Dunia di Ujung Tanduk! 355 Drone Hujani Ukraina, Trump Ancam Rusia Hancur, Tiongkok Terseret Skandal Perang
EtIndonesia. Ukraina kembali menjadi pusat guncangan geopolitik dunia setelah mengalami serangan drone terbesar sepanjang sejarah konflik, dengan total 355 drone dikerahkan oleh Rusia dalam satu malam pada 25 Mei. Serangan ini memicu gelombang kecaman internasional dan memunculkan reaksi keras dari para pemimpin Barat, terutama Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Serangan Udara Massif: Ukraina Dihujani 355 Drone dalam Satu Malam
Pada malam 25 Mei, Rusia melancarkan serangan udara intensif dengan menggunakan ratusan drone ke berbagai wilayah strategis Ukraina. Ini menjadi serangan drone terbesar sejak invasi dimulai pada 2022. Menurut otoritas Ukraina, total 355 drone dan rudal diluncurkan ke berbagai kota besar, menyebabkan kerusakan infrastruktur vital dan menelan korban jiwa serta luka-luka.
Serangan yang berkelanjutan selama dua malam berturut-turut ini menandai babak baru dalam intensitas konflik. Pemerintah Kiev menyatakan bahwa pertahanan udara Ukraina berhasil menembak jatuh sebagian besar drone, namun masih ada puluhan yang lolos dan menghantam target sipil serta militer.
Trump Menyebut Putin “Gila”, Barat Kompak Cabut Pembatasan Senjata untuk Ukraina
Di tengah situasi genting tersebut, Presiden AS, Donald Trump menampilkan sikap yang jauh lebih keras terhadap Rusia.
Melalui media sosialnya, Trump secara terbuka menyatakan: “Putin sudah benar-benar gila. Sejak awal saya sudah bilang, ia ingin seluruh Ukraina. Jika itu benar, dan dia nekat melakukannya, Rusia akan runtuh.”
Pernyataan Trump ini mendapat sorotan dari berbagai analis. Zhang Tianliang, seorang pengamat politik internasional, menilai bahwa Trump akhirnya menyadari bahwa Putin hanya mempermainkan pihak Barat, khususnya dirinya sendiri, tanpa niat tulus untuk mengakhiri perang. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio bahkan dianggap lebih tajam dalam mengecam Moskow, mendesak aksi nyata dari Washington dan sekutunya.
Sebagai respons konkret terhadap eskalasi ini, pada 26 Mei, Jerman, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat secara resmi mencabut seluruh batasan jangkauan penggunaan senjata yang dipasok ke Ukraina. Kini, militer Ukraina diperbolehkan menggunakan senjata jarak jauh untuk menyerang target militer di dalam wilayah Rusia, termasuk markas komando dan gudang senjata strategis.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron menambahkan: “Trump sekarang mulai sadar, pemimpin Rusia itu sudah berbohong kepadanya soal perang.”
Macron juga menuntut agar Barat memberikan tenggat waktu jelas bagi Moskow untuk menerima gencatan senjata, dengan ancaman sanksi lebih keras jika Rusia tetap menolak.
Insiden Viral: Macron dan Istri di Vietnam, serta Upaya “Pemenggalan Kepala” Putin
Sementara itu, lawatan Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan istrinya Brigitte ke Vietnam menjadi sorotan tersendiri. Sebuah video viral menunjukkan Brigitte tiba-tiba menepuk wajah Macron saat turun dari pesawat, membuat momen tersebut ramai dibahas di media sosial. Istana Elysee awalnya membantah ada masalah, namun akhirnya mengakui bahwa insiden itu hanya candaan di antara suami istri.
Di sisi lain, pada 26 Mei, media Taiwan mengutip laporan Channel One Rusia yang menyebut pada 20 Mei lalu, militer Ukraina berusaha melakukan serangan “pemenggalan kepala” terhadap Presiden Putin. Dalam operasi tersebut, sebanyak 46 drone Ukraina diarahkan untuk menyerang rute pesawat kepresidenan saat Putin menuju Kursk. Meski begitu, semua drone berhasil dipatahkan oleh sistem pertahanan Rusia dan Putin dinyatakan selamat.
Pesawat khusus Presiden Putin, IL96 300PU—yang dijuluki “Kremlin Bow in the Air”—dilengkapi teknologi pertahanan canggih, termasuk perlindungan infra merah, sistem anti-radar, pertahanan 360 derajat, komunikasi satelit terenkripsi, serta kemampuan komando nuklir. Demi keamanan ekstra, biasanya 3-5 pesawat pengiring beroperasi secara terbuka maupun rahasia, sehingga jalur dan identitas pesawat asli sangat sulit dilacak.
Tiongkok Terbongkar Pasok Material Militer ke Rusia, Ukraina Beri Sinyal Keras ke Barat
Di tengah memanasnya situasi, Kepala Intelijen Luar Negeri Ukraina, Yuriy Ivashchenko, mengungkap kepada Ukrinform bahwa Tiongkok secara sistematis memasok mesin industri, bahan kimia khusus, mesiu, suku cadang, dan komponen elektronik ke lebih dari 20 pabrik militer Rusia. Dari 2024 hingga 2025, tercatat sedikitnya lima kerja sama besar antara Beijing dan Moskow, termasuk pengiriman suku cadang dan dokumen pesawat tempur.
Lebih mengejutkan lagi, 80% perangkat elektronik yang digunakan pada drone militer Rusia saat ini berasal dari Tiongkok. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy sebelumnya secara terbuka menuduh Beijing memberikan dukungan militer langsung kepada Moskow, bahkan melibatkan warga negara Tiongkok dalam produksi senjata Rusia. Tuduhan ini segera dibantah oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, namun berbagai bukti terus bermunculan.
Motif Ukraina Bongkar Keterlibatan Tiongkok: Menggugah Barat untuk Bertindak
Cheng Chin-mu, Wakil Dekan Departemen Hubungan Internasional Universitas Tamkang, Taiwan, menilai bahwa pengungkapan Ukraina tentang peran Tiongkok di balik mesin perang Rusia bukan tanpa alasan. Menurutnya, tujuan utama Kiev adalah membangunkan Barat—terutama Amerika Serikat—bahwa konflik Ukraina bukan lagi sekadar “Ukraina versus Rusia”, melainkan pertempuran antara Ukraina dan poros Tiongkok-Rusia.
“Zelenskyy secara spesifik memberi pesan ke Trump, bahwa hambatan terbesar bagi perdamaian saat ini justru adalah Beijing, bukan hanya Moskow. Jika AS dan Barat tidak menindak langsung ke akar masalah, perang ini tidak akan pernah usai,” ungkap Cheng kepada Epoch Times.
