersihan Politik, dan Hitung Mundur Jatuhnya Xi Jinping

EtIndonesia. Masih banyak yang mengira insiden digiringnya Hu Jintao keluar dari ruang sidang Kongres ke-20 Partai Komunis Tiongkok (PKT) adalah puncak dari drama politik Tiongkok modern. Faktanya, momen itu justru merupakan episode paling “halus” dari sebuah operasi besar-besaran yang sesungguhnya: rencana kudeta internal yang nyaris membalikkan seluruh struktur kekuasaan di tubuh PKT.

Apa yang sebenarnya terjadi jauh melampaui insiden tersebut. Di balik tembok merah kekuasaan, telah berlangsung upaya sistematis untuk menghabisi para tokoh senior dan membentuk barisan tunggal di bawah kendali Xi Jinping. Namun, rencana besar ini gagal total di saat-saat kritis, menyisakan sisa-sisa faksi lawan yang kini mulai bangkit kembali seiring melemahnya kekuasaan Xi.

Skema Kudeta dan Surat Rahasia Chen Min’er

Surat yang Menggemparkan

Semua bermula pada awal Juni, ketika Chen Min’er—salah satu kader kepercayaan Xi—secara diam-diam menulis surat kepada Wen Jiabao, mantan Perdana Menteri Tiongkok. Surat itu, yang kini beredar luas di kalangan elite PKT, secara terang-terangan mengungkap rencana awal Kongres ke-20: menyingkirkan 15 pejabat senior partai secara serentak.

Daftar hitam itu bukan sembarangan—isinya para tokoh senior, penggerak utama faksi Tuanpai (Liga Pemuda), dan para penentang garis politik Xi. Bahkan, mereka yang selama ini “setia”, seperti Hu Chunhua dan Wang Yang, juga tak luput masuk daftar.

Skenario utamanya: jika rencana berjalan mulus, seluruh kekuatan faksi teknokrat, senior, dan regional akan “dibersihkan” hingga hanya menyisakan satu warna: loyalis Xi Jinping. Namun, kudeta ini gagal menyelesaikan langkah terakhirnya, akibat keraguan dua aktor utama.

Dua Kunci Gagalnya Kudeta

Chen Min’er: Sang “Putra Mahkota” yang Ragu

Chen Min’er waktu itu sudah diproyeksikan menjadi Sekretaris Komisi Disiplin Pusat PKT, posisi strategis untuk mengamankan kekuasaan Xi. Namun, di tengah rapat rahasia, Chen tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang bagi Xi Jinping adalah tanda pembangkangan: “Dulu Sekretaris Hu pernah melindungi kita, apakah menangkap 15 orang ini tidak terlalu berlebihan?”

Kalimat sederhana ini fatal. Dalam politik Tiongkok, keraguan adalah dosa besar. Akibatnya, Chen langsung dicoret dari daftar anggota tetap Politbiro dan digantikan oleh Li Xi yang lebih loyal. Dia sadar: dirinya hanyalah pion. Dari situ, Chen Min’er mulai bergerak diam-diam, bukan untuk menolong siapa pun, melainkan demi menyelamatkan dirinya sendiri.

Zhang Youxia: Komandan yang Tak Bertindak

Zhang Youxia, wakil panglima tertinggi militer sekaligus pengawal utama operasi kudeta, justru memilih diam saat genting. Dia tak menggerakkan pasukan, tak memberontak, hanya membiarkan situasi berjalan tanpa intervensi.

Zhang paham, jika terjadi kekacauan, yang jadi korban bukan Xi sang konseptor, melainkan dirinya sebagai eksekutor. Lebih dari itu, Zhang tahu siapa yang pernah mengangkat karier militernya: Hu Jintao. Dia pun mengambil jalan tengah, mematuhi perintah di permukaan, tapi “melonggarkan” pengamanan di bawah, seolah memberi isyarat: “Kalian diam, saya pun diam.”

Klimaks di Hari Terakhir Kongres ke-20

Aksi Simbolik di Podium

Pada hari terakhir Kongres ke-20, Hu Jintao duduk tepat di sebelah kiri Xi Jinping, di hadapannya daftar Politbiro baru yang hanya berisi kader loyalis Xi. Skenario Xi adalah agar Hu tetap di kursinya, seolah menyetujui daftar itu, lalu kamera merekam momen “legitimasi”.

Namun, Hu Jintao rupanya sadar ada sesuatu yang janggal. Dia berusaha mengambil berkas di depannya, tapi Li Zhanshu segera menahan. Xi Jinping memberi isyarat, memanggil Kong Shaoxun, Wakil Kepala Kantor Umum, untuk berbisik ke telinga Hu.

Petugas keamanan kemudian masuk. Meski suasana mencekam, Hu tak langsung dipaksa keluar, melainkan berdiri dan berbicara pelan dengan Kong Shaoxun sekitar satu menit. Tak ada yang tahu persis isi percakapan itu, tapi jelas, Hu tengah mengambil keputusan besar.

Inti sikap Hu Jintao:

  • Jika dia bertahan, kekacauan dan potensi penahanan bisa pecah di tempat.
  • Jika dia keluar, dia bisa menyelamatkan sebagian orang dari faksinya.

Akhirnya, Hu memilih mundur secara sadar. Dia menoleh ke Xi Jinping, menyampaikan pesan (diduga: “Saya keluar, jangan ada masalah setelah ini”), dan Xi hanya mengangguk dingin. Kepada Li Keqiang, Hu menepuk pundaknya—kode keras agar tetap tenang dan jangan terbawa arus emosi.

Di ruang sidang yang hening, kamera merekam semua detail. Kepergian Hu bukan sekadar pengusiran, tapi penolakan terang-terangan untuk menandatangani “legalitas” pembersihan politik Kongres ke-20.

Penundaan dan Kebangkitan Faksi Lama

Fase “Tuli dan Bisu” 2022–2024

Setelah peristiwa tersebut, selama dua tahun penuh, faksi senior dan reformis hanya bisa diam menyaksikan propaganda “dua status”, “inti kepemimpinan”, dan segala slogan loyalis Xi merajalela.

Namun, memasuki musim panas 2024, situasi tiba-tiba berubah. Isu kesehatan Xi Jinping yang menurun membuat kendali kekuasaan terancam. Zhang Youxia selama delapan bulan perlahan membersihkan loyalis Xi dari tubuh militer. Akhirnya, pada musim semi–musim panas 2024, kendali militer benar-benar beralih ke faksi lama.

Kini, kekuasaan Xi di partai mulai goyah.

Rapat-Rapat Elite dan Sinyal Pergantian Kepemimpinan

Kembalinya “Pemain Kawakan”

Antara 14 Mei hingga 7 Juni 2025, PKT dua kali menggelar rapat perluasan Politbiro dan serangkaian rapat koordinasi. Daftar peserta penuh dengan “pemain lama”:

  • Liu Yuan (perwakilan militer),
  • Li Qiang (pelaksana utama),
  • Wang Huning (ideolog utama),
  • Hu Chunhua & Wang Yang (Tuanpai),
  • Zhao Leji, Jia Qinglin, Li Changchun, Zhu Rongji, Li Ruihuan, Wang Qishan, Zeng Qinghong, Wen Jiabao (elite senior lintas bidang).

Bahkan Hu Jintao dan Zhang Youxia, yang sempat menghilang, kini kembali ke permukaan. Xi Jinping sendiri tampil defensif, bukan sebagai pemimpin, tapi membela diri.

Para elite ini hadir bukan untuk nostalgia, tapi untuk memperjelas barisan dan menyusun kekuatan baru. Meski pidato mereka tidak muncul di media nasional, saluran analisis politik luar negeri justru jadi ajang “kode bersama”.

Xi Jinping kini menghadapi hitung mundur digantikannya kepemimpinan dari dalam partai.

Hitung Mundur, Rapat Pleno, dan Skenario Penggulingan

Momen Penentuan: Menuju Rapat Pleno Keempat

Proses pergantian ini sangat mendesak. Beidaihe, forum tahunan untuk konsolidasi kekuasaan, bukan lagi milik Xi. PKT tengah menyiapkan satu rapat besar Politbiro untuk mencapai konsensus, dilanjutkan sidang pleno (plenum) keempat guna penetapan Sekjen baru—semuanya harus dilakukan sebelum Beidaihe.

Alasannya jelas: jika tertunda, Xi masih bisa melakukan manuver politik untuk mempertahankan sisa kekuasaan, memicu perang bayangan baru. Bahkan parade militer besar (9.3 Parade) yang biasanya jadi panggung Xi, kini kehilangan makna strategis.

Satu pesan penting: Sebelum Beidaihe, Xi harus sudah benar-benar dipinggirkan.

Krisis Eksternal—Tiongkok Dianggap Ancaman oleh Rusia

Bocoran Memo FSB: Tiongkok Bukan Lagi Sekutu Penuh

Tepat ketika suhu politik dalam negeri memuncak, tekanan eksternal muncul dari arah tak terduga. Pada 9 Juni, New York Times membocorkan memo rahasia FSB (Dinas Keamanan Rusia), khususnya dari Departemen VII yang menangani operasi kontra intelijen terhadap Tiongkok.