Cheng menambahkan, bocoran ini dapat menimbulkan dua efek besar:
- Mempersempit ruang gerak Tiongkok dalam menjalin hubungan strategis dengan Eropa, khususnya di tengah perang dagang dengan AS.
- Meningkatkan kesadaran global, terutama di Washington, bahwa kunci untuk menekan Rusia bukan sekadar sanksi ekonomi, tetapi juga memutus rantai pasokan militer dari Tiongkok.
Kesimpulan: Perang Ukraina Memasuki Babak Baru, Peran Tiongkok Kian Disorot
Serangan drone masif Rusia ke Ukraina, perubahan sikap Trump, pencabutan pembatasan jangkauan senjata Barat, serta terbongkarnya peran Tiongkok sebagai pemasok utama industri militer Rusia menjadi sinyal bahwa konflik ini memasuki fase baru yang jauh lebih berbahaya dan kompleks. Tarik-menarik kekuatan antara Barat, Rusia, dan Tiongkok kini semakin terang-terangan, menempatkan dunia pada ambang eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Trump Berbalik Kecam Putin: “Sudah Gila” dan Bisa Bikin Rusia Runtuh — dan Sindir Zelenskyy: “Buka Mulut, Buat Masalah”
EtIndonesia. Di tengah berlangsungnya pertukaran tahanan terbesar antara Rusia dan Ukraina sejak perang dimulai, serangan udara besar-besaran juga dilancarkan secara bersamaan oleh Rusia terhadap berbagai kota di Ukraina. Menanggapi hal ini,Presiden AS, Donald Trump pada 25 Mei mengecam keras Presiden Rusia, Vladimir Putin dan menyebutnya telah “benar-benar gila”, bahkan mengisyaratkan bahwa tindakan Putin bisa membuat Rusia hancur.
Namun Trump juga tidak lupa menyindir Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, yang menurutnya “begitu buka mulut malah bikin masalah.” Dia menegaskan bahwa ini adalah “perangnya Zelenskyy, Putin, dan Biden”, sementara dirinya hanya mencoba memadamkan api akibat ketidakmampuan para pemimpin dunia.
Trump Meledak: Putin Gila, Zelenskyy Tak Membantu
Menurut laporan sejumlah media internasional, pada 25 Mei lalu, Rusia melancarkan serangan udara terbesar sejak invasi dimulai, menewaskan 13 orang dan melukai puluhan lainnya di berbagai kota Ukraina.
Di platform media sosial miliknya, Truth Social, Trump menulis: “Saya dulu punya hubungan baik dengan Putin, tetapi sekarang tampaknya ada sesuatu yang tidak beres dengannya. Dia sudah gila! Dia membunuh banyak orang tanpa alasan—dan saya tidak hanya bicara tentang tentara. Rudal dan drone menyerang kota-kota di Ukraina tanpa alasan apa pun.”
Trump mengatakan dirinya sangat terkejut dengan eskalasi terbaru ini.
“Saya selalu bilang bahwa dia (Putin) menginginkan seluruh Ukraina, bukan hanya sebagian. Mungkin ternyata saya benar. Tapi kalau dia benar-benar mencobanya, itu bisa menghancurkan Rusia sendiri!” katanya.
Sindiran untuk Zelenskyy dan Kritikan terhadap Pemerintahan Biden
Trump juga melontarkan kritik terhadap Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.
“Cara Zelenskyy berbicara sama sekali tidak menguntungkan bagi negaranya. Dia begitu buka mulut, langsung buat masalah. Saya tidak suka itu. Dia sebaiknya diam saja,” tulis Trump.
Trump kemudian menegaskan bahwa jika dirinya yang menjadi Presiden saat ini, perang Rusia-Ukraina tidak akan pernah terjadi.
“Ini adalah perang antara Zelenskyy, Putin, dan Biden—bukan perang Trump. Saya hanya berusaha memadamkan api besar yang disebabkan oleh ketidakmampuan dan kebencian ekstrem,” ujarnya.
Zelenskyy Kritik Diamnya AS
Di sisi lain, Presiden Zelenskyy menyampaikan kekecewaannya atas sikap diam Amerika Serikat setelah Rusia kembali melancarkan serangan besar-besaran ke Ukraina.
Dalam unggahan Telegram pada 25 Mei, dia menulis: “Setiap kali Rusia melakukan serangan teror seperti ini, itu seharusnya menjadi alasan yang sah bagi AS untuk menjatuhkan sanksi baru. Rusia sedang mengulur perang ini dan membunuh orang setiap hari.”
Zelenskyy menambahkan: “Orang-orang mungkin bisa berlibur ke tempat lain, tetapi perang ini terus berlangsung, baik akhir pekan maupun hari biasa. Diamnya Amerika dan negara-negara lain di dunia hanya akan menambah semangat Putin.”
Trump Pertimbangkan Tambahan Sanksi untuk Moskow
Trump juga mengatakan bahwa dirinya tidak puas dengan apa yang dilakukan Putin, dan mengindikasikan kemungkinan memperberat sanksi terhadap Rusia.
Saat dalam perjalanan pulang ke Washington menggunakan Air Force One dari New Jersey, Trump kepada awak media mengatakan: “Saya benar-benar tidak mengerti apa yang sedang Putin lakukan. Dia sedang membunuh banyak orang, dan saya sama sekali tidak menyetujui itu.”
Di tengah berlangsungnya negosiasi gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, Trump mengatakan: “Kita sedang berbicara tentang perdamaian, tetapi pada saat yang sama, Putin justru menembakkan rudal ke Kiev dan kota-kota lain.”
Saat ditanya apakah dia mempertimbangkan sanksi tambahan, Trump menjawab: “Tentu. Dia sedang membunuh banyak orang.”
Jerman dan Uni Eropa Bereaksi Keras terhadap Serangan Drone Terbesar Rusia
Menanggapi serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Rusia, termasuk peluncuran hampir 300 drone tempur, Pemerintah Jerman pada 26 Mei mengatakan bahwa sekutu Kiev harus memberikan tanggapan tegas.
Dalam wawancara dengan saluran televisi ARD, Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul mengatakan: “Kami tidak bisa menerima ini begitu saja.”
Dia juga menegaskan bahwa tindakan Putin merupakan bentuk penghinaan terhadap hak asasi manusia dan merupakan pelecehan terhadap Donald Trump, yang selama ini berusaha membawa Putin ke meja perundingan.