Inti memo:

  • Tiongkok resmi dikategorikan sebagai ancaman utama spionase Rusia.
  • Sejak akhir 2023, FSB menjalankan “Proyek Pact 4”—operasi anti-infiltrasi yang menarget PKT.
  • Tiongkok aktif merekrut ilmuwan Rusia, mencuri teknologi drone, avionik, dan algoritma penerbangan.
  • Beijing mengirim “perwakilan perusahaan” dan akademisi ke Arktik untuk membangun jaringan spionase, sekaligus melakukan penetrasi budaya di Timur Jauh Rusia.
  • Pengalaman tempur Wagner juga diincar sebagai model.

Lebih menarik, bocoran memo itu tampaknya disengaja—Putin ingin memberi sinyal ke Barat bahwa Rusia tak sepenuhnya berpihak pada Tiongkok. Bahkan sekutu “merah” kini mulai menjaga jarak. 

Isolasi Total dan Akhir Era Xi Jinping

Kini, Xi Jinping menghadapi isolasi dari dua sisi:

  • Di dalam negeri, kekuasaan nyata perlahan raib, elite-elite lama membentuk barisan baru, menyiapkan transisi sistemik.
  • Di luar negeri, kepercayaan global makin menipis, bahkan sekutu Rusia mulai “membuka sekat”.

Gelombang tekanan ini bukan lagi sekadar keinginan faksi lawan, tapi telah menjadi keinginan dunia: era Xi Jinping segera berakhir.

Kesimpulan:

Bukan soal siapa yang akan mengganti Xi, melainkan seluruh ekosistem kekuasaan—baik internal PKT maupun geopolitik global—sudah menyiapkan panggung baru tanpa dirinya. Kudeta politik senyap, pembersihan elite, dan isolasi eksternal telah menyatu dalam satu arus besar perubahan yang kini sudah tak terbendung.

Penutup

Momen pengusiran Hu Jintao yang terekam kamera kini dikenang sebagai penanda transisi, bukan hanya peralihan kekuasaan, tapi babak baru sejarah PKT. Drama di balik tembok merah tak lagi tersembunyi—ia telah menjadi pelajaran bahwa di era kekuasaan absolut, satu keraguan dan satu penolakan mampu mengubah peta politik negeri sebesar Tiongkok.

Operasi Rising Lion Israel: Menyerang Target Situs Nukli Iran di Natanz

EtIndonesia. Di situs pengayaan uranium utama Iran di Natanz, asap hitam terlihat mengepul ke udara beberapa jam setelah gelombang pertama serangan udara.

Dalam serangan sebelum fajar yang disebut Operasi Rising Lion, puluhan jet Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di wilayah Iran pada hari Jumat (13/6), menghantam beberapa target nuklir dan militer bernilai tinggi. Yang paling utama di antaranya adalah situs pengayaan uranium utama Iran di Natanz, tempat asap hitam terlihat mengepul ke udara beberapa jam setelah gelombang pertama serangan udara.

Dalam eskalasi permusuhan yang tiba-tiba antara kedua negara, televisi pemerintah Iran kemudian mengonfirmasi kematian Mayor Jenderal Hossein Salami, kepala Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), dalam apa yang disebutnya “pembunuhan langsung oleh pasukan Zionis.”

Dia telah menjabat sebagai wajah publik strategi militer Iran dan dipandang sebagai ahli strategi kebijakan perang proksinya, khususnya di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman. Televisi pemerintah Iran selanjutnya melaporkan kematian komandan senior IRGC lainnya, yang namanya belum dirilis, dan dua ilmuwan nuklir terkemuka yang terkait dengan program pengayaan uranium Iran.

Pemerintah Iran telah mengumumkan keadaan berkabung nasional.

Serangan terhadap Inti Nuklir Iran

Angkatan Udara Israel (IAF) menyerang beberapa lokasi sensitif di seluruh Iran. Yang paling utama adalah kompleks Natanz yang luas, tersebar di sekitar 100.000 meter persegi di Provinsi Isfahan dan sebagian terkubur di bawah dataran gurun di Iran tengah. Natanz adalah rumah bagi ribuan sentrifus dan telah lama menjadi pusat perhatian Barat dan Israel tentang ambisi nuklir Iran.

Sementara tingkat kerusakan di Natanz masih belum jelas, gambar awal yang disiarkan secara singkat oleh media Pemerintah Iran dan lusinan laporan intelijen sumber terbuka menunjukkan kebakaran di dekat Pabrik Pengayaan Bahan Bakar Pilot (PFEP) di atas tanah. Pabrik Pengayaan Bahan Bakar (FEP) di bawah tanah, yang kedalamannya tiga lantai, dianggap lebih tahan terhadap serangan udara konvensional. Namun, analis mengatakan kerusakan permukaan yang terbatas pun dapat mengganggu operasi di instalasi nuklir Iran yang paling dijaga ketat.

Ini menandai serangan Israel paling langsung terhadap infrastruktur nuklir Iran sejak serangan siber Stuxnet lebih dari satu dekade lalu.

Infrastruktur Nuklir Iran

Menurut laporan, selama lima tahun terakhir, Iran telah terus mempercepat program pengayaan uraniumnya, memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi bahan fisil yang cukup untuk senjata nuklir. “Waktu terobosan” ini, periode yang dibutuhkan untuk memperkaya uranium ke tingkat kelas senjata yang cukup untuk satu perangkat nuklir, dilaporkan menyusut menjadi hanya beberapa minggu, menurut laporan Reuters dari tahun 2024. Berdasarkan ketentuan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) 2015, jangka waktu tersebut diperkirakan lebih dari satu tahun.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) memperkirakan bahwa Iran memiliki cukup uranium yang diperkaya 60 persen, jika diperkaya lebih lanjut hingga 90 persen, untuk memproduksi hampir empat hulu ledak nuklir. Teheran menyatakan bahwa kegiatan nuklirnya adalah untuk tujuan damai.

Fasilitas Nuklir Lainnya

Fordow

Meskipun Natanz tetap menjadi situs paling penting dalam arsitektur nuklir Iran, Fordow, yang terletak di Kota Qom, sebelah selatan Teheran, adalah yang paling dijaga ketat.

Dibangun secara rahasia dan diungkap pada tahun 2009 oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, Fordow digali jauh ke dalam gunung, menawarkan perlindungan terhadap serangan udara atau rudal. Presiden AS saat itu, Barack Obama, menyatakan ukuran dan struktur fasilitas itu “tidak konsisten dengan program nuklir damai.”

Awalnya dilarang melakukan aktivitas pengayaan berdasarkan JCPOA, Fordow menampung lebih dari 1.000 sentrifus, termasuk sejumlah sentrifus canggih IR-6 yang terus bertambah, beberapa di antaranya memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen, menurut laporan media AS dan internasional.

Pada tahun 2024, Iran menggandakan jumlah sentrifus yang dipasang di situs tersebut, semuanya adalah IR-6, meningkatkan kapasitasnya untuk dengan cepat meningkatkan ke tingkat pengayaan tingkat senjata jika diinginkan.

Isfahan

Isfahan adalah kompleks nuklir multiguna yang terletak di pinggiran Isfahan di Iran tengah. Fasilitas Konversi Uranium (UCF) di sini adalah tempat uranium yellowcake diproses menjadi uranium heksafluorida (UF6), bentuk gas yang digunakan dalam sentrifus untuk pengayaan.

Khondab

Khondab terletak di dekat Kota Arak di Iran barat. Awalnya dikenal sebagai Reaktor Air Berat Arak, fasilitas Khondab berpotensi menghasilkan plutonium, jalur lain menuju bom nuklir.

Di bawah JCPOA, pembangunan dihentikan, dan inti asli dipindahkan dan dibuat tidak dapat dioperasikan dengan beton. Reaktor tersebut dijadwalkan untuk didesain ulang yang dimaksudkan untuk meminimalkan produksi plutonium dan membuatnya tidak dapat digunakan untuk keperluan senjata.

Reaktor Riset Teheran

Reaktor riset di ibu kota tersebut utamanya digunakan untuk keperluan akademis dan medis. Reaktor yang dipasok oleh Amerika Serikat pada tahun 1960-an tersebut menggunakan bahan bakar yang telah diperkaya Iran di dalam negeri dalam beberapa tahun terakhir.

Meskipun tidak dirancang untuk produksi senjata, pusat riset tersebut juga berfungsi sebagai tempat pelatihan bagi ilmuwan dan insinyur nuklir Iran.

Bushehr

Terletak di Iran selatan, di pesisir Teluk Persia, Bushehr merupakan satu-satunya pembangkit listrik tenaga nuklir sipil yang beroperasi di Iran. Dibangun dengan bantuan Rusia, fasilitas tersebut ditenagai oleh bahan bakar yang dipasok Rusia, yang dikembalikan ke Rusia setelah digunakan.

Teheran Diserang

Warga Teheran terbangun karena suara ledakan dan sirene serangan udara pada dini hari Jumat pagi. Gumpalan asap terlihat mengepul dari distrik barat Chitgar, meskipun tidak ada fasilitas nuklir yang diketahui publik di area tersebut.

Beberapa jam kemudian, Otoritas Penerbangan Sipil Iran mengumumkan penutupan wilayah udara negara tersebut. Israel juga mengumumkan penutupan wilayah udara secara menyeluruh dan meningkatkan kesiagaan tanggap darurat di sepanjang perbatasan utara dan selatannya.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, merilis pernyataan yang mengonfirmasi tanggung jawab Israel atas serangan tersebut, dengan menyatakan: “Setelah serangan pendahuluan Negara Israel terhadap Iran, serangan rudal dan pesawat nirawak terhadap Negara Israel dan penduduk sipilnya diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat.” (yn)

Rumor Surat Pribadi Trump untuk Kim Jong-un Ditolak Korea Utara, Gedung Putih Beri Tanggapan

EtIndonesia. Menurut laporan dari kantor berita Yonhap dan situs khusus isu Korea Utara NK News, seorang diplomat Korea Utara yang bertugas di Amerika Serikat menolak menerima surat pribadi yang ditulis oleh Presiden AS, Donald Trump, untuk Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un.

Trump Ingin Hidupkan Kembali Dialog, Tapi Ditolak Mentah-mentah

Menurut laporan yang dikutip NK News dari seorang sumber tingkat tinggi anonim, Trump membuat surat tersebut dengan maksud menghidupkan kembali dialog antara Washington dan Pyongyang. Namun, ketika pihak Amerika mencoba menyampaikan langsung surat itu, delegasi Korea Utara di PBB yang berbasis di New York menolak menerima secara tegas dan langsung.

Dalam menanggapi permintaan komentar, Departemen Luar Negeri AS menolak memberikan pernyataan dan menyatakan bahwa mereka tidak akan membahas komunikasi diplomatik yang potensial, serta menyarankan wartawan untuk menghubungi Gedung Putih secara langsung.

Seorang juru bicara dari Kementerian Luar Negeri AS, saat ditanya oleh Yonhap, menjawab singkat: “Kami tidak akan mengomentari komunikasi diplomatik yang mungkin terjadi.”

Gedung Putih: “Presiden Masih Terbuka untuk Berkomunikasi dengan Kim”

Sementara itu, setelah laporan ini mencuat, Juru Bicara Gedung Putih, Olivia Leverett, menanggapi dalam konferensi pers dengan mengatakan: “Presiden tetap terbuka untuk berkomunikasi dengan Kim Jong-un. Dia berharap kemajuan yang dicapai selama KTT Singapura bisa terus berlanjut. Saya tahu Anda semua pernah meliput KTT tersebut selama masa jabatan pertamanya pada 2018 lalu.”

Dia kemudian menambahkan: “Untuk isi komunikasi secara spesifik, saya akan menyerahkannya langsung kepada Presiden untuk menyampaikannya.”

Penolakan Korea Utara Dinilai Tidak Mengejutkan

Seorang pejabat senior pemerintahan AS, yang juga tidak ingin disebut namanya, mengatakan bahwa tidak pernah mendengar bahwa Washington secara langsung melakukan pendekatan formal terhadap Pyongyang baru-baru ini. Dia menambahkan bahwa minimnya respons dari pihak Korea Utara sudah menjadi hal yang biasa, sehingga kabar penolakan surat pribadi ini tidak terlalu mengejutkan.

Latar Belakang: Hubungan Trump-Kim yang Penuh Naik Turun

Sejak pertemuan bersejarah di Singapura pada 2018, Trump dan Kim Jong-un pernah terlibat dalam serangkaian surat-menyurat pribadi yang dianggap tidak biasa dalam dunia diplomasi. Kedua pemimpin itu bahkan saling memuji secara terbuka. Namun, hubungan bilateral kembali membeku setelah pertemuan kedua di Hanoi pada 2019 gagal menghasilkan kesepakatan konkret soal denuklirisasi.

Kesimpulan Sementara

Meski Trump tampaknya masih ingin membangun kembali jembatan komunikasi dengan Kim Jong-un melalui cara-cara pribadi, penolakan langsung dari Korea Utara menunjukkan bahwa Pyongyang belum siap, atau bahkan menolak, untuk kembali berdialog, setidaknya melalui jalur yang ditawarkan Trump.

Situasi ini memperkuat kesan bahwa proses diplomasi antara AS dan Korea Utara masih berada di titik buntu, dan setiap upaya pembukaan kembali dialog akan menghadapi hambatan yang kompleks, baik dari segi politik, strategi militer, maupun kepentingan nasional kedua belah pihak.(jhn/yn)

Peringatan Perang Nuklir: Israel Siap Hancurkan Iran, Armada AS Mengungsi dari Timur Tengah

EtIndonesia. Situasi di Timur Tengah kini kian mendidih. Berdasarkan laporan intelijen Amerika Serikat (AS), Israel dikabarkan telah sepenuhnya siap melancarkan serangan militer besar-besaran terhadap Iran. Persiapan ini memicu gelombang peringatan global dan langkah-langkah evakuasi darurat dari berbagai pihak, termasuk pemerintah Amerika Serikat.

AS Perintahkan Evakuasi, Trump Keluarkan Seruan Darurat

Departemen Luar Negeri AS secara resmi telah memerintahkan evakuasi terhadap pegawai non-esensial dari Irak. Tidak hanya itu, Amerika juga mengevakuasi staf dari kedutaan di Kuwait dan Muscat, Oman. Pentagon bahkan memberi izin kepada keluarga personel militer untuk secara sukarela meninggalkan kawasan Timur Tengah demi alasan keselamatan.

Donald Trump, Presiden AS yang kini menjadi tokoh sentral dalam dinamika politik global, secara terbuka menyerukan agar seluruh warga Amerika di kawasan Timur Tengah segera meninggalkan wilayah tersebut. “Saya menyarankan warga Amerika untuk meninggalkan Timur Tengah, karena situasinya bisa menjadi sangat berbahaya dalam waktu dekat,” ujar Trump pada 11 Juni 2025 dalam konferensi pers di Kennedy Center for the Performing Arts, Washington DC.

Menurut Trump, Amerika Serikat tak akan membiarkan Iran mengembangkan senjata nuklir dalam bentuk apa pun. Dalam wawancara dengan media Axios pada 12 Juni 2025, Trump juga memperingatkan bahwa kemungkinan serangan Israel terhadap Iran kini sangat tinggi. Namun, Trump menegaskan dirinya masih membuka pintu dialog dan berharap konflik berskala besar dapat dihindari, asalkan Iran bersedia menunjukkan sikap kompromi—sesuatu yang menurutnya sangat sulit dilakukan oleh Teheran hingga saat ini.

Ancaman Langsung: Iran Bersumpah Akan Membalas

Menanggapi memanasnya situasi, Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, dengan tegas memperingatkan bahwa jika negosiasi nuklir gagal dan Iran dipaksa ke meja konflik, maka seluruh pangkalan militer AS di Timur Tengah akan dijadikan target serangan Garda Revolusi Iran. Sejak Revolusi Islam 1979, hubungan Iran dan Israel memang tidak pernah membaik, dan kini memasuki salah satu fase paling genting sepanjang sejarah.

Negara-negara sahabat Iran pun ikut mengingatkan Teheran bahwa serangan Israel dapat terjadi sewaktu-waktu. Namun, Iran bersikeras tidak akan melepaskan haknya untuk melakukan pengayaan uranium yang selama ini menjadi inti dari sengketa nuklir internasional.

Peringatan Internasional untuk Jalur Perdagangan Minyak Dunia

Meningkatnya tensi militer membuat Organisasi Perdagangan Maritim Inggris mengeluarkan peringatan kepada kapal-kapal internasional yang melintas di Teluk Persia, Selat Hormuz, dan Teluk Oman. Ketiga jalur ini adalah urat nadi utama perdagangan minyak dunia. Inggris bahkan menginstruksikan kapal-kapalnya untuk sementara menghindari kawasan tersebut. Sementara itu, kapal-kapal milik Amerika di kawasan juga telah mendapatkan peringatan kesiagaan penuh menghadapi segala kemungkinan terburuk.

Laporan Eksklusif: Serangan Israel Bisa Terjadi Dalam Hitungan Hari

CBS News, dalam laporan eksklusif pada 12 Juni 2025, mengutip sejumlah sumber yang menyatakan Amerika Serikat memperkirakan Iran kemungkinan akan membalas serangan Israel dengan menyerang pangkalan-pangkalan militer Amerika di Irak. Sumber CBS juga menegaskan, inilah salah satu alasan utama Gedung Putih mengambil langkah evakuasi lebih awal pada 11 Juni lalu.

Sementara itu, The Wall Street Journal dan ABC News juga melaporkan bahwa Israel kini hanya tinggal menunggu “lampu hijau” dari Washington untuk memulai serangan militer. Bahkan, pejabat Israel telah memperingatkan bahwa jika Iran tidak segera menghentikan produksi bahan bakar nuklir, serangan ke fasilitas nuklir Iran bisa saja terjadi secepatnya pada Minggu, 15 Juni 2025.

Analisis: Serangan Israel, Dukungan AS, dan Ancaman Global

Menurut Bloomberg, fasilitas nuklir Iran tersebar di banyak wilayah, diperkuat pertahanan berlapis, dan terletak jauh di bawah permukaan tanah, membuat serangan militer konvensional menjadi sangat menantang. Para analis menilai tanpa dukungan penuh Amerika—baik dari segi persenjataan maupun logistik—Israel kemungkinan hanya mampu menunda program nuklir Iran selama beberapa bulan hingga setahun.