Sebelumnya, Uni Eropa pada 20 Mei telah resmi meluncurkan putaran ke-17 sanksi terhadap Rusia, yang kali ini menargetkan kapal-kapal tanker minyak dari armada bayangan milik Rusia.
Wadephul menyatakan bahwa sanksi baru ini “akan membawa dampak serius terhadap ekonomi Rusia”, khususnya di sektor energi dan industri lainnya.
“Rusia akan masuk dalam kesulitan keuangan besar karena sanksi ini,” ujarnya.(jhn/yn)
Gedung Capitol AS Kibarkan Bendera Dua Kali pada 13 Mei untuk Menghormati Master Li Hongzhi
Pada 13 Mei 2025, diperingati sebagai Hari Falun Dafa Sedunia ke-26 sekaligus peringatan 33 tahun penyebaran Falun Dafa ke seluruh dunia. Gedung Capitol Amerika Serikat yang terletak di Washington, D.C., dua kali mengibarkan bendera AS sebagai bentuk penghormatan kepada pendiri Falun Dafa, Li Hongzhi, serta untuk merayakan Hari Falun Dafa Sedunia.
EtIndonesia. Pada Hari Falun Dafa Sedunia, 13 Mei, bendera Amerika Serikat secara khusus dikibarkan dua kali di Gedung Capitol untuk menghormati pendiri Falun Gong, Li Hongzhi. Gedung Capitol adalah kantor Kongres Amerika Serikat.
Pengibaran bendera ini dilakukan atas permintaan Senator dari Delaware, Chris Coons, dan Anggota DPR AS dari Delaware, Sarah McBride. Kedua bendera yang telah dikibarkan di atas Gedung Capitol ini kemudian diberikan sebagai bentuk kehormatan kepada Li Hongzhi.
Dalam sertifikat pemberian bendera tersebut tertulis:
“Dengan ini disertifikasi bahwa bendera ini dikibarkan di atas Gedung Capitol Amerika Serikat pada tanggal 13 Mei 2025. Atas permintaan Senator Amerika Serikat Christopher A. Coons, bendera ini dikibarkan untuk menghormati pendiri Falun Dafa, Li Hongzhi. Tahun ini merupakan peringatan 33 tahun penyebaran Falun Dafa oleh Li Hongzhi di Tiongkok. Ratusan juta orang di seluruh dunia merayakan hari ini, yakni Hari Falun Dafa Sedunia.”
“Bendera ini dikibarkan di atas Gedung Capitol Amerika Serikat pada Hari Falun Dafa Sedunia atas permintaan Anggota Kongres Sarah McBride, untuk menghormati pendiri Falun Dafa, Li Hongzhi.”


Falun Dafa, juga dikenal sebagai Falun Gong, adalah sebuah metode kultivasi jiwa dan Raga yang berlandaskan prinsip “Sejati, Baik, Sabar”. Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Li Hongzhi di Tiongkok pada 13 Mei 1992, dalam kurun waktu 33 tahun, Falun Dafa telah menyebar ke lebih dari 110 negara dan wilayah di seluruh dunia.
Praktik ini telah membawa manfaat bagi ratusan juta orang dari berbagai latar belakang etnis, profesi, dan usia, serta memperoleh penghargaan dan rasa hormat luas dari masyarakat dunia. (Hui)
Laporan disusun oleh reporter New Tang Dynasty Television, Yi Jing dan Chi Xiao.
Irwan Wirahadykusumah: Profesional Perhotelan dengan Kompetensi Global dan Kearifan Lokal
Irwan Wirahadikusuma adalah sosok yang tak asing dalam industri perhotelan Indonesia. Dengan pengalaman lebih dari 15 tahun, ia telah membuktikan dedikasinya melalui berbagai pencapaian gemilang. Lahir di Bandung pada 15 April 1983, Irwan tumbuh dalam keluarga Sunda yang kental dengan nilai-nilai budaya lokal. Namun, minatnya terhadap dunia perhotelan justru terpupuk berkat kecintaannya pada bahasa dan interaksi sosial.
Fondasi Bahasa dan Passion di Dunia Hospitality
Ketertarikan Irwan pada industri perhotelan berawal dari kemampuannya menguasai bahasa asing. Saat SMA, ia memilih jurusan bahasa, berbeda dengan teman-temannya yang lebih condong ke IPA atau IPS. Ia fokus mempelajari bahasa Inggris, Jerman, dan sastra Indonesia. Kemampuan multibahasa ini menjadi modal berharga baginya, karena ia meyakini bahwa komunikasi adalah kunci utama dalam dunia hospitality.
Setelah lulus SMA pada 2001, Irwan sempat berkuliah di Universitas Padjadjaran (Unpad) dengan jurusan Sastra Jepang. Namun, ia menyadari bahwa passion-nya tidak terletak di sana. Akhirnya, ia memutuskan untuk pindah ke Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) dan mengambil program Diploma IV Manajemen Kepariwisataan. Keputusan ini menjadi titik awal karier gemilangnya di industri perhotelan.
Perjalanan Karier: Dari Guest Service Agent Hingga Hotel Manager
Irwan memulai karier profesionalnya pada 2006 sebagai Guest Service Agent di Concorde Hotel Kuala Lumpur, Malaysia. Pengalaman internasional ini memberinya wawasan luas tentang pelayanan tamu global. Setelah setahun di Malaysia, ia kembali ke Indonesia dan bekerja di Shangri-La Surabaya sebelum akhirnya bergabung dengan grup Accor di Novotel Bandung.
Di Accor, karier Irwan berkembang pesat. Ia mengawali sebagai Guest Service Agent, lalu naik jabatan menjadi Supervisor Front Office, dan kemudian Assistant Front Office Manager di Ibis Bandung Trans Studio—hotel Ibis terbesar di Asia Tenggara dengan 600+ kamar. Prestasinya sebagai “Loyalty Champion” dan kontribusinya dalam meraih penghargaan seperti “Accor Indonesia Best Hotel of The Year 2016” membuktikan dedikasinya.
Pada 2017, Irwan dipromosikan sebagai Front Office Manager di Mercure Bandung Setiabudi, kemudian Room Division Manager di Mercure Bandung City Centre. Di sini, ia berhasil meningkatkan Reputation Performance Score (RPS) menjadi 87.20/85.10 dan membawa hotel tersebut masuk dalam 15 besar kompetisi sarapan terbaik Accor untuk wilayah Malaysia, Indonesia, dan Singapura.
Tantangan dan Prestasi di Mercure Karawang dan Surabaya
Pada 2018, Irwan menghadapi tantangan baru sebagai Executive Assistant Manager di Mercure Karawang. Daerah industri ini membutuhkan strategi bisnis yang unik. Di bawah kepemimpinannya, hotel ini berhasil mencatatkan peningkatan signifikan:
– Occupancy rate +4.3% vs target,
– RevPar +IDR 42.294 vs budget,
– Guest Satisfaction Score 93 (+2 vs target),
– Employee Engagement Score 91 (+2 vs target).
Kinerja gemilang ini membawanya terpilih untuk mengikuti Hotel Manager Development Program (HMDP)—program prestisius yang hanya diikuti oleh 50 manajer terbaik dari Asia Tenggara, Jepang, dan Korea. Kelulusannya dari HMDP mengantarkannya ke puncak karier sebagai Hotel Manager di Mercure Surabaya Grand Mirama, salah satu hotel Mercure terbesar dengan 260 kamar dan fasilitas lengkap.
Dinamika Industri dan Falsafah Kepemimpinan
Bagi Irwan, industri perhotelan adalah dunia yang dinamis. Setiap hari menghadirkan tantangan baru, mulai dari mengelola tamu dengan beragam karakter hingga menjaga stabilitas bisnis di tengah persaingan ketat. Prinsip yang ia pegang teguh adalah nilai-nilai Accor: menghargai rekan kerja, percaya pada tim, dan terus berinovasi.
Ia juga menekankan pentingnya adaptasi. Misalnya, strategi bisnis di Karawang yang berbasis industri berbeda dengan Surabaya yang metropolitan. “Kunci sukses di perhotelan adalah fleksibilitas, networking, dan profesionalitas,” ujarnya.
Mercure Surabaya Grand Mirama: Keunggulan dan Keunikan
Sebagai Hotel Manager, Irwan bangga dengan keunggulan Mercure Surabaya Grand Mirama. Hotel ini tidak hanya menawarkan 260 kamar, tetapi juga fasilitas lengkap seperti:
– 12 meeting room dan 1 grand ballroom (kapasitas 1.000 orang),
– Berbagai outlet F&B: restoran China, Jepang, coffee shop, dan lounge,
– Kolam renang, spa, gym, serta aktivitas mingguan untuk keluarga.
Kombinasi fasilitas bisnis dan keluarga ini membuat hotel ini unik dan menjadi pilihan utama tamu di Surabaya.
Pesan untuk Generasi Muda
Perjalanan Irwan membuktikan bahwa passion, konsistensi, dan kesiapan belajar adalah kunci sukses di industri perhotelan. Pesannya untuk generasi muda yang ingin berkarier di dunia hospitality:
“Hotel itu dinamis. Jika kalian suka tantangan dan belajar hal baru, ini adalah tempat yang tepat. Jangan pernah berhenti mengembangkan diri dan jadilah pembelajar seumur hidup.”
Dari Bandung ke Kuala Lumpur, dari Karawang hingga Surabaya, Irwan Wirahadikusuma terus menorehkan prestasi sambil menikmati setiap dinamika yang ada. Ia adalah bukti nyata bahwa dengan kerja keras dan dedikasi, siapa pun bisa mencapai puncak karier di industri perhotelan.
Kampus di Tiongkok Memulangkan Mahasiswa Asing, Akhir dari Era Perlakuan Istimewa?
Baru-baru ini, sejumlah universitas ternama di Tiongkok melancarkan “gelombang pemulangan” mahasiswa asing, yang memicu perhatian luas. Para pakar menilai bahwa seiring dengan melemahnya ekonomi, pengetatan anggaran, dan perubahan iklim politik, era “perlakuan istimewa melebihi warga negara” bagi mahasiswa asing di Tiongkok mungkin akan segera berakhir.
EtIndonesia. Menurut informasi yang beredar di internet, Universitas Zhejiang telah memulangkan 96 mahasiswa asal Afrika dan mencabut berbagai subsidi besar yang mereka terima, serta menghentikan semua perlakuan khusus.
Universitas Wuhan mengikuti langkah serupa dengan memulangkan 92 mahasiswa dari 10 negara. Sementara itu, Universitas Sichuan bahkan memulangkan 300 mahasiswa sekaligus, termasuk 213 mahasiswa pascasarjana yang sudah belajar selama 8 tahun tetapi belum juga lulus.
Sebagian besar mahasiswa yang dipulangkan tersebut dinilai tidak memenuhi standar akademik atau melanggar peraturan universitas.
Beberapa di antara mereka bahkan tidak pernah hadir di kelas, atau setidaknya gagal di separuh mata kuliah; ada yang belum bisa melewati ujian bahasa dasar, tidak bisa berbicara maupun belajar bahasa Mandarin; juga ada yang melakukan plagiarisme, pemalsuan, dan melanggar aturan asrama.
Direktur Eksekutif Asosiasi Inspirasi Taiwan (TIA), Lai Rongwei, mengatakan bahwa gelombang pemulangan mahasiswa asing ini berkaitan erat dengan situasi politik dan ekonomi saat ini di Tiongkok.
“Ini sejalan dengan arah politik dan sosial Tiongkok saat ini, yang sedang dipenuhi dengan semangat nasionalisme. Pihak universitas, menurut saya, berusaha menebak arah kebijakan pemerintah pusat. Para pemangku kepentingan, baik sekretaris partai universitas maupun rektor yang menangani administrasi, semuanya memiliki ambisi karier politik yang ingin mereka capai,” katanya.
Anggaran pendidikan Kementerian Pendidikan Tiongkok tahun 2025 menunjukkan bahwa dana untuk program studi mahasiswa asing hanya sebesar RMB.695 juta , turun hampir RMB.1 miliar dibanding tahun sebelumnya.
Lima tahun lalu, anggaran untuk program ini bahkan pernah mencapai lebih dari RMB. 3,6 miliar .
Sejarawan asal Tiongkok yang kini tinggal di Australia, Li Yuanhua, menjelaskan bahwa karena ekonomi Tiongkok sedang lesu dalam beberapa tahun terakhir, pemotongan anggaran besar-besaran menyebabkan negara tidak mampu lagi membiayai subsidi besar untuk mahasiswa asing.
“Universitas-universitas tidak lagi menerima dana sebanyak dulu dari negara, jadi mereka harus mengambil tindakan seperti ini. Dengan menghapus nama-nama mahasiswa dari daftar, dana tersebut bisa dialihkan untuk keperluan lain,” ujarnya.