Selain target nuklir, militer Israel juga disebut-sebut akan menyerang infrastruktur penting Iran lainnya seperti instalasi minyak dan jaringan transportasi energi. Untuk benar-benar melumpuhkan kemampuan nuklir Iran, serangan harus dilakukan secara bertahap dalam beberapa gelombang, sesuatu yang juga akan memperbesar risiko eskalasi perang kawasan.

Trump sendiri, dalam berbagai pernyataan, berulang kali menegaskan bahwa Amerika Serikat siap melakukan aksi militer langsung ke fasilitas nuklir Iran jika Teheran tetap menolak menghentikan pengayaan uranium. Dalam wawancara terbaru dengan New York Post, Trump mengaku pesimistis terhadap peluang perdamaian, seraya menilai bahwa sikap Iran dalam negosiasi kini jauh lebih keras dan tidak kompromis dibanding beberapa waktu lalu.

Dewan Atom Dunia Geram: Iran Dikecam IAEA, Resolusi Dijatuhkan

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk pertama kalinya dalam dua dekade mengeluarkan resolusi khusus terhadap Iran karena dianggap gagal memenuhi kewajiban dalam perjanjian non-proliferasi nuklir. Resolusi ini diajukan oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman, dan berhasil disahkan oleh dewan yang beranggotakan 35 negara.

Netanyahu dan Prioritas Israel: “Ini Saatnya Bertindak”

Dari pihak Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu selama bertahun-tahun telah menunggu momentum yang tepat untuk menindak program nuklir Iran. Menurut profesor Zhang Ping dari Universitas Tel Aviv, Netanyahu sudah menjadikan penghancuran fasilitas nuklir Iran sebagai target prioritas sejak 2009. Namun rencana tersebut sempat tertahan di era pemerintahan Obama. Kini, di bawah koordinasi erat dengan Trump, seluruh persiapan telah matang dan hanya tinggal menunggu aba-aba dari Gedung Putih.

Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?

Dunia kini menahan napas menanti detik-detik penentu yang bisa memicu konflik berskala besar antara Israel dan Iran—dua musuh bebuyutan yang sama-sama memiliki pengaruh besar di kawasan. Serangan Israel, jika benar terjadi dalam beberapa hari ke depan, berpotensi menyeret Amerika dan sekutu-sekutunya ke dalam pusaran perang baru di Timur Tengah, dengan konsekuensi global pada pasar energi, keamanan internasional, dan stabilitas kawasan.

Kawasan Teluk Persia, Selat Hormuz, dan Teluk Oman kini dipenuhi kapal perang dan kapal dagang yang siaga penuh, sementara warga sipil dan komunitas internasional terus diimbau untuk mengevakuasi diri. Ancaman perang besar, bukan lagi sekadar wacana. (kyr)

Sumber : Sound of Hope

Perusahaan Barat Protes Aturan Baru Ekspor Logam Tanah Jarang Tiongkok: Dipaksa Serahkan Rahasia Dagang

EtIndonesia.Tiongkok memperketat pengawasan ekspor logam tanah jarang, termasuk mensyaratkan perusahaan asing menyerahkan informasi bisnis sensitif demi memperoleh izin ekspor. Langkah ini memicu kekhawatiran global atas kebocoran rahasia dagang dan stabilitas pasokan logam tanah jarang  yang vital untuk berbagai teknologi tinggi.

Dalam situasi memanasnya ketegangan dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat, kebijakan baru Pemerintah Tiongkok terkait persetujuan ekspor logam tanah jrang kembali menjadi sorotan. Financial Times melaporkan bahwa perusahaan asing kini menghadapi risiko tersembunyi namun makin besar: sistematisnya potensi kebocoran informasi dagang saat mengajukan izin ekspor magnet tanah jarang dari Tiongkok.

Perusahaan Asing: Terpaksa Menyerahkan Data Rahasia

Menurut laporan Financial Times, Kementerian Perdagangan Tiongkok mewajibkan perusahaan yang mengajukan izin ekspor untuk memberikan berbagai informasi sensitif, seperti detail proses produksi, daftar lengkap pengguna akhir, foto fasilitas produksi, bahkan rekam jejak transaksi bisnis sebelumnya. Meski Tiongkok berdalih bahwa langkah ini sah demi alasan keamanan dan kepatuhan, perusahaan-perusahaan Barat dan asosiasi industri menyuarakan keprihatinan bahwa kebijakan ini berpotensi digunakan untuk menguasai data rantai pasok teknologi global.

CEO produsen magnet asal Jerman Magnosphere, Eckard, mengatakan: “Ini adalah cara Tiongkok mendapatkan informasi sensitif secara resmi—tanpa perlu spionase.”

Dia menambahkan, jika tidak menyerahkan dokumen yang diminta, proses izin ekspor akan langsung terhenti.

Direktur rantai pasok perusahaan Italia B&C Speakers, Pratesi, mengungkapkan bahwa mereka diminta menyerahkan rekaman video jalur produksi, analisis pasar, dokumen pesanan klien yang disamarkan, hingga daftar lengkap pelanggan.

“Jika kami tidak memberikannya, seluruh pengajuan izin langsung dibekukan,” tegasnya.

Hal serupa juga terjadi pada perusahaan Inggris Magnet Applications. Manajer produk mereka, Swarow, menyebutkan bahwa permohonan mereka beberapa kali ditolak karena “tidak adanya bukti pengguna akhir”, sehingga mereka akhirnya terpaksa menyerahkan deskripsi penggunaan lengkap, disertai foto dan video.

Persyaratan Resmi Tak Jelas, Kekhawatiran Soal Penyalahgunaan Kekuasaan Meningkat

Meskipun Kementerian Perdagangan Tiongkok belum menanggapi laporan ini, sejumlah ahli hukum internasional menilai bahwa permintaan data dari Pemerintah Tiongkok sering kali melampaui batas pedoman resmi. Seorang pengacara Tiongkok mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan kerap diminta menyerahkan model bisnis pengguna akhir, parameter teknis, dan informasi detail tentang lini produksi.

Ketua Kamar Dagang Uni Eropa di Tiongkok, Jens Eskelund, mengatakan:”Proses persetujuan yang rumit dan standar peninjauan yang tidak jelas membuat banyak perusahaan kesulitan memenuhi permintaan, apalagi jika informasi itu bocor, bisa sangat merugikan daya saing perusahaan-perusahaan Eropa.”

Dia menambahkan bahwa beberapa industri mungkin akan menarik diri dari rantai pasok rare earth Tiongkok karena tingginya risiko pelanggaran hak kekayaan intelektual.

Namun, sebagian besar perusahaan memilih kompromi.

Seorang eksekutif teknologi asal Eropa yang enggan disebut namanya mengatakan: “Yang paling penting sekarang adalah menjaga kelancaran pasokan. Kami tahu ini berisiko, tapi kami tidak punya pilihan lain.”

Di Balik Kebijakan: Tiongkok Semakin “Memperalat” Rare Earth Secara Strategis

Banyak analis menilai bahwa kebijakan ini bukan sekadar untuk memastikan kepatuhan ekspor, melainkan bagian dari strategi penguasaan rantai pasok global. Saat ini, Tiongkok mengendalikan sekitar 90% kapasitas pemrosesan dan produksi magnet tanah jarang dunia. Bahan ini sangat penting dalam produksi mobil listrik, radar militer, chip AI, dan berbagai perangkat pintar lainnya.

Sejak awal 2024, Tiongkok memperkenalkan persetujuan ekspor baru terhadap bahan magnetis seperti samarium dan kobalt, serta menjadikan “ketidakjelasan penggunaan akhir” sebagai alasan penolakan. Akibatnya, banyak pengajuan ekspor ditunda atau ditolak. Hal ini dipandang sebagai respons Tiongkok terhadap pembatasan ekspor teknologi tinggi seperti chip, AI, dan teknologi kedirgantaraan yang dilakukan oleh negara-negara Barat.

Langkah-langkah tersebut memperkuat kekhawatiran di kalangan perusahaan Barat terhadap ketergantungan rantai pasok pada Tiongkok, serta mendorong diskusi serius di pemerintahan negara-negara Barat untuk membuat cadangan strategis atau mencari alternatif pasokan dari Asia Tenggara dan Afrika.

Persaingan Pasokan Logam Tanah Jarang Memasuki Babak Perang Informasi

Rincian persetujuan ekspor yang kini terungkap menunjukkan bahwa Tiongkok sedang mempercepat penggunaan sistem regulasi sebagai instrumen geopolitik. Dalam kompetisi teknologi tinggi global yang kini sarat dengan elemen militer dan dominasi AI, informasi teknis dan data tidak lagi sekadar aset bisnis, melainkan senjata strategis.

Bagi perusahaan Barat, tantangannya kini bukan hanya bagaimana menjamin pasokan, tetapi juga bagaimana melindungi keamanan data dan kedaulatan teknologi di tengah ketergantungan dagang dengan Tiongkok.

Mengapa Tiongkok Sangat Dominan dalam Industri Logam Tanah Jarang?

Dominasi Tiongkok dalam industri logam tanah jarang bukan hanya karena cadangan mineralnya yang melimpah, tetapi juga karena penguasaan teknologi pemrosesan dan ekosistem industrinya yang lengkap. Keunggulan ini dibangun melalui puluhan tahun dukungan pemerintah—seperti subsidi ekspor, dana dari program sains nasional seperti “Proyek 973”, dan kelemahan negara-negara Barat dalam produksi domestik akibat regulasi lingkungan yang ketat.

Tiongkok saat ini menguasai lebih dari 85% kapasitas pemrosesan logam tanah jarang dunia, termasuk monopoli de facto terhadap unsur-unsur kritis seperti dysprosium, terbium (logam tanah jarang berat), dan neodymium, praseodymium (logam tanah jarang ringan).

Pada awal April 2025, Tiongkok menerapkan kebijakan izin ekspor baru terhadap tujuh jenis logam tanah jarang dan turunannya, fokus pada unsur-unsur menengah dan berat. Alasan resmi yang diberikan adalah demi keamanan nasional dan kewajiban non-proliferasi, karena unsur-unsur tersebut bisa digunakan untuk keperluan militer maupun sipil.

Namun, proses perizinan ini sangat ketat. Eksportir wajib menyertakan rincian pengguna akhir dan tujuan penggunaan. Tingkat persetujuan awal hanya sekitar 25%, dengan banyak pengajuan ditolak karena “kurangnya bukti pengguna akhir”. Hal ini memperlihatkan bahwa kontrol ekspor bukan sekadar kebijakan ekonomi, melainkan bagian dari strategi jangka panjang yang termuat dalam Undang-Undang Pengendalian Ekspor Tiongkok tahun 2020.

Dampak Global: Industri Otomotif, Pertahanan, dan Elektronik Terancam

Kebijakan ekspor ini memberi dampak luas pada berbagai sektor industri global, termasuk otomotif (mobil listrik dan konvensional), robotika, pertahanan, penerbangan, hingga elektronik konsumen. Komponen vital yang terdampak antara lain:

·        Motor permanen

·        Sistem navigasi dan aktuator

·        Sistem bidik militer

·        Paduan ringan struktural

·        Magnet tahan suhu tinggi pada mesin jet

·        Sistem penggerak listrik

·        Sensor dan sistem kemudi

·        Injektor bahan bakar

·        Katalis konverter

·        Sistem pengereman regeneratif

·        Sistem bantuan berkendara

Ketidakpastian pasokan logam tanah jarang menjadi ancaman nyata terhadap produksi dan inovasi di sektor-sektor tersebut.

Penutup: Dari Ekonomi Menuju Geopolitik

Kepemimpinan Tiongkok dalam industri logam tanah jarang adalah hasil dari strategi pemerintah selama puluhan tahun, peningkatan teknologi yang konsisten, dan toleransi terhadap biaya lingkungan. Dominasi ini kini berkembang dari keunggulan ekonomi menjadi senjata geopolitik yang kuat.

Penerapan UU Pengendalian Ekspor Tiongkok 2020 dan pengawasan ketat terhadap elemen-elemen rare earth menunjukkan bahwa kebijakan ini memiliki dua sisi:

·        Defensif, untuk melindungi sumber daya strategis Tiongkok.

·        Ofensif, untuk menekan rantai pasok global dan mendapatkan posisi tawar dalam negosiasi perdagangan.

Tuntutan terhadap informasi bisnis sensitif dalam proses perizinan ekspor makin memperbesar kekhawatiran dunia internasional akan kebocoran teknologi dan data penting.

Langkah ini telah merusak struktur industri global secara nyata, memaksa negara-negara besar seperti AS, Uni Eropa, dan Jepang untuk mempercepat upaya diversifikasi rantai pasok dan pembangunan kapasitas produksi domestik. Meski demikian, membangun alternatif yang layak membutuhkan waktu, dana, dan teknologi besar, serta harus siap menghadapi dominasi Tiongkok yang berkelanjutan dan potensi aksi balasan.

Secara keseluruhan, isu logam tanah jarang kini bukan lagi sekadar soal perdagangan komoditas, melainkan telah menjadi pusat dari persaingan teknologi global dan pertarungan kekuasaan geopolitik. Dunia internasional perlu merespons dengan strategi terkoordinasi, menyeluruh, dan jangka panjang, guna membangun rantai pasok mineral kritis yang tangguh dan beragam untuk menghadapi tantangan strategis di masa depan. (jhn/yn)

Menjelang Ajal: Ketika Sosok Putih Itu Muncul

EtIndonesia. Di ujung kehidupan, saat napas menipis dan kesadaran melemah, apa yang sebenarnya kita lihat? Apakah itu sekadar ilusi, bayangan samar dari kenangan, atau panggilan dari dunia lain? Sebuah kisah yang dibagikan oleh seorang perempuan bernama Molly memberi kita sebuah pandangan tentang sesuatu yang tak terjelaskan, namun nyata terjadi.

Molly adalah seorang perawat pribadi yang merawat seorang pria tua berusia 91 tahun yang menderita Alzheimer dan kanker otak. Kondisinya memburuk dari hari ke hari. Dokter telah lama memprediksi dia tak akan melewati musim semi, namun waktu terus berlalu dan dia masih bertahan, seolah-olah sedang menunggu sesuatu. Di hari-hari terlemahnya, dia sering memanggil-manggil istrinya yang telah meninggal empat tahun lalu, serta nama anjing kecilnya yang mati tahun sebelumnya. Dia gelisah, ketakutan, menolak untuk memejamkan mata, seakan takut kehilangan momen kedatangan seseorang yang ditunggunya.

Suatu malam, Molly duduk di tepi ranjang menemaninya. Lampu menyala lembut, suasana hening dan tenang. Tiba-tiba, dari sudut matanya, dia melihat sekelebat bayangan putih perlahan melintasi sudut ruangan. Dia mengira itu hanya halusinasi karena kelelahan. Namun satu jam kemudian, dia kembali melihat sosok putih yang lebih kecil berlari cepat melintasi lantai. Kali ini, dia tidak bisa lagi meyakinkan dirinya bahwa itu hanya halusinasi.

Yang lebih mengejutkan, sang pria tua pernah bersikeras mengatakan bahwa istrinya sedang berdiri menggigil di depan pintu. Dia bahkan memarahi perawat lain karena tidak segera membukakan pintu. Baru setelah pintu itu dibuka dan ditutup kembali, dia menjadi tenang dan memejamkan mata. Seolah-olah, pada momen itu, dia benar-benar melihat sesuatu yang tidak bisa dirasakan oleh Molly maupun orang lain.

Molly berkata: “Aku punya firasat bahwa istri dan anjing kecilnya memang ada di seberang sana, menunggu dia menyeberang. Tapi dia takut… dia masih berjuang.”

Kata-kata itu terdengar seperti puisi—puitis, namun juga menggugah rasa ngeri. Jika kematian bukanlah akhir, melainkan permulaan dari perjalanan lain, mungkinkah jiwa-jiwa yang kita cintai benar-benar menunggu kita di ujung jalan itu?

Kisah lain datang dari seorang perempuan yang juga kehilangan anjing kecil berwarna putih karena kecelakaan tragis. Meski duka masih membekas, dia dan suaminya mengaku terus merasakan kehadiran anjing itu—bukan secara fisik, tapi seperti ada sesuatu yang tetap menyertai mereka.

Sang suami menderita berbagai penyakit autoimun yang menggerogoti tubuhnya. Suatu hari, dengan suara tenang, dia berkata: “Kalau aku meninggal nanti, aku akan pergi untuk menenangkan anjing kita.”

Ucapannya terdengar biasa, seperti sesuatu yang sudah dia putuskan jauh-jauh hari.

Malam sebelum dia terkena stroke, sang istri melihat sosok putih di depan pintu, berlari masuk ke rumah seolah bersama dengan anjing mereka yang masih hidup. Tapi dia tahu, itu adalah wujud dari anjing kecil yang sudah tiada. Keesokan harinya, sang suami mengalami pendarahan otak dan meninggal dunia dalam waktu kurang dari dua hari. Sejak saat itu, tidak pernah lagi ada tanda-tanda kehadiran anjing itu. Fenomena-fenomena aneh di rumah pun berhenti sepenuhnya. 

Sang istri berkata: “Seolah-olah dia membawa semuanya pergi bersamanya.”

Sebagian orang mungkin menyebut semua ini sebagai ilusi, efek kimia di otak menjelang kematian. Namun bagi yang mengalaminya, ini terasa seperti sebuah komunikasi jiwa—koneksi yang menembus batas antara hidup dan mati. Yang menarik, penampakan sosok putih ini selalu muncul di antara dua kutub: mereka yang akan pergi, dan mereka yang telah pergi lebih dulu.

Mungkin mereka memang datang kembali. Bukan untuk tinggal, melainkan untuk menjemput dan membawa pulang orang terkasih. (jhn/yn)

Saham Boeing Turun 4 Persen Setelah Kecelakaan Dreamliner Air India Memicu Kekhawatiran Keamanan

Boeing sempat mengalami kebangkitan tahun ini karena investor kembali optimis setelah reputasi perusahaan terpukul selama bertahun-tahun. Namun, saham Boeing anjlok lebih dari 4 persen setelah kecelakaan pesawat Air India kembali membangkitkan kekhawatiran terhadap masalah keamanan dan produksi

EtIndonesia. Sebuah Boeing 787-8 Dreamliner tujuan London, Inggris,  yang membawa 242 penumpang dan awak jatuh tak lama setelah lepas landas dari Ahmedabad, India.