Selama beberapa tahun terakhir, jumlah mahasiswa asing dari Eropa dan Amerika di Tiongkok juga menurun drastis. Misalnya, jumlah mahasiswa asal Amerika Serikat telah turun dari puncaknya sekitar 25.000 orang menjadi hanya sekitar 700 orang.
Bahkan mahasiswa Jepang yang dahulu sangat tertarik dengan budaya Tiongkok, kini hanya tersisa sekitar 700 orang di Tiongkok. Sebaliknya, jumlah mahasiswa asal Afrika justru terus meningkat.
Li Yuanhua menilai bahwa mahasiswa dari negara-negara seperti Eropa, Amerika, Jepang, dan Korea Selatan dulu datang ke Tiongkok karena tertarik pada peradaban Tiongkok dan ingin menjadi jembatan dalam hubungan ekonomi antara negara maju dan Tiongkok.
“Sekarang, banyak orang melihat kehancuran ekonomi Tiongkok yang terjadi secara drastis, dan juga bahwa Tiongkok tidak mematuhi aturan internasional serta sedang dikenai sanksi dari berbagai negara. Ini menyebabkan jumlah mahasiswa dari negara maju menurun secara drastis,” katanya.
“Sedangkan mahasiswa asal Afrika, selain dari kalangan elite yang ingin mencari status sosial, banyak juga yang berasal dari keluarga kurang mampu. Bagi mereka, belajar di Tiongkok seperti menjadi ladang penghasilan. Beberapa di antaranya justru menggunakan uang subsidi untuk berwisata dan tidak serius belajar,” ujarnya.
Selama ini, perlakuan “super istimewa” yang diterima mahasiswa dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin di kampus-kampus Tiongkok kerap menuai kontroversi di kalangan masyarakat. Subsidi studi mereka tidak hanya mencakup beasiswa, tetapi juga menjamin kebutuhan hidup tanpa kekhawatiran.
Di internet, ada mahasiswa asal Afrika yang mengaku telah mengunjungi 17 negara dengan dana beasiswa dari Tiongkok, dan menyebut belajar di Tiongkok sebagai pengalaman yang sangat menyenangkan.
Ada pula mahasiswa berkulit hitam yang memamerkan foto makanan mewah di media sosial, sambil menulis bahwa “uang yang diberikan tidak habis-habis untuk dibelanjakan”.
Li Yuanhua menyatakan bahwa sistem pendidikan mahasiswa asing di Tiongkok telah melampaui ranah pendidikan biasa dan sarat dengan muatan politik.
“Di masa pertumbuhan pesat ekonominya, Partai Komunis Tiongkok menggunakan dana ini sebagai biaya khusus untuk ‘front persatuan’ global. Banyak mahasiswa asing sejatinya merupakan alat untuk menyuap pejabat negara asal mereka, atau untuk menarik dukungan negara-negara tersebut. Kini, karena kehabisan dana, mereka mulai mengetatkan pengeluaran dan menggunakan media untuk menyampaikan berbagai narasi. Padahal praktik-praktik ini sudah keterlaluan sejak lama,” katanya.
Beberapa universitas menyatakan bahwa dana yang dihemat dari pemulangan mahasiswa yang “hanya menghabiskan waktu” akan dialokasikan untuk mendukung proyek pendidikan di daerah pedesaan barat Tiongkok.
Namun, menurut Lai Rongwei, bahkan di masa pertumbuhan ekonomi tinggi sekalipun, Partai Komunis Tiongkok belum pernah berhasil mengatasi ketimpangan pendidikan antara kota dan desa. Oleh karena itu, janji “mendukung pendidikan di pedesaan barat” hanyalah slogan kosong, dan tidak menutup kemungkinan bahwa dana tersebut justru akan disalahgunakan oleh para pejabat. (Hui)
Sumber : NTDTV.com
SMARTFREN RUN 2025 Ajak 5000 Pelari dengan Total hadiah 200 Juta Untuk Pemenang
Melalui Smartfren run 2025, XLSMART berharap bisa berperan serta untuk mengajak masyarakat menerapkan gaya hidup sehat dan menikmati olahraga sambil berkompetisi dengan sehat. Lima (5) pemenang dari tiga (3) kategori akan berkompetisi untuk memperebutkan total hadiah senilai Rp 200 Juta
Jakarta, 21 Mei 2025. PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (XLSMART) melalui brand Smartfren kembali menyelenggarakan kompetisi lari “SMARTFREN RUN 2025“ Menyediakan total hadiah Rp 200 juta dan hadiah tambahan 100 Juta untuk pemenang spesial, kompetisi ini akan diikuti oleh 5000 pelari yang berasal dari berbagai kota dan daerah di seluruh Indonesia. Kompetisi ini akan berlangsung pada 8 Juni 2025 di Plaza Timur Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta.
Smartfren Run 2025 menjadi langkah nyata XLSMART untuk lebih dekat dengan masyarakat sekaligus mendukung tujuan perusahaan dalam menghubungkan setiap warga masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik. Hal ini juga selaras dengan semangat baru “Bersama, Melaju Tanpa Batas,” mengajak peserta dari berbagai kalangan untuk berlari dengan riang gembira, menumbuhkan semangat kebersamaan, dan bergerak maju tanpa batas untuk masa depan yang lebih sehat dan positif
Direktur & Chief Commercial Officer XLSMART, David Arcelus Oses mengatakan, “Smartfren Run 2025 merupakan event lari tahun kedua yang kami adakan. Kami melihat antusiasme baik dari para pelari maupun masyarakat yang sangat tinggi terhadap kompetisi ini, karena itu tahun ini kami menambah jumlah peserta sebanyak 5000 orang lebih banyak dibandingkan tahun lalu yang hanya 3000 orang. Ini menjadi pembuktian bahwa masyarakat kita sudah sadar mengenai pentingnya pola hidup yang sehat, ditambah pula saat ini lari menjadi salah satu gaya hidup masyarakat. Tentunya kami juga berharap kompetisi ini bisa terus menginspirasi masyarakat di Indonesia secara lebih luas untuk menerapkan gaya hidup sehat serta memupuk semangat sportivitas yang positif di antara sesama peserta.“
Selain itu, ajang ini juga menjadi salah satu bentuk engagement Smartfren dengan pelanggan dan masyarakat pada umumnya serta mewujudkan komitmen kami untuk terus hadir lebih dekat melalui kegiatan yang bermakna dan relevan dalam kehidupan sehari-hari, ujar David.