Rekaman yang diunggah di media sosial menunjukkan pesawat yang penuh bahan bakar tersebut meledak menjadi bola api beberapa menit setelah lepas landas. Pejabat melaporkan setidaknya 240 orang tewas.

Presiden dan CEO Boeing, Kelly Ortberg, mengonfirmasi bahwa perusahaan tengah berkomunikasi dengan pihak maskapai dan “siap mendukung investigasi.”

 “Belasungkawa terdalam kami sampaikan kepada keluarga penumpang dan awak Air India Penerbangan 171, serta semua orang yang terdampak di Ahmedabad,” kata Ortberg dalam sebuah pernyataan.

Air India menerima pesawat Boeing 787 pertamanya pada September 2012. Sejak itu, perusahaan tersebut telah memesan ratusan pesawat Boeing baru dan layanan pendukungnya.

Kecelakaan ini kembali memicu kekhawatiran soal keselamatan penerbangan Boeing.

Selama beberapa tahun terakhir, perusahaan telah menghadapi berbagai penyelidikan federal dan aduan dari pelapor internal (whistleblower) terkait beberapa kecelakaan dan insiden yang melibatkan model Boeing 737.

Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) bahkan melarang terbang pesawat Boeing 737 MAX selama bertahun-tahun setelah dua kecelakaan fatal.

Reputasi Boeing juga kembali tercoreng ketika NASA menemukan bahwa, karena masalah teknis, terlalu berisiko menggunakan wahana antariksa Boeing untuk memulangkan dua astronaut dari Stasiun Luar Angkasa Internasional. Hal ini memaksa NASA bergantung pada SpaceX milik Elon Musk.

Tahun lalu, Ortberg mengumumkan rencana empat tahap untuk memulihkan operasi dan citra perusahaan kedirgantaraan raksasa tersebut. Boeing juga menyoroti adanya peningkatan standar keamanan dan manufaktur di fasilitas-fasilitas produksinya.

Strategi tersebut telah meningkatkan sentimen positif di kalangan investor dan analis pasar, dengan saham Boeing naik hampir 19 persen sepanjang tahun ini.

Pada April lalu, Boeing merilis laporan keuangan kuartal pertama, mencatat kerugian bersih yang lebih kecil, pendapatan yang lebih tinggi, dan peningkatan pengiriman pesawat.

Menurut data dari MarketBeat, saham Boeing masih mendapat peringkat “Buy” (Layak Beli) secara keseluruhan, dengan proyeksi kenaikan harga saham sebesar 2,5 persen dalam 12 bulan ke depan.

Apa yang Telah Diketahui

Flightradar, pemantau lalu lintas udara secara real-time, mengatakan bahwa data awal jalur penerbangan menunjukkan pesawat Air India mencapai ketinggian barometrik maksimum 625 kaki (bandara berada pada ketinggian sekitar 200 kaki), dan kemudian mulai menurun dengan kecepatan vertikal -475 kaki per menit.

Flightradar kemudian memverifikasi bahwa pesawat tersebut menggunakan seluruh panjang landasan dan mundur hingga ke ujung landasan sebelum memulai akselerasi untuk lepas landas.

Pihak berwenang telah meluncurkan investigasi untuk mengetahui penyebab kecelakaan.

Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) mengonfirmasi di platform X bahwa mereka akan memimpin “tim penyelidik AS yang akan berangkat ke India untuk membantu Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India.”

Dalam video pernyataan di media sosial, CEO Air India, Campbell Wilson, menyampaikan duka mendalam atas peristiwa tersebut.

“Ini adalah hari yang berat bagi kami semua di Air India, dan saat ini fokus kami sepenuhnya pada kebutuhan para penumpang, awak, keluarga, dan orang-orang tercinta mereka,” kata Wilson.

“Kami mengerti bahwa banyak orang ingin tahu lebih lanjut, dan kami berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu sesegera mungkin.”

Air India telah mengatur beberapa penerbangan bantuan bagi keluarga penumpang dan staf yang menjadi korban. (asr)

Sumber : Theepochtimes.com

Israel Siap Gempur Iran — Pejabat AS Sudah Diberi Peringatan

EtIndonesia. Menurut laporan CBS News pada 11 Juni waktu setempat, beberapa sumber menyebut bahwa pejabat Pemerintah Amerika Serikat telah menerima pemberitahuan bahwa Israel kini sudah sepenuhnya siap untuk melancarkan serangan militer terhadap Iran.

AS Perintahkan Evakuasi Pejabat Non-Darurat dari Irak

CBS melaporkan bahwa Pemerintah AS memperkirakan Iran kemungkinan akan membalas dengan menyerang sejumlah pangkalan militer AS di Irak. Inilah salah satu alasan mengapa Washington sebelumnya telah mengeluarkan imbauan kepada warga AS agar meninggalkan kawasan tersebut, serta memerintahkan evakuasi staf non-esensial dari kedutaan dan konsulat di Irak, dengan alasan “situasi regional yang kian memanas.”

Baik Pemerintah Israel maupun Gedung Putih menolak memberikan komentar atas laporan ini.

Trump: “Timur Tengah Mungkin Segera Jadi Tempat Berbahaya”

Dalam sebuah pidato di Kennedy Center pada 11 Juni,Presiden Donald Trump turut menyinggung soal situasi dengan Iran. 

Dia mengatakan kepada awak media:“Orang-orang Amerika telah disarankan untuk meninggalkan kawasan Timur Tengah. Di sana bisa menjadi tempat yang sangat berbahaya. Kami terus memantau situasi.”

Trump Ingatkan Netanyahu: Ancaman ke Iran Tidak Bantu Negosiasi Nuklir

Sementara itu, menurut laporan The Times of Israel, dalam sebuah panggilan telepon pada tanggal 9 Juni, Trump menyampaikan kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bahwa ancaman militer terhadap Iran tidak akan membantu proses perundingan nuklir yang sedang berlangsung.

Media Israel menyebut, selama kesepakatan nuklir belum sepenuhnya runtuh, pembahasan soal serangan militer terhadap Iran masih belum dibuka secara resmi.

Sumber diplomatik menyebutkan bahwa Netanyahu tidak memperoleh jawaban tegas dari Trump, apakah AS akan memberi lampu hijau bagi Israel untuk bertindak sendiri terhadap Iran, atau apakah Washington lebih memilih untuk memimpin atau ikut serta dalam aksi militer tersebut.

Israel Siapkan Serangan ke Fasilitas Nuklir Iran

Kekhawatiran negara-negara Barat atas program nuklir Iran terus meningkat. Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, sebelumnya menyatakan bahwa Israel tengah mempersiapkan diri untuk kemungkinan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.

Media Israel menampilkan gambar fasilitas nuklir Iran yang kemungkinan menjadi sasaran serangan. Israel juga dilaporkan melancarkan serangan ke sejumlah infrastruktur sipil milik kelompok bersenjata Houthi di Yaman, sebagai bagian dari strategi regionalnya melawan pengaruh Iran.

Negosiasi Baru AS-Iran Digelar di Oman, Iran Ancam Serang Pangkalan AS

Sementara itu, Iran dan Amerika Serikat dijadwalkan akan menggelar putaran baru negosiasi tidak langsung di Oman pada tanggal 15 Juni. Namun, situasi menjadi tegang setelah Menteri Pertahanan Iran, Mohammad Reza Ashtiani, pada 11 Juni memperingatkan:

“Jika negosiasi gagal dan terjadi konflik militer dengan AS, maka Iran tidak akan ragu menyerang pangkalan-pangkalan militer Amerika di kawasan Timur Tengah.”

Pernyataan tersebut muncul di tengah langkah AS yang secara resmi menyatakan bahwa karena situasi keamanan yang memburuk, pemerintah tengah mengevakuasi personel non-esensial dari kawasan tersebut.

Kesimpulan Sementara

Situasi antara Israel, Iran, dan Amerika Serikat kini berada di ambang eskalasi militer besar-besaran. Peringatan evakuasi dari pihak AS, pernyataan ancaman dari Iran, serta laporan bahwa Israel telah bersiap menyerang, memperlihatkan bahwa ketegangan di Timur Tengah kini semakin memuncak.

Putaran baru negosiasi di Oman akan menjadi titik krusial: apakah akan membawa de-eskalasi atau justru memicu konfrontasi langsung.(jhn/yn)

Satu-Satunya Korban Selamat dari Jatuhnya Pesawat Air India dengan Melompat dari Pintu Darurat

Polisi mengatakan belum jelas apakah penumpang tersebut melompat sebelum atau sesudah pesawat menghantam tanah

EtIndonesia. Warga negara Inggris, Vishwash Kumar Ramesh, satu-satunya korban selamat yang diketahui dalam kecelakaan pesawat Air India yang menewaskan ratusan orang, melompat keluar dari pintu darurat di dekat kursinya. Hal demikian dikonfirmasi oleh kepolisian India. 

Setidaknya 229 penumpang dan 12 awak tewas dalam kecelakaan yang terjadi pada Kamis (12/6/2025). Ramesh, 40 tahun, sedang mengunjungi keluarganya di India dan dalam perjalanan ke London bersama saudara laki-lakinya, yang tidak selamat.

Vidhi Chaudhary, seorang perwira senior kepolisian di Ahmedabad, mengatakan, “[Ramesh] berada di dekat pintu darurat dan berhasil menyelamatkan diri dengan melompat keluar melalui pintu darurat.”

Menurut polisi, belum jelas apakah ia melompat sebelum atau setelah pesawat menghantam permukaan.

Ramesh kemudian dibawa ke rumah sakit, di mana ia berbicara kepada media lokal.

“Tiga puluh detik setelah lepas landas, terdengar suara keras dan kemudian pesawat jatuh. Semuanya terjadi sangat cepat,” katanya.

Pesawat tersebut jatuh menabrak sebuah perguruan tinggi kedokteran di kota Ahmedabad, India barat laut, tak lama setelah lepas landas pada  Kamis, menurut otoritas setempat.

Rekaman yang disiarkan di saluran berita India menunjukkan Ramesh yang berdarah berjalan menjauh dari lokasi kecelakaan, sementara orang-orang di latar belakang tampak berlarian.

Menurut laporan The Associated Press, seorang petugas medis yang merawat Ramesh mengatakan bahwa penyintas itu mengatakan kepadanya bahwa pesawat mulai menukik segera setelah lepas landas, lalu terbelah dua.

Hindustan Times melaporkan bahwa saat tiba di rumah sakit, Ramesh masih memegang boarding pass miliknya, dan ia melaporkan melihat potongan tubuh dan bagian pesawat berserakan di lokasi kecelakaan saat ia berusaha menjauh dari pesawat.

“Saat saya bangun, tubuh-tubuh tergeletak di sekeliling saya. Saya ketakutan. Saya berdiri dan berlari,” katanya kepada surat kabar tersebut.

“Seseorang menarik saya dan memasukkan saya ke dalam ambulans, lalu membawa saya ke rumah sakit.”

Ramesh menelepon keluarganya, termasuk sepupunya, untuk memberitahukan bahwa ia masih hidup.

“Dia hanya bilang kalau dia baik-baik saja, tidak menjelaskan apa-apa lagi,” kata sepupunya, Ajay Valgi. “[Keluarga] senang dia selamat, tapi kami masih sedih karena saudara laki-lakinya yang lain.”

Saudara laki-laki lainnya, Nayan Kumar Ramesh, mengatakan kepada Sky News bahwa kakaknya menelepon ayah mereka sesaat setelah kecelakaan untuk mengatakan bahwa ia berhasil selamat.

“Dia menelepon ayah saya lewat video setelah kecelakaan dan berkata, ‘Oh, pesawatnya jatuh. Saya tidak tahu di mana saudara saya. Saya tidak melihat penumpang lain. Saya tidak tahu bagaimana saya masih hidup, bagaimana saya keluar dari pesawat,’” katanya kepada Sky News.

Saksi mata melaporkan melihat bola api besar saat kecelakaan terjadi.

Dr. Dhaval Gameti, yang merawat Ramesh, mengatakan kepada The Associated Press bahwa korban selamat tersebut “bingung dan mengalami banyak luka di sekujur tubuhnya … Tapi tampaknya ia sudah berada di luar bahaya.” (asr)

Laporan ini turut disusun oleh Reuters dan The Associated Press.

Jatuhnya Pesawat Air India Menewaskan Lebih dari 240 Orang, Seorang Penumpang yang Duduk di Kursi 11A Dipastikan Selamat

Sebuah pesawat Boeing Dreamliner tujuan London yang membawa 242 penumpang jatuh tak lama setelah lepas landas dari Ahmedabad, India.

EtIndonesia. Pejabat India melaporkan  korban tewas mencapai 241 orang dalam kecelakaan pesawat Air India yang terjadi pada 12 Juni di dekat Ahmedabad, sebuah kota di India bagian barat. Belum diketahui berapa banyak korban jiwa dari warga di daratan.

Pesawat tersebut, Boeing 787 dengan nomor penerbangan AI 171 dan membawa 242 orang dalam perjalanan menuju London, Inggris,  jatuh di kawasan permukiman tak lama setelah lepas landas. Hal demikian diungkapkan oleh Faiz Ahmed Kidwai, Direktur Jenderal Direktorat Penerbangan Sipil India.

Seorang penyintas tunggal yang ditemukan setelah kejadian menceritakan pengalamannya.

“Tiga puluh detik setelah lepas landas, terdengar suara ledakan keras lalu pesawat jatuh,” kata korban yang selamat, Vishwash Kumar Ramesh, 40 tahun, kepada media lokal dari ranjang rumah sakitnya. “Semua terjadi begitu cepat.”

Ramesh mengatakan ia mengalami luka akibat benturan di dada, mata, dan kaki.

“Saat saya bangun, tubuh-tubuh tergeletak di sekeliling saya. Saya ketakutan. Saya berdiri dan berlari. Potongan-potongan pesawat berserakan di mana-mana,” ujarnya.

“Seseorang menarik saya, memasukkan saya ke dalam ambulans, dan membawa saya ke rumah sakit.”

Menurut pejabat senior kepolisian India, Vidhi Chaudhary, Ramesh duduk di kursi 11A.

Jumlah korban tewas terus bertambah dalam beberapa jam setelah insiden tersebut—menjadikannya bencana penerbangan terburuk di dunia dalam satu dekade terakhir.

Saksi mata melaporkan melihat bola api besar saat pesawat jatuh.

Gambar yang diposting di media sosial oleh berbagai outlet berita memperlihatkan puing-puing yang terbakar, dengan asap hitam pekat membumbung ke langit di dekat bandara.

Salah satu media melaporkan bahwa regulator penerbangan India menyebut adanya panggilan “mayday” dari pesawat sebelum terjadi kecelakaan.

Pilot pesawat, Kapten Sumeet Sabharwal, dilaporkan memiliki pengalaman terbang selama 8.200 jam, sementara kopilotnya memiliki 1.100 jam waktu terbang.

Air India menyatakan bahwa di antara penumpang terdapat 169 warga negara India, 53 warga negara Inggris, satu warga negara Kanada, dan tujuh warga negara Portugal.

Dalam sebuah pernyataan di X (sebelumnya Twitter), Chairman Air India, Natarajan Chandrasekaran, mengonfirmasi bahwa Penerbangan Air India 171 “terlibat dalam kecelakaan tragis” pada 12 Juni.

“Doa dan belasungkawa terdalam kami tertuju kepada keluarga dan orang-orang tercinta dari semua yang terdampak oleh peristiwa yang menghancurkan ini,” katanya.

“Saat ini, fokus utama kami adalah memberikan dukungan kepada semua orang yang terdampak dan keluarga mereka. Kami melakukan segala yang kami bisa untuk membantu tim tanggap darurat di lokasi serta memberikan segala dukungan dan perawatan yang diperlukan bagi mereka yang terdampak.”

Perusahaan induk maskapai tersebut, Tata Group, mengumumkan di X bahwa mereka akan memberikan kompensasi sebesar 10 juta rupee (sekitar $116.800) kepada keluarga korban yang meninggal dunia dalam kecelakaan itu.

Pejabat juga mengatakan bahwa organisasi tersebut akan menanggung seluruh biaya pengobatan bagi para korban serta memfasilitasi rekonstruksi sekolah kedokteran yang rusak akibat insiden tersebut.

“Kami sangat berduka atas kejadian tragis yang melibatkan Penerbangan Air India 171,” tulis perusahaan itu. “Tak ada kata yang mampu menggambarkan kesedihan yang kami rasakan saat ini.”

Pabrikan pesawat tersebut juga menyampaikan belasungkawa kepada semua pihak yang terdampak.

“Kami telah menjalin komunikasi dengan Air India terkait Penerbangan 171 dan siap memberikan dukungan. Pikiran kami tertuju kepada para penumpang, awak pesawat, petugas tanggap darurat, dan semua yang terdampak,” kata pejabat Boeing dalam sebuah pernyataan.

Menurut basis data Aviation Safety Network, ini adalah kecelakaan pertama yang melibatkan pesawat Boeing 787-8 Dreamliner.

Perusahaan kedirgantaraan tersebut memang menghadapi berbagai tantangan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk keterlambatan produksi, insiden keselamatan, dan peringatan dari para pelapor internal yang merusak reputasi perusahaan.

Saham Boeing turun hampir 5 persen pada 12 Juni.

Perdana Menteri India, Narendra Modi, menulis di platform media sosial X bahwa tragedi di Ahmedabad “membuat kami terkejut dan sedih. Ini sungguh menyayat hati melebihi kata-kata.”

Saat acara penandatanganan RUU di Gedung Putih, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut tragedi tersebut sebagai “mengerikan” dan “sangat menyedihkan,” serta berjanji akan mendukung Modi dan pemerintah India.

Badan Investigasi Kecelakaan Udara Inggris (UK Air Accidents Investigation Branch) mengatakan bahwa mereka akan mengirimkan tim investigasi multidisipliner ke India untuk mendukung penyelidikan yang dipimpin oleh India karena “warga negara Inggris berada di dalam pesawat tersebut.” (asr)

Laporan ini turut disusun oleh Associated Press dan Reuters

ChatGPT Tiba-tiba Balas Pesan Aneh, Seorang Wanita Syok Setelah Mendapat Jawabannya…

EtIndonesia. Seorang wanita asal luar negeri bernama Liz mengalami kejadian mengejutkan saat menggunakan ChatGPT. Saat sedang membuat daftar belanja melalui fitur mode suara, dia tiba-tiba menerima balasan aneh yang tidak ada hubungannya dengan topik sebelumnya. Saat dia bertanya lebih lanjut, AI justru mengakui bahwa telah mencampuradukkan data pengguna lain, membuat Liz merasa sangat terkejut dan bahkan ketakutan. Hingga kini, pihak OpenAI belum memberikan tanggapan resmi atas insiden tersebut.