Smartfren Run 2025 akan dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2025 di Plaza Timur GBK Jakarta. Kompetisi lari ini akan dibagi menjadi tiga kategori mulai dari Half Marathon dengan jarak 21,097km sebegai kategori tertinggi, 10K dan 5,5K, dengan rute perlombaan mulai dari titik di Plaza Timur GBK, melalui Pintu 7, memasuki area HBKB/CFD, Semanggi, Senopati, Pati Unus, Sisingamangraja dan kembali ke Jl. Sudirman untuk kemudian masuk ke pintu 7 dan finis di titik semula. Seluruh rute lomba mendapat sertifikat dan tercatat resmi pada PB PASI karena telah dikalibrasi secara profesional.
David menambahkan, “Kami juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada para mitra/partner kami dalam yang mendukung penuh penyelenggaraan dan kesuksesan kompetisi bergengsi ini yaitu PASI dan berbagai pihak lainnya, yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Selamat berlomba kepada semua peserta, semoga semuanya menikmati kebersamaan ini dengan kami.”
Peserta terdiri dari atlet nasional, komunitas lari, calon pelanggan, masyarakat umum, sponsor, kolega, hingga tamu VIP. Peserta berdatangan dari berbagai wilayah di Indonesia, tercatat pula sejumlah WNA bergabung memeriahkan lomba ini. Kegiatan ini juga menjadi wadah untuk mempererat hubungan antara Smartfren dengan komunitas dan publik secara luas.
Pendaftaran peserta sudah dibuka pada 25 April 2025 dan karena antusiasme yang tinggi segera ditutup pada 6 Mei lalu sejalan dengan habisnya kuota HM, setelah terlebih dahulu kuota 10K dan 5K Sold out.
Adapun biaya pendaftaran lomba adalah sebagai berikut:
Half Marathon (21K) – Biaya pendaftaran Rp 399.000
10 KM – Biaya pendaftaran Rp 299.000
5,5 KM – Biaya pendaftaran Rp 199.000
Pengambilan racepack bisa dilakukan mulai tanggal 5 – 7 Juni di kantor XLSMART Sabang. Informasi lebih lanjut mengenai Smartfren Run 2025 bisa didapatkan melalui instagram @smartfrenrun
Tentang XLSMART
PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (“XLSMART” atau “IDX: EXCL”) adalah perusahaan telekomunikasi terpadu terbaru di Indonesia yang terbentuk dari penggabungan PT XL Axiata Tbk, PT Smartfren Telecom Tbk, dan PT Smart Telecom. Mengusung semangat “innovation with heart”, XLSMART hadir memimpin era digital Indonesia dengan menghadirkan konektivitas yang inklusif, andal, dan siap menghadapi masa depan bagi lebih dari 94,5 juta pelanggan di seluruh Indonesia.
Dengan warisan keunggulan teknologi dan pelayanan pelanggan dari dua perusahaan besar, XLSMART menggabungkan keahlian XL Axiata dalam layanan seluler dan tetap sebagai bagian dari Axiata Group, serta inovasi Smartfren dalam layanan 4G, VoLTE, dan eSIM sebagai bagian dari Grup Sinar Mas.
Dengan tagline “Bersama, Melaju Tanpa Batas”, XLSMART berkomitmen untuk mendorong inklusi digital, mempercepat kemajuan nasional, dan menciptakan nilai jangka panjang bagi Indonesia.
Foto Kapal Perang Korea Utara Terbalik Terungkap, Kim Jong-un Murka dan Menangkap 3 Penanggung Jawab
Sebuah kapal perang milik Korea Utara mengalami kecelakaan terbalik saat peluncuran baru-baru ini, yang membuat pemimpin negara tersebut, Kim Jong-un, sangat dipermalukan. Saat ini, pihak berwenang telah menangkap tiga pejabat galangan kapal yang dianggap bertanggung jawab atas insiden tersebut.
EtIndonesia. Media rezim Korea Utara pada Minggu (25 Mei) melaporkan bahwa Kepala Insinyur Galangan Kapal Chongjin Kang Jong-chol, Kepala Pabrik Pembuatan Lambung Kapal Han Kyong-hak, serta Wakil Kepala Administrasi Galangan Kapal Kim Yong-hak, telah ditahan.
Gambar satelit terbaru yang diambil pada Sabtu menunjukkan kapal perang yang terbalik masih tertutup terpal tahan air berwarna biru. Bagian belakang kapal terlihat menjulur ke pelabuhan, dan beberapa kapal kecil terlihat berlabuh di sekitar Galangan Kapal Chongjin.
Kim Jong-un yang semula ingin memamerkan kekuatan militernya, menjadi sangat murka setelah menyaksikan langsung kapal tersebut terbalik saat diluncurkan. Ia menyalahkan insiden itu pada “kurangnya pengalaman dalam komando dan kelalaian operasional”, menyebutnya sebagai “tindakan kriminal yang tidak dapat ditoleransi” dan sebuah “masalah politik yang menyangkut otoritas negara.” Ia memerintahkan agar kapal tersebut diperbaiki sebelum sidang pleno Komite Sentral Partai Buruh pada Juni.
Militer Korea Selatan menyatakan bahwa berdasarkan ukuran dan skala kapal, kapal perang baru itu kemungkinan serupa dengan kapal perusak kelas 5.000 ton “Choe Hyon” yang diperkenalkan Korea Utara bulan lalu.
Menurut pihak Korea Utara, “Choe Hyon” dipersenjatai dengan “senjata terkuat” dan dirancang untuk memperluas jangkauan operasi militer serta kemampuan serangan nuklir negara tersebut.
Militer Korea Selatan juga menambahkan bahwa badan intelijen AS dan Korea Selatan memperkirakan insiden terjadi akibat gagalnya metode peluncuran samping, yang menyebabkan kapal miring saat masuk ke air. (Hui)
Laporan oleh wartawan NTDTV: Yan Feng dan Zhang Ruiqi
Serangan Udara Terbesar Rusia Sejak Perang Dimulai: 13 Orang Tewas dan Puluhan Terluka di Ukraina
Pada Sabtu (24 Mei) malam, Rusia melancarkan serangan udara terbesar sejak invasi ke Ukraina dimulai. Angkatan Udara Ukraina menyatakan pada Minggu (25 Mei) bahwa Rusia menembakkan 298 drone dan 69 rudal ke berbagai kota di Ukraina, termasuk ibu kota Kyiv, yang mengakibatkan 13 orang tewas dan puluhan lainnya terluka. Di sisi lain, Rusia mengklaim telah mencegat atau menghancurkan sekitar 100 drone Ukraina pada pagi hari yang sama.
EIndonesia. Angkatan Udara Ukraina menyatakan bahwa mereka berhasil menembak jatuh 45 rudal dan 266 drone serang dari pihak Rusia.
Dalam serangan ini, sebuah drone kamikaze “Shahed” buatan Rusia berhasil ditembak jatuh oleh pertahanan udara Ukraina di langit Kyiv, menyebabkan asap tebal menyelimuti udara dan serpihan terbakar berjatuhan di berbagai tempat.
Meski Rusia dan Ukraina baru-baru ini tengah melakukan pertukaran tawanan dalam skala besar, Rusia kembali melancarkan serangan udara besar-besaran ke Ukraina, dengan intensitas yang semakin meningkat.
Menurut Reuters, dari segi jumlah senjata yang diluncurkan, ini merupakan serangan udara terbesar sejak dimulainya invasi penuh Rusia ke Ukraina, meskipun jumlah korban tewas tidak sebanyak beberapa serangan sebelumnya.
Kyiv sendiri mengalami serangan udara untuk malam kedua berturut-turut. Pada malam tanggal 24 Mei, Rusia menembakkan 14 rudal balistik dan 250 drone serang. Ukraina mengklaim berhasil menjatuhkan 6 rudal dan 245 drone, namun memperingatkan bahwa ancaman masih belum berlalu.
Kepala Administrasi Militer Kyiv, Timur Tkachenko, mengatakan bahwa pada dini hari, terdapat belasan drone musuh yang terbang di sekitar wilayah udara Kyiv.
Dalam unggahan di Telegram, ia menulis: “Drone-drone baru masih terus mendekat. Beberapa drone telah berhasil ditembak jatuh di atas Kyiv dan sekitarnya, namun masih ada yang terus masuk ke wilayah ibu kota.”
Ia menambahkan, “Situasinya tidak optimistis malam ini. Musuh menggunakan jumlah besar drone dan rudal, sehingga ancaman nyata terus ada.” Ia juga menyebutkan bahwa serpihan drone jatuh di sebuah gedung apartemen 5 lantai di Distrik Holosiivskyi, Kyiv, dan empat orang memerlukan bantuan medis.
Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, menyatakan bahwa bagian luar bangunan tersebut mengalami kerusakan. Selain itu, di beberapa bagian lain kota, juga ada warga yang terluka. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyerukan pernyataan sikap dari Amerika Serikat. Sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat pada awal tahun ini, banyak pihak menilai bahwa sikap AS terhadap Rusia dan Presiden Vladimir Putin menjadi lebih lunak.
Zelenskyy menulis di Telegram: “Diamnya Amerika, dan negara-negara lain di dunia yang juga tidak bersuara, hanya akan memberi keberanian kepada Putin. Setiap kali Rusia melakukan serangan teror seperti ini, itu sudah cukup menjadi alasan bagi dunia untuk memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia.”
Sementara itu, pihak berwenang Rusia mengklaim bahwa mereka diserang oleh drone Ukraina pada pagi hari yang sama. Dalam waktu empat jam, pasukan pertahanan udara Rusia mencegat atau menghancurkan 95 drone Ukraina, termasuk dua yang berada di dekat ibu kota Moskow. Namun sebagian besar diintersepsi di wilayah tengah dan selatan Rusia. Serangan drone ini bahkan menyebabkan penutupan sementara tiga bandara di Moskow. (hui)
Sumber : NTDTV.com
Pandemi di Tiongkok Makin Serius? Pakar Pencegahan Penyakit Pemerintah Secara Langka Menyinggung Meninggalnya Artis Taiwan “Big S”
Baru-baru ini, pandemi COVID-19 (virus PKT) kembali meningkat di Tiongkok, bahkan muncul banyak kasus kematian mendadak di kalangan anak muda. Pakar pencegahan epidemi dari Partai Komunis Tiongkok (PKT), Zhong Nanshan, baru-baru ini mengungkapkan situasi pandemi saat ini di Tiongkok. Bahkan, secara langka menyinggung tentang meninggalnya artis Taiwan terkenal, Xu Xiyuan, yang dikenal dengan nama panggung “Big S”.
EtIndonesia. Pada 24 Mei, dalam acara pembukaan Pekan Sains dan Teknologi Guangzhou 2025, akademisi PKT sekaligus Direktur Laboratorium Nasional Guangzhou, Zhong Nanshan, menyampaikan pidato melalui video, mengungkapkan situasi terbaru terkait pandemi COVID-19 dan influenza di Tiongkok.
Dalam pidatonya, ia secara tidak biasa menyebutkan artis Taiwan Big S, yang meninggal dunia akibat komplikasi flu pada b Februari tahun ini. Ia menyatakan rasa penyesalannya atas kepergian sang artis, dan mengingatkan masyarakat untuk sangat memperhatikan pengobatan influenza secara tepat waktu.
Big S, yang saat itu sedang berlibur bersama keluarganya di Jepang, meninggal dunia secara mendadak karena komplikasi flu dalam usia 49 tahun. Zhong Nanshan menyinggung kasus kematian Big S ketika membahas situasi pandemi di Tiongkok — hal ini dianggap sebagai sinyal bahwa kondisi pandemi di Tiongkok cukup serius.
Sebelumnya, pada 19 Mei, dalam wawancara dengan Guangzhou Daily, Zhong Nanshan menyampaikan bahwa saat ini pandemi COVID-19 di Tiongkok masih berada dalam tahap peningkatan. Gelombang infeksi terbaru ini cukup berbahaya, terutama bagi warga lanjut usia di atas 65 tahun yang memiliki penyakit bawaan.
Dalam beberapa bulan terakhir, rumah sakit di berbagai wilayah Tiongkok kembali penuh sesak. Jumlah pasien COVID-19 meningkat drastis, dan pihak berwenang Tiongkok secara tidak biasa mengakui bahwa pandemi kembali menghangat — situasi ini memicu perhatian dari publik domestik maupun internasional.
Seorang dokter di Beijing mengatakan kepada media daratan Tiongkok: “Pandemi COVID-19 telah berlangsung sejak Maret, dan sudah berjalan hampir tiga bulan. Diperkirakan puncaknya akan terjadi pada akhir Mei.”
Selain itu, banyak warga dari berbagai daerah mengatakan kepada New Tang Dynasty TV bahwa orang-orang di sekitar mereka banyak yang terinfeksi, bahkan tidak sedikit anak muda dan orang setengah baya yang meninggal dunia secara mendadak. Namun, pihak rumah sakit tidak berani menyebut COVID-19 sebagai penyebabnya.