Kejadian Berawal dari Daftar Belanja, Berakhir dengan Percakapan Orang Asing

Liz membagikan pengalamannya melalui video di media sosial. Dia mengatakan bahwa saat itu dia sedang menggunakan fitur suara ChatGPT untuk membuat daftar kebutuhan rumah tangga. Setelah selesai berbicara, dia lupa menonaktifkan mode suara dan tidak mengatakan apa pun lagi dalam waktu cukup lama.

Namun, tiba-tiba ChatGPT merespons dengan kalimat yang sama sekali tidak relevan:

“Halo, Lindsay dan Robert, sepertinya kalian sedang mempersiapkan pembukaan untuk sebuah presentasi atau seminar. Ada hal khusus yang bisa saya bantu? Mungkin menyusun naskah atau slide? Silakan beri tahu saya bagaimana saya bisa membantu.”

Liz mengaku sangat bingung karena dia tidak tahu dari mana asal suara atau konteks yang membuat ChatGPT menanggapi dengan pesan seperti itu. Dia lalu memeriksa transkrip dari mode suara dan menemukan bahwa tidak ada kalimat dari dirinya yang berkaitan dengan Lindsay atau Robert. Namun anehnya, transkrip tersebut menampilkan respons yang tidak pernah dia ucapkan sama sekali.

Saat Ditegur, AI Mengakui Telah “Keliru Antar Akun”

Karena makin penasaran, Liz kembali berbicara melalui mode suara:

“Aku hanya duduk santai merencanakan barang kebutuhan yang mau dibeli, tapi kamu malah bicara soal seminar Lindsay dan Robert. Aku bukan mereka. Apakah kamu mencampuradukkan akun atau percakapan dengan orang lain?”

Yang mengejutkan, ChatGPT menjawab dengan pengakuan langsung:

“Sepertinya saya telah keliru mencampuradukkan konteks dari percakapan atau akun yang berbeda. Kamu bukan Lindsay dan Robert. Pesan ini seharusnya ditujukan kepada orang lain. Terima kasih telah memberitahu saya, dan saya mohon maaf atas kebingungan ini.”

Pengakuan tersebut sontak membuat Liz terkejut dan khawatir, karena itu berarti ada kemungkinan kebocoran data pribadi atau isi percakapan lintas pengguna. Dia berharap reaksinya hanya berlebihan, dan meminta bantuan warganet untuk mencari penjelasan logis atas kejadian itu.

Reaksi Netizen: Khawatir, Tapi Juga Pernah Mengalami Hal Serupa

Sebagian netizen yang menonton video Liz mengaku mengalami kejadian mirip, dan menyatakan kekhawatiran terhadap potensi kebocoran data. Seorang pengguna berkata:

“Waktu aku pakai mode suara tapi diam saja, ChatGPT terus-menerus menuliskan transkrip seperti ‘Terima kasih telah menonton’—padahal aku tidak bicara apa-apa.”

Penjelasan Ahli AI: Kemungkinan AI Mengalami “Halusinasi”

Seorang pakar AI sekaligus programmer mencoba memberikan penjelasan teknis. Menurutnya, kejadian seperti itu bisa jadi disebabkan oleh “AI hallucination” (halusinasi AI)—fenomena di mana AI menciptakan konten seolah-olah berdasarkan input nyata, padahal tidak ada input yang sesuai.

“Saat mode suara aktif dan tidak ada yang berbicara, sistem tetap mencoba mengekstrak kata-kata dari audio. Dalam kondisi tanpa suara manusia yang jelas, AI bisa saja menciptakan output sendiri berdasarkan ‘tebakan’, yang disebut halusinasi.”

Sedangkan terkait respons “pengakuan” dari ChatGPT soal pencampuran akun, sang ahli menjelaskan:

“AI sebenarnya tidak tahu apakah dia benar-benar mencampur akun atau tidak. Ketika pengguna bertanya, ‘Apakah kamu mencampur dengan akun lain?’ maka sistem akan mencoba merespons sesuai konteks pertanyaan—dengan cara yang terdengar masuk akal, walaupun bukan berarti itu benar-benar terjadi.”

Kesimpulan Sementara

Meski belum ada konfirmasi resmi dari OpenAI, insiden ini membuka kembali diskusi serius tentang privasi, keamanan data, dan batas-batas kemampuan AI. Apakah ini sekadar kesalahan teknis atau tanda dari celah keamanan yang lebih besar? Apakah AI dapat, secara tidak sengaja, mencampuradukkan konten lintas pengguna?

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tentu akan semakin banyak muncul seiring bertambahnya interaksi manusia dengan kecerdasan buatan. Untuk saat ini, pengguna diimbau untuk waspada dan berhati-hati saat menggunakan fitur yang melibatkan data sensitif, terutama dalam mode suara dan percakapan real-time. (jhn/yn)

Pesawat Air India Tujuan Inggris yang Membawa 244 Orang Jatuh  Tak Lama Setelah Lepas Landas

Terdapat 169 warga negara India, 53 warga negara Inggris, satu warga negara Kanada, dan tujuh warga negara Portugal di dalam pesawat Boeing Dreamliner tujuan London 

EtIndonesia. Sebuah pesawat Air India tujuan London dengan lebih dari 200 orang di dalamnya jatuh di dekat bandara di kota Ahmedabad, India bagian barat, pada Kamis (12/6/2025). 

Faiz Ahmed Kidwai, Kepala Direktorat Penerbangan Sipil India kepada Associated Press mengatakan bahwa penerbangan Air India AI 171, sebuah pesawat Boeing 787, jatuh di kawasan pemukiman lima menit setelah lepas landas pada pukul 13.38 waktu setempat. 

Ia juga menuturkan, terdapat sebanyak 232 penumpang dan 12 awak kabin di dalam pesawat, dan tim tanggap darurat telah diaktifkan di bandara. 

Tanpa memberikan jumlah pasti, Menteri Kesehatan India, Jagat Prakash Nadda, mengatakan di platform X: “Berita tentang banyaknya korban jiwa dalam kecelakaan pesawat di Ahmedabad, Gujarat, sangatlah menyedihkan.”

Dalam pernyataannya, Air India menyebutkan bahwa terdapat 169 warga negara India, 53 warga negara Inggris, satu warga negara Kanada, dan tujuh warga negara Portugal di dalam pesawat.

 “Para korban luka sedang dibawa ke rumah sakit terdekat,” demikian disampaikan pihak maskapai.

Cuplikan video yang dibagikan oleh kantor berita ANI di platform X menunjukkan puing-puing yang terbakar dengan asap hitam pekat membumbung ke langit dekat bandara.

ANI juga melaporkan bahwa regulator penerbangan India (DGCA) menyebutkan pesawat Boeing 787-8 Dreamliner tersebut sempat mengirimkan sinyal darurat “Mayday”, namun setelah itu tidak ada lagi respons dari pesawat.

Disebutkan bahwa pilot pesawat tersebut, Kapten Sumeet Sabharwal, adalah LTC (line training captain) berpengalaman dengan 8.200 jam terbang, sedangkan kopilotnya memiliki 1.100 jam pengalaman terbang.

Ketua Menteri Gujarat, Bhupendra Patel, mengatakan bahwa ia telah memerintahkan para pejabat untuk “melakukan operasi penyelamatan dan bantuan segera” serta membuat “pengaturan untuk perawatan segera bagi para penumpang yang terluka secara darurat.”

“Saya juga telah menginstruksikan pejabat untuk menyiapkan koridor hijau guna mengangkut penumpang yang terluka untuk perawatan, serta memastikan semua pengaturan medis yang diperlukan tersedia di rumah sakit dengan prioritas utama,” tulis Patel dalam unggahan media sosialnya.

Dalam pernyataan yang diunggah ke platform X, Ketua Air India, Natarajan Chandrasekaran, mengonfirmasi bahwa Penerbangan Air India 171 “mengalami kecelakaan tragis hari ini.”

 “Pikiran dan belasungkawa terdalam kami bersama keluarga dan orang-orang tercinta dari semua yang terdampak oleh peristiwa yang menghancurkan ini,” katanya.

“Saat ini, fokus utama kami adalah memberikan dukungan bagi semua pihak yang terdampak dan keluarga mereka. Kami melakukan segala daya kami untuk membantu tim tanggap darurat di lokasi dan memberikan semua dukungan serta perawatan yang diperlukan kepada para korban.”

Pernyataan Chandrasekaran tersebut disampaikan melalui akun resmi Tata Group, karena ia merupakan ketua Tata Sons dan Tata Group.

Bandara Gatwick London mengonfirmasi bahwa pesawat yang berangkat dari Ahmedabad itu dijadwalkan mendarat pada pukul 18.25 waktu Inggris.

Dalam pernyataannya di X, Bandara Gatwick mengatakan, “Kami dapat mengonfirmasi bahwa penerbangan AI171 yang jatuh saat lepas landas dari Bandara Ahmedabad hari ini dijadwalkan mendarat di London Gatwick pada pukul 18.25.” (asr)