Seorang warga Shenzhen bernama Tuan Guo mengatakan, “Sekarang banyak orang yang meninggal dunia karena COVID. Dua orang seumuran saya (55 tahun) meninggal akibat serangan jantung.”
Seorang warga di Kota Changzhi, Provinsi Shanxi, bernama Tuan Luo, mengatakan:
“Sekarang kalau ke rumah sakit tetap saja seperti itu — sekalipun seseorang memang meninggal karena COVID, mereka tidak akan menyatakannya sebagai kematian akibat COVID, tapi akan menyebut penyakit lain.”
Warga Zhengzhou bernama Mr Cai mengungkapkan bahwa banyak orang di sekitarnya yang meninggal mendadak, dan rumah sakit begitu ramai seperti pasar.
“Ada dua-tiga orang di sekitar saya yang meninggal mendadak, usia 40-an hingga 50-an, sebelumnya sehat-sehat saja. Hal seperti ini tidak bisa dilaporkan. Sekalipun rumah sakit tahu penyebabnya, mereka tidak akan bilang — pemerintah tidak mengizinkan pelaporan seperti itu,” katanya. (Hui)
Sumber : NTDTV.com
Media Rusia: Helikopter Kepresidenan Putin Diserang oleh 46 Drone Ukraina dalam Serangan Pembunuhan di Garis Depan
EtIndonesia. Di saat Presiden AS, Donald Trump mengkritik keras serangan udara besar-besaran yang dilakukan Presiden Rusia, Vladimir Putin terhadap Ukraina, saluran televisi Rusia melaporkan bahwa helikopter yang ditumpangi Putin sempat menjadi target serangan besar-besaran oleh drone Ukraina saat dia mengunjungi wilayah perbatasan.
Menurut laporan situs televisi Rusia pada 25 Mei, Komandan Pertahanan Udara Rusia, Yuri Dashkin, mengungkapkan bahwa pada awal pekan ini, ketika Presiden Putin melakukan kunjungan ke Oblast Kursk, helikopter kepresidenan yang dia tumpangi menjadi sasaran serangan skala besar oleh drone Ukraina.
Dalam sebuah wawancara eksklusif yang ditayangkan di saluran Russia-1 pada 25 Mei, Dashkin mengatakan bahwa saat berada di wilayah Kursk, helikopter Presiden Putin mendapati dirinya “berada tepat di pusat operasi pertahanan untuk menangkis serangan drone skala besar dari musuh.”
Pada malam tanggal 20 Mei waktu setempat, Presiden Putin mengunjungi Kursk dan melakukan inspeksi di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kursk Unit 2 yang sedang dalam tahap konstruksi. Ini merupakan kunjungan pertama Putin ke wilayah tersebut sejak pasukan Rusia berhasil merebut kembali wilayah tersebut dari Ukraina.
Dashkin menyebutkan bahwa saat Putin berada di Kursk, Ukraina melancarkan serangan drone “yang belum pernah terjadi sebelumnya”. Sebanyak 46 unit drone bersayap tetap berhasil dihancurkan oleh sistem pertahanan udara Rusia.
Dashkin menambahkan: “Pasukan pertahanan udara di wilayah tersebut harus melaksanakan dua tugas sekaligus: menjalankan operasi tempur antipesawat dan memastikan keselamatan helikopter kepresidenan selama berada di udara. Semua tugas ini berhasil diselesaikan dengan sempurna. Serangan drone Ukraina berhasil digagalkan, dan seluruh target udara berhasil ditembak jatuh.”
Berdasarkan laporan media Rusia pada 25 Mei, serangan ini terjadi tepat pada saat kritis negosiasi antara Rusia dan Ukraina. Ketika Putin muncul secara tiba-tiba di garis depan pertempuran untuk mengadakan dialog dengan kaum muda di Kursk, militer Ukraina disebut-sebut meluncurkan drone bunuh diri yang berputar-putar di jalur yang akan dilewati oleh pesawat kepresidenan sesaat setelah lepas landas, dengan niat untuk melakukan serangan langsung terhadap pesawat tersebut.
Rusia Menuding Ukraina Tingkatkan Serangan Drone dalam Sepekan Terakhir
Pihak Rusia menuduh bahwa dalam sepekan terakhir, Ukraina secara signifikan meningkatkan frekuensi dan intensitas serangan drone ke wilayah Rusia.
Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa antara 20 Mei hingga 23 Mei, militer Rusia berhasil mencegat 764 unit drone di wilayah Rusia. Kementerian Pertahanan Rusia juga menginformasikan bahwa skala serangan masih belum mengalami penurunan. Bahkan pada 24 dan 25 Mei, ratusan drone kembali dihancurkan oleh pasukan pertahanan.
Laporan resmi Kementerian Pertahanan Rusia pada pagi 25 Mei menyebutkan bahwa antara pukul 00: 00 hingga 07: 00 waktu setempat, sistem pertahanan udara berhasil menghancurkan dan mencegat 110 unit drone Ukraina di wilayah Oblast Moskow, Kursk, dan daerah sekitarnya.
Di sisi lain, Layanan Darurat Nasional Ukraina pada 25 Mei menyatakan bahwa militer Rusia kembali meluncurkan serangan udara besar-besaran ke wilayah Ukraina pada dini hari, menewaskan setidaknya 12 orang.
Rusia Luncurkan Serangan Udara Terbesar Secara Tiba-tiba pada Akhir Pekan
Pada 24 Mei, militer Ukraina menuding bahwa Rusia secara tiba-tiba melancarkan serangan udara besar-besaran pada malam tanggal 23 Mei hingga dini hari tanggal 24 Mei.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan bahwa dalam serangan tersebut, militer Rusia menembakkan hampir 70 rudal, termasuk 14 rudal balistik, dan menerbangkan hampir 300 drone tempur.
Pihak militer Ukraina mengklaim berhasil menjatuhkan 245 drone Rusia, termasuk 6 rudal yang berhasil diintersepsi oleh sistem pertahanan udara di ibu kota Kiev.
Disebutkan bahwa Rusia menggunakan rudal canggih jenis Iskander, yang dirancang khusus dengan perlengkapan umpan radar dan kemampuan untuk mengubah lintasan terbang secara acak, sehingga sulit diprediksi dan dicegat.
Selain Kiev, beberapa sasaran strategis lainnya juga menjadi korban serangan Rusia, termasuk Pabrik Penerbangan Antonov di sekitar Kiev, serta kapal kargo militer dan gudang logistik yang terkena dampak serangan secara langsung.(jhn/yn)